Anda di halaman 1dari 16

BAB II

ISI
2.1 Pengertian Shalat Berjamaah
Salat merupakan ibadah yang terdiri dari atas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan syaratsyarat tertentu. Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih, seorang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syaratsyarat yang telah ditentukan. Shalat jama'ah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang
dan dapat dilaksanakan di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya. Tempat yang
paling utama untuk mengerjakan shalat fardhu adalah di masjid, demikian juga shalat
jama'ah. Makin banyak jumlah jama'ahnya makin utama dibandingkan dengan shalat jama'ah
yang sedikit pesertanya.

2.2 Fadhilah (Keutamaan) Shalat Berjamaah


1. Mendapat naungan Allah SWT pada hari kiamat
Tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka pada suatu hari (kiamat) yang
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; (diantaranya) Seorang penguasa yang adil,
pemuda yang dibesarkan dalam ketaatan kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya
selalu terpaut dengan masjid. (Muttafaqun alaihi)
2. Mendapat balasan seperti haji
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan berwudhu untuk shalat
lima waktu (secara berjamaah di masjid), maka pahalanya seperti pahala orang
berhaji yang memakai kain ihram. (HR. Abu Dawud no. 554, dan di hasankan oleh
Asy Syaikh Al Albani)
3. Dihapus dosa-dosanya dan diangkat beberapa derajat

Page | 3

Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah
dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajibankewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan
menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat. (HR. Muslim
no. 1553)
4. Disediakan baginya Al-Jannah
Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh
perjalanannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga
melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya
(sendirian) kemudian tidur. (HR. Muslim no. 662)
Barangsiapa menuju masjid pada waktu pagi hari atau sore hari maka Allah akan
memberikan jamuan hidangan baginya di surga pada setiap pagi dan sore. (HR. AlBukhari no. 148 dan Muslim no. 669)
5. Mendapat dua puluh lima/dua puluh tujuh derajat lebih tinggi daripada shalat
sendirian
Shalat seorang laki-laki dengan berjamaah dibanding shalatnya di rumah atau di
pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat.
Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu
keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan
shalat berjamaah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan
ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia
melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia
masih berada di tempat shalatnya, Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah
dia. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama
dia menanti pelaksanaan shalat. (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)
"Salat berjama'ah itu lebih utama dari pada salat sendirian sebanyak dua puluh tujuh
derajat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar RA)
6. Terbebas dari pengaruh/penguasaan setan
Rasulullah SAW bersabda:
Page | 4

"Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana
salat berjama'ah, melainkan nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh setan.
Karena itu hendaklah kamu sekalian membiasakan salat berjama'ah sebab serigala
itu hanya menerkam kambing yang terpencil dari kawanannya." (HR. Abu Daud
dengan isnad hasan dari Abu Darda' RA)
7. Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat
Rasulullah SAW bersabda:
"Berikanlah kabar gembira orang-orang yang rajin berjalan ke masjid dengan
cahaya yang sempurna di hari kiamat." (HR. Abu Daud, Turmudzi dan Hakim).
8. Mendapatkan balasan yang berlipat ganda
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang salat Isya dengan berjama'ah maka
seakan-akan ia mengerjakan salat setengah malam, dan barangsiapa yang
mengerjakan salat shubuh berjama'ah maka seolah-olah ia mengerjakan salat
semalam penuh. (HR. Muslim dan Turmudzi dari Utsman RA).

2.3 Gerakan-Gerakan Shalat Berjamaah


1. Berdiri
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau sunnah
berdiri karena memenuhi perintah Allah dalam QS. Al Baqarah : 238. Apabila
bepergian, beliau melakukan sholat sunnah di atas kendaraannya. Beliau mengajarkan
kepada umatnya agar melakukan sholat khauf dengan berjalan kaki atau
berkendaraan.
Peliharalah semua sholat dan sholat wustha dan berdirilah dengan tenang
karena Allah. Jika kamu dalam ketakutan, sholatlah dengan berjalan kaki atau
berkendaraan. Jika kamu dalam keadaa aman, ingatlah kepada Allah dengan cara
yang telah diajarkan kepada kamu yang mana sebelumnya kamu tidak mengetahui
(cara tersebut). (QS. Al Baqarah : 238).
2. Menghadap Kabah
Page | 5

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bila berdiri untuk sholat fardhu atau
sholat sunnah, beliau menghadap Kabah. Beliau memerintahkan berbuat demikian
sebagaimana sabdanya kepada orang yang sholatnya salah :
Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhumu, kemudian
menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah. (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj)
3. Menghadap Sutrah
Sutrah (pembatas yang berada di depan orang sholat) dalam sholat menjadi
keharusan imam dan orang yang sholat sendirian, sekalipun di masjid besar, demikian
pendapat Ibnu Hani dalam Kitab Masail, dari Imam Ahmad.Beliau mengatakan,
Pada suatu hari saya sholat tanpa memasang sutrah di depan saya, padahal saya
melakukan sholat di dalam masjid kami, Imam Ahmad melihat kejadian ini, lalu
berkata kepada saya, Pasanglah sesuatu sebagai sutrahmu! Kemudian aku memasang
orang untuk menjadi sutrah. Syaikh Al Albani mengatakan, Kejadian ini merupakan
isyarat dari Imam Ahmad bahwa orang yang sholat di masjid besar atau masjid kecil
tetap berkewajiban memasang sutrah di depannya.Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah dan janganlah engkau
membiarkan seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa engkau cegah). Jika dia terus
memaksa lewat di depanmu, bunuhlah dia karena dia ditemani oleh setan.
(HR. Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang jayyid (baik)).
4. Niat
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Taala
semata, serta menguatkannya dalam hati.Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat
(balasan) sesuai dengan niatnya (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa,
hadits no. 22).
5. Takbiratul Ihrom

Page | 6

Nabi shallallahu alaihi wasallam selalu memulai sholatnya (dilakukan hanya


sekali ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul ihrom yakni
mengucapkan Allahu Akbar di awal sholat dan beliau pun pernah memerintahkan
seperti itu kepada orang yang sholatnya salah. Beliau bersabda kepada orang itu:
Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu dan
melakukan wudhu sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan Allahu Akbar.
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dengan sanad shahih).
6. Mengangkat kedua tangan
Disunnahkan mengangkat kedua tangannya setentang bahu ketika bertakbir
dengan merapatkan jari-jemari tangannya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai
sholat, setiap kali bertakbir untuk ruku dan setiap kali bangkit dari rukunya.
(Muttafaqun alaihi).
Atau mengangkat kedua tangannya setentang telinga, berdasarkan hadits riwayat
Malik bin Al-Huwairits radhiyyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang telinga setiap kali
bertakbir (didalam sholat).(HR. Muslim).
7. Bersedekap
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas
tangan kirinya (bersedekap). Beliau bersabda:
Kami, para nabi diperintahkan untuk segera berbuka dan mengakhirkan
sahur serta meletakkan tangan kanan pada tangan kiri (bersedekap) ketika
melakukan sholat.(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dan Adh Dhiya
dengan sanad shahih).
Menyedekapkan tangan di dada adalah perbuatan yang benar menurut sunnah
berdasarkan hadits : Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya. (Hadits

Page | 7

diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Ahmad dari Wail bin
Hujur).
8. Memandang tempat sujud
Pada saat mengerjakan sholat, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini
didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah
radhiyallahu anha: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mengalihkan
pandangannya dari tempat sujud (di dalam sholat). (HR. Baihaqi dan dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani).
9. Membaca doa iftitah
10. Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat,
jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya
berdasarkan perkataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam (yang artinya):
Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka sholatnya buntung,
sholatnya buntung, sholatnya buntungtidak sempurna (Hadits Shahih dikeluarkan
oleh Al-Imam Muslim dan Abu Awwanah).
Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib untuk
membaca Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jamaah ketika imam membacanya
secara sirr (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat Dhuhur, Ashr, satu rokaat
terakhir sholat Mahgrib dan dua rokaat terakhir sholat Isyak, maka para makmum
wajib membaca surat Al-Fatihah tersebut secara sendiri-sendiri secara sirr (tidak
dikeraskan).

11. Membaca Amin


Hukum bagi Imam :

Page | 8

Membaca amin disunnahkan bagi imam sholat. Dari Abu hurairah, dia berkata:
Dulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, jika selesai membaca surat Ummul
Kitab (Al-Fatihah) mengeraskan suaranya dan membaca amin. (Hadits dikeluarkan
oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh
Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah dikatakan sebagai hadits yang berkualitas
shahih)
Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau mengucapkan
amiin dengan suara keras dan panjang. (Hadits shahih dikeluarkan oleh Al-Imam
Al-Bukhari dan Abu Dawud)
Hukum bagi makmum :
Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits), atsar para shahabat
dan perkataan para ulama. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata: Jika
imam membaca amiin maka hendaklah kalian juga membaca amiin. Hal ini
mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib bagi makmum. Pendapat
ini dipertegas oleh Asy-Syaukani. Namun hukum wajib itu tidak mutlak harus
dilakukan oleh makmum. Mereka baru diwajibkan membaca amiin ketika imam juga
membacanya. Adapun bagi imam dan orang yang sholat sendiri, maka hukumnya
hanya sunnah. (lihat Nailul Authaar, II/262).
Bila imam selesai membaca ghoiril maghdhuubi alaihim waladhdhooolliin,
ucapkanlah amiin [karena malaikat juga mengucapkan amiin dan imam pun
mengucapkan amiin]. Dalam riwayat lain: (apabila imam mengucapkan amiin,
hendaklah kalian mengucapkan amiin) barangsiapa ucapan aminnya bersamaan
dengan malaikat, (dalam riwayat lain disebutkan: bila seseorang diantara kamu
mengucapkan

amin

dalam

sholat

bersamaan

dengan

malaikat

dilangit

mengucapkannya), dosa-dosanya masa lalu diampuni. (Hadits dikeluarkan oleh AlImam Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa-i dan Ad-Darimi)
12. Membaca surat setelah Al Fatihah

Page | 9

Membaca surat Al Qur-an setelah membaca Al Fatihah dalan sholat hukumnya


sunnah karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membolehkan tidak
membacanya.
13. Ruku
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah selesai membaca surat dari AlQur-an kemudian berhenti sejenak, terus mengangkat kedua tangannya sambil
bertakbir seperti ketika takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian
rukuk (merundukkan badan kedepan dipatahkan pada pinggang, dengan punggung
dan kepala lurus sejajar lantai). Berdasarkan beberapa hadits, salah satunya adalah:
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentang
kedua bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk dan ketika
mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku.. Hadits dikeluarkan oleh Al Imam AlBukhari, Muslim dan Malik)
14. Itidal dari Ruku
Setelah ruku dengan sempurna dan selesai membaca doa, maka kemudian
bangkit dari ruku (itidal). Waktu bangkit tersebut membaca SAMIALLAAHU
LIMAN HAMIDAH disertai dengan mengangkat kedua tangan sebagaimana waktu
takbiratul ihrom. Hal ini berdasarkan keterangan beberapa hadits, diantaranya : Dari
Abdullah bin Umar, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentag kedua
pundaknya, hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat
kepalanya (bangkit ) dari ruku sambil mengucapkan SAMIALLAAHU LIMAN
HAMIDAH (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik).
15. Sujud
16. Duduk di antara dua sujud
17. Duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir
18. Salam
Page | 10

2.4 Adab-Adab Menjadi Imam


1. Menimbang diri, apakah dirinya layak menjadi imam untuk jamaah atau ada yang
lebih afdhal darinya.
2. Seseorang yang menjadi imam harus mengetahui hukum-hukum yang berkaitan
dengan shalat, dari bacaan shalat yang sahih, hukum-hukum sujud yang sahwi dan
seterusnya.
3. Mentakhfif shalat.
Yaitu

mempersingkat

shalat

demi

menjaga

keadaan

jamaah

untuk

memudahkannya. Dasarnya adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa


Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda: Kalau salah seorang di antara
kalian mengimami jamaah, hendaknya ia melakukannya dengan ringkas, karena di
antara jamaah itu ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit (orang
yang mempunyai kebutuhan). Tetapi kalau ia mau shalat sendiri silakan ia shalat
sekehendak hatinya.
4. Kewajiban imam untuk meluruskan dan merapatkan shaf.
Ketika shaf dilihatnya telah lurus dan rapat, barulah seorang imam bertakbir
sebagaimana Nabi mengerjakannya.
5. Meletakkan orang-orang yang baligh dan telah berilmu di belakang imam.
Rasulullah bersabda, Hendaklah yang mengiringiku orang-orang yang telah
baligh dan berakal, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang
setelah mereka dan janganlah kalian berselisih, niscaya berselisih juga hati kalian
dan jauhilah oleh kalian suara riuh di pasar.
6. Menasihati jamaah, agar tidak mendahului imam dalam ruku atau sujudnya, karena
(seorang) imam dijadikan untuk ditaati.
7. Dianjurkan bagi imam, ketika dia ruku agar memanjangkan sedikit rukunya,
manakala ada yang terasa masuk (sebagai masbuk) sehingga yang masuk itu dapat
memperoleh satu rakaat selagi tidak memberatkan makmum. Karena kehormatan
orang-orang yang makmum lebih mulia dari kehormatan yang masuk tersebut.
Page | 11

8. Menghadap ke arah makmum seusai salam


Dasarnya adalah hadits Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu yang
menceritakan: Dahulu apabila Rasulullah selesai melaksanakan shalat, beliau
menghadap ke arah kami. Artinya, apabila beliau selesai shalat dan salam, beliau
menghadap ke arah makmum. Karena posisi imam yang membelakangi makmum
adalah karena posisinya sebagai imam. Kalau sudah selesai shalat, hak untuk
membelakangi makmum itu sudah tidak ada lagi. Maka dengan menghadap ke arah
makmum pada saat itu, akan tertepislah kesombongan dan sikap takabur di hadapan
makmum.
9. Imam tidak boleh mengkhususkan doa baginya, lalu diamini oleh para makmum
sekalian.
Dasarnya adalah hadits Abu Hurairah secara marfu (bahwa Nabi shallallahu
alaihi wassalam bersabda): Dan tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir untuk mengimami sekelompok orang tanpa izin mereka. Dan
janganlah ia mengkhususkan doa untuk dirinya sendiri tanpa melibatkan orang
lainKalau ia melakukan hal itu juga, berarti ia telah berkhianat kepada mereka.
10. Imam tidak boleh shalat di tempat yang terlalu tinggi dibandingan dengan tempat
makmum kecuali kalau ada sebagian shaf bersama imam, bila demikian tidak menjadi
masalah. Adapun makmum, tidak dilarang kalau berada di tempat yang lebih tinggi
dari tempat imam.

2.5 Hikmah Shalat Berjamaah


1. Mendapatkan pahala/kebaikan dari Allah SWT 27 derajat lebih tinggi daripada shalat
sendiri (satu derajat jaraknya antara langit dengan bumi).

2. Shalat malam berjamaah di masjid pahalanya sangat besar sekali sehingga apabila
manusia tahu maka mereka akan rela pergi ke masjid walaupun harus
merangkak/merayap.

Page | 12

3. Bisa berkomunikasi dan silaturahim dengan tetangga yang sesama muslim, bertanya
tentang keadaan, dsb. Memberi senyum, jabat tangan dan salam saja sudah besar
pahalanya.

4. Bisa shalat di awal waktu sehingga kita tidak akan takut lupa shalat atau kelewatan,
karena kebiasaan kita yang suka menunda-nunda waktu mengerjakan shalat wajib
shubuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Hidup kita akan jauh lebih tenang karena
hidup lebih teratur/disiplin tidak perlu ingat-ingat sudah shalat atau belum.

5. Kita bisa melatih kedisiplinan dan ketaatan kita kepada Allah SWT dengan rutin
shalat wajib berjamaah di masjid/mushola. Dengan menjadi pribadi yang disiplin dan
takut atas azab Tuhannya maka hidup akan jauh menjadi berkualitas dan lebih baik
dari orang lain yang tidak melakukannya.

6. Bagi para pemimpin, ia akan semakin dekat dengan yang dipimpinnya, karena bisa
bertukar pikir (sharing) secara santai.

2.6 Cara-Cara Masbuk


Jumhur ulama berpandangan bahwa masbuk yang mengikuti imam yang sudah pada
posisi rukuk dan si masbuk tadi dapat melakukan rukuk bersama imam secara tuma'ninah,
maka ia mendapatkan satu rakaat. Hal itu didasarkan pada sejumlah dalil, di antaranya sabda
Nabi saw yang berbunyi, "Jika kalian mendatangi shalat sementara kami dalam posisi sujud,
langsunglah bersujud tanpa menghitungnya (sebagai satu rakaat). Sementara, siapa yang
mendapati kondisi rukuk, ia mendapatkan satu rakaat shalat." Hadits ini menurut Ibnu
Huzaymah sahih. Hadits tersebut diperkuat oleh hadits dalam riwayat Imam Ahmad bahwa
siapa yang mendapatkan rukuk, ia mendapatkan satu rakaat.

Page | 13

2.7 Cara-Cara Shalat Berjamaah


A. Makmum
1. Makmum yang hanya seorang saja supaya berdiri di sebelah kanan imamnya,
sedang apabila dua orang atau lebih supaya di belakang imam. Hal ini
berdasar pada hadis nabi: Jabir ibn Abdullah berkata, "Pada suatu ketika Nabi
SAW shalat Maghrib, saya datang lalu berdiri di sebelah kirinya, maka
beliau mencegah aku dan menjadikan aku di sebelah kanannya; kemudian
datang temanku, maka kami berbaris di belakangnya.
2. Makmum hendaknya meluruskan barisan serta merapatkan diri.
3. Penuhi shaf yang pertama terlebih dahulu baru shaf berikutnya dan isi shaf
yang terluang.
4. Shaf untuk wanita letaknya di belakang shaf kaum pria.
5. Makmum mengikuti imam
Kemudian apabila imam telah bertakbir, maka bertakbirlah kamu, dan
janganlah bertakbir hingga imam selesai dari takbirnya. Begitu juga dalam
segala

pekerjaan

shalat

dan

jangan

sekali-kali

mendahului

imam.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, Sungguh imam itu
diangkat untuk diikuti. Oleh karenanya apabila ia bertakbir, maka takbirlah
kamu dan janganlah kamu bertakbir hingga ia bertakbir. Dan apabila ia telah
ruku, maka rukulah kamu, dan jangan kamu ruku hingga ia ruku. Dan
apabila ia telah bersujud, maka bersujudlah kamu, dan janganlah kamu
bersujud sehingga ia bersujud.
6. Makmum memperhatikan bacaan imam
Hendaklah kamu memperhatikan dengan tenang bacaan imam apabila keras
bacaannya, maka janganlah kamu membaca sesuatu selain surat Fatihah.
Page | 14

Rasulullah saw bersabda, Tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca
permulaan Kitab (Fatihah)..
7. Membaca AMIN dengan nyaring
Apabila Imam telah membaca Waladhdha-lli-n maka bacalah a-mi-n
dengan nyaring. Hal ini berdasar pada hadis dari Abu Hurairah:
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Apabila Imam telah
membaca ghoiril maghdhu-bi alaihim waladh dha-lli-n maka bacalah ami-n. Sesungguhnya Malaikat membaca a-mi-n bersama-sama dengan
imam membaca a-min-n. Barang siapa membaca a-mi-n bersamaan
dengan bacaan malaikat, niscaya dia diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.
B. Imam
1. Imam jangan panjang-panjang bacaannya
Seorang imam jangan panjang-panjang bacaannya. Anas ibn Malik berkata,
Adalah Muadz ibn jabal mengimami kaumnya, dimana si Haram yang
bermaksud hendak menyiram pohon kurmanya, lebih dahulu masuk masjid
bersama-sama kaumnya. Setelah ia melihat Muadz memanjangkan
bacaannya, maka iapun mempercepat shalatnya dan mendatangi pohon
kurmanya untuk menyiramnya. Setelah Muadz selesai mengerjakan
shalatnya, halnya si Haram itu disampaikan kepadanya. Maka Muadzpun
berkata bahwa ia seorang munafik Adakah ia mempercepat shalat hanya
karena akan menyiram pohon kurmanya?. Anas melanjutkan, Maka si
Harampun menghadap Nabi saw dan ketika itu Muadzpun berada di dekat
Nabi. Maka Haram berkata, Wahai Nabi Allah, aku bermaksud hendak
menyiram pohon kurmaku, maka aku masuk masjid untuk shalat berjamaah.
Setelah kujumpai Muadz yang menjadi imam memanjangkan bacaan
Qurannya, aku lalu mempercepat shalatku dan setelah selesai aku menengok
pohon kurmaku untuk menyiramnya. Tiba-tiba Muadz itu menuduh aku
seorang munafik. Maka Nabi lalu memandang kepada Muadz seraya
sabdanya, Adakah engkau menjadi tukang fitnah? Adakah engkau menjadi
Page | 15

tukang fitnah? Janganlah kamu perpanjang membaca surat Quran di waktu


menjadi imam orang banyak. Bacalah surat Sabbihisma rabbikal ala- dan
Wasy syamsi Wadhuha-ha- atau surat yang sesamanya. Hadis ini
diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Musnadnya, bab Baqiy
Musnad al-Muksirin, no. 11799 dengan sanad hadis berkualitas sahih.
2. Rasulullah ketika menjadi imam pernah membaca basmalah secara keras,
tetapi pernah juga membacanya secara lirih (cukup dalam hati). Sehingga bagi
imam, boleh membaca bacaan bismilla-hirrahma-nirrahi-m dengan keras,
tetapi boleh juga membacanya secara lirih (dalam hati)
3. Dan hendaklah Imam mengeraskan bacaan takbir intiqal (berpindah dari rukun
ke rukun lain), agar orang yang shalat di belakangnya dapat mendengar.
Apabila dipandang perlu, orang lain dapat menjadi muballigh (penyambung
takbir Imam agar sampai kepada makmum). Hal ini berdasar kepada hadis:
Said ibn al-Haris berkata, Abu Said bershalat menjadi imam kita, maka
membaca takbir dengan nyaring tatkala mengangkat kepalanya bangun dari
sujud, ketika akan sujud, ketika bangun, dan ketika berdiri dari dua rakaat.
Selanjutnya dikatakan, Demikianlah aku melihat Rasulullah saw.
4. Imam mengeraskan bacaan A-mi-n. Atha berkata, A-mi-n adalah doa.
Ibn Zubair membaca A-mi-n bersama-sama dengan orang yang ada di
belakangnya

sehingga

masjid

itu

menjadi

bergemuruh

suaranya.

Ini bukanlah hadis, melainkan hanya atsar sahabat, dan dinukilkan oleh alBukhariy dalam kitab Sahih al-Bukhariy, Kitab al-Adzan, sebagai pembuka
bab Imam mengeraskan bacaan A-mi-n. Dalam penukilannya, Bukhari tidak
menyertakan sanad kecuali hanya menyebutkan Atha saja. Dengan demikian,
atsar ini tidak dapat dipertanggung jawabkan kesahihannya, dan termasuk
dalam sanad yang daif. Secara berdiri sendiri, atsar ini tidak dapat dijadikan
hujjah. Akan tetapi mengingat hadis nabi dari Abu Hurairah yang dijadikan
dalil utama di atas berkualitas sahih, maka kedaifan atsar Ibn Zubair ini
tidak berpengaruh terhadap hujjah yang telah diambil.

Page | 16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih, seorang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Shalat jama'ah dapat dilakukan paling sedikit oleh
dua orang dan dapat dilaksanakan di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya.
Pada dasarnya gerakan shalat berjamaah sama dengan shalat munfarid hanya saja
pada shalat berjamaah terdapat imam dan makmum. Imam adalah orang yang
pemimpin shalat dan makmum adalah orang yang mengikuti shalat. Banyak hikmah
dan fadhilah dari shalat berjamaah. Salah satu di antaranya adalah orang yang
melakukan shalat berjamaah akan mendapat banyak pahala dan ditinggikan derajatnya
27 kali dibandingkan orang yang shalat secara munfarid. Oleh karena itu, marilah
lebih baik kita melakukan shalat berjamaah agar kita mendapat pahala yang banyak
dari Allah SWT dan merasakan fadhilah shalat berjamaah. Amin Yaa Rabb

Page | 17

DAFTAR ISI

Al-Quran
Al hadits
http://10108602.blog.unikom.ac.id/cara-shalat.va/ Diakses pada Sabtu, 19 Mei 2012
pukul 20.00 WIB
http://adehumaidi.com/islam/tata-cara-makmum-masbuq/ Diakses pada Sabtu, 19 Mei
2012 pukul 19.30 WIB
http://fadhlihsan.wordpress.com/2011/06/20/adab-adab-imam-dalam-shalat/ Diakses
pada Jumat, 18 Mei 2012 pukul 17.40 WIB
https://kusdiyono.wordpress.com/tag/hikmah-shalat-jamaah/ Diakses pada Jumat, 18
Mei 2012 pukul 18.00 WIB
http://sholat.wordpress.com/. Diakses pada Jumat, 18 Mei 2012 pukul 17.00 WIB
http://sundagasik.com/refleksi/gerakan-gerakan-salat.html/ Diakses pada Sabtu, 19
Mei 2012 pukul 20.00 WIB

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai