Dosen Pengampu:
Agus Salim, S.Sy., M.H.
Disusun oleh :
KELOMPOK 3 ASWAJA AN-NAHDLIYYAH 2
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS SOSIAL, EKONOMI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO
2021
Dalil Anjuran Berdzikir Setelah Shalat
Setelah selesai mengerjakan shalat, hendaknya tidak langsung beranjak pergi. Karena
dianjurkan untuk berdzikir dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan dan diajarkan oleh
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah Ta’ala:
َض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
ِ ْصاَل ةُ فَا ْنت َِشرُوا فِي اَأْلر
َّ ت ال ِ ُفَِإ َذا ق
ِ َضي
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan berdzikirlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. Al Jumu’ah:
10)
1. Bacaan Istighfar
Bacaan setelah sholat yang bisa dilakukan yakni beristighfar 3 kali dan dilanjutkan dengan
membaca doa.
"ASTAGHFIRULLAH HAL'ADZIM, ALADZI LAAILAHA ILLAHUWAL KHAYYUL
QOYYUUMU WA ATUUBU ILAIIH"
Artinya : Ya Allah Engkau-lah as salam, dan keselamatan hanya dari-Mu, Maha Suci
Engkau wahai Dzat yang memiliki semua keagungan dan kemulian. (HR. Muslim).
Bacaan setelah sholat selanjutnya yakni bacaan tahlil dan doa. Dari Al Mughirah bin
Artinya: Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Segala pujian dan kerajaan adalah milik Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah,
tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang
Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan (bagi pemiliknya). Dari Engkau-lah
semua kekayaan dan kemuliaan)”. (HR. Bukhari, Muslim).
Bacaan setelah sholat yang ketiga yaitu dengan membaca doa sebagaimana riwayat dari
Abdullah bin Zubair radhiallahu’anhu: Biasanya (Abdullah) bin Zubair di ujung sholat, ketika
selesai salam beliau membaca:
LAA ILAHA ILLALLOOHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU. LAHUL MULKU WA
LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR. LAA HAULA WA LAA
QUWWATA ILLA BILLAAH. LAA ILAHA ILLALLOOH WA LAA NA’BUDU ILLA
IYYAAH. LAHUN NI’MATU WA LAHUL FADHLU WA LAHUTS TSANAA-UL
HASANU. LAA ILAHA ILLALLOOH MUKHLISHIINA LAHUD DIIN WA LAU KARIHAL
KAAFIRUUN.
Artinya: Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Segala pujian dan kerajaan adalah milik Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada
daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Tiada ilah yang berhak disembah kecuali
Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Semua nikmat, anugerah dan pujian yang
baik adalah milik Allah. Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dengan memurnikan
ibadah hanya kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya)”. (HR. Muslim)
Bacaan setelah sholat yang keempat yaitu dengan membaca tasbih, tahmid, takbir, dan
tahlil. Dalam membaca tasbih, tahmid, takbir dan tahlil setelah shalat, ada 4 bentuk yang shahih
dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu: Tasbih 33x, tahmid 33x, takbir 33x, tahlil 1x,
total 100 dzikir.
Sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang berdzikir setelah selesai shalat dengan dzikir Subhanallah wal hamdulillah
wallahu akbar (33 x). Laa ilaha illallah wahda, laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa
huwa ‘ala kulli syai-in qodiir”, Maka akan diampuni semua kesalahannya walaupun sebanyak
buih di lautan” (HR. Muslim).
Bacaan setelah sholat yang kelima yaitu dengan membaca ayat kursi. Pendapat ini didukung
dengan adanya hadist dari Abu Umamah Al Bahili radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca ayat kursi setiap selesai shalat wajib, maka tidak ada yang bisa
menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian” (HR. An Nasa-i, Ath Thabrani,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’).
Dzikir dan doa setelah sholat selanjutnya adalah dengan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq,
dan an-Naas.
“Uqbah bin ‘Amir radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkanku untuk membaca al mu’awwidzar (an naas, al falaq, al ikhlas) di penghujung
setiap shalat” (HR. Abu Daud, dishahikan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Bacaan setelah sholat yang ketujuh yaitu dengan membaca doa seperti yang diriwayatkan
dari Ummu Salamah Hindun binti Abi Umayyah radhiallahu’anha, ia berkata: “ Biasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika shalat subuh, ketika setelah salam beliau membaca
doa:
Bacaan setelah sholat yang terakhir adalah dengan membaca doa seperti yang sudah
diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu’anhu, ia berkata: “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menarik tanganku sambil berkata: wahai Mu’adz, Demi Allah aku mencintaimu
sungguh aku mencintaimu. Aku wasiatkan engkau wahai Muadz, hendaknya jangan engkau
tinggalkan di setiap akhir shalat untuk berdoa:
Artinya: Ya Allah, tolonglah aku agar bisa berdzikir kepada-Mu, dan bersyukur kepada-Mu,
serta beribadah kepada-Mu dengan baik). (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih
Abi Daud).
Perlu diketahui bahwa berdoa dan berdzikir secara jama’i (berjama’ah) tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Demikian para tabi’in, tabi’ut
tabi’in dan para imam umat Islam. Asy Syathibi rahimahullah mengatakan:
الدعاء بهيئة االجتماع دائما ً لم يكن من فعل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
“Berdoa dengan cara bersama-sama dan dilakukan terus-menerus, tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam” (Al I’tisham, 1/129).
Maka yang benar, berdzikir setelah shalat dilakukan sendiri-sendiri bukan bersama-sama dengan
satu suara.
Adapun riwayat dari Imam Asy Syafi’i bahwa beliau membolehkan dzikir jama’i, sangat jelas
maksud beliau adalah sekedar untuk mengajarkan, bukan untuk dilakukan terus-menerus. Beliau
mengatakan:
رŠŠه فيجهŠŠا ً يجب أن يُتعلم منŠون إمامŠŠذكر إال أن يكŠŠان الŠŠ ويخفي،واختار لإلمام والمأموم أن يذكرا هللا بعد االنصراف من الصالة
ُّحتى يرى أنه قد تُ ُعلِّم منه ثم ي ُِسر
“Imam dan makmum silakan memilih dzikir yang ia amalkan setelah shalat selesai. Dan
hendaknya ia merendahkan suara ketika dzikir, kecuali jika imam ingin mengajarkan para
makmum, maka silakan dikeraskan suaranya hingga terlihat para makmum sudah
mengetahuinya. Setelah itu lalu kembali lirih” (Al Umm, 1/111).
كان رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من المكتوبة على عهد النبي صلى هللا عليه وسلم
“Di zaman Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, orang-orang biasa mengeraskan suara dalam
berdzikir setelah selesai shalat wajib” (HR. Bukhari no.841).
Dalam riwayat ini Ibnu Abbas menjelaskan bahwa mereka (para sahabat) mengangkat suara
mereka dalam berdzikir setelah shalat sampai-sampai orang yang berada di sekitar masjid
mengetahui bahwa mereka sudah selesai salam. Inilah yang merupakan sunnah.
Namun bukan berarti dilakukan secara bersamaan dengan dipimpin. Bukan demikian. Bahkan
yang benar itu, satu orang berdzikir sendiri dan yang satu lagi demikian. Cukup
demikian, Walhamdulillah. Tanpa perlu menyelaraskan dengan suara orang banyak” (Fatawa
Nurun ‘alad Darbi, no.992).
َفتنسين الرَّحمة
ِ َقات وال ت ْغفَ ْلن
ٌ َسئوالت ُمستنط
ٌ قديس واعقِ ْدنَ باألنام ِل فإنهن َم
ِ َّسبيح والتَّهلي ِل والت
ِ ّعليكن بالت
َّ
“Hendaknya kalian bertasbih, bertahlil, ber-taqdis, dan buatlah ‘uqdah dengan jari-jari. Karena
jari-jari tersebut akan ditanya dan akan bisa bicara (di hari Kiamat) maka janganlah kalian
lalai sehingga lupa terhadap rahmat Allah” (HR. Tirmidzi no. 3583, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi).
ي صلى هللا عليه وسلم أمرهن أن يراعين بًالتكبير والتقديس والتهليل وأن يعقدن بًاألنامل فإنهن مسئوالت مستنطقات ّ
َّ أن النب
Dalam hadits disebutkan yaitu membentuk ‘uqdah, menekuk jari-jari ketika berdzikir.
Contohnya:
Adapun berdzikir dengan menggunakan biji tasbih, ulama berbeda pendapat mengenai hal ini:
هŠŠلى هللا عليŠول صŠŠ ولكن الرس، ىŠŠحابة بالحصŠŠبيح بعض الصŠŠو تسŠŠالتسبيح بالمسبحة تركه أولى وليس ببدعة ألن له أصال وه
وسلم أرشد إلى أن التسبيح باألصابع أفضل
“Bertasbih dengan biji tasbih, meninggalkannya lebih utama. Namun bukan bid’ah, karena ada
landasannya yaitu sebagian sahabat bertasbih dengan kerikil. Namun
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam membimbing kita kepada yang lebih utama yaitu
bertasbih dengan jari jemari” (Liqa Baabil Maftuh, 3/30).
ِ ت ال َم ْكتُوبا
ت ِ َجوْ فَ اللي ِل: يا رسو َل هللاِ أيُّ الدعا ِء َأ ْس َم ُع ؟ قال
ِ و ُدبُ َر الصلوا، اآلخ ِر
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda:
“Di akhir malam dan di akhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, no. 3499, dihasankan Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi).
Yang rajih, jika seseorang ingin berdoa setelah shalat, hukumnya boleh sebagaimana kandungan
hadits di atas. Namun dengan syarat:
Analisis kelompok
Menurut kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa :
Setelah sholat kita dianjurkan untuk berdzikir dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan dan
dianjurkan oleh nabi Muhammad. Tata cara berdzikir itu dilakukan sendiri-sendiri bukan
berjamaah. Karna berdzikir secara jamaah tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, tetapi
menurut riwayat imam asy Safi'i diperbolehkan untuk berdzikir secara berjamaah.
Dzikir dianjurkan menggunakan suara yang keras. Sampai orang diluar masjid
mengetahui bahwa sudah selesai salam. Berdzikir dianjurkan menggunakan jari-jari tangan
bukan menggunakan biki tasbih. Meskipun ada beberapa ulama yang berpendapat boleh
berdzikir menggunakan biji tasbih, namun dengan syarat biji tasbih hanya untuk sarana
menghitung tanpa diyakini ada keutamaan khusus. Tapi ada juga yang berpendapat bahwa
berdzikir menggunakan tasbih itu hukumnya bid'ah dan ada juga yang berpendapat bahwa
hukumnya makruh.
Berdoa setelah sholat itu hukumnya boleh dengan ketentuan :
1. Tidak mengangkat tangan
2. Sendiri-sendiri tidak berjamaah
3. Dengan suara sirr (lirih)