Anda di halaman 1dari 3

1. c. Bagaimana pathogenesis demam dalam kasus ini ?

Jawab : Mikroorganisme melepaskan pirogen eksogen terlepasnya pirogen dari dalam leukosit
karena terangsang oleh pirogen eksogen pirogen merangsang pelepasan asam arakidonat
sehingga terjadi peningkatan prostaglandin ES (PGE2) dibantu enzim siklooksigenase (COX)
prostaglandin mengacaukan kerja thermostat hipotalamus (suhu di luar seolah-olah dingin)
hipotalamus meningkatkan titik patokan suhu tubuh suhu tubuh meningkat (demam)
Kak santiiii kan jawaban ini ado di papan tulis. Aku dak nyatet dan lupo soalnyo jawaban
soal ini kan gabungan jawaban aku samo jaki. Lupo akuuuu

3.a. apakah ada hubungan riwayat pernah pergi dan tinggal di Bangka dengan keluhan yang
dialami Dina ? Jelaskan ?
Jawab : daerah Bangka merupakan daerah endemic malaria. Hal ini dikarenakan daerah Bangka
merupakan daerah penghasil timah. Para masyarakat yang mencari timah tidak menutup kembali
lobang galian timah sehingga lobang bekas galian timah itu menjadi rawa-rawa saat terisi air dan
merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles betina. Mungkin pada saat Dina
tinggal di Bangka, ia terkena gigitan nyamuk anopheles betina sehingga timbullah keluhankeluhan yang dialami Dina sekarang.

5. c. Apakah fungsi Hb, Hematokrit, leukosit. Trombosit ?


Jawab :

Fungsi Hb : mengikat oksigen yang akan diedarkan ke seluruh tubuh

Fungsi uji hematocrit : mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.

Fungsi leukosit : berperan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
zat-zat asing.

Fungsi trombosit : memantau secara terus menerus sistem vascular dan mendeteksi
setiap kerusakan di lapisan endotel pembuluh darah.

7. Apa epidemiologi dalam kasus ini ?


Jawab : daerah Bangka merupakan daerah endemic malaria. Hal ini dikarenakan daerah Bangka
merupakan daerah penghasil timah. Para masyarakat yang mencari timah tidak menutup kembali
lobang galian timah sehingga lobang bekas galian timah itu menjadi rawa-rawa saat terisi air dan
merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles betina.

12. Bagaimana penatalaksanaan dalam kasus ini ?


Jawab :
Berdasarkan cara kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium, antimalarial
dibedakan atas skizontosida darah dan jaringan, gametosid, dan sporontosid. Untuk
mengendalikan serangan klinik digunakan skizontosida darah yang bekerja terhadap merozoit di
eritrosit (fase eritrosit). Dengan demikian tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi
penghancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik. Contoh obat-obatan golongan ini adalah
klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, dan artemisinin. Untuk membunuh gametosit yang
berada di dalam eritrosit sehingga transmisinya ke nyamuk terhambat digunakan gametosida.
Untuk menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk yang menghisap
darah pasien sehingga penularan terputus digunakan sporontosida.
Klorokuin sangat efektif menekan serangan akut malaria vivax tetapi setelah obat
dihentikan dapat terjadi relaps, sehingga untuk mengeradikasi P.vivax klorokuin perlu diberikan
bersamaan dengan primakuin. Untuk pengobatan malaria, dosis awal klorokuin adalah 0
mg/kgBB klorokuin basa, dilanjutkan dengan dosis 5 mg/kgBB klorokuin basa pada 6, 12, 24
dan 36 jam berikutnya sehingga tercapai dosis total 30 mg/kgBB dalam 2 hari. Untuk malaria
vivax, 5 mg/kgBB klorokuin basa dapat diulang pada hari ke 7 dan hari ke 14.
Primakuin disediakan terutama untuk profilaksis terminal dan penyembuhan radikal dari
malaria vivax dan ovale yang relaps, primakuin harus diberikan bersama-sama dengan
skizontosid darah, biasanya klorokuin, untuk memusnahkan fase eritrosit plasmodium dan
mengurangi perkembangan resistensi obat. Untuk profilaksis terminal, primakuin diberikan 15
mg per hari selama 14 hari sebelum atau segera setelah meninggalkan daerah endemic. Untuk

penyembuhan radikal P.vivax dan P.ovale, pengobatan dimulai setelah serangan akut, kira-kira
pada hari ke 4 dengan dosis 15mg per hari (anak 0,3 mg/kgBB/hari) selama 14 hari (yang
sebelumnya telah didahului pemberian klorokuin selama 3 hari).

13. Apa komplikasi dalam kasus ini ?


Jawab :
Komplikasi malaria vivax dapat berupa gangguan pernapasan sampai acute respiratory
distress syndrome, gagal ginjal, icterus, anemia berat, rupture limpa, kejang yang disertai
gangguan kesadaran.

Anda mungkin juga menyukai