Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PRAKTIKUM IBADAH SHOLAT 5 WAKTU


DALAM TINJAUAN IMAM MADZHAB

Disusun Oleh :
Nama : ERWIN SUSANTO
NIM : 222.86230.029

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-WASI KAUR


FAKULTAS ( PAI ) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpakhan rahmat dan karunia-
nya kepada kami semua, sehingga kami mahasiswa STIT Al-Wasi Kaur dapat menyelesaikan
tugas makalah Ilmiyah ini tentang “ Praktek Ibadah Sholat 5 Waktu, dalam Tinjauan Imam
Madzhab “ yang diterapakan di daerah yang kami tempati saat ini, Desa Sinar Pagi Kecamatan
Kaur Selatan Kabupaten Kaur, kemudian kami ucapakan terima kasih Kepada Dosen
Pengampu kami yaitu Yth. Bapak H. Sidarmin Tetap, M.Pd yang telah memberikan tugas ini
kepada kami, sehingga kami dapat belajar meneliti tentang penerapan Ibadah Sholat di
kalangan masyarakat di Desa/Kecamatan di Kabupaten Kaur.
dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya semoga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar lebih baik dan mudah difahami.
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam penulisan atau pembahasan makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kaur, 03 Oktober 2022

Erwin Susanto

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Madzhab ..............................................................................................................

2.2 Biografi Imam Madzhab .......................................................................................................

2.3 Perbedaan Shalat Fardhu dan Solat Sunah ............................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesempulan ...........................................................................................................................

3.2 Saran ......................................................................................................................................

3.3 DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Shalat adalah ibadah yang wajib bagi umat Islam setelah syahadat, dalam rukun Islam.
Begitu pentingnya ibadah sholat ini, para ulama sejak generasi awal hingga generasi saat ini,
terus memberikan perhatian luar biasa terhadap masalah shalat dari berbagai seginya baik
dengan pengajian kitab, diskusi ilmiah, mau pun menulis buku.

Tujuan pokok Penciptakan manusia adalah agar mereka beribadah semata-mata kepada
Allah SWT. Sholat adalah bentuk penghambaan diri kepada tuhanya, dalam niat, perkataan,
perbuatan, tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah serta mengikuti jalanNya. Salah satu
ibadah yang terpenting lagi utama adalah shalat. Ibadah shalat merupakan salah satu bentuk
ibadah yang menempati urutan yang terpenting dan utama dari serangkaian kewajiban yang
diberikan Allah terhadap umat Islam.
Melalui pelaksanaan ibadah shalat secara kontinue dari waktu ke waktu yang telah
ditentukan batasnya diharapkan akan selalu ingat kepada Allah, sehingga dalam melakukan
segala aktivitas akan terasa diawasi dan diperhatikan oleh yang Maha Mengetahui,
sebagaimana sebuah hadits Rasullallah SAW Bersabda :

Artinya : Beribadahlah Engkau kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, dan jika
engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Allah melihat mu (Riwayat Al-Bukhari : 1474)

Konsekuensinya adalah terhindar dari melakukan segala perbuatan yang bertentangan dengan
Islam.
Selain itu manfaat shalat yang lainnya yaitu dapat memperkuat iman, membangun
akhlak yang baik dan moralitas yang tinggi, mengajarkan tentang kesabaran, serta dapat
mencegah dari segala perbuatan yang keji dan mungkar

Artinya : dirikanlah sholat Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
(QS. Al-Ankabut/29:45).

Umat Islam sepakat bahwa menjalankan ibadah shalat 5 waktu (subuh, dzuhur, ashar,
maghrib, dan isya’) Hukumnya adalah kewajiban. Akan Tapi tentunya ada bebrapa dalam
pelaksanaan praktek Ibadah Sholat di suatu daerah/tempat mempunyai perbedaan pada teknis
pelaksanaan dari menjalankan ibadah shalat itu, meskipun hukumnya sama-sama wajib.
Praktek ibadah sholat yang dilaksanakan masyarakat sebagiannya terlihat dalam
keseharian, terkadang timbul rasa penasaran akan hal ini. Misalnya dalam masalah teknis

4
pelaksaaan Ibadah shalat 5 Waktu, yaitu sholat subuh yang menggunakan Qunut/tidak Qunut,
dan pembacaan Do’a seusai sholat. Sehingga muncul pertanyaan dalam benak, Pendapat
madzhab yang mana yang mereka ambil dan atas dasar apa mereka melakukan hal demikian
itu?

Sama halnya dengan Ibadah shalat jum‟at yang sering terjadi di kalangan masyarakat,
terutama di desa sinar pagi terkadang terlihat jama‟ah yang mengikuti shalat jum‟at kurang
dari pada ketentuan syarat minimal jumlah yaitu 40 orang karena mereka bermadzhabkan
madzhab Syafi‟i. Hal ini yang menjadi perdebatan apakah shalat jum‟at yang dilaksanakan
kurang dari ketentuan jumlahnya dianggap sah atau tidak sah?

Melihat dari banyaknya madzhab yang tersebar di dunia, maka penulis membatasi
masalah penelitian ini hanya pada 2 madzhab besar saja, yaitu madzhab Syafi‟i, dan madzhab
Hambali yang berkaitan dengan ketentuan dalam Ibadah Sholat 5 Waktu

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masala dalam penelitian ini
adalah:
1. Menggunakan Madzhab apakah Masjid “........... “ Desa Sinar pagi dalam penerapan
Praktek Sholat 5 Waktu..?

2. Mengapa cara praktek sholat 5 waktu di desa sinar pagi menggunakan Madzhab Imam
Syafi’i & Hambali..?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah Tersebut, maka tujuan dan manfaat penelitian/penulisan


Makalah ini adalah :
1. Tujuan

Penulisan/Penelitian Makalah ini bertujuan untuk mengetahui


bagaimana praktek dan apa yang menyebabkan masyarakat dalam
melaksanakan shalat 5 waktu. Serta untuk mengetahui apa dasar hukumnya dari
shalat fardlu 5 waktu tersebut.
2. Manfaat

Dengan penulisan dan penelitian makalah ini bisa memberikan


informasi bagi pembaca mengenai cara penerapan/praktek shalat 5 waktu dalam
tinjauan Imam Madzhab yang digunakan di masing-masing wilayah masyarakat
di Desa/Kecamatan di Kabupaten Kaur.

BAB II

5
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Madzhab

Istilah madzhab dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) telah


dijelaskan yaitu haluan atau aliran mengenai hukum fikih yang menjadi ikutan
umat Islam. Mereka itu yang dikenal empat madzhab, yaitu mazhab Hanafi,
Hambali, Maliki, dan Syafi‟i. (KBBI, 2005: 726)

Sedangkan menurut ilmu syari‟at agama Islam (fiqih), madzhab (‫مذهب‬


(secara bahasa (lughah) berarti jalan atau tempat yang dilalui. Sedangkan
menurut istilah ulama fiqih madzhab mempunyai dua pengertian, yaitu:
pertama, pendapat seorang imam mujtahid tentang hukum suatu masalah. Yang
kedua, kaidah-kaidah istimbath yang dirumuskan oleh seorang imam mujtahid.
(Syaikhu, 2014 :5) Pada zaman dahulu, murid-murid dan pengikut-pengikut
imamimam tersebut (Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hambali) bertebaran ke
beberapa negeri untuk mengajarkan agama. Masing-masing tentulah
menganjurkan pendapat atau mazhab imam atau gurunya. Dalam
perkembangannya, madzhab fiqih ini jumlahnya cukup banyak hingga tidak ada
kesepakatan diantara ahli sejarah dalam bilangannya berapa banyak. Menurut
Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqih telah berbeda pendapat sekitar
bilangan madzhab-madzhab.

Tidak ada kesepakatan para ahli sejarah fiqih mengenai berapa jumlah
sesunguhnya dari madzhab-madzhab yang pernah ada itu. Menurut M. Mustofa
Imbabi dalam bukunya Syaikhu, madzhab-madzhab yang masih bertahan
sampai sekarang hanya tujuh madzhab saja yaitu: madzhab Hanafi, Maliki,
Syafi‟i, Hambali, Zaidiyah, Imamiyah, dan Ibadiyah. Adapun madzhab-
madzhab lainnya telah tiada. Perbedaan pendapat dalam masalah fiqih bisa saja
terjadi karena perbedaan dalil. Apalagi yang berkaitan dengan dalil-dalil yang
memerlukan ta‟wil, ta‟lil, penggabungan (jam‟ul adillah), nasikh-mansukh,
dan sebagainya. Dengan beberapa perbedaan yang timbul, maka wajar saja jika
ulama atau imam, atau manusia biasa akan memiliki pendapat yang berbeda.
Namun, perbedaaan itu tidak selayaknya menjadikan kaum muslimin berpecah
belah. Namun justru kita harus saling menghormati pendapat satu dengan yang
lain. Semua pendapat memiliki dasar hukum yang menurut penganutnya benar,
meskipun kaum muslimin itu dituntut untuk memilih diantara pendapat yang
paling kuat dasar dan dalilnya. Semestinya antar madzhab yang ada tidak saling
menyalahkan pendapat yang lain, selama itu tidak bertentangan dengan akidah
dan syariat islam, seperti yang dicontohkan oleh semua salaf kita. Mereka
menekankan agar kita saling hormatmenghormati.

2.2 Pengertian Do’a Qunut

6
Menurut beberapa riwayat, awal mula qunut dilakukan adalah ketika Rasulullah
SAW kedatangan seorang Arab dari qabilah di daerah najid yang meminta kepada
Rasulullah SAW untuk mengutus sahabat untuk berdakwah di daerah tersebut.
Rasulullah SAW sempat ragu karena takut akan ada musibah yang menimpa sahabatnya
jika diutus kesana, namun orang Arab tersebut menjamin keselamatan mereka sehingga
Rasulullah Mengirimkan 70 sahabat yang beliau percaya keilmuan dan keimanannya
(dalam riwayat lain dikatakan 40 orang).

Ketika sudah mengutus sahabat-sahabatnya, datanglah Malaikat Jibril kepada


Rasulullah mengabarkan bahwa sahabat-sahabat yang telah diutus terbunuh. Setelah
mendengar kabar tersebut, Rasulullah dengan sifat manusianya marah dan berdoa agar
kaum yang membunuh sahabat-sahabatnya tertimpa musibah dan celaka. Kemudian
turunlah firman Allah SWT yaitu surat Ali-Imran ayat 128 yang memiliki terjemahan

tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, atau Allah
menerima taubat mereka atau mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang dhalim” Kemudian Rasulullah kemudian mengganti doa celaka
tersebut dengan doa-doa kebaikan singkatnya disebut dengan Qunut (Permohonan yang
baik-baik).

a. Menurut Imam Syafi’i

Imam Syafi’i memilih riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah


melakukan doa qunut setelah rukuk atau saat I’tidal sebelum sujud. Selain itu,
qunut juga hanya dilakukan pada sholat subuh saja dalam setiap keadaan dan
tidak bisa dilakukan pada sholat wajib selain dari subuh. Terdapat sebuah
pengecualian yaitu bisa dilakukan ketika sholat wajib kapan saja asalkan sedang
tertimpa musibah.

b. Menurut Mahdzab Imam Hambali

Imam Hambali mengambil jalan tengah dalam menyikapi hukum


qunut. Ia mengacu pada riwayat bahwa Rasulullah berdoa ketika surat Ali-
Imran ayat 128 diturunkan dan kemudian tidak berdoa lagi setelahnya. Doa
qunut itu dimaksudkan karena ketidakhadiran beliau pada peristiwa besar
tersebut. Dari sini kemudian Imam Hambali mengatakan bahwa qunut
dilakukan ketika ada peristiwa besar yang menuntut untuk disertakan doa oleh
kita.

Demikian bagaimana hukum qunut dalam macam-macam madzhab.


Semoga kita bisa memilih untuk mengikuti mazhab yang mana karena
sesungguhnya semua doa itu adalah hal yang baik selama doa itu mengandung
kebaikan pula. Wallahua’lam.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat


menyimpulkan bahwa:

Ibadah Sholat 5 Waktu dalam Tinjauan Imam Madhab adalah suatu kewajiban
bagi laki-laki dewasa yang memenuhi syarat-syaratnya dengan berjamaah. Adapun
ketentuan shalat Jum‟at menurut empat madzhab yang dikaji adalah sebagai berikut:

Semua empat madzhab bahwa imam hambali berpendapat hukum pembacaan


do’a Qunut ketika hanya ada peristiwa, sedangangkan menurut imam syafi’i pembacaan
do’a qunut hanya dilakukan pada sholat subuh saja. Mereka berbeda pendapat
mengenai Penempatan Bacaan Do’a Qunut.

3.2 Saran

Setelah selesainya peneliti mengkaji dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
ketentuan Praktek Ibadah shalat 5 Waktu menurut empat madzhab ini, bagi peneliti semuanya
tidaklah sempurna dan luput dari kesalahan dan kekurangan. Masukan dan saran dari pembaca
semua sangat ditunggu demi kesempurnaaan hasil penelitian. Harapan dan saran dari peneliti
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Praktek Ibadah Shalat 5 Waktu yang dilaksanakan di kota dan dusun yang besar
terjadi banyak perbedaan dalam pelaksanaannya dengan apa yang dilaksanakan di
desa-desa. Harapan dan saran dari peneliti agar hasil penelitian ini bisa menjadi
koleksi dan khazanah keilmuan untuk dipelajari dan dipahami oleh semua warga,
khususnya yang diam di desa untuk mencapai perdamaian dan toleransi dengan
perbedaan.

2. Bagi peneliti, penelitian ini telah sempurna semampu peneliti yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Harapan dan saran dari peneliti untuk peneliti
selanjutnya agar bisa memperbaiki segala kesalahan dan memperluas pembahasan
hasil penelitian ini untuk terciptanya kemudahan dan minat membaca bagi semua
muslim.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://penerbitdeepublish.com/format-makalah/

https://news.detik.com/berita/d-5585839/rukun-sholat-dilengkapi-bacaan-dan-
penjelasannya

https://heriakhmadi.com/2016/04/29/fiqh-shalat-4-madzhab/

https://masjidpedesaan.or.id/bagaimana-hukum-qunut-dalam-macam-macam-
madzhab/

https://kumparan.com/kabar-harian/perbedaan-nu-dan-muhammadiya

h-sebagai-organisasi-dakwah-di-indonesia-1wrK439nWE2/full

Anda mungkin juga menyukai