Anda di halaman 1dari 18

PERBEDAAN MAZHAB

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 7
Debby Sriyani Fitri (21107017)
Yanti Ramadhani (21107029)
Renika Sri Hayani (21107030)

DOSEN PENGAMPU:
Millata Zamanna, M.A.
Mustaffa, S.Pd.I., MA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSAMPENA
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,
tugas makalah dengan judul Perbandingan Mazhab.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih
kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat
untuk pembaca.

Banda Aceh, 27 November 2021


Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan & Manfaat..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

2.1 Pengertian Mazhab dan Perbandingan Mazhab..............................................3

2.1.1 Definisi Mazhab...............................................................................3

2.1.2 Definisi Perbandingan Mazhab........................................................4

2.2 Sejarah Singkat Empat Mazhab......................................................................5

2.2.1 Imam Hanafi.....................................................................................5

2.2.2 Imam Maliki.....................................................................................5

2.2.3 Imam Syafi’i.....................................................................................6

2.2.4 Imam Hambali..................................................................................6

2.3 Ketentuan-ketentuan yang Harus Dipenuhi Orang yang Mempelajari


Perbandingan Mazhab....................................................................................7

2.3.1 Kewajiban Muqarin..........................................................................7

2.3.2 Langkah-langkah Kajian dalam Fiqih Muqaran...............................8

2.3.3 Hukum Mengamalkan Hasil Muqaranah Mazahib..........................9

2.4 Hakikat dan Munculnya Ikhtilaf dalam Fiqih.................................................9

2.5 Sebab-sebab Terjadinya Ikhtilaf Di Kalangan Sahabat................................10

2.5.1 Ikhtilaf di Sekitar Fatwa Sahabat...................................................10

2.5.2 Ikhtilaf dan sekitar Fatwa Tabi ‘in.................................................11

BAB III PENUTUP....................................................................................................12

ii
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

3.2 Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan hukum Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW berkembang
sangat pesat. Hal ini dikarenakan muncul mujtahid yang terus bekerja keras untuk
mengetahui hukum-hukum syariat untuk dijalankan dengan kebutuhan-kebutuhan
peradaban yang terus tumbuh. Sejak kira-kira abad pertengahan abad pertama Hijriah
sampai pada awal abad keempat, tidak kurang dari sembilan belas aliran hukum
sudah tumbuh dalam Islam.
Dalam berijtihad, tentu para mujtahid memiliki metode ijtihad masing-masing
sehingga menimbulkan perbedaan pendapat tentang suatu hukum. Walaupun para
mujtahid dalam menentukan suatu hukum sama-sama berdasarkan apa yang
dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadits, tetapi memang Al-Quran dan Hadis itu
sendiri bersifat multi interpretasi.
Dari perbedaan pendapat ini terbentuklah kelompok-kelompok Fiqh yang
mulanya terdiri dari murid-murid para Imam Mujtahid. Kelompok-kelompok ini
berkembang dan tersebar. Selain itu, kelompok-kelompok ini pun mempertahankan
pendapat Imamnya, kemudian akhirnya terbentuklah mazhab-mazhab seperti yang
lihat sekarang ini.
Sebenarnya para Imam mujtahid sendiri tidaklah menganjurkan untuk
mengikuti mereka. Yang dianjurkan oleh para imam mazhab justru kembali kepada
dalil-dalil dalam berijtihad, meskipun dengan cara itu ada kemungkinan hukum yang
dihasilkan berbeda dengan pendapat mereka. Dengan kata lain para imam mujtahid
mendorong untuk berijtihad. Namun jika kita tidak mampu berijtihad karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan kita, maka kita harus mengikuti salah satu
mazhab yang kita percayai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S, An-Nahl
ayat 43 berikut ini.

٤٣ َ‫سلُ ٓو ْا َأ ۡه َل ٱل ِّذ ۡك ِر ِإن ُكنتُمۡ اَل ت َۡعلَ ُمون‬ ِ ُّ‫َو َمٓا َأ ۡر َس ۡلنَا ِمن قَ ۡبلِكَ ِإاَّل ِر َجااٗل ن‬
َٔ‍ۡ َ‫وح ٓي ِإلَ ۡي ِهمۡ ۖ ف‬
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S. An-Nahl : 43).

1
Dari penjelasan diatas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai
perbedaan mazhab-mazhab tersebut. Selanjutnya diharapkan dengan pembahasan
tersebut, dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terutama mengenai
mazhab-mazhab Fiqih yang masih dalam ruang lingkup perkembangan hukum Islam.
Dalam perkembangan mazhab-mazhab Fiqih telah muncul banyak mazhab
Fiqih. Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah Fiqih telah berbeda pendapat
sekitar bilangan mazhab-mazhab. Tidak ada kesepakatan ahli sejarah Fiqih mengenai
berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang pernah ada.
Namun dari begitu banyak mazhab yang pernah ada, maka hanya beberapa
mazhab saja yang bisa bertahan sampai sekarang. Dalam makalah ini, kami hanya
akan membahas beberapa mazhab yang tetap eksis hingga kini, terutama mazhab-
mazhab yang berkembang di Indonesia diantaranya : Mazhab Hanafi, Mazhab
Hambali, Mazhab Syafii, Mazhab Maliki, dan Mazhab Ja’fariyah (Syiah).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan mazhab dan perbandingan mazhab?
2. Bagaimana sejarah singkat empat mazhab?
3. Bagaimana ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi orang yang
mempelajari perbandingan mazhab?
4. Bagaimana hakikat dan munculnya ikhtilaf dalam Fiqih?
5. Bagaimana sebab-sebab terjadinya ikhtilaf di kalangan sahabat?

1.3 Tujuan & Manfaat


1. Untuk mengetahui mazhab dan perbandingan mazhab.
2. Untuk mengetahui sejarah singkat empat mazhab.
3. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi orang yang
mempelajari perbandingan mazhab.
4. Untuk mengetahui hakikat dan munculnya ikhtilaf dalam Fiqih.
5. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya ikhtilaf di kalangan sahabat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mazhab dan Perbandingan Mazhab


2.1.1 Definisi Mazhab
Secara etimologi ‫ مذهب‬berasal dari shigah masdar mimy (kata sifat) dan
isim makan (kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhi ‫ذهب‬
yang artinya pergi, bisa juga berarti ‫ الرأي‬artinya pendapat.
Sedangkan menurut istilah terdapat ada beberapa pendapat, antara lain:
a. Menurut Said Ramadhany Al-Buthy, mazhab adalah jalan pikiran
(paham/pendapat) yang ditempuh oleh seorang mujtahid dalam
menetapkan suatu hukum Islam dari Al-Qur’an dan Hadits.
b. Menurut K. H. E Abdurrahman, mazhab dalam istilah Islam berarti
pendapat, paham aliran seorang alim besar dalam Islam yang
digelari Imam seperti mazhab Imam Abu Hanifah, mazhab Imam
Ahmad Bin Hanbal, mazhab Imam Syafi’i, mazhab Imam Malik,
dan lain-lain.
c. Menurut A. Hasan, mazhab yaitu sejumlah fatwa atau pendapat-
pendapat seorang alim ulam besar dalam urusan agama baik dalam
masalah ibadah maupun masalah lainnya.

Sedangkan secara terminologi pengertian mazhab menurut Huzaemah


Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistimbathkan hukum Islam.
Selanjutnya Imam Mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya
menjadi kelompok umat Islam yang mengikuti cara istimbath Imam Mujtahid
tertentu atau mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum
Islam.
Dari beberapa pengertian diatas meliputi dua maksud, yaitu:
a. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh
seorang Imam Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa
berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits.

3
b. Mazhab ialah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang
hukum suatu peristiwa yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadits.

Jadi, Mazhab ialah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistimbhatkan hukum Islam.
Kemudian Imam Mazhab dan Mazhab itu berkembang pengertiannya menjadi
kelompok umat Islam yang mengikuti cara istimbath hukum semakin kokoh
dan meluas, sesudah masa itu muncul mazhab-mazhab dalam bidang hukum
Islam , baik dari golongan ahli hadits maupun ahli ra’yi.

2.1.2 Definisi Perbandingan Mazhab


Kata “Perbandingan” memiliki makna yang berbeda bergantung pada
sudut ilmu yang digunakan. Secara lughah perbandingan berasal dari bahasa
Arab yaitu Muqaranah Al-Mazahib (‫ )مقارن ة الم ذاهب‬yaitu mengumpulkan,
membandingkan dan menghimpun. Sedangkan menurut istilah ulam fiqh:
“Perbandingan mazhab adalah mengumpulkan pendapat para Imam
Mujtahidin dengan dalil-dalilnya tentang suatu masalah yang diperselisihkan
padanya, kemudian membandingkan dalil-dalil itu satu sama lainnya, agar
Nampak setelah dimunaqasyahkan pendapat mana yang terkuat dalilnya”.
Jadi, Perbandingan mazhab adalah ilmu pengetahuan yang membahas
pendapat-pendapat fuqaha’ beserta dalil-dalilnya mengenai berbagai masalah,
baik yang disepakati, maupun yang diperselisihkan dengan membandingkan
dalil masing-masing yaitu dengan cara mendiskusikan dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Mujtahidin untuk menemukan pendapat yang paling kuat
dalilnya. Objek pembahasan dari perbandingan mazhab adalah
membandingkan, baik permasalahannya maupun dalil-dalilnya.
Sehubungan dengan hal ini, penulis mengutip beberapa pakar hukum
Islam yang memberikan batasan atau definisi “Perbandingan Mazhab” .
a. Abdurrahman memberikan definisi perbandingan mazhab sebagai
“Ilmu yang memperbandingkan satu mazhab dengan mazhab
lainnya. Karena di antara mazhab-mazhab tersebut terdapat
perbedaan.

4
b. Wahab Afif menjelaskan perbandingan mazhab/fiqh muqaran
adalah “Ilmu pengetahuan yang membahas pendapat-pendapat
fuqaha beserta dalil-dalilnya mengenai masalah-masalah, baik yang
disepakati maupun yang diperselisihkan dengan membandingkan
dalil masing-masing untuk menemukan pendapat yang paling kuat.”
Dengan demikian dapat dipahami bahwa “Perbandingan Mazhab”,
berdasarkan paparan diatas, adalah ilmu pengetahuan yang
membahas, terutama masalah fiqh dilihat dari dalil-dalil yang
digunakan oleh para fuqaha, dengan cara mengumpulkan, meneliti,
dan mengkaji serta mendiskusikannya untuk menemukan pendapat
fuqaha yang paling kuat.

2.2 Sejarah Singkat Empat Mazhab


2.2.1 Imam Hanafi
Imam Hanafi adalah seorang imam yang agung, yang memiliki nama
lengkap Abu Hanifah An-Nu’man Bin Tsabit Bin Zuutha At-Taimiy Al-Kufiy.
Beliau lahir di kota Kuffah pada tahun 80H/699M dan beliau wafat di Baghdad
pada tahun 150H/767M. Beliau di gelari Abu Hanifah (suci dan lurus) karena
kesungguhannya dalam beribadah sejak kecil. Gelar ini merupakan berkah doa
dari doa Ali bin Abi Thalib yang mendoakan bahwa kelak keturunan Tsabit
akan menjadi orang yang utama di zamannya. Terbukti dengan lahirnya Imam
Hanafi. Beliau memperdalam ilmunya dalam belajar Al-Qur’an, aktif
mempelajari ilmu fiqh, dan mempelajari hadits. Imam Hanafi dikenal sangat
dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu dan sangat teguh memegang ajaran
agama. Beliau tidak tertarik akan jabatan rezim kenegaraan. Imam Hanafi
meninggal saat umur 70 tahun yang bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi’i.
Dan dimakamkan di pemakaman Khirza. Didirikanlah sekolah yang diberi
nama Jami’ Abu Hanifah.

2.2.2 Imam Maliki


Imam Malik mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Malik Bin Anas
Bin Malik Bin Abi Amir Bin Amar Bin Al-Haris Bin Gaiman Bin Husail Bin

5
Amr Bin Al-Haris Al-Ashabi Al-Madani. Lahir pada 93H. Sebagai tokoh
mazhab Maliki. Mazhab ini terkenal sebagai madrasah Ahlul-Hadist. Imam
Malik sudah hafal Al-Qur’an dalam usia yang sangat dini, beliau juga
menyusun beberapa kitab, kitab yang terkenal adalah kitab Al-Muwatha. Imam
Malik mempelajari Fiqih, teori-teori kajian hukum dan mempelajari hadis-
hadis Nabi. Salah satu dalil hukum yang sering digunakan oleh Imam Malik
adalah ijmak ulama Madinah. Imam Malik lebih mengutamakan ajma dan amal
Madinah daripada qiyah, khabar ahad, dan qaulsahabat.

2.2.3 Imam Syafi’i


Beliau bernama Muhammad Bin Idris Al-Syafi’i gelar beliau Abu
Abdillah. Beliau dilahirkan di Gaza pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada
tahun 204 H. Imam Syafi’i adalah orang yang cakap rupa parasnya. Dalam
riwayat hidupnya Imam Syafi’i adalah ulama besar yang mampu mendalami
serta menggabungkan antara metode ijtihad Imam Malik dan Abu Hanifah,
beliau sangat hati-hati dalam berfatwa. Pada masa sekarang ini, mazhab Asy-
Syafi’i berkembang di Palestina, Jordania, Lebanon, Syiria, Irak, Pakistan,
India, Indonesia, Persia, dan Yaman yang Sunni. Sekitar 100 juta umat Islam
menganut mazhab Asy-Syafi’i.

2.2.4 Imam Hambali


Mazhab Hambali atau ajaran yang berawal dari Imam Hambali atau
Ahmad Bin Hanbal. Seorang ahli hadits dan teologi Islam yang memiliki nama
lengkap Ahmad Bin Muhammad bin Hambal Bin Hilal bin Asad Al-Marwazi
Al-Baghdadi. Imam Hambali ini sebelum menjadi tokoh besar telah mulai
belajar ilmu hadits sejak berusia 15 tahun. Salah satu kitab hasil karyanya
adalah kitab Al-Musnad Al-Kabir dimana terdapat sekitar 25.000 hadist di
dalamnya. Kitab-kitabnya banyak dijadikan rujukan bagi para ulama dalam
memilih hukum. Imam-imam di atas merupakan tokoh yang menjadi memulai
mazhab Ahlus-sunnah wal Jama’ah. Mazhab jenis ini banyak dianut oleh umat
Islam di negara Asia Selatan, Mesir, serta Kaukasia. Selain mazhab Ahlus-
Sunnah wal Jama’ah yang telah kita bahas tokohnya diatas, kita juga mengenal

6
berbagai jenis mazhab lainnya. Perbedaan antar mazhab biasanya terletak dari
akidah yang diajarkan. Misalnya akidah dalam menjalankan ibadah. Dari
keempat imam di atas saja kita dapat melihat perbedaannya. Contohnya saja
dalam hal wudhu, Menurut mazhab Hanafi, rukun wudhu ada 4, sedangkan
menurut imam Maliki dan Hambali ada 7. Beda halnya dengan mazhab Syafi’i
dimana wudhu memiliki 6 rukun. Tentu saja akidah yang diajarkan juga
berbeda lagi jika sudah menyangkut mazhab yang lain seperti Syi’ah dan
mazhab lainnya. Meskipun begitu, tidak semua metode fiqh yang digunakan
berbeda. Perbedaan mazhab fiqh ini biasanya terjadi pada beberapa hal tertentu
saja.

2.3 Ketentuan-ketentuan yang Harus Dipenuhi Orang yang Mempelajari


Perbandingan Mazhab
2.3.1 Kewajiban Muqarin
Melakukan studi perbandingan mazhab ini tidak mudah sehingga tidak
semua orang dapat melakukannya, sebab studi ini akan menentukan sikap
setelah menilai pendapat mazhab-mazhab untuk mengambil yang menurut
pandangannya lebih maslahat serta lebih kuat alasannya. Tugas ini
menghendaki agar si muqarin itu hendaklah memiliki ilmu pengetahuan yang
luas dan pandangan yang objektif disertai pengambilan pendapat mazhab yang
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan atas kebenaran nisbat pendapat itu
kepada mazhab yang diperbandingkan. Di samping itu juga perlu didasari oleh
sikap toleransi dan objektivitas serta kesadaran akan tanggung jawabnya.
karena itu, seorang muqarin harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki sifat ketelitian dalam mengambil pendapat mazhab dari
kitab-kitab fiqih mu’tabar dan benar-benar dikenal.
b. Hendaknya mengambil/memilih dalil-dalil yang kuat dari setiap
mazhab serta tidak membatasi diri pada dalil-dalil yang lemah
dalam menyelesaikan suatu masalah.
c. Memiliki pengetahuan tentang asal usul dan kaidah yang dijadikan
dasar oleh setiap mazhab dalam mengambil dan melakukan hukum.

7
d. Mengetahui pendapat-pendapat ulama yang bertebaran dalam kitab-
kitab fiqih disertai dalil-dalilnya, dan harus pula mengetahui cara-
cara mereka beristidlal dan dalil-dalil yang mereka jadikan
pegangan.
e. Hendaklah muqarin setelah mendiskusikan pendapat mazhab-
mazhab tersebut dengan dalil-dalilnya yang terkuat, mentarjih salah
satunya secara objektif, tanpa dipengaruhi oleh pendapat
mazhabnya sendiri yang sudah benar-benar adil tanpa dipengaruhi
apa pun selain membela kebenaran dan keadilan semata.

2.3.2 Langkah-langkah Kajian dalam Fiqih Muqaran


Seorang peneliti fiqih muqaran idealnya harus menempuh langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan masalah yang akan dikaji, umpamanya masalah
“hukum bacaan “basmalah” pada awal fatihah di dalam shalat.
b. Mengumpulkan semua pendapat fuqaha yang menyangkut dengan
masalah tersebut dengan meneliti semua kitab-kitab fiqih dalam
berbagai mazhab.
c. Mengumpulkan semua dalil dan jihat dalalahnya yang menjadi
landasan semua pendapat yang dikutip, baik dalil-dalil itu berupa
ayat Al-Qur’an atau As-Sunnah, ijmak dan qiyas ataupun dalil-dalil
lain.
d. Meneliti semua dalil, untuk mengetahui dalil-dalil yang dhaif agar
dapat dibuang dan untuk mengetahui dalil-dalil yang kuat serta shah
untuk di analisa lebih lanjut.
e. Menganalisa dalil dan mendiskusikan jihat-jihat di dalalahnya,
untuk mengetahui apakah dalil-dalil itu telah tepat digunakan pada
tempatnya dan di dalalahnya memang menunjukkan kepada hukum
dimaksud, ataukah ada kemungkinan atau alternatif yang lain.
f. Menelusuri hikmah-hikmah yang terkandung di belakang perbedaan
itu, untuk dimanfaatkan sebagai rahmat Allah SWT.

8
g. Untuk mengevaluasi kebenaran-kebenaran pendapat yang terpilih
itu, perlu dikaji sebab-sebab terjadinya pendapat yang pada
prinsipnya tidak keluar dari empat sebab ulama yang akan diuraikan
dan seterusnya.

2.3.3 Hukum Mengamalkan Hasil Muqaranah Mazahib


Melakukan studi perbandingan mazhab untuk mendapatkan dalil yang
terkuat dan mengamalkan hasilnya adalah wajib. Meskipun sebagian ulama
muta’akhirin berpendapat, bahwa mengamalkan hasil muqaranah akan
mengakibatkan perpindahan mazhab atau talfiq dan tidak dibenarkan. Pendapat
dianggap lemah karena tidak berlandaskan dalil yang kuat. Al-Qur’an dan As-
Sunnah tidak melarang untuk pindah mazhab.
Hasil studi perbandingan yang terbaik adalah mengamalkan apa yang
menurut muqarin paling kuat dalilnya, baik bagi si muqarin maupun bagi orang
yang melakukan studi perbandingan atau yang sedang meneliti dalil-dalil yang
terkuat untuk masalah tertentu.

2.4 Hakikat dan Munculnya Ikhtilaf dalam Fiqih


Sementara orang menyangka, bahwa perbedaan pendapat dalam masalah fiqih
adalah karena semata-mata pendapat pribadi orangnya, sehingga muncullah mazhab
dan pendapat-pendapat. Anggapan orang yang keliru didukung pula oleh sikap
orang-orang yang “fanatik buta” terhadap mazhab dan mengangkat pendapat mazhab
lebih tinggi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, di satu pihak dan pihak lain hampir
semua kitab “matan” tidak menyebutkan sandaran pendapat Al-Qur’an atau As-
Sunnah ataupun cara penganalisannya.
Syaikh Muhamad Al-Madaniyah dalam bukunya Asbab Ikhtilaf al-Fuqaha,
membagi sebab-sebab ikhtilaf itu kepada empat macam, yaitu:
1. Pemahaman Al-Qur’an dan sunnah rasul.
2. Sebab-sebab khusus tentang sunnah rasul.
3. Sebab-sebab yang berkenaan dengan aqidah-aqidah ushuliyah atau
fiqhiyah.

9
4. Sebab-sebab yang khusus mengenai penggunaan dalil-dalil di luar Al-
Qur’an dan sunnah Rasul.

Sebab-sebab khusus mengenai sunnah Rasul, yaitu:


1. Perbedaan dalam penerimaan hadits.
2. Perbedaan dalam menilai periwayatan hadits.
3. Ikhtilaf tentang kedudukan Rasulullah SAW.

Hikmah adanya Ikhtilaf, yaitu:


1. Niatnya jujur dan menyadari akan bertanggungjawab bersama.
2. Ikhtilaf itu digunakan untuk mengasah otak dan untuk memperluas
cakrawala berpikir.
3. Memberikan kesempatan berbicara kepada lawan atau pihak yang berbeda
pendapat dan bermuamalah dengan manusia lainnya yang menyangkut
kehidupan di sekitar mereka.

Tujuan mengetahui sebab terjadinya ikhtilaf


Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan
para ulama fiqih, sangat penting untuk membantu kita, agar keluar dari taqlid buta,
karena kita akan mengetahui dalil-dalil yang mereka pergunakan serta jalan
pemikiran mereka dalam penetapan hukum suatu masalah. Sehingga dengan
demikian akan terbuka kemungkinan untuk memperdalam studi tentang hal yang
diperselisihkan, meneliti sistem dan cara yang lebih baik, serta tepat dalam
mengistimbathkan hukum juga dapat mengembangkan kemampuan dalam hukum
fiqih bahkan akan terbuka kemungkinan untuk menjadi mujtahid.

2.5 Sebab-sebab Terjadinya Ikhtilaf Di Kalangan Sahabat


2.5.1 Ikhtilaf di Sekitar Fatwa Sahabat
Tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama, bahwa perkataan
sahabat yang tidak hanya berdasarkan pikiran semata-mata adalah menjadi
hujjah bagi umat Islam. Hampir semua ahli ushul (fiqih) menyatakan hal
serupa ketika membahas tentang mazhab sahabat (fatwa sahabat).

10
Adapun yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah perkataan sahabat
yang semata-mata berdasarkan hasil ijtihad mereka sendiri dan para sahabat tidak
dalam satu pendirian, contoh perbedaan pendapat di kalangan sahabat antara lain:
Umar bin Khattab berkata, bahwa iddah wanita hamil yang ditinggal mati
adalah ia sampai ia melahirkan sedangkan menurut Ali bin Abi Thalib adalah
melewati dua masa, yaitu masa melahirkan dan melewati 4 bulan 10 hari. Perbedaan
pendapat ini terjadi karena Allah SWT menetapkan iddah wanita hamil yang
diceraikan adalah sampai melahirkan dan iddah wanita hamil yang ditinggal mati
suaminya adalah 4 bulan 10 hari tanpa perincian yang jelas.

2.5.2 Ikhtilaf dan sekitar Fatwa Tabi ‘in


Pada masa Tabi ’in kedudukan ijtihad merupakan alat untuk menggali
hukum Islam semakin meluas, meskipun prinsip musyawarah sudah kurang
berfungsi, karena sulit untuk dilaksanakan, mengingat ulama sudah mulai
terpencar-pencar ke seluruh wilayah Islam. Juga disebabkan kaum muslimin
telah terpecah belah setelah wafat khalifah Usman menjadi 3 yaitu: golongan
Khawarij, Syiah, dan golongan Jumhur. Semula perpecahan tersebut hanya
mengenai masalah politik dalam pemerintahan Islam, namun kemudian
berpengaruh juga terhadap perkembangan dan pertumbuhan hukum Islam,
terutama pada masa sesudahnya. Hal ini disebabkan masalah politik yang
berakibat dalam bidang ijtihad yang akhirnya menimbulkan perbedaan
pendapat dalam menetapkan hukum Islam. Walaupun pada hakikatnya masing-
masing golongan itu hampir sama dalam hal pendiriannya tentang masalah
politik, tetapi mengenai masalah hukum terdapat perbedaan pendapat dari
masing-masing golongan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mazhab adalah aliran pemikiran atau pokok pikiran atau dasar yang digunakan
oleh imam mujtahid dalam mengistimbathkan hukum Islam. Mazhab terdiri dari
imam mujtahid, materi fiqh, komunitas (murid/pengikut) dan karya imam mazhab.
Mazhab secara garis besar terbagi dua; mazhab ahlu al-sunnah dan syi’ah.
Perbandingan mazhab (fiqh muqaran) adalah suatu ilmu yang mengumpulkan
pendapat-pendapat para ulama fiqh, dalam suatu masalah fiqh yang diikhtilafkan
dengan cara mengumpulkan, meneliti dan mengkaji serta mendiskusikan dalil-dalil
masing-masing pendapat (mazhab) secara objektif untuk mencari pendapat yang
paling terkuat dan paling sesuai dengan prinsip umum hukum Islam.
Perbandingan mazhab sebagai metode bisa dilihat dari tata cara menyelesaikan
masalah fiqh sesuai dengan tahapan-tahapannya. Perbandingan mazhab dipandang
sebagai ilmu dapat dilihat dari ontologi (terminologi mazhab dan perbandingan
mazhab); epistemologi (cara atau bagaimana perbandingan mazhab menyelesaikan
masalah) dan aksiologi (fungsi dan tujuan perbandingan mazhab).

3.2 Saran
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa perbedaan
pendapat di kalangan umat Islam bukanlah suatu fenomena baru, tetapi semenjak
masa Islam yang paling dini perbedaan pendapat itu sudah terjadi. Perbedaan terjadi
adanya ciri dan pandangan yang berbeda dari setiap mazhab dalam memahami Islam
sebagai kebenaran yang satu. Untuk itu kita umat Islam harus selalu bersikap terbuka
dan arif dalam memandang serta memahami arti perbedaan, hingga sampai satu titik
kesimpulan bahwa berbeda itu tidak identik dengan bertentangan – selama perbedaan
itu bergerak menuju kebenaran – dan Islam adalah satu dalam keragaman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aji, D. K. (2014). NIZAM. Mazhab Kaum Santri (Implementasi Mazhab Syafi'i di


Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin Seputih Surabaya Lampung Tengah,
IV(01), 27-43. Diakses 27 November 2021, dari
https://core.ac.uk/reader/235260685

Arif, F. M. (2013). Perbandingan Mazhab dalam Lintasan Sejarah. Makassar:


Indonesia Independent Publisher.

Du, M. W. (2020). Empat Imam Mazhab Perjalanan Hidup, Kisah Kemuliaan, dan
Keteladanan Sehari-hari. Yogyakarta: Araska.

Fahmi, L. H., Aji, D., & dkk. (2020). MAKALAH PERBANDINGAN MAZHAB.
Diakses 27 November 2021, dari
https://www.academia.edu/44755213/
MAKALAH_PERBANDINGAN_MAZHAB

Maradingin. (2020). Pengantar Perbandingan Mazhab. Sukabumi: Farha Pustaka.

Mardiansyah. (2016). MAKALAH PERBANDINGAN MAZHAB. Diakses 27


November 2021, dari
https://www.academia.edu/29407528/
MAKALAH_PERBANDINGAN_MAZHAB_docx

Mughniyah, M. J. (2015). al-Fiqh 'ala al-madzahib al-khamsah. FIQIH Lima


Mazhab: Ja'fari, Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali. Terjemahan Oleh Afif
Muhammad, Masykur A.B., Idrus Al-Kaff. Jakarta: Lentera.

Smklinabah. (2008). PERBANDINGAN MAZHAB. Diakses 27 November 2021, dari


https://dedybalong.wordpress.com/2008/10/25/perbandingan-mazhab/

13
Syaikhu, & Norwili. (2019). PERBANDINGAN MAZHAB FIQIH; Penyesuaian
Pendapat di Kalangan Imam Mazhab. Yogyakarta: K-Media.

Tanjong, M. (2016). Makalah Mazhab dan Perbandingan Mazhab. Diakses 27


November 2021, dari
https://mustafatanjong.blogspot.com/2016/06/makalah-mazahab-dan-
perbandingan-mazhab.html

14

Anda mungkin juga menyukai