Salat Duha adalah Salat Sunah yang dilakukan seorang muslim ketika waktu Duha. Waktu duha
adalah waktu ketikamatahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul
tujuh pagi) hingga waktu zuhur. Jumlah rakaat salat duha minimal 2 rakaat dan maksimal 12
rakaat.[1] Dan dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam.
Daftar isi
1 Manfaat
2 Hadis terkait
3 Doa salat dhuha
4 Surah-surah yang paling baik dibaca
5 Referensi
Manfaat
Manfaat atau faedah salat duha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh orang yang
melaksanakan salat duha adalah dapat melapangkan dada dalam segala hal terutama dalam hal
rizki, sebab banyak orang yang terlibat dalam hal ini.[2]
Dr. Ebrahim Kazim -seorang dokter, peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic Academy-
menyatakan bahwa gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta
berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.[2]
Terlebih lagi shalat Dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi hari
dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga menangkal stress yang mungkin timbul dalam
kegiatan sehari-hari, sesuai dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat, "Ada
ketegangan yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti enkefalin
dan endorfin. Zat ini sejenis morfin, termasuk opiat. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan
opiate lainnya. Bedanya, zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat
dan terkontrol."[2]
Hadis terkait
Hadis Rasulullah SAW terkait salat duha antara lain :
“Barang siapa salat Duha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga”
(H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
"Siapapun yang melaksanakan salat duha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh
Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan." (H.R Tirmidzi)
"Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW salat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua
rakaat." (HR Abu Daud)
"Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,"Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka
sedang salat dhuha. Ia bersabda,?Salat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas
menyengat (tengah hari)." (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
"Rasulullah bersabda di dalam Hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam,
jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat salat duha, karena dengan
salat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani)
"“Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat salatnya setelah salat
shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat salat dhuha
disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni
meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud)
"Dari Abi Zar r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Setiap pagi ada kewajiban untuk
bersedekah untuk tiap-tiap persendian (ruas). Tiap-tiap tasbih adalah sedekah, riap-tiap
tahlil adalah sedekah, tiap-tiap takbir adalah sedekah, dan menganjurkan kebaikan serta
mencegah kemungkaran itu sedekah. Cukuplah menggantikan semua itu dengan dua
raka'at salat Dhuha.” (HR Muslim)
Dalam tulisan latin: "Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a baha-uka, wal jamala
jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma
in kana rizqi fis sama-i fa-anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa
yassirhu, wa in kana haroman fathohhirhu, wa in kana ba’idan faqorribhu, bihaqqi dhuha-ika, wa
baha-ika, wa jamalika, wa quwwatika, wa qudrotika, aatini ma atayta 'ibadakas sholihin".
Artinya: "Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-Mu, dan keagungan itu
adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah keindahan-Mu, dan kekuatan itu adalah
kekuatan-Mu, dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas
langit, maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar, maka
mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat
waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami
segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang sholeh".
do’a Dhuha seperti ini (“Allahumma innadhuha dhuha-uka, wal bahaa baha-uka, wal jamala
jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal ‘ismata ‘ismatuka ...dst) tidak
ditemukan dalam berbagai kitab yang menyandarkan doa ini sebagai hadits Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Do'a seperti itu ditulis oleh Asy Syarwani dalam Syarh Al Minhaj
dan Ad Dimyathi dalam I’anatuth Tholibiin, namun doa ini tidak dikatakan sebagai hadis.
Surah Al-Waqi’ah
Surah Asy-Syams
Surah Ad-Duha
Surah Al-Kafirun
Surah Quraisy
Surah Al-Ikhlas
Berita Indonesia » Islam » Keutamaan Shalat Dhuha Lengkap Dengan Doa dan Caranya
Sering kali kita sebagai umat muslim mendengar seruan untuk sholat Dhuha. Berbagai fadhilah
dan manfaat serta keutamaan Shalat Dhuha yang sangat banyak membuat para ulama dan
peceramah tidak henti-hentinya untuk menyampaikan dan mengajak untuk melaksanakan shalat
Dhuha.
Apakah pengertian dari shalat Dhuha ? Sholat dhuha adalah sholat sunat yang dikerjakan saat
matahari terbit hingga terasa panas sebelum shalat Dzuhur atau sholat sunat yang di kerjakan di
waktu pagi hari dari sekitar pukul tujuh sampai dengan pukul sebelas,. Kenapa sholat dhuha
sangat utama? adalah Sholat dhuha yang mempunyai banyak sekali manfaat untuk kehidupan
untuk dunia dan akhirat. Kali ini mari kita belajar bersama dan mencoba sedikit memberi
gambaran tentang bagaimana cara mengerjakan Sholat dhuha, dan Doa apa yang sebaiknya di
baca dalam sholat dhuha juga keutamaan yang akan di raih oleh orang yang mengerjakan sholat
dhuha.
Cara mengerjakan sholat dhuha
Sebagai umat islam tentu kita harus tahu cara melaksanakan sholat dhuha, cara mengerjakan
sholat dhuha ini kami ambilkan dair berbagai sumber yang mungkin bermanfaat dan tuntunan
bagi para pelopor yang belum mengetahui atau yang belum lengkap mengenai tuntunan
pelaksanaan sholat dhuha, tata cara dibawah ini mungkin bisa membantu teman2 untuk
beristiqomah dalam melaksanakan sholat sunnah dhuha :
Sholat Dhuha waktunya : sejak terbit matahari sampai dengan akan masukknya
matahari di titik atau sekitar pukul 07.00 s/d 11.00 bbwi.
Sholat Dhuha pelaksanaannya : dilaksanakan dua raka’at sekali salam
jumlah roka’at Sholat Dhuha : paling sedikit 2 raka’at dan paling banyak 12 raka’at
niat Sholat Dhuha : baca dalam hati usholli sunnatadh dhuha rok’ataini lil laahi ta’aalaa
bacaan surat Sholat Dhuha : s.asy - syamsu dan. s.adl - dhuha atau surat apapun yang
kita pahami
hikmah Sholat Dhuha : diampuni kesalahan & dosanya, dilapangakan usaha -
rezekinya, dimantapkan iman dan takwanya.
b. alaahumma asbchtu wabika amsaitu wabika achyaa wabika amuutu wailaikan nusyuur.
allahumma inni as-aluka khoiro haadzal-yaum, fatchahu wanashrohu wa nuurohu wabarokatahu.
allahumma inni as-aluka khoiro haadzal-yaum wa khoiro maa fiihi, wa a’uudzubika min syarri
haazal-yaum wa syarri maa fiihi. allahumma maa asbacha bii min-ni’matin au biachadin min
cholqika faminka wachdaka laa syarika laka, falakal chamdu walakasy-syukru’alaadzaalika
(ya allah atas nam-mu aku memasuksi waktu pagi, dan dengan-mu aku memasuki waktu sore,
dengan-mu aku hidup dan dengan-mu pula aku mati, serta kepada-mu aku kembali digiring. ya
allah, sesungguhnya aku memohon kepada-mu kebaikkan hari ini, pembukaannya,
pertolonganya, cahanya, dan keberkahanya. ya allah, sungguh aku mohon kepadamu kebaikkan
hari ini dan kebaikkan apa saja yang ada pada hari ini, dan aku berlindung kepada-mu dari
kejahatan hari ini dan kejahatan apa saja yang ada pada hari ini. ya allah, apapun macamnya
nikmat yang aku rasakan pagi ini atau dengan siapapun dari makhluqmu aku bertemu pagi ini,
maka semuanya dari engkau sendiri, tidak ada sekutu bagi-mu. segala puji dan sanjung serta
syukur untuk-mu atas semuanya itu)
c. allahumma innad dhuhaa – a dhuha uka, wal jamaala jamaa-luka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal
qudrota qudrotuka, wal quwwaata quwwatuka, wal ishmata ishmatuka. allahumma inkaana rizqi
fis-samaa-i fa-anzilhu, wainkaana fil-ardli fa akhrijhu, wainkaana mu’siron fayassirhu,
wainkaana ba’iidan faqorribhu, wainkaana charooman fathohhirhu, bichaqqi dhuhaaika,
wajaamalika, wabahaaika, waqudrotika, waquwwatika, waishmatika, aatini maa’ataita
‘ibaadakash-sholichiin.
(ya allah sesungguhnya waktu dhuha adalah dhuha-mu, dan keindahan adalah keindahan-mu,
dan kebagusan adalah kebagusan-mu, dan kemampuan adalah kemampuan-mu, dan kekuatan
adalah kekuatan-mu, serta perlindungan adalah perlindungan-mu. ya allah apabila rizqiku berada
dilangit maka mohon turunkanlah, bila di bumi mohon keluarkanlah, bila sulit mudahkanlah, bila
jauh dekatkanlah, dan bila haram bersihkanlah, dengan haq dhuha-mu, keindahan-mu,
kebagusan-mu, kemampuan-mu, kekuatan-mu dan perlindungan-mu, berikanlah kepadaku apa
saja yang engkau berikan kepada hamba-hambamu yang sholeh)
f. allahumma ij’al ausa’a rizqika ‘allayya ‘inda kibari sinni wa inqithooi ‘umrii, laailaaha illaa
anta subchaanaka inni kntu minadh-dhoolimiin.
(ya allah, jadikanlah luasnya rizqimu kepadaku ketika di usia lanjut (tua)ku, dan akan putusnya
umurku, tidak ada tuhan kecuali engkau sesungguhnya aku berada dalam golongan orang-orang
yang aniaya)
Demikian Cara Sholat Dhuha Doa Sholat Dhuha serta Keutamaan Sholat Dhuha, semoga Cara
Sholat Dhuha Doa Sholat Dhuha serta Keutamaan Sholat Dhuha ini bisa bermanfaat bagi anda.
Hukum Shalat Dhuha
Dalam agama Islam, sumber rujukan utama penetapan hukum suatu amalan adalah Al-Qur’an.
Berkaitan dengan persoalan status hukum shalat Dhuha, Al-Qur’an sendiri sebenarnya tidak
mengemukakan secara eksplisit perintah atau anjuran yang tegas atau jelas berkenaan dengan
pelaksanaan shalat tersebut. Ada beberapa kata dhuha yang bisa kita temukan dalam Al-Qur’an,
tetapi kata-kata itu tampaknya tidak berkaitan dengan penetapan hukum shalat Dhuha.
Oleh karena itu, secara eksplisit kita tidak dapat menemukan dasar hukum yang tegas dan jelas
dalam Al-Qur’an berkenaan dengan shalat Dhuha tersebut. Namun demikian, hal itu tidak
mengurangi arti penting shalat Dhuha. Karena, penjelasan yang tegas dan eksplisit tentang
anjuran pengamalan shalat ini dapat kita temukan dalam beberapa hadits Rasulullah saw.
Berdasarkan hadits-hadits itulah kita dapat memberi pertimbangan status dasar hukum shalat
Dhuha. Di sinilah tepatnya kita menemukan posisi hadits yang berkaitan dengan Al-Qur’an,
seperti terungkap dalam kajian Ulum Al-Qur’an. Hadits-hadits berfungsi sebagai penjelas,
penjabar, dan pendamping Al-Qur’an.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa status hukum shalat Dhuha, berdasarkan banyak hadits
yang berkaitan, adalah sunnah. Beberapa hadits berikut dapat dijadikan sandaran status hukum
shalat Dhuha :
Abu Hurairah ra. berkata, “Kekasihku (Rasulullah saw) berwasiat kepadaku dengan tiga perkara
yang tidak akan aku tinggalkan sampai aku mati; puasa tiga hari pada setiap bulan (ayyam al-
bidh’), shalat Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari).
Hadits diatas menyebutkan bahwa salah satu diantara tiga amalan sunnah yang diwasiatkan
Rasulullah saw. kepada umatnya, melalui tuturan kata-kata Abu Hurairah, adalah amalan shalat
Dhuha. Dalam hal ini, seruan Rasulullah kepada sahabatnya untuk melaksanakan shalat Dhuha
adalah seruan untuk melakukan sebuah amalan sunnah. Sebab, dalam hadits tersebut tidak
ditemukan adanya perkataan atau pernyataan yang menekankan atau menyebutkan isyarat
wajibnya amalan shalat Dhuha. Dalam kaidah-kaidah ilmu Ushul Fiqh – yakni aturan-aturan
dasar metodologis dalam menetapkan suatu hukum – disebutkan bahwa jika ungkapan perintah
atau kalimat berita yang mengandung makna perintah tidak mengandung indikasi wajibnya
pelaksanaan perintah tersebut, perintah tersebut hanya berstatus hukum sunnah. Pernyataan Abu
Hurairah bahwa ia tidak akan pernah lalai mengerjakan shalat Dhuha di sepanjang hidupnya
merupakan petunjuk tentang pentingnya amalan sunnah itu, betapa tinggi nilainya dalam
pandangan Rasulullah saw, sehingga seorang Abu Hurairah pun merasa tergugah tidak
meninggalkannya hingga akhir hayat. Tidaklah sulit untuk menengarai bahwa di mata Abu
Hurairah dan para sahabat Rasulullah yang lainnya, kedudukan shalat Dhuha seperti ini tampak
hampir setara dengan shalat-shalat wajib yang lima waktu. Oleh karena itu, dapat dipahami jika
mereka bertekad untuk tidak melalaikan sunnah itu sekali waktu pun, seakan-akan mereka
hendak melaksanakan shalat-shalat yang status hukum wajibnya telah jelas.
Gambaran tentang kedudukan istimewa shalat Dhuha ini seharusnya sudah cukup membuat kita
tersadarkan bahwa informasi hadits yang diberitakan lewat Abu Hurairah itu merupakan
panggilan dan anjuran bagi kita untuk mencintai dan mengamalkan shalat Dhuha. Panggilan dan
anjuran itu tidak hanya tertuju secara terbatas kepada para sahabat Rasulullah, tetapi juga pada
kita yang mengakui kebenaran agama yang dibawa Muhammad saw, agama Islam. Rasulullah
dan para sahabatnya merupakan teladan bagi kita sebagai umat muslim.
Hadits berikut ini juga bisa menjadi rujukan kita dalam menjelaskan lebih lanjut kedudukan dan
status hukum shalat Dhuha:
Aisyah ra berkata, “Jika Rasulullah saw. meninggalkan suatu amalan yang beliau suka
mengamalkannya, hal itu karena beliau khawatir orang-orang menganggapnya sesuatu yang
diwajibkan. Dan, tidak sekalipun Rasulullah saw. melaksanakan shalat sunnah dhuha, kecuali
aku pun melakukannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Di sini, kita dapat dengan mudah menemukan pernyataan yang agak tegas mengenai status
hukum shalat Dhuha. Ketika Rasulullah pada suatu waktu sengaja meninggalkan suatu amalan
yang beliau cintai dan selalu dilaksanakannnya karena khawatir amalan itu dipandang umatnya
sebagai amalan wajib, jelaslah bahwa amalan itu bukanlah amalan wajib. Penisbatan istilah
“sunnah” oleh Aisyah pada shalat Dhuha menunjukkan bahwa shalat Dhuha jelas merupakan
amalan sunnah biasa.
Namun demikian, keterangan hukum shalat Dhuha seperti ini sama sekali tidak menyiratkan
pengertian bahwa shalat itu hanya memiliki nilai yang kurang penting dalam perbandingannya
dengan amalan wajib. Sebaliknya, keterangan itu justru ingin menunjukkan bahwa shalat Dhuha
memiliki nilai yang sangat tinggi.
Dalam hadist di atas, shalat Dhuha dinyatakan secara tidak langsung sebagai sebuah amalan
sunnah Rasulullah diantaraamalan-amalan sunnah lainnya yang tidak pernah beliau lalaikan. Di
sinilah kita bisa melihat tingginya kedudukan shalat Dhuha, sampai-sampai Rasulullah hampir
tidak pernahkan meninggalkannya, sekalipun shalat Dhuha itu hanya berstatus hukum sunnah.
Kita bisa membayangkan sikap Rasulullah terhadap shalat Dhuha, seandainya Allah SWT
mensyariatkannya sebagai amalan wajib.
Lebih jauh, pengakuan Aisyah ra. bahwa ia juga melakukan shalat sunnah Dhuha kapan saja
Rasulullah melakukannya turut memperkuat kedudukan utama shalat sunnah tersebut.
Pengakuan Aisyah dalam hadits itu mengandung pengertian bahwa jika Rasullah tidak pernah
melalaikan shalat sunnah Dhuha, demikian juga halnya Siti Aisyah. Dengan demikian,
keterangan Aisyah tentang shalat Dhuha ini turut memperkuat keterangan hadits Abu Hurairah
sebelumnya.
Dalam Hadits lain yang senada juga dikabarkan bagaimana Aisyah ra. meneladani ketekunan
Rasulullah saw. dalam melakukan shalat Dhuha.
Aisyah ra, berkata, “Setiap kali aku melihat Rasulullah saw. melaksanakan shalat Dhuha, aku
pun pasti melaksanakannya.” (HR Bukhari)
Hadits-hadits mengenai shalat Dhuha yang dikemukakan di atas tidak sekadar menunjukkan
status hukum shalat Dhuha sebagai amalan sunnah, melainkan juga mengabarkan bagaimana
para sahabat menunjukkan kecintaan mereka terhadap amalan sunnah itu. Pengamalan shalat
sunnah Dhuha tidak hanya menjadi kesenangan Rasulullah saw, tetapi juga menjadi kesenangan
para sahabat dan orang-orang tercintanya.
Status hukum shalat Dhuha memang hanya sebagai amalan sunnah. Namun, hal itu hendaknya
tidak dimengerti bahwa ia hanya amalan sunnah yang tidak wajib dilaksanakan, melainkan ia
adalah amalan shalat sunnah yang kedudukannya mendekati kedudukan amalan shalat wajib.
Dengan kata lain, shalat dhuha adalah shalat sunnah yang istimewa sehingga kita dianjurkan
untuk tidak melalaikannya sebagaimana kita diwajibkan untuk tidak melalaikan pelaksanakan
shalat-shalat wajib.
Lalu, di mana letak keistimewaan shalat Dhuha sehingga Rasulullah dan para sahabatnya sangat
senang mengerjakannya? Setiap ritual keagamaan (amalan) dalam Syariat Islam tidak pernah
lepas dari hikmah yang terkandung di dalamnya. Namun, tersingkapnya hikmah suatu amalan
akan bergantung pada kemampuan manusia itu sendiri. Bisa jadi hikmah suatu amalan itu
beragam karena kemampuan kita dalam menyingkap hikmah yang terdapat dalam amalan
tersebut tidak sama. Ada sebagian hikmah yang barangkali mudah untuk dimengerti bahkan oleh
pola pikir masyarakat awam secara umum. Namun, ada juga hikmah rahasia yang hanya
dirasakan oleh pribadi secara khusus, yang pengungkapannya berbeda antara satu pribadi dengan
pribadi lainnya.
Shalat dhuha adalah salah satu dari sekian macam shalat sunnah yang dianjurkan oleh Nabi
Muhammad untuk dilakukan selain shalat tahajud, shalat sunnah rawatib, shalat witir, dan lain-
lain. Shalat dhuha dilakukan pada pagi hari. Dari naiknya matahari sekitar sepenggalah sampai
sebelum masuk waktu dzuhur
DAFTAR ISI
Tujuan utama dalam melaksanakan shalat dhuha adalah ibadah mengikuti suri tauladan Nabi.
Selain itu, ia merupakan amalan ibadah yang dapat memudahkan jalan bagi pelakunya.
Terutama, dalam segi kelapangan memperoleh rizki. Dalil hadits yang berkaitan dengan shalat
dhuha adalah sebagai berikut:
ض َحي
ُ ضت ال ِفصال من ال
َ األو ِِاِبين إذا َر َم
َّ صالة
Artinya: shalatnya orang yang bertaubat adalah saat anak unta terbakar (oleh panas matahari) di
waktu pagi.
احدَة ً َي ْق َرأ ُ ِبفَا ِت َح ِة ِ ت ِفي َي ْو ِم ْال ُج ُم َع ِة ِفي دَ ْه ِر ِه َم َّرة ً َو ٍ ض َحى أ َ ْر َب َع َر َك َعا ُّ صلَّى ال َ َم ْن
ق َع ْش َر ِ َب ْالفَل ِ عوذُ بِ َر ُ َ ت َوقُ ْل أ ٍ ع ْش َر َم َّرا َ اس ِ َّب الن ِ عوذ ُ بِ َر ُ َ ت َوقُ ْل أ ٍ ب َع ْش َر َم َّرا ِ ْال ِكتَا
َت َوآيَة ٍ ع ْش َر َم َّرا َ َع ْش َرة َ َم َّرة ً َوقُ ْل يَا أَيُّ َها ْال َكافِ ُرون َ إحدَى ْ ٌ َّللاُ أ َ َحد
َّ ت َوقُ ْل ُه َو ٍ َم َّرا
َس ْب ِعينَ سبَّ َح َ س ْب ِعينَ َم َّرة ً َو َ سلَّ َم َوا ْست َ ْغفَ َر
َ َش َّهد َ َ ت فِي ُك ِل َر ْك َع ٍة فَإِذَا ت ٍ ْال ُك ْر ِسي ِ َع ْش َر َم َّرا
ِ َّللاُ أ َ ْك َب ُر َو َال َح ْو َل َو َال قُ َّوة َ َّإال ِبا َ َّّلِلِ ْال َع ِلي َّ َّللاِ َو ْال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ َو َال إلَهَ َّإال
َّ َ َّللاُ َو َّ َس ْب َحان ُ ً َم َّرة
اْل ْن ِس َو ْال ِج ِن ِ ْ ض َوش ََّر ِ ت َوش ََّر أ َ ْه ِل ْاأل َ ْر ِ س َم َاوا َّ َّللاُ َع ْنهُ ش ََّر أ َ ْه ِل ال َّ ْال َع ِظ ِيم دَفَ َع
Arti kesimpulan: shalat dhuha akan membentengi diri dari keburukan penghuni langit dan bumi
dan gangguan manusia dan jin.(Hadits riwayat Asbahani dari Ibnu Abbas - lihat Hasyiah Al-
Jamal)
Shalat dhuha dilaksanakan pada pagi sampai siang hari. Dari setelah matahari agak tinggi (irtifa'
asy-Syamsi) sampai sebelum masuk waktu dzuhur. Adapun waktu terbaik adalah dengan
mengakhirkan sampai waktu agak siang (panas). Kira-kira antara jam 8 sampai jam 10.
Paling sedikit dua rakaat. Sedang paling banyak adalah delapan rokaat.
Berdasarkan hadits dari Abu Dzar berikut:
فلم أر،أن النبي صلى هللا عليه وسلم دخل بيتها يوم فتح مكة وصلى ثماني ركعات
صالة قط أخف منها؛ غير أنه يتم الركوع والسجود
Artinya: Nabi Muhammad pada hari pembebasan Makkah (fathu Makkah) masuk ke rumahnya
dan shalat delapan rakaat. Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan (lebih cepat) dari
itu. Akan tetapi beliau tetap menyempurnakan ruku' dan sujud (hadits sahih riwayat Bukhari dan
Muslim).
Pendapat ini adalah yang mu'tamad sebagaimana dinyatakan Imam Nawawi dalam kitab Al-
Majmuk.
Namun, menurut kitab Ar-Raudhah, jumlah rakaat dhuha terbanyak adalah 12 rakaat.
Apabila melaksanakan shalat dhuha lebih dari dua rakaat, maka yang utama dilaksanakan dengan
dipisah salam setiap dua rakaat berdasarkan hadits riwayat Ahmad dan lain-lain: صالة الليل والنهار
مثنى مثنى. Shalat malam atau siang (hendaknya dilakukan) dua rakaat dua rakaat.
ُ سنَّةَ ال
َ ض َحي َر ْك َعتَين ِهللِ ت َ َع
الي َ ُأ
ُ ص ِلي
Saya niat shalat dhuha dua rakaat karena Allah.
Bacaan saat shalat dhuha sama dengan shalat lain. Yaitu, surat al-fatihah dan surat pendek.
Bacaan Quran selain Al-Fatihah yang paling dianjurkan adalah: Surat Al-Kafirun pada rakaat
pertama dan Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Selain itu, sunnah juga membaca surat As-Syams dan
Ad-Dhuha
Menurut keterangan dalam kitab فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطالب المعروف بحاشية الجملdoa yang
disunnahkan untuk dibaca setelah shalat dhuha adalah sebagai berikut:
ض َحاؤُك َو ْالبَ َها بَ َهاؤُك َو ْال َج َما ُل َج َمالُك َو ْالقُ َّوة ُ قُ َّوتُك َو ْالقُ ْد َرة ُ قُ ْد َرتُك ض َحى َ إن ال ُّاللَّ ُه َّم َّ
ض اء فَأ َ ْن ِز ْلهُ َو ِإ ْن َكانَ فِي ْاأل َ ْر ِ إن َكانَ ِر ْزقِي فِي ال َّ
س َم ِ ص َمتُك اللَّ ُه َّم ْ
ص َمةُ ِع ْ َو ْال ِع ْ
ط ِه ْرهُ َو ِإ ْن َكانَ َب ِعيدًا فَقَ ِر ْبهُ ِب َح ِ
ق فَأ َ ْخ ِر ْجهُ َو ِإ ْن َكانَ ُم ْعس ًِرا فَ َيس ِْرهُ َو ِإ ْن َكانَ َح َرا ًما فَ َ
ض َحا ِئ َك َو ِب َها ِئك َو َج َما ِلك َوقُ َّو ِتك َوقُ ْد َر ِتك آتِنِي َما آت َ ْيت ِع َبادَك ال َّ
صا ِل ِحينَ َ