Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PUASA SUNAH

Makalah ini di buat dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ FIQIH IBADAH ”

Dosen Pengampu :
Dr.Nur Efendi,M.Ag

Di Susun Oleh :
1. Rizal Tri Sulistiyo (1860101222154)
2. Nadziroh Salma Agustin (1860101222177)
3.Fayza Fadhna Febriyanti (1860101222127)

HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU


HUKUM UIN SAYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
AGUSTUS 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
karunia-Nya. Sehingga dapat menyelesaikan tugas Makalah ini tepat pada
waktunya.

Banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam membuat tugas ini
tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak
sehingga mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada
kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhim, M. Ag. selaku Rektor UIN Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN Tulungagung.
2. Bapak Dr.Nur Efendi,M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas dan pengarahan kepada kami.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan, oleh karena itu berharap menerima saran dan kritik, guna
kesempurnaan tugas kelompok ini dan bermanfaat bagi kami dan pembaca pada
umumnya.

Tulungagung, 30 Agustus 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang….…………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 2

C. Tujuan Masalah …………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa Sunnah .......................................................................................... 3

B. Dasar-dasar Hukum Puasa Sunnah ............................................................................ 4

C. Macam-macam Puasa Sunnah ................................................................................... 4

D. Hikmah Puasa Sunnah ............................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 12

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bagian ibadah sunnah yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau
kasih sayang Allah SWT adalah Puasa Sunnah. Puasa Merupakan satu bentuk ketaatan
kepada Allah SWT. Seseorang mukmin mendapatkan pahala terbuka yang tiada
batasnya, sebab puasa adalah untuk Allah SWT, dan karunia Allah amat luas. Puasa
sunnah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.
Dengan puasa sunnah seseorang bisa sehat dan kuat. Menurut Nabi Muhammad SAW,
Allah mencintai orang beriman yang sehat dan kuat daripada daripada orang beriman
yang lemah (HR Muslim dari Abu Hurairah ra). Dalam menjalankan puasa sunnah harus
memasang niat untuk mendapatkan kasih sayang Allah dan puasa sunnah yang
dilakukannya juga atas dasar cinta kepada Allah. Orang yang melaksanakan atau
menjalankan puasanya sunnah merupakan atas dasar kehendak diri mereka sendiri jika
ingin berpuasa dan jika tidak boleh dibatalkan walaupun tanpa halangan.

Puasa sunnah terasa lebih berat daripada puasa wajib. Sebab dalam pelaksanaan puasa
sunnah, kita sering kali merasa "terpaksa". Apalagi puasa sunnah yang kategorinya
sebagai puasa "ikut", seperti puasa tarwiyah dan arafah. Disebut sebagai puasa "ikut",
karena kita berpuasa tarwiyah dan arafah, berdasarkan pelaksanaan haji bagi orang Islam
yang sedang berhaji. Ada juga puasa sunnah yang terasa seperti puasa wajib, sehingga
pengamal merasa sebagai puasa wajib, merasa "terpaksa" harus menjalankannya. Puasa
sunnah semacam ini, biasanya dilatarbelakangi keinginan tertertu, misalnya sebagai
persyaratan ritual keilmuan tertentu. Namun apapun bentuk puasa, wajib ataupun
sunnah, seperti puasa tarwiyah dan arafah, semuanya akan dapat dijalankan. Ada dua
syarat utama yang harus dipenuhi agar kita bisa dan mampu berpuasa. Yaitu: Pertama,
adanya kemauan dan niat. Kedua, bersahur diawal waktu. Dengan mengerti apa
manfaat dan pahala yang didapatkan karena puasa sunnah kita akan lebih semangat dan
mampu untuk melaksanakan ibadah puasa sunnah ini

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan puasa Sunnah?

2. Apa saja dasar hukum puasa Sunnah?

3. Apa saja macam-macam dari puasa Sunnah?

4. Apa hikmah dari puasa Sunnah?

C. Tujuan Masalah

Tujuan yang dicapai dari makalah ini :

1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi dari puasa Sunnah

2. Untuk mengetahui dasar hukum dari puasa Sunnah

3. Untuk mengetahui macam-macam puasa Sunnah

4. Untuk mengetahui hikamah dari menjalankan puasa Sunnah

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa Sunnah

Puasa merupakan bagian dari lima rukun Islam. Dalam agama Islam, puasa
diartikan sebagai menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan
beberapa syarat.1 Ada juga yang mendefinisikan puasa yaitu menahan hawa nafsu
dari makan, minum, dan hubungan seksual sejak dari terbit fajar hingga terbenam
matahari. Puasa Sunnah ialah puasa yang disunahkan, berpahahala jika dilakukan
dan tidak berdosa kalau ditinggalkan.2

Puasa Sunnah menurut ajaran Islam merupakan salah satu bagian ibadah sunnah
yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih sayang Allah SWT. Menurut
ajaran Islam puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan
untuk dilaksanakan. Dalil yang menunjukkan bahwa puasa adalah menahan diri dari
hawa nafsu pada firman Allah pada Surat Al Baqarah 187.

Menurut Mazhab Hanafi, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang tertentu
yaitu makanan, minuman, jima dan sesuatu yang membatalkan dengan persyaratan
tertentu yaitu niat. Menurut Mazhab Syafi’i, puasa adalah menahan diri (mencegah
diri) dari mulai terbit fajar sampai magrib dengan niat dari sebelum fajar. Menurut
Mazhab Hambali, puasa adalah menahan diri dari hal- hal yang membatalkan puasa
yaitu segala sesuatu yang masuk kedalam perut, tenggorokan dan otak melalui
mulut.3

1
Hasan Kamil, Fiqh al-ibadat ala Mazham al-Imam Maliki, (Kairo : Maktabah an-Nahdhah al-
Misriyah, 1978), 247
2
Nurliana, Fiqih Ibadah, (Pekan Baru : LPPM Stain Diniyah, 2021), 84
3
Abu Sari, Perbandingan Antar Madzhab Berdasarkan Dalil-Dalil Shahih, (Jakarta : Al-Amanah, 1993), 2

3
B. Dasar-dasar Hukum Puasa Sunnah

Sunnah memiliki nama lain yaitu mandub, yang secara bahasa artinya mad'u (yang
diminta) atau yang dianjurkan. Hukum Sunnah merupakan perkara yang dikerjakan
mendapatkan pahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa.
Puasa sunnah adalah puasa yang tidak dipardukan (tidak diwajibkan) yang seringkali
disebut dengan puasa Tatauwu’, sehingga tidak dihukum durhaka atau tidak berdosa
(tidak celaka) bagi seseorang yang sengaja meninggalkannya.
Puasa sunah ini meliputi puasa-puasa sebagai berikut:

C. Macam-macam Puasa Sunnah

1) Puasa pada hari Senin dan Kamis.


Hal ini didasarkan pada hadis Usamah bin Zaid: "Nabi SAW berpuasa pada hari
Senin dan Kamis". Sewaktu beliau ditanya tentang hal ini, beliau menjawab
bahwa amalan-amalan manusia dilaporkan pada hari Senin dan Kamis.4

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


ََ َ ‫ي َو ْال َخم ْيس َف ُأحب َأ ْن ُي ْع َر‬
‫ض َع َم ِ ِل َوأنا َص ِائم‬
ْ َ َْ ُ َ َْ ُ َُْ
ْ ْ ‫االث َن‬ ‫تعرض األعمال يوم‬
ِ ‫ِ ن‬ ‫ن‬

“Amal-amal ditampakkan pada hari senin dan kamis, maka aku suka jika ditampakkan
amalku dan aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih, riwayat An-Nasa’i)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa pada hari senin,
beliau bersabda:
َ َ ُ ْ ُ ََْ ْ ُ ْ ُ َْ َ َ
‫ت (أ ْو أ ْنز َل َع َ ي‬
)‫ل ِف ْي ِه‬ ‫ويوم ب ِعث‬. ‫ذاك يوم و ِلدت ِفي ِه‬
ِ ‫ن‬

“Ia adalah hari ketika aku dilahirkan dan hari ketika aku diutus (atau diturunkan (wahyu)
kepadaku ).” (HR. Muslim).

2) Puasa Ayyamul Bidh


Puasa selama tiga hari dalam setiap bulan (Hijrah), waktu yang paling baik untuk
melakukan puasa ini ialah pada Tanggal 13. 14. 15: Hal ini didasarkan pada hadis
riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban, bahwa pahala puasa yang dilaksanakan selama
tiga hari ini nilainya sama dengan puasa yang dilakukan sepanjang tahun.5

4
Dr. H Khoirul Abror, M.H, FIQH IBADAH, Poenix Publisher, Yogyakarta, Agustus 2019, h. 149
5
Ibid h. 150

4
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,

َ ‫ َوأَ ْن أَ ْو‬،‫ض َحى‬


‫تر قَ ْب َل‬ َ ‫صيَ ِام ثَالث َ ِة أَي ٍَّام ِم ْن ُك ِل‬
ُ ‫ َو َر ْكعَت َى ال‬،‫ش ْه ٍر‬ ِ :ٍ‫سلَّ َم بِثَالث‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫صانِى َخ ِل ْي ِلى‬
َ ‫ْأو‬
َ ‫أَ ْن أَن‬
‫َام‬

“Kekasihku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Mewasiatkan kepadaku tiga


perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir
sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim).

Lebih dianjurkan untuk berpuasa pada hari baidh yakni tanggal 13, 14 dan 15
bulan Islam (Qomariyah). Berdasarkan perkataan salah seorang sahabat
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

َ‫ع ْش َرة‬َ ‫ َو أ َ ْربَ َع‬،َ ‫ع ْش َرة‬ ِ ‫ش ْهر ِثَالثَةَ أَي َِّام البَي‬
َ َ ‫ ث‬:‫ْض‬
َ ‫الث‬ ُ َ‫سلَّ َم أ َ ْن ن‬
َّ ‫ص ْو َم ِمنَ ال‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫أ َ َم َرنَا َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
، َ ‫ع ْش َرة‬
َ ‫س‬َ ‫َوخ َْم‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berpuasa


pada tiga hari ‘baidh’: tanggal 13, 14 dan 15.” (Hadits Hasan, dikeluarkan oleh
An-nasa’i dan yang lainnya)

3) Puasa Daud/ puasa Nabi Daud

Puasa yang dilakukan selang satu hari (hari ini berpuasa, besok tidak) atau puasa
Nabi Daud; puasa seperti ini lebih utama dari pada puasa-puasa sunah lainnya;
Hal ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadis sahih yang diriwayatkan
Rasulullah s.a.w dalam hadis sahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari
Abdullah bin Umar bin Khattab: "Puasa sunnah yang terbaik ialah puasa yang
dilakukan Nabi Daud. seharinya ia berpuasa dan seharinya tidak.6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ُ َُُ ُ ََُ َ ‫ان َي َن ُام ن ْص‬ َ َ َ ُ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُ َ
‫وم ثلثه َو َين ُام‬ ‫ ويق‬،‫ف الليل‬ ِ ‫ك‬: ‫للا صالة داود‬
ِ ‫الة ِإل‬
‫ي‬
ِ ‫ وأحب الص‬،‫للا ِصيام داود‬
ِّ َ
ِ ‫أحب الص َي ِام إل‬
ْ َ َ ُ ُ
)‫ َوكان ُيف ِط ُر َي ْو ًما َو َي ُص ْو ُم َي ْو ًما (متفق عليه‬،‫ُسد َسه‬

“Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat yang paling
disukai Allah adalah Shalat Nabi Dawud, adalah beliau biasa tidur separuh malam, dan
bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya, adalah beliau berbuka sehari
dan berpuasa sehari.” (HR. Bukhari).

6
Ibid h. 151

5
Mengenai hadits tersebut, ulama pun sepakat mengenai Sunnah puasa ini. Adapun
Syekh Wahbah Az Zuhaili melalui Fiqih Islam wa Adillatuhu memberikan penegasan
bahwa, puasa-puasa Sunnah yang disepakati ulama antara lain puasa sehari dan tidak
berpuasa sehari. Sesungguhnya itulah puasa yang utama.

4) Puasa Syawal
Puasa yang dilakukan selama enam hari pada bulan Syawal. Puasa enam hari ini
dapat dilakukan secara berturut-turut atau tidak, tetapi yang pertama (berturut-
turut) lebih baik daripada yang kedua; Hal ini didasarkan pada hadis riwayat
Muslim dari Abu Ayub Ra.

Dari Abu Ayyub Al-Anshory bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ِ ‫ َكانَ ك‬.‫ ث ُ َّم أَتْبَ َعهُ ِستًّا ِم ْن ش ََّوال‬. َ‫ضان‬


‫َصيَ ِام الدَّ ْه ِر‬ َ ‫ام َر َم‬
َ ‫ص‬َ ‫َم ْن‬

“Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkan dengan berpuasa


enam hari pada bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR.
Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫سنَ ِة‬
َّ ‫صيَا ُم ال‬ َ ِ‫صيَا ُم ِست َّ ِة أَي ٍَّام بَ ْعدَهُ ب‬
ِ َ‫ فَذَلِك‬،‫ش ْهرين‬ ِ ‫ َو‬،‫ضانَ بعَ ْشرةِ أ َ ْش ُه ٍر‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬
َ ‫صيَا ُم‬
ِ

“Puasa pada bulan Ramadhan seperti berpuasa sepuluh bulan , dan puasa enam
hari setelahnya seperti berpuasa selama dua bulan, maka yang demikian itu (jika
dilakukan) seperti puasa setahun.” (Hadits shahih Riwayat Ahmad).

“Barangsiapa yang melakukan puasa selama enam hari sesudah puasa Ramadhan,
ia seakan-akan telah berpuasa wajib sepanjang tahun.”
Catatan :
• Puasa Syawal tidak boleh dilakukan pada hari yang dilarang berpuasa di
dalamnya, yakni pada hari Idul Fitri.
• Puasa tersebut tidak disyaratkan harus berurutan, sebagaimana kemutlakan
hadits –hadits di atas, akan tetapi lebih utama bersegera dalam kebaikan.
• Jika ada kewajiban mengqodo’ puasa Ramadhan maka dianjurkan
mendahulukan qodo baru kemudian berpuasa Syawal 6 hari.

6
5) Puasa Dzulhijjah
Puasa pada hari kedelapan bulan Zulhijah (sebelum hari Arafah). Puasa ini
disunahkan tidak hanya bagi orang yang melakukan haji, tetapi juga bagi orang
yang tidak melakukan haji.
Dalil hukum puasa Dzulhijjah
hadits riwayat Ibnu ‘Abbas yang ada di dalam Sunan At-Tirmidzi sebagai
berikut:
‫ ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى هللا من هذه األيام العشر‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT
untuk beribadah seperti 10 hari ini. (HR At-Tirmidzi).Hadits di atas menunjukkan
beramal apapun di 10 hari pertama Dzulhijjah sangat dianjurkan. Namun
kebanyakan ulama menggunakan hadits di atas sebagai dalil anjuran puasa
sembilan hari pada awal Dzulhijjah.
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan
datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang
lalu.” (HR. Muslim no. 1162)7

6) Puasa Tasu'a dan 'Asyura yaitu puasa yang dilakukan pada Tanggal 9 dan 10
Muharam. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Muslim dari Ibnu Abbas ra
berkata: "jika aku masih hidup sampai masa (bulan) depan, aku akan
melaksanakan puasa pada hari yang ke 9 dan 10 Muharam": dan hadis riwayat
Muslim dari Abu Qatadah
Rasulullah bersabda: “Puasa hari Asyura (10 Muharam) itu menghapusan dosa
satu tahun yang lalu.”
Dari Abu Qotadah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫سنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬


َّ ‫علَى هللاِ أ َ ْن يُك َِف َر ال‬ ُ ‫ أَحْ تَس‬،‫ورا َء‬
َ ‫ِب‬ َ ‫ش‬ُ ‫عا‬
َ ‫صيَا ُم يَ ْو ِم‬
ِ ‫َو‬

7
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc, https://rumaysho.com/8935-nabi-tidak-melakukanpuasa-awal-
dzulhijjah-benarkah.html, diakses pada 27 Februari 2022, pukul 14:43

7
“Puasa pada hari ‘Asyuro’, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-
dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ َ ‫لَئِ ْن بَ ِقيْتُ إِلَى قَابِ ٍل أل‬
‫ص ْو َم َّن الت َا ِس َع‬
“Sungguh jika aku masih hidup sampai tahun depan aku akan berpuasa pada hari
yang kesembilan.” (HR. Muslim).

‫ورا َء َوأ َ َم َر‬


َ ‫ش‬ُ ‫عا‬ َ ‫سلَّ َم يَ ْو َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ام َر‬َ ‫ص‬َ َ‫ع ْن ُه َما يَقُو ُل ِحين‬ َّ ‫ي‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َّاس َر‬
ٍ ‫عب‬ ِ َّ َ‫ع ْبد‬
َ َ‫َّللا بْن‬ َ ‫عن‬
‫سلَّ َم فَإِذَا‬َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ارى فَقَا َل َر‬ َ ‫ص‬ َ َّ‫َّللا ِإنَّهُ َي ْو ٌم ت ُ َع ِظ ُمهُ ْال َي ُهودُ َوالن‬ ُ ‫ام ِه قَالُوا َيا َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ِ ‫ص َي‬
ِ ‫ِب‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬
ُ ‫ي َر‬ ِ ْ ‫ص ْمنَا ْاليَ ْو َم التَّا ِس َع قَا َل فَلَ ْم يَأ‬
َ ِ‫ت ْالعَا ُم ْال ُم ْقبِ ُل َحتَّى ت ُ ُوف‬ َّ ‫َكانَ ْالعَا ُم ْال ُم ْقبِ ُل ِإ ْن شَا َء‬
ُ ُ‫َّللا‬
‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW berpuasa Asyura (10
Muharram). Para sahabat memberi tahu, ‘Ya Rasul, itu adalah hari yang
diagungkan Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Kalau ada
kesempatan pada tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa Tasua (9
Muharram).’ Ibnu Abbas berkata, ‘Belum datang tahun depan, tetapi Rasulullah
sudah terlebih dulu wafat,’” (HR Muslim).

7) Puasa pada bulan-bulan yang terhormat (al-Asyhur al-haram). yaitu puasa


yang dilakukan pada bulan-bulan zulqaidah. Zulhijah. Muharam dan Rajab:
Keempat bulan ini merupakan bulan yang paling baik untuk melaksanakan puasa
sesudah bulan Ramadhan: hal ini berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Abi
Hurairah, sesungguhnya nabi bersabda: "Salat yang paling baik setelah Şalat yang
diwajibkan adalah salat tengah malam, dan puasa yang lebih baik setelah bulan
Ramadhan ialah puasa pada bulan-bulan terhormat.
Menurut ahli fiqh Hanafiyah, puasa yang dianjurkan ini adalah tiga hari
setiap bulan tersebut, yaitu hari Kamis, Jum'at dan Sabtu 25 Puasa bulan Sya'ban,
hal ini didasarkan pada hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari
Aisyah binti Abu Bakar R.a.8

8
Ibid h 150

8
8) Puasa hari Arafah, yaitu puasa yang dilakukan pada (Tanggal 9 Zulhijah) bagi
orang yang tidak sedang melakukan ibadah haji. Hal ini berdasarkan pada hadis
riwayat Muslim dan Abu Qatadah yang artinya "puasa hari Arafah dapat
menghapus dosa 2 tahun setahun yang lampau dan setahun mendatang "Dan hadis
dan Abi Qatadali yang diriwayatkan oleh Muslim. Nabi SAW bersabda:
"Tiadalah dari hari yang paling banyak, Allah membebaskan hambanya dari api
neraka selain hari "Arafah". Bagi orang yang sedang melakukan haji, puasa pada
hari itu tidak disunahkan, bahkan sebaiknya disunahkan untuk tidak berpuasa.9

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ ّ َ َ ‫َ ْ ُ َ ِّ َ ي َ َ َّ َ ْ َ ُ َ ي‬ ََ ُ َ ْ ََََ َْ َ
‫السنة ال ِ ِت َب ْعد ُه‬‫و‬. ‫للا أن يكفر السنة ال ِ ِت قبله‬
ِ ‫ب عل‬ ‫ِصيام ُيو ِم عرفة أحت ِس‬

“Puasa pada hari Arofah, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa
setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim).

Adapun bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, maka yang lebih utama
adalah tidak berpuasa pada hari Arofah sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya.

D. Hikmah Puasa Sunnah

Setiap perintah Allah SWT dan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pasti
memiliki hikmah dan manfaat yang dapat manusia peroleh. Bukan hanya sebagai
bentuk ibadah kepada Allah, namun juga dapat dirasakan manfaatnya bagi yang
menjalankan. Termasuk ketika menjalankan ibadah puasa, maka akan ada manfaat
yang dapat kita peroleh. Tentu saja hikmah apa yang dijalankan setiap orang akan
berbeda-beda, namun dalam menjalankan-nya ada beberapa hal yang kita rasakan
bersama. Hal ini disampaikan dalam hadis sebagai berikut:

“Setiap amal anak Adam akan dilipat gandakan, satu kebaikan menjadi sepuluh
hingga tujuh ratus kebaikan sekehendak Allah, Allah berfirman, “Kecuali puasa,

9
Dr. H Khoirul Abror, M.H, FIQH IBADAH, Poenix Publisher, Yogyakarta, Agustus 2019, h. 149

9
puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, ia tinggalkan makan dan
minumnya karena Aku.

Orang yang berpuasa itu mempunyai dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika tiba
waktu berbuka, dan satu kebahagiaan lagi ketika berjumpa dengan Rabbnya. Dan
sungguh, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum dari bau minyak
kesturi. ” (HR Ibnu Majah)

Untuk itu, menjalankan ibadah puasa sunnah tentunya sebagaimana hadis di


atas, akan mendapatkan banyak sekali kebaikan termasuk mampu menahan diri dan
kebahagiaan lainnya yang dapat dirasakan oleh ummat islam yang
menjalankannya.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa hikmah dari menjalankan
ibadah puasa:

1. Melatih diri melawan hawa nafsu


Puasa yang dilaksanakan dari subuh hingga adzan magrib berkumandang
tentu bukan hal mudah jika kita tidak terbiasa menahan diri. Larangan saat
berpuasa seperti makan dan berhubungan suami istri tentu mengajarkan agar
manusia dapat mengelola emosi dan dorongan hawa nafsunya, tentu saja bukan
untuk dihilangkan namun dapat dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan
hidup menurut islam, dan tujuan penciptaan manusia.

2. Mengajarkan untuk hidup sederhana


Dengan berpuasa kita pun juga dapat melatih untuk hidup sederhana.
Ketika berpuasa kita tidak banyak untuk membeli makanan atau minuman, dan
menahan diri dari segala hal duniawi. Hal ini juga sekaligus mengajarkan kita
untuk hidup berempati sosial pada lingkungan sekitar yang mungkin hidupnya
lebih kurang beruntung dari kita.

3. Menjaga kesehatan
Manfaat dari puasa adalah kesehatan tubuh lebih terjaga dan dapat
melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun dalam tubuh. Hal ini tentu saja
dapat membuat tubuh kita lebih fit dan sehat. Hal ini karena tubuh kita beristirahat
dari segala macam makanan atau minuman yang tidak sehat serta dibatasi agar
tidak banyak makan berlebihan. Bahkan, para pakar kesehatan banyak

10
merekomendasikan orang-orang yang sedang mengalami penyakit tertentu untuk
melakukan puasa.

4. Melatih diri membiasakan istiqomah beribadah


Jenis puasa banyak. Ada puasa wajib dan puasa sunnah. Jika dilakukan
terus menerus maka hal ini akan menambah keistiqomah kita dalam beribadah
dan juga melaksanakan perintah-perintah Allah lainnya.

5. Memperoleh kenikmatan sebagai umat Nabi SAW


Kita tidak akan pernah mendapatkan kenikmatan menjadi ummat rasul jika
kita tidak pernah menjalankannya. Untuk ibadah puasa akan membuat kita
semakin bermakna dan nikmat menjadi ummat Rasulullah SAW

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Puasa Sunnah ialah puasa yang disunahkan, berpahahala jika dilakukan dan
tidak berdosa kalau ditinggalkan. Puasa Sunnah menurut ajaran Islam merupakan
salah satu bagian ibadah sunnah yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih
sayang Allah SWT. Menurut ajaran Islam puasa sunnah merupakan salah satu ibadah
yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Dalil yang menunjukkan bahwa puasa
adalah menahan diri dari hawa nafsu pada firman Allah pada Surat Al Baqarah 187.

Puasa sunnah adalah puasa yang tidak dipardukan (tidak diwajibkan) yang
seringkali disebut dengan puasa Tatauwu’, sehingga tidak dihukum durhaka atau
tidak berdosa (tidak celaka) bagi seseorang yang sengaja meninggalkannya. Macam-
macam puasa Sunnah, yaitu: Puasa Senin-Kamis, Puasa Ayyamul Bidh, Puasa Daud,
Puasa Syawal, Puasa Dzulhijjah.

Terdapat bebrapa hikmah dari menjalankan Ibdah Puasa : Melatih diri melawan
hawa nafsu, mengajarkan untuk hidup sederhana, menjaga kesehatan, melatih diri
membiasakan istiqomah beribadah, memperoleh kenikmatan sebagai umat Nabi
SAW.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kamil, Hasan. 1978. Fiqh al-ibadat ala Mazham al-Imam Maliki. Kairo : Maktabah an-
Nahdhah al-Misriyah.
Nurliana. 2021. Fiqih Ibadah. Pekan Baru : LPPM Stain Diniyah.
Abu Sari. 1993. Perbandingan Antar Madzhab Berdasarkan Dalil-Dalil Shahih.
Jakarta : Al-Amanah, 1993.
Abror, Khoirul. 2019. Fiqih Ibadah. Yogyakarta : Poenix Publisher.
Aisyah, Novia. Hadits Keutamaan dan Pahalanya Berpuasa 6 Hari di Bulan Syawal.
Diakses pada 27 Februari 2022, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5579241/hadist-keutamaan-dan- pahalanya-berpuasa-6-hari-di-bulan-syawal/
Abduh Tuasikal, Muhammad. Nabi Tidak Melakukan Puasa Awal Dzulhijjah,
Benarkah?. Diakses pada 27 Februari2022, dari https://rumaysho.com/8935-nabi-
tidak-melakukan-puasa-awal-dzulhijjah- benarkah.html,
5 Macam Puasa Sunnah Beserta Manfaat dan Dalil Shahihnya. Diakses pada 23
Februari 2022, dari https://islamkita.co/puasa-sunnah/
© 2022 muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/294-puasa-sunnah.html

13

Anda mungkin juga menyukai