Dalam pembuatan penulisan makalah ini tidak akan selesai apabila tidak
ada bantuan dari beberapa pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang berpartisipasi langsung
maupun tidak langsung dari mulai pencarian, pembuatan sampai selesainya
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Sujud Sahwi .............................................................................. 3
B. Sujud Tilawah .......................................................................... 4
C. Sujud Syukur.............................................................................. 5
D. Shalat Berjamaah ...................................................................... 7
E. Shalat Jamak .............................................................................. 8
F. Shalat Qashar ............................................................................. 9
G. Shalat Orang yang Sakit............................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sujud Sahwi, Sujud Tilawah, dan Sujud Syukur ?
2. Apa yang dimaksud dengan Shalat Berjamaah ?
1
3. Apa yang dimaksud dengan Shalat Qasar dan Jamak ?
4. Apa yang dimaksud dengan Shalat Orang yang Sakit ?
C. Tujuan
Berangkat dari latar belakang tersebut, makalah ini mencoba membahas
beberapa permasalahan mengenai Sujud Sahwi, Sujud Tilawah, Sujud Syukur,
Shalat Berjamaah, Shalat Jamak dan Qashar, Shalat Orang Sakit. Jika dijabarkan,
permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini di antaranya adalah :
1. Dapat mengetahui pemabahasan seputar Sujud Sahwi, Sujud Tilawah, Sujud
Syukur.
2. Dapat mengetahui pemabahasan seputar Shalat Berjamaah.
3. Dapat mengetahui pemabahasan seputar Shalat Jamak dan Qashar.
4. Dapat mengetahui pemabahasan seputar Shalat Orang yang Sakit.
5.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah suatu istilah untuk dua sujud yang dikerjakan oleh
orang yang shalat, fungsinya untuk menambah celah-celah yang kurang
dalam shalatnya karena lupa.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang harus mengerjakan sujud sahwi
ada tiga macam : penambahan, pengurangan dan ragu-ragu.
1. Jika terdapat kekurangan pada shalat seperti kekurangan tasyahud awwal, ini
berarti kekurangan tadi butuh ditambal, maka menutupinya tentu saja dengan
sujud sahwi sebelum salam untuk menyempurnakan shalat. Karena jika
seseorang sudah mengucapkan salam, berarti ia sudah selesai dari shalat.
2. Jika terdapat kelebihan dalam shalat seperti terdapat penambahan satu
raka’aat, maka hendaklah sujud sahwi dilakukan sesudah salam. Karena sujud
sahwi ketika itu untuk menghinakan setan.
3. Jika terdapat keragu-raguan dalam shalat, lalu tidak nampak baginya keadaan
yang yakin. Semisal ia ragu apakah shalatnya empat atau lima raka’at. Jika
ternyata shalatnya benar lima raka’at, maka tambahan sujud tadi untuk
menggenapkan shalatnya tersebut. Jadi seakan-akan ia shalat enam raka’at,
bukan lima raka’at. Pada saat ini sujud sahwinya adalah sebelum salam
karena shalatnya ketika itu seakan-akan perlu ditambal disebabkan masih ada
yang kurang yaitu yang belum ia yakini.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa hadits bahwa sujud sahwi
dilakukan dengan dua kali sujud di akhir shalat sebelum atau sesudah salam.
Ketika ingin sujud disyariatkan untuk mengucapkan takbir “Allahu akbar”,
begitu pula ketika ingin bangkit dari sujud disyariatkan untuk bertakbir.
Contoh cara melakukan sujud sahwi sebelum salam dijelaskan dalam hadits
‘Abdullah bin Buhainah.
َّر فِي ُكلِّ َسجْ َد ٍة َوهُ َو َجالِسٌ قَب َْل أَ ْن يُ َسلِّ َمdَ صاَل تَهُ َس َج َد َسجْ َدتَ ْي ِن فَ َكب
َ فَلَ َّما أَتَ َّم
3
“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu
beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan
sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)
Contoh cara melakukan sujud sahwi sesudah salam dijelaskan dalam hadits
Abu Hurairah,
عdَ َع ثُ َّم َكب ََّر َو َس َج َد ثُ َّم َكب ََّر َو َرفdَ َ َر ْك َعتَي ِْن َو َسلَّ َم ثُ َّم َكب ََّر ثُ َّم َس َج َد ثُ َّم َكبَّ َر فَ َرفdصلَّى
َ َف
“Lalu beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam.
Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu
beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya.
Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan
Muslim no. 573)
Sujud sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam sebagaimana
dijelaskan dalam hadits ‘Imron bin Hushain,
. َر ْك َعةً ثُ َّم َسلَّ َم ثُ َّم َس َج َد َسجْ َدتَ ْي ِن ثُ َّم َسلَّ َمdصلَّى
َ َف
“Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah raka’at yang kurang
tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan
dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)
B. Sujud Tilawah
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika membaca atau
mendengar ayat-ayat tertentu dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut
disebut dengan ayat sajdah. Di dalam mushaf Al-Qur’an ayat-ayat sajdah ini
biasanya bisa diketahui dengan adanya tanda tertentu seperti tulisan kata as-
sajdah dengan tulisan Arab di pinggir halaman sebaris dengan ayatnya, atau
adanya gambar seperti kubah kecil di akhir ayat. Ketika ayat sajdah dibaca
orang yang membaca atau yang mendengarnya disunahkan untuk bersujud
satu kali baik dalam keadaan shalat maupun di luar shalat.
Disyariatkannya sujud tilawah ketika membaca atau mendengar ayat sajdah
didasarkan pada beberapa hadits di antaranya:
Hadis riwayat Imam Abu Dawud dari Ibnu Umar:
َو َس َج َد، فَإِ َذا َم َّر بِالسَّجْ َد ِة َكب ََّر، َم يَ ْق َرأُ َعلَ ْينَا ْالقُرْ آنdَ َّصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل
َ ِ َكانَ َرسُو ُل هَّللا
ُ َم َعهdَو َس َج ْدنَا
4
Artinya: “Adalah nabi membacakan Al-Qur’an kepada kita, maka ketika
melewati ayat As-Sajdah beliau bertakbir dan bersujud, dan kami pun
bersujud bersamanya.”
Tata Cara Sujud Tilawah
Di luar shalat ketika seseorang membaca atau mendengar ayat sajdah
dan ia berkehendak untuk melakukan sujud tilawah maka yang mesti ia
lakukan adalah memastikan dirinya tidak berhadats dan tidak bernajis dengan
cara berwudlu dan mensucikan najis yang ada. Setelah itu menghadapkan diri
ke arah kiblat untuk kemudian bertakbiratul ihram dengan mengangkat kedua
tangan. Setelah berhenti sejenak lalu bertakbir lagi untuk turun bersujud tanpa
mengangkat kedua tangan. Setelah sujud satu kali lalu bangun untuk
kemudian duduk sejenak tanpa membaca tahiyat dan mengakhirinya dengan
membaca salam.
Sedangkan melakukan sujud tilawah dalam keadaan sedang shalat
dengan cara setelah dibacanya ayat sajdah maka bertakbir tanpa mengangkat
tangan untuk kemudian turun bersujud satu kali. Setelah itu bangun dari sujud
untuk berdiri lagi dan melanjutkan shalatnya. Bila ayat sajdah yang tadi
dibaca berada di tengah surat maka ia kembali melanjutkan bacaan suratnya
hingga selesai dan ruku’. Namun bila ayat sajdah yang tadi dibaca berada di
akhir surat maka setelah bangun dari sujud tilawah ia sejenak berdiri atau
lebih disukai membaca sedikit ayat lalu diteruskan dengan ruku’ dan
seterusnya.
Adapun bacaan yang sunah dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana
disebutkan Imam Nawawi dalam kitab Raudlatut Thâlibîn adalah:
بِ َحوْ لِ ِه َوقُ َّوتِ ِه،ُص َره َ َس َج َد َوجْ ِهي لِلَّ ِذي َخلَقَهُ َو
َّ َو َش،ُص َّو َره
َ َق َس ْم َعهُ َوب
“Sajada wajhiya lil ladzî khalaqahû wa shawwarahû wa syaqqa sam’ahû wa
basharahû bi haulihî wa quwwatihî.
C. Sujud Syukur
Menurut bahasa syukur berarti berterimakasih. Sedangkan menurut
istilah syara’ sujud syukur adalah sujud untuk berterimakasih kepada Allah
SWT. Sujud ini dilakukan saat seseorang memperoleh kenikmatan dari Allah
5
SWT, atau selamat dari suatu musibah. Hukum sujud syukur ini adalah
sunnah. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW :
Artinya: “Dari Abi Bakrah ia berkata: bahwasannya Nabi Muhammad SAW
apabila mendapatkan sesuatu yang disenangi atau diberi kabar gembira,
segeralah tunduk dan sujud sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.” (HR.
Abu Daud, Ibnu Majjah dan At-Tirmidzi).
Dari hadis tersebut jelas bahwa Rasulullah SAW menyuruh kita untuk
bersujud syukur apabila kita mendapatkan berita gembira atau sesuatu yang
kita senangi itu tercapai. Sebagai bentuk rasa terimakasih kita kepada Allah
SWT, karena Allah lah yang telah memberikan apa yang kita harapkan.
Ada beberapa sebab seseorang untuk melakukan sujud syukur yaitu:
1) Disaat seseorang mendapatkan nikmat dari Allah SWT
2) Disaat seseorang selamat dari mara bahaya
3) Disaat seseorang mendapatkan berita gembira
4) Disaat seseorang memperoleh apa yang ia harapkan
Syarat Sujud Syukur
1) Suci dari hadas dan najis
2) Menutup aurat
Rukun Sujud Syukur
1) Niat
2) Takbiratul ihram
3) Sujud satu kali
4) Salam
Tata Cara Melakukan Sujud Syukur
Cara melakukan sujud syukur ialah dimulai dengan takbir kemudian
melakukan sujud satu kali, lalu membaca doa sujud syukur kemudian
memberi salam.
Doa sujud syukur yaitu sebagai berikut:
6
Artinya: Wahai Tuhanku, ilhamkanlah aku supaya selalu mensyukuri akan
nikmat-Mu yang telah Engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku,
dan supaya aku tetap mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridhai. Dengan
Rahmat-Mu masukkanlah aku ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang
soleh.”(QS. An-Namlu:19)
D. Salat berjamaah
Merujuk pada aktivitas salat yang dilakukan secara bersama-sama. Salat
ini dilakukan oleh minimal dua orang dengan salah seorang menjadi imam
(pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmum.
Fardhu `ain
Fardhu `ain adalah wajib, Ada hadits yang mengatakan bahwa jika seorang
mendengar azan, kemudian tidak salat berjamaah maka orang itu tidak
menginginkan kebaikan maka kebaikan itu sendiri tidak menginginkannya
pula. Dengan demikian bila seorang muslim meninggalkan salat jamaah tanpa
uzur, dia berdoa namun salatnya tetap syah. Kemudian ada hadits yang
menjelaskan jika ada orang yang tidak salat berjamaah, maka nabi akan
membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri salat berjamaah.
Fardhu kifayah
Yang mengatakan fardhu kifayah adalah Al Imam Asy Syafi`i dan Abu
Hanifah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Habirah dalam kitab Al Ifshah
jilid 1 halaman 142. Demikian juga dengan jumhur (mayoritas) ulama baik
yang lampau (mutaqaddimin) maupun yang berikutnya (mutaakhkhirin).
Termasuk juga pendapat kebanyakan ulama dari kalangan mazhab Al
Hanafiyah dan Al Malikiyah. Dikatakan sebagai fardhu kifayah maksudnya
adalah bila sudah ada yang menjalankannya, maka gugurlah kewajiban yang
lain untuk melakukannya. Sebaliknya, bila tidak ada satu pun yang
menjalankan salat jamaah, maka berdosalah semua orang yang ada di situ.
Hal itu karena salat jamaah itu adalah bagian dari syiar agama Islam.
Hadits dari Malik bin Huwairits menjelaskan ia mendengar ada hadits yang
menjelaskan pentingnya mengajarkan salat kepada keluarga bila waktu salat
telah tiba, maka lantunkanlah azan dan yang tertua maka menjadi imam
7
salat.Kemudian ada penjelasan bahwa salat berjamaah lebih utama sebanyak
27 derajat dibandingkan salat sendirian.
E. Shalat Jamak
Rukhsah ialah satu keringanan yang diberikan oleh Allah S.W.T kepada
hambanya dalam hal-hal tertentu, shalat jamak contohnya. Apa itu shalat
jamak? Shalat jamak ialah mengerjakan 2 shalat wajib dalam satu waktu.
Contoh: shalat dzuhur dan shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya.
INGAT: Shalat subuh tidak boleh dijamak dan harus dikerjakan pada
waktunya. Ada dua macam shalat jamak:
1. Shalat Jamak Takdim
Jamak takdim dikerjakan pada waktu shalat yang pertama. Maksudnya,
jika anda akan menjamak shalat dzuhur dan ashar, maka anda
mengerjakannya saat waktu dzuhur. Begitupun maghrib dan isya yang
dilakukan saat waktu maghrib tiba. Urutannya, kerjakan shalat yang
8
pertama kemudian shalat kedua tanpa diselingi kegiatan apapun.
Maksudnya, setelah salam pada shalat dzuhur anda langsung berdiri
mengerjakan shalat ashar. Keduannya dikerjakan 4 rakaat tanpa dikurangi,
berikut niatnya:
Niat shalat jamak takdim dzuhur
Kedua shalat dilakukan pada waktu ashar, bisa zhuhur dulu, bisa ashar
dulu.
Niat shalat ashar jamak takhir dengan zhuhur (Kedua shalat dilakukan
pada waktu ashar)
F. Shalat Qashar
Berbeda dengan shalat jamak yang menggabungkan, shalat qasar
artinya meringkas. Rukhsah shalat qasar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2
rakaat. Contoh, shalat dzuhur dikerjakan 2 rakaat, begitupun shalat ashar dan
9
isya. INGAT: hanya shalat dengan jumlah 4 rakaat yang boleh di qasar. Maka
dari itu, anda tidak diperbolehkan meng qasar shalat subuh dan maghrib.
Allah berfirman dalam al Qur’an surat An Nisa ayat 101 yang artinya: “Dan
apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidak mengapa kamu menqashar
shalatmu, jika kamu takut diserang orang-orang kafir, sesungguhnya orang-
orang kafir itu musuh yang nyata bagimu,” Q.S.(An Nisa: 101)
ُّ ض
اَدَا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَىdالظه ِْر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ ًرا َ ُا
َ ْصلِّى فَر
“Niat shalat fardhu dzuhur secara qashar dua rakaat karena Allah”
Syari’at Islam dibangun di atas dasar ilmu dan kemampuan orang yang
dibebani. Tidak ada satu pun beban syari’at yang diwajibkan kepada
seseorang di luar kemampuannya. Allah Azza wa Jalla sendiri menjelaskan
hal ini dalam firman-Nya:
10
dengan dalih sakit atau memaksakan diri melakukan shalat dengan tata cara
yang biasa dilakukan orang sehat. Akhirnya, mereka pun merasa berat dan
merasa terbebani dengan ibadah shalat. Untuk itu, solusinya adalah
mengetahui hukum-hukum dan tata cara shalat bagi orang yang sakit sesuai
petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan penjelasan para ulama.
11
3. Orang sakit yang tidak mampu berdiri, maka ia melakukan shalatnya
dengan duduk, berdasarkan hadits ‘Imrân bin Hushain dan ijma’ para
ulama. Ibnu Qudâmah rahimahullah menyatakan, “Para ulama telah
berijmâ’ bahwa orang yang tidak mampu shalat berdiri maka dibolehkan
shalat dengan duduk”
4. Orang sakit yang khawatir akan bertambah parah sakitnya atau
memperlambat kesembuhannya atau sangat susah berdiri, diperbolehkan
shalat dengan duduk
5. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk, cara
melakukannya adalah dengan berbaring, boleh dengan miring ke kanan
atau ke kiri, dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat.
6. Orang sakit yang tidak mampu berbaring, boleh melakukan shalat dengan
terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat, karena hal ini lebih
dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak
kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat
7. Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkan
atau membantu mengarahkannya, maka hendaklan ia shalat sesuai
keadaannya tersebut
8. Orang sakit yang tidak mampu shalat dengan terlentang maka shalatnya
sesuai keadaannya dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut
kesanggupanmu” [at-Taghâbun/ 64:16]
9. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan shalat dengan semua
gerakan di atas (Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan
tidak mampu juga dengan matanya), hendaknya ia melakukan shalat
dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sujud sahwi adalah suatu istilah untuk dua sujud yang dikerjakan oleh orang
yang shalat, fungsinya untuk menambah celah-celah yang kurang dalam
shalatnya karena lupa.
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar
ayat-ayat tertentu dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut disebut dengan
ayat sajdah.
Menurut bahasa syukur berarti berterimakasih. Sedangkan menurut istilah
syara’ sujud syukur adalah sujud untuk berterimakasih kepada Allah SWT.
Merujuk pada aktivitas salat yang dilakukan secara bersama-sama. Salat ini
dilakukan oleh minimal dua orang dengan salah seorang menjadi imam
(pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmum.
Shalat jamak ialah mengerjakan 2 shalat wajib dalam satu waktu.
Berbeda dengan shalat jamak yang menggabungkan, shalat qasar artinya
meringkas. Rukhsah shalat qasar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2 rakaat.
Orang yang sakit tidak sama dengan yang sehat. Masing-masing harus
berusaha melaksanakan kewajibannya menurut kemampuannya. Dari sini,
nampaklah keindahan dan kemudahan syari’at islam.
B. Saran
Demikian Makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/tata-cara-sujud-sahwi
http://www.nu.or.id/post/read/85302/tata-cara-sujud-tilawah
http://www.akidahislam.com/2017/06/pengertian-sujud-syukur-dan-sujud.html?
m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salat_berjamaah
http://cercahceria.com/tata-cara-shalat-jamak-qashar-jamak-qashar-lengkap/
https://almanhaj.or.id/2587-shalat-orang-yang-sakit.html