Anda di halaman 1dari 19

Sholat Istisqah

Here is where your presentation begins


Pengertian Sholat Istisqa

Sholat Istisqah termasuk shalat sunnah yang dianjurkan. Rasulullah SAW pun telah
melaksanakannya dan beliau juga memerintahkannya kepada orang-orang serta ikut pergi ke tempat
pelaksanaan shalat istisqa. Istisqa sendiri artinya minta turun hujan dari Allah SWT untuk sejumlah
negeri atau hamba-hamba-Nya melalui shalat, berdoa dan beristighfar ketika terjadi kemarau panjang.
Disunnahkan melaksanakan shalat istisqa ketika terjadi kekeringan atau musim kemarau yang
berkepanjangan yang mengakibatkan sumur dan sungai menjadi kering atau sebagainya. Dan
disunnahkan dikerjakan pada saat matahari mulai beranjak naik setinggi satu anak panah, yaitu
sepertiga jam setelah terbitnya matahari seperti waktu Shalat Id.

Pengertian shalat istisqa adalah ibadah shalat sunnah yang dilakukan ketika kita menginginkan hujan
yang tidak turun di musimnya. Kemarau yang panjang tentu saja membawa banyak kesulitan dalam
kehidupan beberapa di antaranya mengurangi persediaan air minum dan air untuk sawah.
HADIS SHALAT ISTISQO
"Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang musim kemarau
yang panjang. Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang,
lalu beliau membuat kesepakatan dengan orang-orang untuk berkumpul pada suatu hari yang
telah ditentukan". Aisyah lalu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar ketika
matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
bertakbir dan memuji Allah Azza wa Jalla, lalu bersabda, "Sesungguhnya kalian mengadu
kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan hujan yang tidak kunjung turun, padahal Allah
Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya dan la berjanji akan
mengabulkan doa kalian“

Kemudian beliau mengucapkan: "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4). laa ilaha illallahu
yafalu maa yuriid. allahumma antallahu laa ilaha illa antal ghaniyyu wa nahnul fuqara`. anzil
alainal ghaitsa waj'al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaghan ilaa hiin (Tidak ada sembahan
yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau
adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya
sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa
yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari
yang di tetapkan).
Kemudian beliau terus mengangkat kedua tangannya
hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau
membalikkan punggungnya, membelakangi orang-orang
dan membalik posisi selendangnya, ketika itu beliau masih
mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau
menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar
dan shalat dua raka'at. Lalu Allah mendatangkan awan
yang disertai guruh dan petir. Turunlah hujan dengan izin
Allah. Beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah
mengalir di sekitarnya. Ketika beliau melihat orang-orang
berdesak- desakan mencari tempat berteduh, beliau tertawa
hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: "Aku
bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala
sesuatu dan aku adalah hamba dan Rasul-Nya" (HR. Abu
Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalam
Shahih Abi Daud
Macam – macam Sholat Istisqah
Istisqa memiliki tiga macam yaitu :

Istisqa yang paling ringan yaitu, doa tanpa shalat dan tidak juga setelah shalat
di masjid atau selain masjid, sendiri atau berjemaah, dan sebaliknya dilakukan
oleh orang-orang yang shalih.

Istisqa pertengahan, yaitu doa setelah shalat Jum'at atau shalat lainnya, ketika
khutbah Jum'at atau khutbah yang lain.

Istisqa yang paling utama, adalah istisqa dengan didahului shalat dua rakaat
dan dua khutbah. Dilakukan oleh muslim, baik musafir atau muqim. penduduk
kampung atau kota.
Jenis Sholat Istisqah
• Pertama, shalat istisqa secara berjama'ah ataupun sendirian.
• Kedua, imam shalat Jum'at memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dalam khutbahnya. Para
ulama ber-ijma' bahwa hal ini disunnahkan senantiasa diamalkan oleh kaum muslimin sejak
dahulu6. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, sebagaimana diceritakan
sahabat Anas Bin Malik Radhiallahu'anhu: "Seorang lelaki memasuki masjid pada hari jum'at melalui
pintu yang searah dengan daarul qadha. Ketika itu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sedang
berkhutbah dengan posisi berdiri. Lelaki tadi berkata: 'Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa
dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar
menurunkan hujan!'. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan
mengucapkan: Allahumma aghitsna (3x). Anas berkata: 'Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat
sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di
bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun". Anas berkata, "Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah
awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar
dan hujan pun turun". Anas melanjutkan, "Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama
enam hari" (HR. Bukhari no.1014, Muslim no.897)
Tempat Sholat Istisqah
Shalat istisqa lebih utama dilakukan di lapangan, sebagaimana
dalam hadits 'Aisyah Radhiallahu'anha disebutkan:"Lalu beliau
memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah
lapang" Juga dalam hadits Abdullah bin Zaid Al Mazini: "Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau
meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat,
kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat 2
rakaat" (HR. Bukhari no. 1024)
Waktu Sholat Istisqah
Shalat istisqa tidak memiliki waktu
khusus namun terlarang dikerjakan di
waktu-waktu terlarang untuk shalat. Akan
tetapi yang lebih utama adalah
sebagaimana waktu pelaksanaan shalat
'Id, yaitu ketika matahari mulai terlihat.
Sebagaimana dalam hadits ‘

Aisyah Radhiallahu'anha disebutkan:

‫فخرج رسول هللا صلى هللا عليه وسلم حين بدا حاجب‬
‫ الشمس‬."Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam keluar ketika
matahari mulai terlihat"
Kaifiyah
"Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam berjalan menuju tempat shalat dengan penuh ketundukan,
tawadhu', dan kerendahan hati hingga tiba di tempat shalat. Lalu beliau berkhutbah tidak sebagaimana
biasanya, melainkan beliau tidak henti-hentinya berdoa, merendah, bertakbir dan melaksanakan shalat
dua raka'at sebagaimana beliau melakukan shalat 'Id" (HR. Tirmidzi no.558, ia berkata: "Hadits hasan
shahih")

Tata caranya sama dengan shalat 'Id dalam jumlah rakaat, tempat pelaksanaan, jumlah takbir, jahr dalam
bacaan dan bolehnya khutbah setelah shalat10. Ini adalah pendapat mayoritas ulama diantaranya Sa'id
bin Musayyab, 'Umar bin Abdil Aziz, Ibnu Hazm, dan Imam Asy Syafi’i.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Namun shalat istisqa berbeda dengan
shalat 'Id dalam hal hukum shalat Istisqa adalah sunnah, sedangkan shalat 'Id adalah fardhu kifayah".
Sebagian ulama muhaqqiqin juga menguatkan hukum shalat 'Id adalah fardhu 'ain11.
Kaifiyah ke- 2
Dari Hadits dari Abdullah bin Zaid:‫إ‬

‫ وصلى ركعتين صلى هللا عليه وسلم خرج النبي‬،‫ لى المصلى فاستقبل القبلة وحول رداءة‬.

"Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan


kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya,
lalu shalat 2 rakaat" (HR. Bukhari no. 1024, Muslim no.894).Zhahir hadits ini
menunjukkan shalat istisqa sebagaimana shalat sunnah biasa, tidak adanya takbir
tambahan. Ini adalah pendapat Imam Malik, Al Auza'i, Abu Tsaur, dan Ishaq bin
Rahawaih.. Ibnu Qudamah Al Maqdisi setelah menjelaskan dua tata cara ini beliau
mengatakan 12: "Mengerjakan yang mana saja dari dua cara ini adalah
boleh dan baik".
Hadis
"Wahai Abbas, wahai pamanku, sukakah paman, aku beri, aku karuniai, aku beri hadiah
istimewa, aku ajari sepuluh macam kebaikan yang dapat menghapus sepuluh macam dosa?
Jika paman mengerjakan ha itu, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa paman, baik yang
awal dan yang akhir, baik yang telah lalu atau yang akan datang, yang di sengaja ataupun
tidak, yang kecil maupun yang besar, yang samar-samar maupun yang terang- terangan. 10
macam kebaikan itu ialah; "Paman mengerjakan shalat 4 raka'at, dan setiap raka'at membaca
Al Fatihah dan surat, apabila selesai membaca itu, dalam raka'at 1 dan masih berdiri, bacalah;
"Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallah wallahu akbar (Maha suci Allah, segala puji
bagi Allah, tidak ada ilah selain Allah dan Allah Maha besar)" sebanyak 15 kali, lalu ruku', dan
dalam ruku' membaca bacaan seperti itu sebanyak 10 kali, kemudian mengangkat kepala dari
ruku' (i'tidal) juga membaca seperti itu sebanyak 10 kali, lalu sujud juga membaca 10 kali,
setelah itu mengangkat kepala dari sujud (duduk di antara dua sujud) juga membaca 10 kali,
lalu sujud juga membaca 10 kali, kemudian mengangkat kepala dan membaca 10 kali, Salim
bin Abul Ja'd jumlahnya ada 75 dalam setiap raka'at, paman dapat melakukannya dalam 4
raka'at. Jika paman sanggup mengerjakannya sekali dalam sehari, kerjakanlah. Jika tidak
mampu, kerjakanlah setiap jum'at, jika tidak mampu, kerjakanlah setiap bulan, jika tidak
mampu, kerjakanlah setiap tahun sekali. Dan jika masih tidak mampu, kerjakanlah sekali
dalam seumur hidup." (HR. Abu Daud no: 1297)
Khilafah Ulama
Pendapat pertama: Shalat tasbih disunnahkan.
Pendapat ini adalah pendapat sebagian ulama
Syafi'iyah. An Nawawi dalam sebagian kitabnya
menyatakan bahwa shalat tasbih adalah
sunnah hasanah. Lalu beliau berdalil dengan
hadits yang membicarakan tentang shalat
tasbih.Pendapat kedua: Shalat tasbih tidak
mengapa dilakukan, artinya dibolehkan. Ulama
yang berpendapat seperti ini mengatakan,
"Seandainya hadits tentang shalat tasbih
tidaklah shahih, maka ini adalah bagian dari
hadits yang membicarakan tentang fadhilah
amal (keutamaan amalan), maka tidak mengapa
jika menggunakan hadits dho'if."
Tata Cara Sholat Istisqah
Mengucapkan niat melaksanakan sholat Istisqa, yaitu:
‫هّٰلِل‬
‫مَأ ُم ْو ًما ِ َت َع ٰالى‬/‫اء َر ْك َع َت ْي ِن ِا َما ًما‬
ِ ‫س َّن َت اِأل ْست ِْس َق‬ َ ُ‫ا‬
ُ ِّ ‫صل‬

Ushallii sunnatal Istisqaa'i rak'ataini imaaman/makmuuman


lillaahi Ta'aala.

Artinya: Aku berniat mengerjakan sholat sunah Istisqa sebanyak


dua rakaat, sebagai imam/makmum, karena Allah Ta'ala.
Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca surat Al-Fatihah.

Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca surat Al-Fatihah

Melaksanakan khutbah sebanyak dua kali atau sekali sebelum (atau


setelah) shalat. Namun lebih diutamakan pelaksanaan khutbah
setelah shalat.

Sebelum masuk khutbah pertama khatib membaca istighfar sembilan


kali.

Sebelum masuk khutbah kedua khatib membaca istighfar tujuh kali.


Perbanyak doa dalam khutbah kedua.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai