Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IBADAH DAN RITUAL KEAGAMAAN

PELAKSANAAN SHALAT ISTISQA’

DOSEN PENGAMPU:

Hj. S. Nor Hasanah, S.Pd.I., M.Pd.

Kelompok 3:

Savitri Dwi Ananta (12201051)

Muhammad Fathur Ridha (12201054)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan puja puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat hidayah dan kesehatan, sehingga makalah ini mampu
terselesaikan yang berjudul “Pelaksanaan Shalat Istisqa’”. Makalah ini ditulis dalam rangka
untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Ibadah dan Ritual Keagamaan.

Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Hj.
S. Nor Hasanah, S.Pd.I., M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Ibadah dan Ritual
Keagamaan yang sudah mempercayakan tugas ini kepada kami, sehingga sangat membantu
kami untuk memperdalam ilmu pengetahuan mata kuliah Ibadah dan Ritual Keagamaan.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang di berikan ketika di jumpai kesalahan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 2-10-2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................ 1

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Pengertian Shalat Istisqa’ ........................................................................................................... 2


B. Tata Cara Shalat Istisqa’ ............................................................................................................ 3
C. Doa Shalat Istisqa’ ..................................................................................................................... 8
D. Keutamaan dan Keistimewaan ................................................................................................... 8

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
B. Saran .......................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat Istisqa', dalam konteks agama Islam, adalah sebuah ibadah yang
dilakukan dengan tujuan memohon hujan dari Allah SWT. Ibadah ini memiliki latar
belakang yang kaya dan relevan dengan kehidupan manusia, terutama di wilayah-
wilayah yang mengalami kekeringan atau kekurangan air. Latar belakang Shalat
Istisqa' mencakup berbagai aspek yang memberikan pemahaman mendalam tentang
pentingnya ibadah ini dalam kehidupan masyarakat Muslim.

Shalat Istisqa' juga menjadi pengingat tentang pentingnya bersyukur atas


nikmat-nikmat Allah, termasuk air. Melalui ibadah ini, umat Muslim diingatkan untuk
tidak mengambil sepele nikmat-nikmat kecil seperti air bersih yang seringkali
diabaikan.

Dalam konteks ini, Shalat Istisqa' tidak hanya menjadi ibadah ritual, tetapi
juga manifestasi dari kebijaksanaan Islam dalam menghadapi tantangan alamiah dan
lingkungan. Ia melibatkan aspek spiritual, sosial, dan lingkungan, mencerminkan
kedalaman ajaran agama Islam dalam membimbing manusia dalam setiap aspek
kehidupan mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan shalat istisqa’?
2. Apa dalil dari pelaksanaan shalat istisqa’?
3. Apa saja tata pelaksanaan shalat istisqa’?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari shalat istisqa’?
2. Untuk mengetahui dalil dari pelaksanaan shalat istisqa’?
3. Untuk mengetahui tata pelaksanaan shalat istisqa’?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Istisqa’


Shalat istisqa merupakan sholat untuk meminta hujan yang dilakukan
masyarakat muslim ketika terjadi masa kekeringan air, sehingga hukum dalam
mengerjakan shalat ini adalah sunnah berdasarkan sebab zhahirnya, namun apabila
telah turun hujan maka shalat ini tidak dianjurkan untuk dikerjakan (Yahya, 2019: 3) .
Dalam kamus Lisaanul ‘Arab tertulis bahwa:

‫ أي إنزال الغيث على البلد والعباد‬:‫ وهو استفعال من طلب السقيا‬،‫ذكر الستسقاء ف الديث‬

“Istisqa disebutkan dalam hadist bahwa arti istisqa adalah permohonan


meminta (as-saqa), yakni diturunkannya hujan kepada suatu negeri atau kepada
orang-orang” (Purnama, 2015: 6).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid ra., bahwasanya Nabi saw. pernah pergi
keluar menuju tempat shalat, kemu- dian Beliau ber-istisqa (mohon turun hujan), lalu
menghadap kiblat, membalikkan selendangnya dan shalat dua rakaat. (HR. Bukhari,
Muslim, Ibnu Majah, Nasa'i, dan Ibnu Khu- zaimah)
Diriwayatkan dari 'Abbad bin Tamim, dari pamannya, ia berkata, "Aku
melihat Nabi saw. pada hari Beliau ber is Lisqu." Ia (Rawi) berkata, "Maka Beliau
memalingkan pung gungnya dari orang orang dan menghadap ke arah kiblat untuk
berdoa, kemudian Beliau membalikkan selendangnya, dan kemudian Beliau shalat
dua rakaat untuk kita yang Beliau mengeraskan bacaannya pada keduanya." (HR.
Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Berikut adalah beberapa dari dalil dilaksanakannya shalat istisqa’, yakni
sebagai berikut (asy-Syafrowi, 2018: 183):
1. Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid ra., bahwasanya Nabi saw. pernah pergi
keluar menuju tempat shalat, kemu- dian Beliau ber-istisqa (mohon turun
hujan), lalu menghadap kiblat, membalikkan selendangnya dan shalat dua
rakaat. (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Nasa'i, dan Ibnu Khu- zaimah).

2. Diriwayatkan dari 'Abbad bin Tamim, dari pamannya. ia berkata, "Aku


melihat Nabi saw pada hari itu, beliau ber-istisqa." la (Rawi) berkata, "Maka
beliau memalingkan punggungnya dari orang-orang dan menghadap ke arah
2
kiblat untuk berdoa, kemudian beliau membalikkan selendangnya, dan
kemudian beliau shalat dua rakaat untuk kita yang beliau mengeraskan
bacaannya pada keduanya." (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

B. Tata Cara Shalat Istisqa’


Terdapat beberapa tata cara pelaksanaan shalat Istisqa, diantaranya (Bahmmam,
2013: 161):
1. Shalat istisqa’ terdiri dari dua rakaat, tanpa adzan dan iqamah. Disunnahkan
mengeraskan bacaan.
2. Pada rakaat pertama bertakbir tujuh kali setelah takbiratul ihram. Sedangkan
pada rakaat kedua jumlah takbirnya lima kali selain takbir ketika bangun dari
sujud.
3. Kedua tangan diangkat pada setiap takbir, sambil memuji Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam antara
setiap takbir.
4. Setelah shalat imam disunnahkan menyampaikan khutbah di hadapan jamaah
yang hadir, memperbanyak istighfar dan membaca Al-Qur’an serta doa-doa
yang disebutkan dalam riwayat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam.
Doa dibaca sambil memperlihatkan pengharapan yang penuh dan ketundukan
serta kebutuhan kepada Allah dengan mengangkat tangan setinggi mungkin.
Dianjurkan bagi imam untuk menghadap ke kiblat lalu membalik
selendangnya, dengan meletakkan yang semula di sebelah kanan ke sebelah
kiri dan sebaliknya sembari tetap melantunkan doa kepada Allah SWT.
Para ulama berbeda pendapat mengenai tata cara shalat istisqa.
Terdapat 2 (dua) pendapat dalam masalah ini (Fauzi, 2019: 4-5):
a. Pendapat pertama, mayoritas ulama diantaranya Sa’id bin Musyyab,
‘Umar bin Abdil Aziz, Ibnu Hazm, dan Imam Syafi’i yang menyatakan
bahwa tata cara shalat istisqa sama seperti shalat ‘ied dalam jumlah
rakaat, tempat pelaksanaan, jumlah takbir, jahr dalam bacaan dan
adanya khutbah setelah shalat.
b. Pendapat kedua, menurut Imam Malik, Al-Auza’i, Abu Tsaur, dan
Ishaq bin Rahawaih yang menyatakan bahwa tata cara shalat istisqa
sama seperti shalat sunnah biasa, yaitu sebanyak 2 rakaat tanpa ada
tambahan takbir.

3
Dalam buku Fikih Praktis Sholat, karya Buya Yahya terdapat cara paling
sempurna untuk dilakukannya sholat istisqa’, yaitu:

1. Imam (pemimipin/pemerintah) atau yang mewakili Imam seperti Ulama


memerintahkan masyarakat untuk :
a. Bertaubat dengan sebenar-benar taubat
b. Bersedekah kepada fakir-miskin
c. Keluar dari kedzaliman
d. Mendamaikan orang yang bertikai
e. Puasa 4 hari berturut-turut

2. Imam keluar dengan masyarakat pada hari ke-4 puasa dengan memakai baju
yang sederhana (yang dianjurkan adalah memakai baju compang-camping)
dan penuh kekhusyu’an dan penuh ketenangan di suatu lapangan.

3. Kemudian Imam atau wakilnya melakukan Shalat 2 rakaat berjama’ah


bersama masyarakatnya seperti dalam pelaksanaan Shalat Hari Raya dengan
membaca Takbir 7 kali setelah Takbiratul Ihram di rakaat yang pertama dan
membaca Takbir 5 kali setelah membaca Takbir Berdiri di rakaat yang ke – 2.

4. Niat melakukan Sholat istisqa’


Adapun niat dari melakukan sholat istisqa’ adalah sebagai berikut:
“Ushollii sunnatal istisqa'i rak'ataini imaaman/ma'muuman lillaahi
ta'aalaa, allaahu akbar”.
Artinya:
"Saya berniat sholat sunnah Istisqo dua rakaat sebagai imam/makmum
karena Allah Ta'ala. Allaahu Akbar."

5. Setelah mereka melakukan Shalat kemudian Imam berkhutbah 2 kali seperti


khutbah hari raya, hanya saja dalam khutbah ini Khotib membaca Istighfar 9
kali pada khutbah yang pertama dan membaca Istighfar 7 kali pada khutbah
yang ke-2 sebagai ganti dari pembacaan Takbir dalam Khutbah hari raya.

4
6. Ketika Khotib memulai Khutbah yang ke-2 dan telah berlalu 1/3 (sepertiga)
dari Khutbahnya, maka hendaknya Khotib menghadap qiblat dan
membelaking jama’ah kemudian Khotib merubah posisi Rida’-nya (Sorban
yang diletakkan pada bahu) yaitu dengan meletakkan posisi yang di atas
dibalik ke bawah, serta yang kanan dibalik ke kiri dan sebaliknya sebegai
tanda pengharapan kepada Allah SWT agar dirubahnya kondisi kemarau
menjadi penuh hujan rahmat. Bagi jama’ah yang ikut serta dalam pelaksanaan
Shalat Istisqa’ disunnahkan juga untuk melakukan hal demikian tersebut di
atas.

7. Disunnahkan bagi Khotib untuk memperbanyak Istighfar, do’a, taubat dan


permohonan yang sungguh-sungguh serta bertawassul dengan orang-orang
yang Sholeh dan bertakwa.

8. Disunnahkan bagi mereka yang menghadiri pelaksanaan Shalat Istisqa’ : a.


Membawa anak kecil b. Membawa orang tua. c. Membawa binatang ternak.
Sebab musibah (paceklik) tersebut mengenai mereka semua. Tidak
diperkenankan melarang Ahli Dzimmah (non muslim yang diberi izin tinggal
bersama kaum muslimin) untuk ikut serta hadir dalam prosesi tersebut.

C. Doa Shalat Istisqa’

َ ‫غدَقًا ُم َجلَّ ًًل َعا َّما‬


َ ‫طبَقًا‬
‫س ًّحا دَا ِئ ًما‬ َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا‬
َ ‫غ ْيثًا ُم ِغيثًا َم ِريئًا َهنِيئًا َم ِريعًا‬

َ‫ْث َو ََل تَجْ عَ ْلنَا ِمنَ ْالقَا ِن ِطين‬


َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا ْالغَي‬

َّ ‫ق ِمنَ ْالبَ ًَل ِء َو ْال َج ْه ِد َوال‬


‫ض ْن ِك َما ََل نَ ْش ُكو ِإ ََّل ِإلَي َْك‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم ِإ َّن ِب ْال ِع َبا ِد َو ْال ِب ًَل ِد َو ْالبَ َهائِ ِم َو ْالخ َْل‬

ِ ‫ت ْاْل َ ْر‬
‫ض‬ ْ ِ‫اء َوأ َ ْنب‬
ِ ‫ت لَنَا ِم ْن بَ َر َكا‬ َ ‫ت ْال‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫ع َوأَد َِّر لَنَا الض َّْر‬
ِ ‫ع َوا ْس ِقنَا ِم ْن بَ َر َكا‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم أ َ ْن ِب‬
َّ ‫ت لَنَا‬
َ ‫الز ْر‬

َ ُ‫عنَّا ْال َب ًَل َء َما ََل يَ ْك ِشفُه‬


‫غي ُْر َك‬ َ ‫ع َو ْالعُ ْر‬
ْ ‫ي َوا ْكش‬
َ ‫ِف‬ َ ‫عنَّا ْال َج ْهدَ َو ْال ُجو‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ارفَ ْع‬

ً ‫علَ ْينَا ِمد َْر‬


‫ارا‬ َّ ‫ارا فَأ َ ْر ِس ِل ال‬
َ ‫س َما َء‬ ً َّ‫غف‬ َ ‫اللَّ ُه َّم إِنَا نَ ْست َ ْغ ِف ُر َك إِنَّ َك ُك ْن‬
َ ‫ت‬

5
Artinya:

Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah,


menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi.
Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk
orang yang berputus harapan. Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan
jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan
kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah,
tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami
air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah
bumi-Mu. Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan,
ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu.
Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah
maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.

D. Keutamaan dan Keistimewaan Shalat Istisqa’


Adapun keutamaan dan keistimewaan dari mengerjakan shalat istisqa’
diantaranya adalah sebagai berikut (asy-Syafrowi, 2018: 186):
1. Mendatangkan ampunan dari Allah SWT.
Dalam melaksanakan shalat istisqa’ terdapat perintah untuk senantiasa
beristighfar kepada Allah, sehingga dengan hal tersebut diberikan ampunan
oleh Allah atas dosa-dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Disebutkan dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman: “Wahai anak
Adam, selama engkau berdoa kepada-Ku, berharap dan meminta ampun,
niscaya aku mengampunimu dan tak ku pedulikan (seberapa besar dosamu)”.
(HR. Tirmidzi).

2. Mendatangkan rahmat dan kasih sayang Allah SWT.


Adapun dalam melaksanakan shalat istisqa memiliki keistimewaan
dengan diberikan rahmat dankasih sayang oleh Allah SWT, seperti yang telah
di firmankan dalam Q.S An-Naml:46, Allah SWT berfirman:

6
‫ّٰللا لعلَّ ُك ْم ت ُ ْرح ُم ْون‬ ْ ‫سيِئ ِة ق ْبل ا ْلحسن ِۚ ِة ل ْوَل ت‬
‫ست ْغ ِف ُر ْون ه‬ َّ ‫ست ْع ِجلُ ْون بِال‬
ْ ‫قال ٰيق ْو ِم ِلم ت‬
“Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah, agar kalian mendapat
rahmat”. (QS. An-Naml : 46).

3. Menurunkan hujan dari langit


Diriwayatkan dari Aisyah ra. Tentang Pelaksanaan Istisqa yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW: “...kemudian beliau mengangkat
kedua tangannya, beliau terus mengangkat hingga tampak warna putih kedua
ketiak beliau. Lalu, beliau memalingkan punggungnya dari manusia dan
membalikkan selendangnya seraya mengangkat kedua tangannya, lalu
menghadap kepada orang-orang, turun dan lalu shalat dua rakaat. Maka,
kemudian Allah mendatangkan awan mendung yang memunculkanpetir dan
guntur, lalu turunlah hujan dengan izin Allah. Beliau tidak mendatangi
masjidnya hingga sungai-sungai telah mengalir.” (HR. Abu Dawud).

4. Mendatangkan rezeki berupa keberkahan dari langit dan bumi


Menjalankan sholat istisqa dapat mendatangkan rezeki dari Allah SWT berupa
keberkahan yang diberikan dari langit dan bumi, seperti dalam firmannya QS
Nuh:10-12, Allah SWT berfirman:

‫﴾ويُ ْم ِد ْد ُك ْم‬١١ ﴿ ‫ارا‬


ً ‫سماء عل ْي ُك ْم ِمدْر‬
َّ ‫س ِل ال‬
ِ ‫﴾يُ ْر‬١٠ ﴿ ‫ارا‬ ْ ‫فقُ ْلتُ ا‬
ً َّ‫ست ْغ ِف ُروا ربَّ ُك ْم إِنَّهُ كان غف‬

ً ‫ت ويجْ ع ْل ل ُك ْم أ ْنه‬
﴾١٢ ﴿ ‫ارا‬ ٍ ‫بِأ ْموا ٍل وب ِنين ويجْ ع ْل ل ُك ْم جنَّا‬

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha


Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sunga-sungai.”
(QS. Nuh: 10-12).

5. Menjauhkan azab dan hukuman dari Allah SWT.


Salah satu keistimewaan dijalankannya shalat istisqa adalah dapat
menjauhkan azab dan hukuman dari Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda:

7
“Allah telah menurunkan kepadaku dua penolong atau penyelamat bagi umat
dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka, ketika aku
telah tiada, masih tersisa satu penolong hingga hari kiamat, yaitu istighfar.”
(HR. Tirmidzi).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Shalat Istisqa', dalam konteks agama Islam, adalah sebuah ibadah yang
dilakukan dengan tujuan memohon hujan dari Allah SWT. Ibadah ini memiliki latar
belakang yang kaya dan relevan dengan kehidupan manusia, terutama di wilayah-
wilayah yang mengalami kekeringan atau kekurangan air. Shalat istisqa’ mengajarkan
kita agar selalu meminta dan memohon pertolongan Allah di setiap masalah yang kita
hadapi.

Adapun tata pelaksanaannya, diantaranya:

1. Pada rakaat pertama bertakbir tujuh kali setelah takbiratul ihram. Sedangkan
pada rakaat kedua jumlah takbirnya lima kali selain takbir ketika bangun dari
sujud.
2. Kedua tangan diangkat pada setiap takbir, sambil memuji Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam antara
setiap takbir.
3. Setelah shalat imam disunnahkan menyampaikan khutbah di hadapan jamaah
yang hadir, memperbanyak istighfar dan membaca Al-Qur’an serta doa-doa
yang disebutkan dalam riwayat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam.
Doa dibaca sambil memperlihatkan pengharapan yang penuh dan ketundukan
serta kebutuhan kepada Allah dengan mengangkat tangan setinggi mungkin.
Dianjurkan bagi imam untuk menghadap ke kiblat lalu membalik
selendangnya, dengan meletakkan yang semula di sebelah kanan ke sebelah
kiri dan sebaliknya sembari tetap melantunkan doa kepada Allah SWT.
B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah


di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

asy-Syafrowi, M. (2018). Shalat-Shalat Sunnah Penarik Rezeki. Yogyakarta: Media


Pressindo.

Bahmmam, A. (2013). Shalat Istisqa (Meminta Hujan). Jurnal Al-Feqh, 160-169.

Fauzi, M. I. (2019). Salat dan Khutbah Istisqa'. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati.

Purnama, Y. (2015). Panduan Istisqa: Meminta Hujan Sesuai Tuntunan Syariat. Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 2 No. 1, 1-17.

Yahya, B. (2019). Fiqih Praktis Shalat Istisqa'. Cirebon: Penerbit Pustaka Al-Bahjah.

10

Anda mungkin juga menyukai