Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH

DOSEN PENGAMPU :

AHMAD ZAKARIA, M.H.I

DISUSUN OLEH :

NAMA : DHEA TRISDAYANTI

NIM : 2011120028

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat

menyelesaikan Makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk

penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima

kasih.

Bengkulu, April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang...........................................................................................1


B.     Rumusan Masalah......................................................................................2
C.     Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A.     Pengertian Sholat Sunnah dan Pembagiaannya......................................... 6


B.     Macam-macam Sholat Sunnah...................................................................7
BAB III PENUTUP

A.     Kesimpulan................................................................................................25
B. Saran...........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena shalat itu
merupakan tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang akan menentukan
berdiri atau tidaknya agama dalam diri masing-masing umat muslim. Shalat
merupakan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan bagi umat muslim yang
sudah mukallaf. Dalam syariat islam shalat terbagi dalam dua macam yaitu yang
pertama shalat wajib yakni shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik laki-
laki ataupun perempuan untuk mendirikannya. Shalat sunnah pun dibagi menjadi
dua macam yakni shalat sunnah muakkad dan shalat sunnah ghairu muakkad.
Muakkad artinya dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk
dilaksanakan setiap muslim, ada juga shalat sunnah yang tidak dianjurkan untuk
melaksanakannya, tapi sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala
dan apabila ditinggalkan tidak apa-apa. Walaupun demikian kita sebagai umat
muslim tentu ingin meningkatkan amalan ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut
merupakan rahmat dari Allah Swt kepada para hambanya karena Allah
mensyariatkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis agar orang mukmin
bertambah imannya dengan melakukan perkara yang sunnah, dan
menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-kewajiban
mungkin yang kurang.
Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud disebutkan bahwa shalat sunnah
sengaja disyariatkan untuk menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada
shalat-shalat fardhu, maka perlu disempurnakan dengan shalat sunnah.1 Selain itu
juga karena shalat sunnah mengandung keutamaan untuk fisik maupun rohani
kita. Dengan demikian banyak kita mengerjakan shalat sunnah tanpa melihat itu
dianjurkan atau tidaknya akan menambah amalan kita dihadapan Allah Swt.

1
Isnatin Ulfah, Fiqh Ibadah, ( Ponorogo: STAIN po press, 2016), 96

4
Sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat di tinggalkan bagi umat
muslim yang sudah mukalaf. Dalam syariat Islam sholat itu terbagi kepada dua
macam, yaitu sholat fardhu dan sholat sunnah. Sengaja disayriatkan sholat sunnah
ialah untuk menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada sholat-sholat
fardhu, maka perlu disempurnakan dengan sholat sunnah.  Selain itu juga karena
sholat itu mengandung keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain.
Banyak sekali macam-macam sholat sunnah yang disaryiatkan. Dengan demikan
maka pada kesempatan kali ini kami akan menguraikan dari macam-macam dari
sholat sunnah.

B.     Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas didalam makalah ini yaitu :
1.      Bagaimana Pengertian Sholat Sunnah Dan Pembagiannya?
2.     Bagaimana Pengertian Sholat Sunnah Dan Macam-Macamnya (sholat Istisqa,
Sholat istikharah, sholat hajad, sholat tasbih, sholat tahiyatul masjid, sholat
lailatul qadar)?

C.     Tujuan
Tujuan yang ingin didapat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1.      Untuk mengetahui Pengertian Sholat Sunnah Dan Pembagiannya
2.      Untuk mengetahui Pengertian Sholat Sunnah Dan Macam-Macamnya (sholat
Istisqa, Sholat istikharah, sholat hajad, sholat tasbih, sholat tahiyatul masjid,
sholat lailatul qadar)

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Sunnah Dan Pembagiaannya


Sholat sunnah adalah sholat yang dikerjakan di luar sholat fardhu. Nabi
Muhammad SAW mengerjakan sholat sunnah selain untuk mendekatkan diri
kepada Allah juga mengharapkan tambahan pahala. Seseorang yang mengerjakan
sholat sunnah maka ia akan mendapatan pahala, jika tidak dikerjakan pun ia juga
tidak mendapatkan dosa.  Shalat sunnah terbagi dua yaitu:
1.      Shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjamah. Shalat sunnah jenis ini
status hukumnya adalah muakkad,contohnya: shalat idul fitri, idul adha, terawih,
istisqa, kusuf dan khusuf.
2.      Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid ( sendiri-sendiri ). Status
hukumnya ada yang muakkad seperti: shalat sunnah rawatib dan tahajud. Ada pula
yang status hukumnya sunnah biasa ( ghairu muakkad ) seperti: shalat tahiyatul
masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain-lain

Shalat sunnah sengaja disyariatkan ialah untuk menambal kekurangan


yang mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu, Bahkan, kelak di akhirat, shalat
sunnah juga difungsikan sebagai shalat fardhu yang pernah ditinggalkan di dunia. 2
juga karena shalat itu mengandung keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-
ibadah lain. Dari Abu Umamah diceritakan bahwa Rasulullah Muhammad Saw
bersabda: “Allah tidak memperhatikan suatu amal perbuatan hamba yang lebih
utama daripada dua rakaat shalat sunnah yang dikerjakanya, Sesungguhnya
rahmat selalu ditaburkan di atas kepala hamba itu selama ia dalam sholat”. (HR.
Ahmad dan disahkan oleh Suyuthi).3 Imam Malik juga berkata dalam kitab
muwaththa’ : “Aku menerima berita bahwa Nabi saw bersabda: “Tetaplah
engkau sekalian beristiqomah dan tidak dapat engkau sekalian menghitung

2
A. Zainuddin Djazuli, Fiqih Ibadah, (Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr Ponpes Al-Falah), 123.
3
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: PT. Al-Ma’arif, tt), 7.

6
kebaikan istiqomah itu, Ketauhilah bahwa sebaik-baik amal perbuatan itu ialah
shalat dan tidak dapat menjaga wudhunya, kecuali orang yang benar-benar
beriman”. 4

Pembagian Shalat Sunnah


Shalat sunnah itu terbagi atas dua macam yaitu muthlaq dan muqoyyad.
Untuk shalat sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup berniat sholat saja. Imam
nawawi berkata: “Seseorang yang melakukan sholat sunnah dan tidak
menyebutkan berapa rakaat yang akan dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia
melakukan satu rakaat, lalu bersalam dan boleh pula menambahnya menjadi dua,
tiga, seratus, seribu rakaat, dan seterusnya”. Adapun shalat sunnah muqoyyad itu
terbagi atas dua macam:
a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti shalat
fardhu dan inilah yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib.
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti shalat
fardhu.

B. Macam-Macam Shalat Sunnah


1. Sholat Istisqa
Sholat Istisqa atau sholat minta hujan sangat penting diketahui dan dipahami oleh
orang Indonesia yang merupakan negara tropis. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini, akan kami jabarkan bacaan niat, tata cara, dan doa minta hujan itu sendiri.
Sholat Istisqa atau sholat minta hujan sangat penting bagi orang yang tinggal di
Indonesia. Hal itu karena Indonesia adalah negara yang memiliki dua musim,
penghujan dan kemarau yang masing-masing berlangsung selama enam bulan.
Musim hujan yang parah bisa membuat banjir di mana-mana, sementara musim
kemarau, bisa membuat kekeringan di mana-mana, bahkan kebakaran hutan.

1. Bacaan Niat Sholat Istisqa


4
Ibid, 8.

7
Bahasa Arab: ‫صلِّ ْي ُسنَّةَ ا ِال ْستِ ْسقَا ِء َر ْك َعتَ ْي ِن َمْأ ُموْ ًما هلِل ِ تَ َعالَى‬
َ ‫ُأ‬
Ushalli sunnatal istisqa'i rak'ataini (imaaman/ma'muman) lillahi ta'ala
Artinya: Aku sengaja salat sunnah minta hujan dua rakaat (sebagai
imam/makmum) karena Allah ta'ala.
2. Tatacara perlaksanaan solat istisqa’
Penampilan Fizikal Dan Mental Untuk Bersolat Istisqa’. Mereka yang
mengerjakan solat Istisqa’ ini hendaklah menuju ke tempat perlaksanaan solat
tersebut dengan penampilan sederhana, tawadhu’ (merendah hati), tadharru’
(bersungguh-sungguh dalam memohon) dan tamaskun (menunjukkan benar-benar
perlukan permintaan tersebut)
ً‫ ِّذال‬jjjَ‫عًا ُمتَب‬jjj‫اض‬ َ ِ ‫و ُل هَّللا‬jjj‫ َر َج َر ُس‬jjjَ‫َألَنِي خ‬jjj‫ هُ َأ ْن يَ ْس‬jjj‫ا َمنَ َع‬jjj‫س َم‬
ِ ‫لَّ َم ُمت ََو‬jjj‫ ِه َو َس‬jjjْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬jjj‫ص‬ ٍ ‫ا َل ابْنُ َعبَّا‬jjjَ‫فَق‬
ْ ‫ُصلِّي فِي ْال ِعي َدي ِْن َولَ ْم يَ ْخطُبْ ُخ‬
‫طبَتَ ُك ْم هَ ِذ ِه‬ َ ‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن َك َما ي‬ َ َ‫ ُمتَ َخ ِّشعًا ُمت‬.
َ َ‫ضرِّ عًا ف‬

Maksudnya:
Daripada Ibnu ‘Abbas radhiallahu’ anh, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam (keluar untuk bersolat Istisqa’) dan mengenakan pakaian biasa (bukan
pakaian yang indah-indah seperti solat sunat pada Hari Raya-pen) dengan penuh
harapan. Baginda bersolat dua rakaat sebagaimana solat Hari Raya, tetapi tidak
berkhutbah seperti khutbah yang biasa itu. - Hadis riwayat Imam al-Nasa’i dalam
Sunannya, Kitab al-Istisqa’, no: 1504.
Solat Istisqa’ Dikerjakan Secara Berjemaah Sebanyak Dua Rakaat.
‫قِي‬jjjjjjj‫اس يَ ْست َْس‬ َ ِ ‫و َل هَّللا‬jjjjjjj‫ع َْن َعبَّا ِد ْب ِن تَ ِم ٍيم ع َْن َع ِّم ِه َأ َّن َر ُس‬
ِ َّ‫ َر َج بِالن‬jjjjjjjَ‫لَّ َم خ‬jjjjjjj‫ ِه َو َس‬jjjjjjjْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬jjjjjjj‫ص‬
‫صلَّى بِ ِه ْم َر ْك َعتَ ْي ِن َجهَ َر بِ ْالقِ َرا َء ِة فِيهَا‬
َ َ‫ف‬.
Maksudnya:
Daripada ‘Abbad bin Tamim daripada pakciknya (‘Abdullah bin Zaid al-Mazini)
dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar bersama orang banyak untuk
mengerjakan solat Istisqa’. Baginda bersolat dua rakaat dan menguatkan bacaan
dalam kedua rakaat itu. - Hadis Riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya,
Kitab al-Jumu’ah, no: 510.
Tidak Dilaungkan Azan Atau Iqamah Sebelum Solat Tersebut.

8
َ ِ ‫و ُل هَّللا‬jjjjjjj‫ َر َج َر ُس‬jjjjjjjَ‫ خ‬:‫ا َل‬jjjjjjjَ‫ َرةَ ق‬jjjjjjjْ‫ع َْن َأبِي هُ َري‬
‫قِي‬jjjjjjj‫ا يَ ْست َْس‬jjjjjjj‫لَّ َم يَوْ ًم‬jjjjjjj‫ ِه َو َس‬jjjjjjjْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬jjjjjjj‫ص‬
ٍ ‫صلَّى بِنَا َر ْك َعتَي ِْن بِالَ َأ َذ‬
‫ان َوالَ ِإقَا َم ٍة‬ َ َ‫ف‬

Maksudnya:
Abu Hurairah radhiallahu’ anh berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar
pada suatu hari untuk mengerjakan solat Istisqa’, lalu bersolat bersama kami dua
rakaat tanpa azan atau iqamah…- Hadis Riwayat Imam Ibnu Majah dalam
Sunannya, Kitab Iqaamatush Shalaah was Sunnah Fiiha, no: 1258. Dilaksanakan
Sebagaimana Solat Hari Raya.
Solat Istisqa’ dikerjakan sama sebagaimana solat Hari Raya yakni dengan
melakukan tujuh takbir pada rakaat pertama dan lima takbir pada rakaat kedua.
ً‫ ِّذال‬jjjَ‫عًا ُمتَب‬jjj‫اض‬ َ ِ ‫و ُل هَّللا‬jjj‫ َر َج َر ُس‬jjjَ‫َألَنِي خ‬jjj‫ هُ َأ ْن يَ ْس‬jjj‫ا َمنَ َع‬jjj‫س َم‬
ِ ‫لَّ َم ُمت ََو‬jjj‫ ِه َو َس‬jjjْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬jjj‫ص‬ ٍ ‫ا َل ابْنُ َعبَّا‬jjjَ‫فَق‬
ْ ‫ُصلِّي فِي ْال ِعي َدي ِْن َولَ ْم يَ ْخطُبْ ُخ‬
‫طبَتَ ُك ْم هَ ِذ ِه‬ َ ‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن َك َما ي‬ َ َ‫ ُمتَ َخ ِّشعًا ُمت‬.
َ َ‫ضرِّ عًا ف‬

Maksudnya:
Daripada Ibnu ‘Abbas radhiallahu’ anh, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam (keluar untuk bersolat Istisqa’) dan mengenakan pakaian biasa (bukan
pakaian yang indah-indah seperti solat sunat pada Hari Raya-pen) dengan penuh
harapan. Baginda bersolat dua rakaat sebagaimana solat Hari Raya, tetapi tidak
berkhutbah seperti khutbah yang biasa itu. - Hadis riwayat Imam al-Nasa’i dalam
Sunannya, Kitab al-Istisqa’, no: 1504.
Waktu Perlaksanaan Solat Istisqa’.
Solat sunat Istiqa’ boleh dikerjakan pada bila-bila masa kecuali waktu yang
diharamkan untuk bersolat. Bacaan Dalam Solat Istisqa’ Adalah Secara Jahar
(Kuat).
‫قِي‬jjjjjjj‫اس يَ ْست َْس‬ َ ِ ‫و َل هَّللا‬jjjjjjj‫ع َْن َعبَّا ِد ْب ِن تَ ِم ٍيم ع َْن َع ِّم ِه َأ َّن َر ُس‬
ِ َّ‫ َر َج بِالن‬jjjjjjjَ‫لَّ َم خ‬jjjjjjj‫ ِه َو َس‬jjjjjjjْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬jjjjjjj‫ص‬
‫صلَّى بِ ِه ْم َر ْك َعتَ ْي ِن َجهَ َر بِ ْالقِ َرا َء ِة فِيهَا‬
َ َ‫ف‬.
Maksudnya:
Daripada ‘Abbad bin Tamim daripada pakciknya (‘Abdullah bin Zaid al-Mazini)
dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar bersama orang banyak untuk

9
mengerjakan solat Istisqa’. Baginda bersolat dua rakaat dan menguatkan bacaan
dalam kedua rakaat itu. - Hadis Riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya,
Kitab al-Jumu’ah, no: 510.
Sebagaimana solat Hari Raya dianjurkan juga untuk membaca surah Qaf atau
surah al-Qamar pada rakaat pertama dan bacaan semasa rakaat kedua sama ada
surah al-A’laa atau al-Ghaasyiah.
Tempat Perlaksanaan Solat Istisqa’.
Tidak dikerjakan di dalam masjid tetapi di musolla iaitu di tanah yang lapang
seperti padang atau halaman masjid yang luas.
‫لَّ َم‬jjjjj‫ ِه َو َس‬jjjjjْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬jjjjj‫ص‬
َ ِ ‫و ِل هَّللا‬jjjjj‫ َكا النَّاسُ ِإلَى َر ُس‬jjjjj‫ َش‬:‫ت‬ ْ َ‫ال‬jjjjjَ‫ا ق‬jjjjjَ‫ َي هَّللا ُ َع ْنه‬jjjjj‫ض‬
ِ ‫ةَ َر‬jjjjj‫ع َْن عَاِئ َش‬
‫اس يَوْ ًما يَ ْخ ُرجُونَ فِي ِه‬ َ َّ‫صلَّى َو َو َع َد الن‬ َ ‫ض َع لَهُ فِي ْال ُم‬
ِ ‫ فََأ َم َر بِ ِم ْنبَ ٍر فَ ُو‬.‫قُحُوطَ ْال َمطَ ِر‬.
Ringkasan Tatacara Mengerjakan Solat Istisqa’.
Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Istiqa’
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Takbir Tujuh kali dan diselangi membaca zikir seperti َّ‫ُسب َْحانَ هَّللا ِ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َوالَ ِإلَهَ ِإال‬
‫“ هَّللا ُ َوهَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬Subhanallah, walhamdulillah,wa la ilaha illallah, wallahu akbar”
sebanyak enam kali
5) Membaca surah al-Fatihah
6) Membaca Surah al-Qur’an
7) Rukuk
8) I'tidal
9) Sujud
10)Duduk antara dua sujud
11)Sujud kali kedua
12)Bangun untuk rakaat kedua

Rakaat Kedua
1) Takbir Lima kali dan diselangi membaca zikir seperti َّ‫ُسب َْحانَ هَّللا ِ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َوالَ ِإلَهَ ِإال‬

10
‫“ هَّللا ُ َوهَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬Subhanallah, walhamdulillah,wa la ilaha illallah, wallahu akbar”
sebanyak empat kali
2) Membaca surah al-Fatihah
3) Membaca Surah al-Qur’an
4) Rukuk
5) Iktidal
6) Sujud
7) Duduk antara dua sujud
8) Sujud kali kedua
9) Duduk untuk tahiyyat akhir
10)Memberi salam ke kanan dan ke kiri

2. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah dikerjakan dengan tujuan untuk memperoleh petunjuk dari Allah
SWT, terutama dalam keadaan bingung atau ragu-ragu dalam memilih satu
keputusan diantara banyak pilihan.  Bisa dikerjakan kapan saja (siang atau malam)
dan bisa dilakukan sendiri. Sangat utama apabila dikerjakan dalam waktu seperti
shalat Tahajud karena insya Allah pada jam tersebut kita bisa lebih khusyu’.
Tata Cara Shalat Istikharah
Shalat Istikharah dikerjakan sebanyak 2 raka’at.
Niat
“Ushalli sunnatal istikhaarati rak’ataini lillaahi ta’aalaa.” yang artinya: “Aku
niat shalat sunah istikharah dua raka’at karena Allah Ta’ala.”
Takbiratul Ihram
Membaca doa Iftitah
Membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan membaca surat (diutamakan) Al-Kafirun
untuk raka’at pertama dan Al-Ikhlas untuk raka’at
Selanjutnya shalat dikerjakan sebagaimana gerakan shalat biasanya, sampai pada
salam
 Doa Setelah Shalat Istikharah

11
“Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka
min fadhlikal ‘adzhiimi. Fainnaka taqdiru walaa aqdiru walaa a’lamu wa anta
‘al-laamulghuyuubi. Allaahumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii
fii diinii wama’aasyii faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baariklii fiihi wa
inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa
‘aaqibati amrii wa ‘aajilihi fashrifhu ‘annii washrifnii ‘anhu waqdurlil khaira
haitsu kaana tsumma radh-dhinii bihi.”
Artinya:
“Wahai Allah, bahwasanya aku mohon pilihan olehMu dengan ilmu-Mu, dan
mohon kepastian-Mu dengan kekuasaan-Mu, serta mohon kepada-Mu dari
anugerah-Mu Yang Maha Agung, karena Engkaulah Dzat yang berkuasa, sedang
aku tiada kuasa, dan Engkaulah Dzat Yang Maha Mengetahui, sedang aku tiada
mengetahui, dan Engkaulah Dzat yang mengetahui yang ghoib. Wahai Allah, jika
adanya, Engkau ketahui bahwa urusan ini …….. (sebutkan urusan yang
dimaksud) adalah baik bagiku, untuk duniaku, akhiratku, penghidupanku, dan
akibat urusanku untuk masa sekarang maupun besoknya, maka kuasakanlah
bagiku dan permudahkanlah untukku, kemudian berkahilah dalam urusan itu
bagiku. Namun jikalau adanya, Engkau ketahui bahwa urusan itu ………
(sebutkan urusan yang dimaksud) menjadi buruk bagiku, untuk duniaku,
akhiratku, penghidupanku, dan akibatnya persoalanku pada masa sekarang
maupun besoknya, maka hindarkanlah aku dari padanya, lalu tetapkanlah bagiku
kepada kebaikan, bagaimanapun adanya kemudian ridhoilah aku dengan
kebaikan itu.”

3. Shalat Hajat
Jika kita memiliki maksud, tujuan, keperluan, dan sangat berharap bahwa apa
yang kita inginkan dapat dikabulkan oleh Allah SWT maka kita bisa mengerjakan
shalat sunnat untuk meminta hajat kepada Allah, yakni Shalat Hajat. Shalat ini
tidak hanya terbatas pada keinginan kita semata tetapi juga bisa untuk hubungan
antar sesama manusia.

12
Dengan kata lain, cara termudah dan tercepat untuk mengadu kepada Allah SWT
adalah melalui shalat Hajat. Boleh dikerjakan kapan saja, asalkan bukan pada
waktu yang dilarang, misalnya setelah shalat subuh. Paling utama dikerjakan pada
malam hari, pada sepertiga malam terakhir.
Tata Cara Shalat Hajat
Shalat Hajad dikerjakan paling sedikit 2 raka’at dan paling banyak 12 raka’at
dengan ketentuan satu kali salam setiap 2 raka’at.
Niat
“Ushallii sunnatal haajati rak’aataini lillaahi ta’aala.” yang artinya: “Aku
berniat shalat hajat sunah hajat dua raka’at karena Allah Ta’ala.”
Membaca do’a Iftitah
Membaca surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan membaca salah satu
surah di dalam Al-Qur’an; raka’at pertama membaca surat Al-Ikhlas, raka’at
kedua membaca Ayat Kursi (Surah Al-Baqarah ayat 255).
Dikerjakan dengan gerakan shalat seperti biasa sampai salam.
Selesai shalat, dianjurkan untuk membaca Istighfar sebanyak 100 kali, shalawat
Nabi 100 kali, dilanjutkan dengan doa.
Doa Selesai Mengerjakan Shalat Hajat
“Laa ilaha illallohul haliimul kariimu subhaanallohi robbil ‘arsyil ‘azhiim.
Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin. As `aluka muujibaari rohmatika wa ‘azaaima
maghfirotika wal ghoniimata ming kulli birri wassalaamata ming kulli itsmin Laa
tada’ lii dzamban illa ghofartahu walaa hamman illaa farojtahu walaa haajatan
hiya laka ridhon illa qodhoitahaa yaa arhamar roohimiin.”
Artinya:
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha Penyantun.
Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi
Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang
mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan
memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa
daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan,

13
melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat
kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling Pengasih
dan Penyayang.”
Selesai berdoa, lalu kita memohon kepada Allah tentang apa yang kita inginkan
(yang dihajatkan).

4. Shalat Tasbih
Shalat Tasbih merupakan shalat sunnat yang sangat dianjurkan oleh Rasullullah
SAW, jika mampu, dilakukan setiap hari, seminggu sekali, sebulan sekali, setahun
sekali, bahkan sekali dalam seumur hidup.  Disebut shalat tasbih karena dalam 4
raka’at mengandung bacaan 300 kali tasbih.
Tata Cara Shalat Tasbih
Shalat Tasbih dikerjakan 4 raka’at; jika dikerjakan pada siang hari maka cukup
dengan satu kali salam, jika dikerjakan pada malam hari dengan dua kali salam
(dua raka’at untuk satu salam).
Niat
“Ushallii sunnatat-tasbihi rak’ataini lillahi ta’aalaa. Allahu Akbar.” yang
artinya: “Aku niat shalat sunat tasbih dua raka’at karena Allah Ta’ala. Allah
Maha Besar.”
Niat ini diucapkan untuk Shalat Tasbih yang dua salam.
Membaca doa Iftitah
Membaa Al-Fatihan dilanjutkan dengan salah surat pendek dalam Al-Qur’an
Sebelum ruku’ membaca tasbih (15x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
Ruku’
Setelah ruku’ membaca tasbih (10x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
I’tidal

14
Setelah I’tidal kembali membaca tasbih (10x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
Sujud; setelah membaca bacaan sujud, kembali membaca tasbih (10x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
Duduk antara dua sujud dan setelah selesai bacaannya kembali membaca tasbih
(10x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
Sujud kedua, selesai bacaan sujud kembali membaca tasbih (10x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
Sambil duduk tuma’ninah, kita membaca tasbih (10x) :
“Subhaanallaahi wal-hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu walaahu akbar wa
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-azhiim.”
Lakukan kembali pada raka’at selanjutnya, sampai salam.
Ringkasnya:
Selesai membaca surat pada raka’at pertama : tasbih 15x
Ruku’ : tasbih 10x
I’tidal : tasbih 10x
Sujud pertama : tasbih 10x
Duduk di antara sujud : tasbih 10x
Sujud kedua : tasbih 10x
Duduk setelah sujud kedua (tuma’ninah) : tasbih 10x

Doa Selesai Shalat Tasbih


ِ j‫صب ِْر َو ِج َّد َأ ْه‬
‫ل‬j َّ ‫ َو ع َْز َم َأ ْه ِل ال‬ ‫ص َح ِة َأ ْه ِل التَّوْ بَ ِة‬ َ ‫ق َأ ْه ِل ْالهُدَى َو َأ ْع َمـا َل َأ ْه ِل ْاليَقِ ْي ِن َو ُمنَا‬ َ ُ‫اَللَّهُ َّم ِإنِّ ْي َأسَْئل‬
َ ‫ك تَوْ فِ ْي‬
َ‫ة‬jَ‫ك َم َخاف‬ َ ُ‫َئل‬j‫ اَللَّهُ َّم ِإنِّ ْي َأ ْس‬. َ‫ك‬jَ‫ ِل ْال ِع ْل ِم َحتَّى ُأخَاف‬j‫انَ َأ ْه‬jَ‫ع َو ِعرْ ف‬ ِ ‫ َو َر‬j‫ل ْال‬jِ ‫د َأ ْه‬jَ jَ‫ ِة َو تَ َعب‬jَ‫ل ال َّر ْغب‬j
ِ ‫ب َأ ْه‬ َ َ‫يَ ِة َو طَل‬j‫ْال َخ ْش‬

15
َ‫ك‬jj‫ا ِم ْن‬jjً‫َاصحُكَ فِى التَّوْ بَ ِة َو خَ وْ ف‬ ِ ‫ك َو َحتَّى ُأن‬ َ ‫ضا‬
َ ‫ق بِ ِه ِر‬ ُّ ‫ك َع َمالً َأ ْست َِح‬ َ ِ‫ص ْيكَ َحتَّى َأ ْع َم َل بِطَا َعت‬ ِ ‫تُحْ ِج ُزنِ ْي ع َْن َم َعا‬
ِ ِ‫ ال‬j‫ ْب َحانَ َخ‬j‫كَ ُس‬jjِ‫نَ الظَنِّ ب‬j‫ا َو ُأحْ ِس‬jjَ‫وْ ِر ُكلِّه‬jj‫ك فِي ْاُأل ُم‬
‫ق‬ َ j‫ك َو َحتَّى َأتَ َو َّك َل َعلَ ْي‬ َ jَ‫صي َْحةَ ُحبًّا ل‬ ِ َّ‫ك الن‬
َ َ‫ص ل‬ َ ِ‫َو َحتَّى ُأ ْخل‬
ِ ‫ك يَا َأرْ َح َم الر‬
َ‫َّاح ِم ْين‬ َ ِ‫ بِ َرحْ َمت‬،ٌ‫ك َعلَى ُّك ِّل َش ْيٍئ قَ ِد ْير‬َ َّ‫ َربَّنَا َأ ْت ِم ْم لَنَا نُوْ َرنَا َوا ْغفِرْ لَنَا ِإن‬.‫النُّوْ ِر‬
Artinya:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu taufiq Orang-orang yang mendapat
petunjuk, amalan Orang-orang yang mempunyai keyakinan kuat, ketulusan
Orang-orang yang bertaubat, keteguhan hati Orang-orang yang sabar,
kesungguhan Orang-orang yang takut kepada-Mu, permohonan Orang-orang
yang mengharapkan-Mu, Ibadah ( ketaatan ) ahli wira’i dan kebijakan ahli ilmu,
sehingga aku takut kepada-Mu. Ya Allah aku memohon kepada-Mu perasaan
takut yang dapat menhalangiku berbuat maksiat, sehingga aku dapat melakukan
suatu amalan untuk mentaati perintah-Mu, yang dengan amalan itu aku berhak
mendapat ridho-Mu, hingga aku sanggup memurnikan taubatku karena takut
kepadamu. Mengikhlaskan nasihat-Mu karena cintaku kepada-Mu. Dan aku
bertawakkal kepada-Mu dalam segala urusan karena persangkaan baikku
kepada-Mu Maha Suci Dzat yang menciptakan cahaya. Ya Tuhan kami
sempurnakanlah cahaya untuk kami dan ampunilah kami sesungguhnya engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan rahmat-Mu wahai yang Maha
Penyayang.”

5. Sholat Tahiyatul Masjid


Salat tahiyatul masjid disunnahkan untuk dikerjakan setiap masuk ke rumah Allah
SWT dan Menjadi shalat sunnah pertama yang dikerjakan saat masuk ke
rumah Allah SWT, shalat tahiyatul masjid memiliki ketentuan tersendiri.
Dalam Islam, masjid adalah tempat yang mulia karena merupakan tempat
untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
jُ ‫ هَّللا‬j‫و‬jَ j‫ا‬j‫ و‬j‫ ُر‬jَّ‫ ه‬j‫ط‬ َ jَ‫ت‬jَ‫ ي‬j‫ن‬jْ ‫ َأ‬j‫ن‬jَ j‫ُّ و‬j‫ ب‬j‫ ِح‬jُ‫ ي‬j‫ ٌل‬j‫ ا‬j‫ َج‬j‫ ِر‬j‫ ِه‬j‫ي‬jjِ‫ ف‬j‫ ِه‬j‫ي‬jjِ‫ ف‬j‫ َم‬j‫و‬jjُ‫ق‬jَ‫ ت‬j‫ن‬jْ ‫ َأ‬j‫ق‬ jَ j‫ ُأ ِّس‬j‫ ٌد‬j‫ ِج‬j‫ ْس‬j‫ َم‬jَ‫ل‬
ُّ j‫ َأ َح‬j‫م‬jٍ j‫و‬jْ jjَ‫ ي‬j‫ ِل‬j‫ َأ َّو‬j‫ن‬jْ j‫ ِم‬j‫ ى‬j‫ َو‬j‫ ْق‬jَّ‫ت‬j‫ل‬j‫ ا‬j‫ى‬jَ‫ ل‬j‫ َع‬j‫س‬
j‫ن‬jَ j‫ ي‬j‫ ِر‬jِّ‫ه‬jَّ‫ ط‬j‫ ُم‬j‫ ْل‬j‫ب ا‬ُّj j‫ح‬jِ jُ‫ي‬

16
(… Lamasjidun ussisa 'alat-taqwā min awwali yaumin aḥaqqu an taqụma
fīh, fīhi rijāluy yuḥibbụna ay yataṭahharụ, wallāhu yuḥibbul-muṭṭahhirīn)
Artinya: “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya.
Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri, dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah:
108)
Selain dalam Alquran, kemuliian masjid juga mendapatkan penjelasan dari
hadits Rasulullah SAW. Misalnya saat beliau bersabda:
j‫ َح‬j‫ ا‬j‫ر‬jَ j‫و‬jْ ‫ َأ‬j‫ ا‬j‫ َد‬j‫ َغ‬j‫ ا‬j‫ َم‬jَّ‫ ل‬j‫ اًل ُك‬j‫ ُز‬jُ‫ ن‬j‫ ِة‬jَّ‫ ن‬j‫ َج‬j‫ ْل‬j‫ ا‬j‫ي‬jِ‫ ف‬jُ‫ه‬jَ‫ ل‬jُ ‫ هَّللا‬j‫ َّد‬j‫ َأ َع‬j‫ َح‬j‫ ا‬j‫ َر‬j‫و‬jْ ‫ َأ‬j‫ ِد‬j‫ ِج‬j‫ ْس‬j‫ َم‬j‫ ْل‬j‫ ا‬j‫ى‬jَ‫ ِإ ل‬j‫ ا‬j‫ َد‬j‫ َغ‬j‫ن‬jْ j‫َم‬
Artinya: “Barangsiapa berangkat pagi atau sore hari  ke masjid, maka Allah
akan mempersiapkan hidangan baginya di surga, setiapkali ia berangkat
pagi atau sore hari.” (HR Bukhari dan Muslim)
Karena mulianya keberadaan, ada beberapa adab atau sopan santun yang
ditentukan oleh syari’at Islam. Misalnya dengan melaksanakan shalat
Tahiyatul Masjid.
Ini adalah shalat sunnah sebanyak dua raka’at, dan dikerjakan oleh
seseorang ketika masuk ke dalam masjid dan sebelum duduk. Rasulullah
SAW bersabda:
َ jِّ‫ل‬j‫ص‬
j‫ي‬ jْ jِ‫ ل‬j‫ج‬jْ jَ‫ ي‬jَ‫ال‬jَ‫ ف‬j‫ َد‬j‫ ِج‬j‫ ْس‬j‫ َم‬j‫ ْل‬j‫ ا‬j‫ ُم‬j‫ ُك‬j‫ ُد‬j‫ح‬jَ ‫ َأ‬j‫ َل‬j‫ َخ‬j‫ َد‬j‫ ا‬j‫ِإ َذ‬
jَ jُ‫ ي‬j‫ى‬jَّ‫ ت‬j‫ َح‬j‫س‬
Artinya: “Apabila salah seorang di antara kamu masuk masjid, maka
janganlah ia duduk sehingga ia melaksanakan shalat dua raka’at.” (HR
Ahmad dari Abu Hurairah)
Shalat tahiyatul masjid dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap
masjid, sehingga menjadi sunnah yang juga dicontohkan oleh Rasulullah
SAW .

Berdasarkan kesepakatan para ulama, hendaknya setiap orang yang masuk


ke dalam masjid baik siang atau malam tidak langsung duduk, tapi
mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid dulu.

17
Ketentuan Shalat Tahiyatul Masjid
Sholat Tahiyatul Masjid adalah sunnah dilakukan saat seseorang masuk ke
dalam masjid. Ini dilakukan saat seseorang belum duduk di dalam masjid.
Sehingga apabila seseorang sudah duduk terlebih dahulu, maka kesunnahan
sholat Tahiyatul Masjid sudah tidak berlaku lagi. Sebenarnya, waktu shalat
Tahiyatul Masjid tidak terbatas. Artinya, setiap kali seseorang mengunjungi
masjid dan belum duduk, maka disunahkan melakukannya. Selain itu, shalat
sunah Tahiyatul Masjid itu tidak dianjurkan dilakukan berjamaah. Terdapat
juga 3 waktu yang dilarang  untuk melakukan sholat tahiyatul masjid, yakni:
Ketika shalat berjamaah akan segera dilaksanakan atau iqamah
dikumandangkan. Ini tidak dianjurkan untuk melaksanakan salat Tahiyatul
Masjid, karena dikhawatirkan akan tertinggal salat berjamah.
Saat seorang khatib yang akan langsung naik mimbar untuk mengisi
khutbah salat Jumat. Misalnya, seorang khatib tiba di masjid ketika
memasuki waktu shalat Jumat , maka lebih baik bagi seorang khatib untuk
langsung naik mimbar.
Seseorang yang tiba di masjid ketika khutbah salat Jumat akan segera
berakhir. Maka, lebih baik bagi seseorang tersebut untuk langsung duduk
diam mendengarkan khutbah.
Tata Cara Shalat Tahiyatul Masjid
Meski sama seperti tata cara shalat sunnah lainnya, berikut ini adalah tata
cara shalat tahiyatul masjid yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
1. Niat Shalat Tahiyatul Masjid
Banyak ulama yang bersepakat bahwa niat tempatnya di dalam hati, jadi
sebenarnya tidak masalah jika tidak diungkapkan atau dibacakan.
Namun, jika ada yang ingin melafalkanya, ini adalah niat yang bisa
diucapkan:
j‫ى‬jَ‫ل‬j‫ ا‬j‫ َع‬jَ‫ ت‬jِ ‫ هّٰلِل‬j‫ ِن‬j‫ ْي‬jَ‫ ت‬j‫ َع‬j‫ ْك‬j‫ َر‬j‫ ِد‬j‫ج‬jِ j‫ ْس‬j‫ َم‬j‫ ْل‬j‫ ا‬j‫َّة‬j‫ ي‬j‫ح‬jِ jَ‫ ت‬jً‫َّة‬j‫ ن‬j‫ ُس‬j‫ى‬jِّ‫ ل‬j‫ص‬
َ jُ‫ا‬
(Usholli sunnata tahiyyatil masjidi rok’ataini lillaahi ta’aalaa)

18
Artinya: “Aku berniat sholat untuk menghormati masjid sebanyak dua
rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Takbiratul Ihram
Di sini dianjurkan untuk mengangkat tangan sambil mengucapkan Allahu
Akbar, sama seperti hendak shalat biasa.
3. Bersedekap dan Membaca Doa Iftitah
Setelah takbir, sedekapkan kedua tangan di bagian perut dan atas pusar
sambil membaca doa iftitah
4. Membaca Surat Al-Fatihah
Setelah membaca doa iftitah, kemudian membaca  surat Al-Fatihah .
5. Membaca Satu Surat atau Sebagian Ayat Alquran
Sebenarnya, tidak diwajibkan membaca surat apapun. Akan tetapi, ulama
menyebutkan bahwa saat sholat tahiyatul masjid, seseorang dianjurkan
membaca surat tertentu.
6. Ruku’
Selesai membaca surat, kemudian angkat kedua tangan setinggi telinga dan
membaca Allahu Akbar.
Kemudian badan dibungkukkan, kedua tangan memegang lutut sambil
ditekan. Usahakan antara punggung dan kepala supaya sejajar dan rata.
Setelah sempurna, kemudian membaca doa ruku sebanyak tiga kali
7. I’tidal
Setelah selesai ruku’, kemudian bangkit tegak dengan mengangkat kedua
tangan setinggi telinga sambil membaca zikir i’tidal sebanyak tiga kali.
Setelah berdiri tegak saat I’tidal, dianjurkan membaca doa setelah I’tidal
seperti biasa.

8. Sujud Pertama
Selesai i’tidal lalu sujud dengan cara meletakkan dahi pada sajadah. Ketika
turun dari berdiri I’tidal ke sujud dianjurkan sambil membaca Allahu akbar,
dan saat sudah sujud dianjurkan membaca doa sujud.

19
9. Duduk di Antara Dua Sujud
Setelah sujud lalu bangun sambil membaca Allahu akbar untuk duduk, dan
saat duduk dianjurkan membaca doa di antara dua sujud .
10. Sujud Kedua
Setelah selesai melakukan duduk di antara dua sujud, kemudian sujud
kembali setelah membaca takbir, kemudian kembali membaca doa sujud.
11. Rakaat Kedua
Berdiri untuk melakukan rakaat kedua sambil membaca takbir. Ulangi tahap
membaca surah Al-Fatihah hingga sujud kedua.
12. Tahiyat Akhir
Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk dengan kaki bersilang sambil
membaca takbir.
Usahakan pantat menempel di alas sholat, dan kaki kiri dimasukkan ke
bawa kaki kanan, jari-jari kaki kanan tetap menekan ke kiri alas sholat.
Setelah itu membaca doa tahiyat akhir.
13. Salam
Selesai membaca tahiyat akhir, kemudian salam dengan menengok ke kanan
dan ke kiri sambil membaca salam.
Itulah penjelasan mengenai shalat tahiyatul masjid. Semoga menjadi
kebiasaan dalam menjalankan sunnah dari Rasulullah SAW.

6. Sholat Lailatul Qadar


Malam Lailatul Qadar adalah malam yang paling ditunggu bagi umat Muslim di
bulan Ramadan. Di malam tersebut sebagaimana yang diterangkan oleh Wahbah
Az Zuhaili dalam kitabnya Tafsir Munir, diturunkanlah Al-Qur’an. Di
malam Lailatul Qadar atau seribu bulan juga turun para malaikat termasuk
malaikat Jibril untuk memohonkan kepada Allah SWT untuk memberikan cahaya-
cahaya, keberkahan, keutamaan, dan kebaikan kepada hamba-hamba Allah SWT
yang beribadah (melakukan amalan sholeh). Ada juga yang mengatakan bahwa
Lailatul Qadar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.

20
Dianjurkan pula jelang malam Lailatul Qadar untuk melaksanakan berbagai
amalan kebaikan, salah satunya sholat Lailatul Qadar.
Waktu Sholat Lailatul Qadar
Waktu sholat Lailatul Qadar tentunya dilakukan saat malam Lailatul Qadar.
Namun malam Lailatul Qadar tidak ada yang tahu pasti kapan tepat datangnya.
Salah satu pendapat ulama terdahulu mengatakan bahwa malam Qadar jatuh pada
malam-malam 10 terakhir Ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil.
Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama, di antaranya Madzhab Al-
Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, serta Al-Auza’i dan Abu Tsaur.
Bahkan Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah menegaskan bahwa malam itu tepatnya
malam tanggal 27 Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadis sebagai berikut:
"Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Di antara malam ganjil pada 10 malam terakhir bulan Ramadan tersebut misalnya
saja malam 21, 23, 25, 27, serta 29. Sehingga dianjurkan untuk melakukan
berbagai amalan sunnah agar dapat meraih malam Lailatul Qadar.
Meski tidak mudah untuk diraih dan diketahui waktu pastinya, ada beberapa
tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar yang perlu diketahui. Berikut
beberapa tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar:
- Udara dan suasana pagi yang tenang
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak
pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna
merah”

- Cahaya mentari redup


Dasarnya dari hadits Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda:

21
“Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak
nampan” (HR. Muslim)
- Terkadang terbawa dalam mimpi
Dari sahabat Ibnu Umar radliyallahu'anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat
Nabi saw diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah SWT) pada 7
malam terakhir (Ramadhan) kemudian Rasulullah saw berkata,
”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam
terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam
terakhir. (HR Muslim)

- Bulan tampak separuh bulatan


Ada juga yang menyebutkan bahwa malam itu bulan nampak separuh bulatan,
sebagaimana hadits berikut ini :
Abu Hurairah radliyallahuanhu berkata, ”Kami pernah berdiskusi tentang
lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, “Siapakah dari kalian
yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR.
Muslim)
- Malam dengan ciri tertentu
Dasarnya adalah hadits Ubadah bin Shamit radhiyallahuanhu berikut ini :
"Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang
tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak
dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda
Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak
bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk
keluar bersama matahari pagi itu" (HR. Ahmad)
“Lailatu-Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada
awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada
malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. At-Thabrani)
Bacaan Niat Sholat Lailatul Qadar

22
Adapun bacaan niat sholat Lailatul Qadar yang bisa diamalkan pada 10 malam
terakhir bulan Ramadan melansir dari dalamislam.com:
"Ushalli Sunnata lailatil Qadri Arba'arakaatin Lillahi Ta'aalaa."
Artinya: "Saya niat sholat sunnah Laialtul Qadar dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Bacaan niat tersebut dapat dibaca dalam hati dan dilakukan dengan mengharap
ridho dari Allah SWT. Setelah itu kalian dapat melanjutkan untuk menunaikan
sholat Lailatul Qadar.
Tata Cara Sholat Lailatul Qadar
Setelah memahami bacaan niat sholat Lailatul Qadar, pada dasarnya tata cara
sholat Lailatul Qadar sama seperti menjalankan ibadah sholat wajib ataupun
sunnah namun ada sedikit perbedaan.
Di mana sholat Lailatul Qadar terdiri dua rakaat, empat rakaat, serta maksimal dua
belas rakaat. Berikut tata caranya:
1. Membaca Niat
2. Takbiratul ikhram.
Tidak berbeda dengan awalan ketika sholat lainnya, sholat lailatul qadar juga
diawali dengan melakukan gerakan takbiratul ikhram dengan mengucapkan
kalimat takbir yaitu "Allahu Akbar".
3. Membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek.
Setelah itu, dilanjutkan membaca surat Al-Fatihah pada tiap rakaat. Dilanjutkan
membaca surat Al-Ikhlas 7 kali atau At-Takatsur 1 kali, kemudian Al-Ikhlas 3 kali
atau Al-Qadr sebanyak 3 kali. Namun apabila kesulitan membaca surat pendek
tersebut, bisa juga membaca surat pendek lainnya sesuai kemampuan masing-
masing.

4. Tidak menggunakan tahiyat awal.


Sholat lailatul qadar terdapat perbedaan dengan pelaksanaan sholat wajib
sebanyak empat rakaat. Di mana pada rakaat kedua sholat lailatul qadar tidak

23
perlu duduk tahiyat. Namun, langsung bangun dan melanjutkan rakaat yang
ketiga.
5. Tahiyat akhir.
Jika sudah sampai rakaat keempat, lakukan duduk tahiyat akhir kemudian
mengucap doa tahiyat yang sama dengan doa tahiyat pada sholat lainnya.
6. Mengucap salam.
Seperti pada sholat lainnya, jika sudah selesai mengucap doa tahiyat akhir, maka
gerakan selanjutnya yaitu melakukan salam.
Doa Sholat Lailatul Qadar
Setelah menunaikan sholat Lailatul Qadar, ada bacaan doa yang dianjurkan untuk
dibaca. Di mana setelah menunaikannya dapat dilanjutkan dengan berdzikir dan
berdoa kepada Allah SWT dengan ikhlas mengharap ridho dan ampunan.
Berikut ini doa yang bisa dibaca pada malam Lailatul Qadar:
"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni'."
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemaaf dan Pemurah
maka maafkanlah diriku."
Selain itu dapat dilanjutkan dengan bacaan doa-doa lainnya mulai dari memohon
keselamatan, ampunan, pertolongan, perlindungan, ataupun keteguhan iman.

BAB III
PENUTUP

24
A. Kesimpulan
Diantara banyak macam-macam shalat sunnah yang pernah
dilakukan oleh Rasulullah saw. Ada shalat-shalat sunnah yang tergolong
pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada pula yang dilakukan
secara berjamaah ataupun tidak berjamaah atau munfarid. Namun tetap
dilaksanakan Rasulullah saw. Sebagai tauladan bagi umat islam di seluruh
dunia. Dari semua shalat sunnah pada intinya adalah shalat sunnah itu
dilakukan untuk menambah atau menutupi kekurangan-kekurangan ibadah
wajib.
B. Saran

Sholat sunnah akan mendapatkan pahala apabila di kerjakan, maka


apabila kita ingin mendapatkan pahala tambahan di samping sholat wajib
dapat di laksanakan dengan melakukan sholat sunnah. Demikian makalah
yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan, kita pelajari mendapatkan
anugrah dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua. Dengan
semangat belajar yang tinggi pula insyaallah dapat menegakkan tiang agama dan
mendapatkan tempat yang mulia kelak di hari akhir amin ya robbal alamin.

DAFTAR PUSTAKA

25
Djazuli, A. Zainuddin. Tt. Fiqih Ibadah. Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr
Ponpes Al-Falah.
Ibnu Hajar Al-Asqalani. 2013. Terjemahan Bulughul Maram. Jogjakarta: Hikam
Pustaka.
Ma’shum. Tt. Tuntunan Shalat Lengkap dan Do’a-Do’a. tk: Bintang Pelajar.
Rifa’i, Mohammad. Tt. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Karya
Toha Putra.
Sabiq, sayyid. Tt. Fiqih Sunnah. Jakarta: PT. Al-Ma’arif.
Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi.2004. Fiqih
Empat Madzab. Bandung: Hasyimi Press.
Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddiqiey. 2003. Mutiara Hadist 3 Shalat.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ulfah, Isnatin. 2016. Fiqh Ibadah. Ponorogo: STAIN po press.
http://nurhasanah.blog.com/2010/06/28/materi-salat-sunnah-berjamaah-dan-
munfarid/[6]
http://paismpn4skh.wordpress.com/2010/01/02/shalat-sunah-berjamaah-dan-
munfarid/ http://s1.isla sunahmhouse.com/data/id/ih_articles/chain/
Summary_of_the_Islamic_Fiqh_Tuwajre/03_Worship/02_Salah/
id_salat_16a.pdf
http://orgawam.wordpress.com/2008/05/27/macam-macam-shalat-sunnah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat_sunah

26

Anda mungkin juga menyukai