Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

‫الرخص التناط بالمعاصي‬


DISPENSASI TIDAK BISA DITOLERIR DENGAN KEMA’SIATAN

PONDOK PESANTREN ISLAMIYAH SALAFIYAH


DARUSSALAMAH

MADRASAH DINIYAH TINGKAT II ALIYAH

BRAJA DEWA WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR LAMPUNG

2020/2021M - 1442/1443 H
MAKALAH

‫الرخص التناط بالمعاصي‬


“DISPENSASI TIDAK BISA DI TOLERIR DENGAN KEMA’SIATAN”

HUKUM QODO’ SHOLATNYA ORANG MABUK

(PERSPEKTIF SYAFI’IYYAH)

DISUSUN OLEH : Miftahuddin ahmad al-jambari

DIBIMBING OLEH:

BAPAK KH. IMAM SIBAWAIH S.H.I. M.Sy.

PONDOK PESANTREN ISLAMIYAH SALAFIYAH DARUSSALAMAH

MADRASAH DINIYAH TINGKAT II ALIYAH

BRAJA DEWA WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR LAMPUNG

2020/2021M - 1442/144

i
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah wa syukronillah, segala puji teruntuk Allah dzat yang

menciptakan segala sesuatu, dzat yang menjadikan segalanya, baik dari

daya dan upaya. Sehingganya tidaklah ada yang pastas di puji kecuali

dzat agungnya.

Sholatulloh wa salamuhu yang selalu tercucurkan rahmatnya kepada

seorang makhluk yang menjadi dambaan siapa saja, yang mana ia juga

di beri derajat pangkat yang bisa mensyafa’ati ummat di hari kelak.

Yakni, nabiyana Muhammad saw. Salah satu nabi yang sukses

menyampaikan konsep Rohmatan lil’alamin.

Tidak lupa juga sebagai bentuk wujud rasa syukur, penulis

mengucapkan terimasih sebanyak-banyaknya yang ditujukan kepada.

1. Al-Maghfurlah Romo KH. Ahmad Shodiq beserta keluarga.

2. Bapak KH. Imam Sibawaih S.H.I. M.Sy. atas bimbingan dan

motivasinya.

3. Bapak Nur Auliya’ Ilahil Karim dan Bapak ‘Ubaidillah.

4. Rekan-rekan kelas II aliyah yang selalu berpartisipasi dalam

penggarapan makalah ini.

Braja dewa, agustus 2020

Disusun oleh

Miftahuddin ahmad al-jambari

ii
MOTTO

BERUSAHALAH DENGAN DI SERTAI KEHATI-HATIAN.


‫قد يكون اإلجتهاد خطأ‬
(Terkadang ijtihad saja masih terdapat kesalahan)

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

MOTTO........................................................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iv

BAB I.............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1

B. IDENTIFIKASI MASALAH.....................................................................................2

C. RUMUSAN MASALAH............................................................................................2

D. BATASAN MASALAH..............................................................................................2

E. FUNGSI MAKALAH..................................................................................................3

F. TUJUAN MAKALAH................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3

A. PENGERTIAN MASALAH......................................................................................3

B. PENGERTIAN KAIDAH..........................................................................................4

BAB III..........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN MASALAH..................................................................................................6

A. PENDAHULUAN........................................................................................................6

B. PEMBAHASAN KAIDAH........................................................................................7

C. PEMBAHASAN MASALAH....................................................................................8

BAB IV........................................................................................................................................12

DASAR HUKUM......................................................................................................................12

A. AL-QUR’AN................................................................................................................12

B. AL-HADIST.................................................................................................................13

iv
C. FUQOHA......................................................................................................................13

BAB V..........................................................................................................................................15

KESIMPULAN DAN PENUTUP........................................................................................15

A. KESIMPULAN...........................................................................................................15

B. PENUTUP...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

v
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Islam adalah salah satu agama yang paling banyak mayoritas
pengikutnya. Bahkan sangking banyaknya tidak bisa terhitung secara
detail, dan di dalam islam pastinya terdapat dari pada perbuatan yang
sifatnya bermacam-macam, diantaranya ada yang sebangsa ubudiyah,
amaliyah dan lain sebagainya. Kemudian dari pada perbuatan tersebut
terdapat beberapa unsur pokok yang harus terpenuhi, dan karna sebab
unsur tersebut seorang muslim bisa dianggap sempurna ke
islamannya. Yang mana diantara unsur pokok yang telah disebutkan
yakni berupa Sholat, dan setatus dari pada solat sendiri tergolong
ubudiyah yang sifatnya ibadah mahdoh.

Sholat adalah salah satu bentuk dari pada perbuatan seorang


hamba yang menjalakan tugas yang di tanggungnya, dan bentuk dari
pada memenuhi kewajiban perintah yang harus di jalaninya. Dan di
dalam sholat, terdapat beberapa rukun dan syarat yang harus di
penuhi pula. Sehingganya, ketika salah satu dari pada syarat dan
rukun tersebut tidak di lakukan atau di penuhi, maka sholat tidaklah
dianggap sah. Yang mana syarat pada solat terdapat dua macam, yang
pertama syarat wajib dan yang kedua syarat sah. Syarat wajib ada tiga
macam:

 Muslim/islam.
 Baligh yang berakal.
 Mencapai tingkatan mukallaf.

Namun kali ini penulis akan membahas point inti yang ada pada urutan
yang kedua yakni baligh berakal. Sering sekali penulis dapati ada

1
orang yang sudah mencapai tingkatan baligh/dewasa namun ia tidak
berakal atau akalnya hilang sementara, entah disebabkan karna ia
gila, sakit ayan, atau bahkan dengan sebab faktor mabuk, dari
kejadian itu menyebabkan ia tidak sadar, sehinggnya ia termasuk dari
pada orang dewasa yang kehilangan akal.

Dari pada keriteria syarat wajib yang sudah penulis sebutkan,


ketika salah satu dari pada ketiga hal itu tidak di temui pada diri
seseorang, maka orang tersebut tidak berkewajiban(meninggalkan)
untuk mengerjakan sholat. Dalam masalah hal ini termasuk salah satu
bentuk rukhsoh.

B.IDENTIFIKASI MASALAH
Dari semua yang sudah di sebutkan dalam cerita kronologi, dari
sini penulis mendapatkan identifikasi masalah yang berkenaan dengan
kaidah ‫ال رخص التن اط ب ا لمع ا صي‬ yaitu masihkah mendapat ruksoh bagi
orang yang mabuk untuk meninggalkan solat.

C.RUMUSAN MASALAH
1. Mabuk yang seperti apakah yang di perbolehkan untuk tidak
mengerjakan solat?
2. Apakah tetap mendapat rukhsoh dispensasi bagi orang yang
mabuk untuk tidak mengerjakan sholat tanpa mengqhodo’?

D.BATASAN MASALAH
Dari sini penulis perlu untuk membatasi soal kajian masalah yang
berupa, apakah orang mabuk tetap mendapat rukhsoh tidak menjalani
sholat dengan memakai prespektif syafi’iyah.

E. FUNGSI MAKALAH
1. Mengetahui hukum dengan berlandaskan kitab klasik.

2
2. Mengasah kemampuan dalam bidang ke ilmiyahan yang
bertendesi.

F. TUJUAN MAKALAH
Yang mana tidak lain makalah ini terwujudkan guna memenuhi
dari pada tugas yang sudah semestinya harus di penuhi dari seorang
murid. Dan tentunya menggali lebih dalam soal mengenai hukum yang
sedang di problemkan, agar supaya dapat di pecahkan secara detail
dengan bimbingan seorang guru al’alim.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.PENGERTIAN MASALAH
a. HUKUM
Ialah kata yang memiliki pengertian peraturan atau undang-
undang1. Yang mana kata hukum itu diambil dari kata arab berupa
‫ حكم‬2.
Dan menurut penulis hukum ialah suatu kata yang berasal dari
kata arab ‫ حكم‬yang berati peraturan yang hendak dijalankan.

b. QODO’
Kata qodo’ adalah kata yang memiliki arti
3
membayar/mendatangi . Sedangkan menurut kbbi membayar
4
memiliki arti memenuhi .
Dan menurut penulis qodo’ memiliki artian memenuhi karna ada
yang tertinggal.

1
Kbbi offline
2
Kamus al ma’ani
3
Fathul qorib
4
Kbbi onnline

3
c. SHOLATNYA
Sholat adalah rukun islam yang kedua 5. Dan menurut syeikh
zainuddin sholat adalah bentuk pekerjaan khusus 6.
Dan menurut penulis sholat ialah salah satu rukun islam yang
berupa pekerjaan khusus.

d. ORANG
Kalimat di atas memiliki arti manusia 7. Dan menurut kamus
al-ma’ani orang diambil kata yang berbeda-beda yakni bisa
‫من‬,dan juga 8‫ شخص‬.
Sedangkan menurut penulis orang ialah makhluk berupa
manusia.

e. MABUK
Mabuk kata yang memiliki arti berbuat di luar kesadaran/lupa
diri9. Yang mana jika dilihat kosa kata arab berupa10 ‫ سكران‬.
Dan menurut penulis mabuk hilangnya kesadaran.

B.PENGERTIAN KAIDAH

a. ‫الرخص‬
Adalah kalimat isim yang di masuki al ma’rifat yang memiliki
makna jama’11. Yang mana ia memiliki arti kemurahan12.

5
Kbbi onnline
6
Fathul muin
7
Kbbi ofline
8
Kamus Al munawwir
9
Kamus kbbi
10
Al ma’ani
11
Alfiyah ibnu malik, Syeikh Jamaluddin Bin Malik_Taqrirot Sumber Sari, hlm:140 amshilatul jumu’
12
Kamus Al- Ma’ani Onnline

4
Dan menurut penulis ar-rukhosu ialah bentuk dari pada beberapa
kemurahan/keringan yang berupa kalimat isim menyimpan ma’na
jama’.

b. ‫ال‬
La berupa kalimat huruf yang memiliki ma’na nafi 13. Dan
menurut al-ma’ani la mengandung makna tidak14.
Sedangkan menurut penulis la iyalah kalimat huruf yang guna
untuk menafikan/meniadakan.

c. ‫تناط‬
Kalimat fi iil berupa mudore’ yang dimabnikan majhul 15. Yang
memiliki arti di gantungkan16.
Dan menurut penulis tunathu ialah bentuk kalimat fiil yang
mengandng makna di gantungkan.

d. ‫ب‬
Ialah kalimat huruf yang berfungsi mengejerkan 17. Dan
menurut syeikh abdul qodir al barnawi memimiliki makna ilsoq
hakiki18.
Dan menurut penulis ba’ adalah huruf jer yang memiliki arti ilsoq
hakiki ataupun majazi.

e. ‫المعاصي‬

13
Qowa’idul ‘irob, Syeikh Abdul Qodir Al-Barnawiy_ Taqrirot Sumber Sari, hlm:32
14
Kamus Al Ma’ani Onnline
15
Al-maqsud, Syeikh Ahmad Bin Abdurrohim_ Taqrirot Sumber Sari, hlm:19
16
Kamus Al Ma’ani Onnline
17
Jurumiyah, Mabdiun Nahwiyah, Darussalamah Braja Dewa, hlm:56
18
Qowa’idul ‘irob, Syeikh Abdul Qodir Al-Barnawiy_ Taqrirot Sumber Sari, hlm: 36

5
Adalah kalimat isim dengan sighot muntahal jumu’ 19. Menurut
shohibul ma’ani ia memiliki arti maksiat atau durhaka 20.
Dan menurut penulis kalimat al-ma’asi adalah sighot muntahal

jumu’ yang memiliki arti beberapa ma’siat/durhaka.

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

A.PENDAHULUAN
Rukhsoh adalah bentuk keringanan yang menjadi salah satu
exsistesi dalam islam, yang mana dalam hal ini memberikan
pengertian bahwa di dalam islam tidak ada unsur pengekangan atau
paksaan untuk mengerjakan suatu perkara dengan sepenuh
mungkin. Dan hal ini adalah bentuk konsep Allah mewujudkan
kemudahan dalam islam melalui ayat alqur’an.

‫الديْ ِن ِم ْن َح َر ٍج‬
ِ ‫وما جعل َعلَي ُكم فِي‬
ْ ْ ْ َ ََ ََ
Artinya: dan allah tidak menjadikan untuk kalian semua dalam
agama suatu kesempitan. QS: al-haj 78

Begitupun segala perbuatan ditakar dengan sebatas


kemampuan perindividu masing-masing. Sesuai dari pada pernyatan
sepenggal hadist nabi, yang di riwayatkan oleh abu hurairoh

‫ َو َما ََأم ْرتُ ُك ْم بِ ِه فَْأُت ْوا ِم ْنهُ َما اِ ْستَطَ ْعتُ ْم‬21
Artinya: Dari pada sesuatu apa yang aku perintahkan, maka
kerjakanlah selama engkau mampu.(mutafaqun alaih).
19
Al-‘imriti, Syeikh Syarofuddin Yahya Al-‘Imrity_ Taqrirot Sumber Sari, hlm:20
20
Kamus Al-Ma’ani Onnline
21
Fathul Jawwad, Syeikh Syihabuddin Ar-Romli Al-Ansori_Al Hidayah Surabaya, hlm:9

6
Untuk mengenal rukhsoh/dispensasi yang lebih mendalam
bahkan lebih konkret yang disertai perincian pembagian diantara
pembagianya terdapat empat macam. Yang mana sudah di jelaskan
oleh imam as-suyutiy dalam salah satu kitabnya22.

 Rukhsoh yang wajib untuk di kerjakan.


 Rukhsoh yang sunnah untuk di lakukan.
 Rukhsoh yang dimubahkan.
 Rukhsoh yang lebih utamanya untuk di tinggalkan.

B.PEMBAHASAN KAIDAH
Dari pada beberapa tahap peroses yang sudah terjalani di dalam
kehidupan nyata, yang mana dari situ memunculkan hal-hal yang
mungkin dianggap asing dikalangan sebagian manusia. Sehingganya
pemahaman satu ke satu yang lain memunculkan hal yang berbeda.

Tidak jauh berbeda seperti dikalangan ‘awamunnas, bahwa ia


menganggap rukshoh bisa di tempatkan dimana saja, dalam artian
rukhsoh bisa dilakukan kapan saja dimana saja, tidak pandang itu
bersangkutan dengan hal yang baik ataupun buruk. Padahal
pemahaman yang seperti itu perlu untuk diluruskan bahkan
dibenarkan. Karena bahwasanya rukhsoh tidak bisa dilakukan ketika
di sandarkan ke hal yang berbau negatif kemaksiatan. Sesuai dari
pada kaidah yang saat ini dibahas yaitu Arrukhosu la tunatu bil ma’asi.
Semisal ada musafir yang sudah melakukan perjalanan yang sudah
mencapai dua marhalah, namun tujuan safarnya karna untuk
berberjudi. Maka dalam hal ini ia tidak bisa melakukan rukhsoh yang
ada pada kriteria musafir, tidak lain di sebabkan oleh faktor tujuan
maksiatnya. Yang mana penjelasan ini sudah masyhur di kajian fiqih,
dan menggunakan kaidah yang sama.

22
Asybah Wan Nadhoir, Syeikh Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti_Toha Pura Semarang, hlm:59

7
C.PEMBAHASAN MASALAH
Melanjutkan kepoint inti yakni menyikapi promblem yang sudah di
rumuskan diatas. Yakni mengenai masalah sholat. Ta’rif sholat
menurut syeikh zainuddin bin abdul aziz al-malibari yakni.

‫ وشرعا أقوال وأفعال مخصوصة مفتتحة بالتكبير مختتمة بالتسليم‬,‫الصالة لغة الدعاء‬23
Artinya: sholat menurut lughot yakni do’a, dan menurut syara’ sholat
adalah bentuk beberapa ucapan dan gerakan yang dikhususkan
dengan di awali takbir dan di akhiri dengan salam.

Jadi dari sini, sholat adalah bentuk perbuatan yang sifatnya


khusus, tidak semua perbuatan bisa dikatakan dengan sholat.
Kemudian, tidak hanya sampai dari situ saja mengenai ibadah berupa
sholat. Yang mana sholat juga mempunyai waktu guna untuk di
kerjakan. Sesuai dari pada firman allah swt.

‫ت َعلَى ال ُْمْؤ ِمنِْي َن كِتَابًا َم ْو ُق ْوتًا‬ َ ‫ِإ َن‬


ْ َ‫الصاَل ة َ َكان‬
Artinya: Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. An-nisa 103

Sedikit dari pada cuplikan mengenai sholat di atas, melanjutkan


ke pembahasan yakni mengenai si Musholi(orang yang sholat). Yang
mana dalam hal ini penulis sudah menampilkan cerita bahwa, yang
berkenaan dengan orang yang mengerjakan sholat tidak lain
seseorang yang mengalami hilang akal kesadaran di sebabkan mabuk.
Sudah kita ketahui bersama bahwa, orang yang mengalami fase
mabuk, sampai dimana akal sehatnya itu hilang, maka baginya tidak
ada kewajiban atau bahkan dilarang mengerjakan sholat. Karena, ia
tergolong dari bagian orang baligh yang kehilangan akal sadarnya.
Sesuai dari pada pernyataan ta’bir dibawah ini.

23
Fathul mu’in, Syeikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al-Malibari_Nurul huda, Surabaya, hlm:3

8
‫ومن زال عقله بجنون أو مرض و نحوهما فال تجب عليه‬24
Artinya: barang siapa yang akal(kesadaranya)hilang, dengan sebab
gila, sakit, dan sesamanya(mabuk dll). maka tidak wajib baginya untuk
sholat.

Dan bentuk dari pada larangan untuk mengerjakan sholat yang


sudah di jelaskan dalam al-qur’an.

‫األية‬.‫الصاَل َة َو َأْنتُ ْم ُس َك َار ْى َحتَى َت ْعلَ ُم ْوا َما َت ُق ْولُْو َن‬ ِ


َ ‫يَ َُأي َها الَذيْ َن ََأم ُن ْوا اَل َت ْق َر ُب ْوا‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendekati
sholat, ketika kamu dalam keadaan mabubuk, samai kamu sadar apa
yang kamu ucapkan. (annisa ayat 43)

Asbabun nuzul dari ayat di atas diambil dari hadis yang di


riwayatkan oleh imam Abu dawud, tirmidzi, nasa’I, dan imam hakim
yang di ceritakan dari shohabat ‘ali bin abi tholib ia bercerita: yang
mana pada saat itu salah satu seorang sahabat yang bernama
Abdurrahaman bin ‘auf mengundang kami sekaligus membuatkan kami
makanan dan menyiapkan minuman berupa khomer. Dan kami pun
mengambil/meminum khomer tersebut. Sehingganya, waktu sholat
telah tiba, kemudian para sahabat menjadikan aku sebagai imam dan
aku pun membaca bacaan

. 25
‫ فأنزل اهلل هذه األية‬.‫ َونَ ْح ُن َن ْعبُ ُد َما َت ْعبُ ُد ْو َن‬.‫ اَل َأ ْعبُ ُد َما َت ْعبُ ُد ْو َن‬.‫قُ ْل يَ َُأي َها الْ َكافِ ُر ْو َن‬
Artinya: katakanlah wahai muhammad! hai orang kafir. Aku tidak
menyembah apa yang engkau sembah. Dan kami menyembah apa yang
kamu sembah. Dari kejadian ini allah menurunkan ayat ini .

24
Kifayatul Akhyar, Syeikh Taqiyuddin Abi Bakar Bin Muhammad Al-Husaini_ Al-Hidayah Surabaya, hlm:85
25
Hamisy Tafsir Jalalain, Syeikh Abdur Rahman Assuyuti_ Nurul Huda surabaya, hlm 95

9
Dari uraian ta’bir yang sudah di sampaikan oleh penulis bahwa,
ketika seseorang yang mengalami hilang akal kesadaranya, yang mana
salah satu penyebabnya karna ia mabuk maka, ia tidak wajib sholat.

Namun perlu di mengerti lagi bahwa, seseorang mengalami mabuk


sampai menyebabkan akal kesadaranya itu hilang, terdapat beberapa
faktor diantaranya, yang pertama orang itu mabuk karna dengan
adanya hajat. Seperti pengobatan dll, maka dalam hal ini ia tidak wajib
sholat sekaligus tidak wajib untuk mengkodo’ ketika waktu sholat itu
habis. Seperti yang sudah dijelaskan dalam kitab Masailus sholati
dengan redaksi berikut.

‫يجوز شربه للحاجة وال يلزمه قضاء الصلوات بعد اإلفاقة ألن العقل زال بسبب غير‬
26
‫محرم‬
Artinya: Diperbolehkan bagi seseorang meminum sesuatu yang
menghilangkan akal dengan sebab adanya hajat. Dan tidak wajib
baginya untuk meng qodo’ beberapa solat setelah ia sadar. Karna
hilangnya akal tersebut, disebabkan bukan karna bentuk melakukan
keharaman.

Dan juga di sebutkan dalam kitab al-muhadzab juz 3 hlm7

‫(فرع) قال أصحابنا يجوز شرب الدواء المزيل للعقل للحاجة كماأشار إليه المصنف‬
27
‫بقوله لم يلزمه قضاء الصلوات بعد اإلفاقة ألن العقل زال بسبب غير محرم‬
Artinya: Ashabusyafi’I berpendapat, diperbolehkanya meminum obat
yang dapat menghilangkan akal/kesadaran karna adanya hajat. Seperti
yang sudah di isyaratkan oleh musonif dengan pendapatnya, tidak
wajib untuk meng qodo’ beberapa sholat setelah ia sadar, Karna

26
Masailus Sholati, Kiyai Ahmad Yasin Bin Asymuni_Hidayatut Tulab Kediri, hlm:33
27
Al muhadzab juz 3, Abi Ishaq Ibrahim bin ‘Ali Ibni Yusuf Al-Fairozie, Al Hidayah Surabaya, hlm:7

10
hilangnya akal tersebut, disebabkan bukan karna bentuk melakukan
keharaman.

Dari penjelasan di atas sudah sangat jelas bahwa ketika


mabuknya bukan karna melakukan tindakan suatu keharaman maka,
ia tidak wajib solat dan juga meng qodo’. Dan yang kedua ketika
mabuknya seseorang bukan karena sebab unsur hajat yang
diperbolehkan, dalam artian mabuknya karna dengan sebab melakukan
keharaman. Maka, konsekuensinya yaitu sebaliknya. Dalam hal ini
seperti kaidah yang berbunyi.

‫كل ما تجاوز حده إنعكس إلى ضدده‬28


Artinya: Setiap sesuatu yang melewati batas. Maka, hukumnya
berbalik ke antonim(berlawanan)nya. yakni, wajib untuk meng qodo’.
Ketika sholat yang ditinggal sudah habis waktunya, Seperti yang
sudah dijelaskan oleh syeikh muhammad amin al-kurdi dalam salah
satu karyanya. Dengan penjelasan sebagai berikut.

‫و أم ا المجن ون و المغمى علي ه والس كران فال وج وب عليهم لكن يجب القض اء على‬
29
‫من تعدى منهم‬
Artinya: adapun orang gila, sakit ayan, orang mabuk. Maka, baginya
tidak wajib sholat. Akan tetapi wajib untuk meng qodo’ bagi salah satu
dari orang tersebut jika, ia melakukan perihal itu dalam bentuk
kecerobohan.

Begitupun juga di jelaskan dalam salah satu karyanya syeikh kholil


abdul karim

28
Asybah wan nadzoir, Syeikh Jalaluddin Assuyutiy_Toha Putra Semarang, hlm:59
29
Tanwirul Qulub, Syeikh Muhammad Amin Al-Kurdiy_Darul ihya’ Indonesia, hlm:128

11
‫من س كر ح تى خ رج وقت الص الة فف رض علي ه أن يص ليها أدأ إن ك ان في وقته ا أو‬
30
‫قضاء إن كان بعد الوقت‬
Artinya: barang siapa yang mabuk, sampai waktu sholat itu habis.
Maka, wajib baginya untuk sholat qodo’. Jika waktu sholat belum habis
maka, ia solat secara Adaan(waktu itu juga). Dan jika sudah habis
maka solat dengan cara qodo’.

Masih ada satu tendensi lagi yang masih berhubungan dengan


seseorang yang mengalami mabuk dengan tanpa adanya hajat. Yakni:

‫فال تجب على كافر أصلي وصبي و مجنون ومغمى عليه وسكران بال تعد فإن حصل‬
31
‫منهم تعد وجب عليهم قضاؤها‬
Artinya: Tidak wajib sholat bagi orang kafir asli, anak kecil, orang gila,
sakit ayan, orang mabuk. Maka jika dari kesemuanya di hasilkan dari
bentuk kecerobohan(tidak ada hajat) maka wajik dari kesemuanya
untuk meng qodo’ sholat.

Dari semua yang sudah di jelaskan di atas baik hukum dan dilalah
hukum, point penting yakni mabuk tanpa hajat termasuk ma’siat dan
wajib untuk mengqodo’ sholat yang tertinggal.

30
Mausu’ah al fiqhiyah, Syeikh kholil Abdul Karim_Maktabah Syamilah
31
I’anatut Tholibin, Syeikh Sayid Abi Bakar Syato_Darul Ihya’ Indonesia, hlm:22

12
BAB IV

DASAR HUKUM

A.AL-QUR’AN

‫وما جعل عليكم في الدين من حرج‬


Artinya: dan allah tidak menjadikan untuk kalian semua dalam
agama suatu kesempitan. QS: al-haj 78

B.AL-HADIST

‫وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم‬

Artinya: Dari pada sesuatu apa yang aku perintahkan, maka


kerjakanlah selama engkau mampu.(mutafaqun alaih)

C.FUQOHA

‫ وشرعا أقوال وأفعال مخصوصة مفتتحة بالتكبير مختتمة بالتسليم‬,‫الصالة لغة الدعاء‬
Artinya: sholat menurut lughot yakni do’a, dan menurut syara’ sholat
adalah bentuk beberapa ucapan dan gerakan yang dikhususkan
dengan di awali takbir dan di akhiri dengan salam.

‫ومن زال عقله بجنون أو مرض و نحوهما فال تجب عليه‬

13
Artinya: barang siapa yang akal(kesadaranya)hilang, dengan sebab
gila, sakit, dan sesamanya(mabuk dll) maka tidak wajib baginya untuk
sholat.

‫يجوز شربه للحاجة وال يلزمه قضاء الصلوات بعد اإلفاقة ألن العقل زال بسبب غير‬
‫محرم‬
Artinya: Diperbolehkan bagi seseorang meminum sesuatu yang
menghilangkan akal dengan sebab adanya hajat. Dan tidak wajib
baginya untuk meng qodo’ beberapa solat setelah ia sadar. Karna
hilangnya akal tersebut, disebabkan bukan karna bentuk melakukan
keharaman.

‫(فرع) قال أصحابنا يجوز شرب الدواء المزيل للعقل للحاجة كماأشار إليه المصنف‬
‫بقوله لم يلزمه قضاء الصلوات بعد اإلفاقة ألن العقل زال بسبب غير محرم‬
Artinya: Ashabusyafi’I berpendapat, diperbolehkanya meminum obat
yang dapat menghilangkan akal/kesadaran karna adanya hajat. Seperti
yang sudah di isyaratkan oleh musonif dengan pendapatnya, tidak
wajib untuk meng qodo’ beberapa sholat setelah ia sadar, Karna
hilangnya akal tersebut, disebabkan bukan karna bentuk melakukan
keharaman.

‫كل ما تجاوز حده إنعكس إلى ضدده‬


Artinya: Setiap sesuatu yang melewati batas. Maka, hukumnya
berbalik ke antonim(berlawanan)nya.

‫و أما المجنون و المغمى عليه والسكران فال وجوب عليهم لكن يجب القضاء على‬
‫من تعدى منهم‬

14
Artinya: adapun orang gila, sakit ayan, orang mabuk. Maka, baginya
tidak wajib sholat. Akan tetapi wajib untuk meng qodo’ bagi salah satu
dari orang tersebut jika, ia melakukan perihal itu dalam bentuk
kecerobohan.

‫من س كر ح تى خ رج وقت الص الة فف رض علي ه أن يص ليها أدأ إن ك ان في وقته ا أو‬


‫قضاء إن كان بعد الوقت‬
Artinya: barang siapa yang mabuk, sampai waktu sholat itu habis.
Maka, wajib baginya untuk sholat qodo’. Jika waktu sholat belum habis
maka, ia solat secara Adaan(waktu itu juga). Dan jika sudah habis
maka solat dengan cara qodo’.

‫فال تجب على كافر أصلي وصبي و مجنون ومغمى عليه وسكران بال تعد فإن حصل‬
.‫منهم تعد وجب عليهم قضاؤها‬
Artinya: Tidak wajib sholat bagi orang kafir asli, anak kecil, orang gila,
sakit ayan, orang mabuk. Maka jika dari kesemuanya di hasilkan dari
bentuk kecerobohan(tidak ada hajat) maka wajik dari kesemuanya
untuk meng qodo’ sholat.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari pada sekian pemaparan materi yang sudah di jelaskan dengan
menggunakan dasar beberapa tendensi yang berlandaskan dari
pemahaman prespektif syafi’iyah. Dari sini, penulis menyimpulkan
bahwa,

1. seseorang yang masih dalam keadaan mabuk baik mabuknya


terdapat hajat ataupun tidak adanya hajat maka ia tidak boleh
melakukan sholat.
2. Bagi orang yang mabuk, jika mabuknya karna ada sebab
tertentu(hajat). maka, ia mendapatkan rukhsoh tidak
mengerjakan sholat dan juga meng qodo’nya. Namun, jika
mabuknya karena sebab sesuatu yang di luar hajat tertetu. maka,
ia wajib untuk meng qodo’. karena, itu termasuk perlakuan

ma’siat. Sesuai dari kaidah yang dibahas dengan berlafadzkan.

‫الرخص التناط بالمعاصي‬

Artinya: Dispensasi tidak bisa di tolerir dengan ma’siat

B.PENUTUP
Alhamdulillah wa syukronillah ‘ala ni’amihi yang mana dengan
sebab karunia pertolongan ‘inayah maupun hidayahnya. Akhirnya,
makalah ini terselesaikan tanpa halangan apapun. Dan saya ucapkan
terima kasih untuk rekan santri baik putra maupun putri yang sudah
memberikan support terkhususkan berupa bantuan. Dan semoga dari
hal yang kecil bentuknya ini semoga menjadi sodaqotun jariyah di hari
ini sampai hari kelak tanpa batas.

16
Tidak terlupakan jika terdapat kesalahan ataupun kekurangan
hendak kiranya dibenarkan, lebih-lebih di ma’lumi. Karna penulis juga
termasuk seorang insan. Akhiru kalam

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuhu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Syeikh jamaluddin bin malik, Alfiyah ibnu malik, _taqrirot sumber sari
kencong Kediri.

Kamus al ma’ani online

Syeikh abdul qodir al-barnawiy, qowa ‘idul ‘irob _ taqrirot sumber sar
encong Kediri.

Syeikh ahmad bin abdurrohim, Al-maqsud _ taqrirot sumber sari


kencong kediri.

Jurumiyah, mabdiun nahwiyah, darussalamah braja dewa.

Syeikh syarofuddin yahya al-‘imrity, Al-‘imritiy_ taqrirot sumber sari


kencong kediri.

Syeikh syihabuddin ar-romli al-ansori, fathul jawad_al hidayah


Surabaya

Syeikh zainuddin bin abdul aziz al-malibari, fathul mu’in_nurul huda,


Surabaya.

Syeikh taqiyuddin abi bakar bin Muhammad al-husaini, kifayatul


akhyar_ al-hidayah Surabaya.

kiyai ahmad yasin bin asymuni, masailus sholati_hidayatut tulab


Kediri.

Al imam Abi Ishaq Ibrahim bin ‘Ali ibni Yusuf Al-Fairozie , Al muhadzab_
al hidayah Surabaya.

Syeikh jalaluddin assuyutiy, Asybah wan nadzoir_toha putra semarang.

Syeikh Muhammad amin al-kurdiy, Tanwirul qulub_darul ihya’


Indonesia.

18
Syeikh kholil abdul karim_maktabah syamilah.

Syeikh sayid abi bakar syato, I’anatut tholibin_darul ihya’ Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai