Anda di halaman 1dari 3

SHOLAT ISTISQO

QS. NUH : 10-12

maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada


Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun,

niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,

dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-


kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."

1. Pengertian
Sesuai dengan namanya, al-istisqa' ialah meminta curahan air penghidupan (thalab
al-saqaya). Para ulama Fiqh mendefinisikan salat Istisqa sebagai salat Sunnah
muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan
air hujan.

2. Dalil
Praktik shalat istisqa sudah dilakukan di zaman Rasulullah SAW. sebagaimana
diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., "Nabi Muhammad SAW. keluar rumah pada suatu
hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau shalat dua rakaat bersama kita
tanpa azan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa
kepada Allah, dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap
ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, dan
membalikkan selendang sorbannya dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun
ujung sorbannya," (HR. Imam Ahmad).

Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa

Seperti namanya, shalat istisqa dilaksanakan pada saat terjadi kekeringan panjang, dan
hujan lama tidak tercurah.

Adapun waktu pelaksanaan shalat istisqa adalah pada siang hari, sebagaimana hadis Nabi
SAW. yang diriwayatkan Aisyah, istri Nabi, dalam sebuah hadits, diceritakan bahwa
Rasulullah SAW. melaksanakan shalat istisqa setelah matahari terbit di atas permukaan
bumi, seperti waktu dimulainya shalat idul fitri atau idul adha.
Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat istisqa dapat dilaksanakan pada sore hari.
Namun tidak pada waktu yang diharamkan melaksanakan shalat, yakni saat matahari tepat
di atas kepala dan saat matahari terbenam.

Tata Cara Shalat Istisqa

Adapun tata cara shalat istisqa sebagai berikut:

1. Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan shalat


berjamaah
2. Imam dan makmum, tanpa didahului azan dan iqamat, berniat membaca niat shalat
istisqa yang berbunyi:

"Ushalli sunnatan istisqai, rak'ataini mustaqbil al-qiblati (imaman/makmuman) lillahi taala"

3. Setelah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir sebanyak 7 kali pada
rakaat pertama dan 5 kali takbir pada rakaat kedua
4. Pada setiap rakaat, imam membaca surah al-Fatihah dan satu surah pendek secara
jelas (jahr) yang dapat didengar oleh makmum.
5. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud
6. Pada rakaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyat akhir
serta membaca bacaan tahiyat, tasyahud dan shalawat seperti yang dibaca dalam
shalat wajib
7. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan serta
ke kiri
8. Imam menyampaikan khutbah istisqa di hadapan jamaah. Khutbah terdiri dari dua
kali yang disampaikan dengan berdiri, dan sekali duduk di antara kedua khutbah.

Rukun dan tata cara khutbah dalam shalat istisqa sama dengan yang dilakukan pada shalat
id. Yakni, membaca takbir 9 kali pada khutbah pertama dan takbir 7 kali pada khutbah
kedua.

Dalam khutbah istisqa dianjurkan khatib mengajak jamaah untuk bertobat dan meminta
ampun atas segala dosa. Memperbanyak istighfar, dengan harapan agar Allah mengabulkan
yang menjadi kebutuhan mereka.

Tiap mengakhiri khutbah, baik pertama maupun kedua, khatib disunnahkan membaca doa,
dengan cara membalikkan badan dan membelakangi jamaaah untuk menghadap kiblat.
Kemudian menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua
tangan.

.
Bacaan Doa Istisqa

Berikut ini doa shalat istisqa yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi seperti Imam As-Syafii,
Abu Dawud dan perawi lainnya:

Allaahummasqinaa ghaitsan mughiitsan hanii an marii an (riwayat lain, murii an) ghadaqan
mujallalan thabaqan sahhan daa iman.

Artinya, "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan,
yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi."

Allaahummasqinaal ghaitsa, wa laa taj alnaa minal qaanithiin.

Artinya, "Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang
yang berputus harapan."

Allaahumma inna bil ibaadi wal bilaadi wal bahaa imi wal khalqi minal balaa i wal juhdi wad
dhanki maa laa nasykuu illaa ilaika.

Artinya, "Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk
lainnya mengalami bencana, paceklik dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain
kepada-Mu."

Allaahumma anbit lanaz zar a, wa adirra lanad dhar a, wasqinaa min barakaatis samaa i, wa
anbit lanaa min barakaatil ardhi.

Artinya, "Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada
kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-
Mu."

Allaahummarfa annal jahda wal juu a wal uraa, waksyif annal balaa a maa laa yaksyifuhuu
ghairuka.

Artinya, "Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan.
Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu."

Allaahumma innaa nastaghfiruka, innaka kunta ghaffaaraa, fa arsilis samaa a alainaa


midraaraa.

Artinya, "Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha
pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu."

Sumber: Syekh Said bin Muhammad Baasyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr: 2012.

Anda mungkin juga menyukai