Anda di halaman 1dari 9

Shalat Berjamaah

Landasan hukum yang terdapat dalam Al Qur'an maupun Hadits mengenai salat berjama'ah:

 Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada bersama mereka lalu kamu
hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri
(salat) bersamamu dan menyandang senjata,..." (QS. 4:102).
 Rasulullah SAW bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku
bermaksud hendak menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar, kemudian menyuruh
seseorang menyerukan adzan, lalu menyuruh seseorang pula untuk menjadi imam bagi orang
banyak. Maka saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut berjama'ah, lantas aku bakar
rumah-rumah mereka." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA).
 Dari Ibnu Abbas RA berkata: "Saya menginap di rumah bibiku Maimunah (isteri Rasulullah
SAW). Nabi SAW bangun untuk salat malam maka aku bangun untuk salat bersama beliau. Aku
berdiri di sisi kirinya dan dipeganglah kepalaku dan digeser posisiku ke sebelah kanan beliau."
(HR. Jama'ah, hadits shahih).

Keutamaan

Adapun keutamaan salat berjama'ah dapat diuraikan sebagai berikut:

 Berjama'ah lebih utama dari pada salat sendirian. Rasulullah SAW bersabda: "Salat berjama'ah
itu lebih utama dari pada salat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Umar RA)
 Dari setiap langkahnya diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan baginya satu dosa
serta senantiasa dido'akan oleh para malaikat. Rasulullah SAW bersabda: "Salat seseorang
dengan berjama'ah itu melebihi salatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali
lipat. Yang demikian itu karena bila seseorang berwudhu' dan menyempurnakan wudhu'nya
kemudian pergi ke masjid dengan tujuan semata-mata untuk salat, maka setiap kali ia
melangkahkan kaki diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuslah satu dosa. Dan apabila
dia mengerjakan salat, maka para Malaikat selalu memohonkan untuknya rahmat selama ia masih
berada ditempat salat selagi belum berhadats, mereka memohon: "Ya Allah limpahkanlah
keselamatan atasnya, ya Allah limpahkanlah rahmat untuknya.' Dan dia telah dianggap sedang
mengerjakan salat semenjak menantikan tiba waktu salat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu
Huraira RA, dari terjemahan lafadz Bukhari).
 Terbebas dari pengaruh/penguasaan setan. Rasulullah SAW bersabda: "Tiada tiga orangpun di
dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana salat berjama'ah, melainkan nyatalah
bahwa mereka telah dipengaruhi oleh setan. Karena itu hendaklah kamu sekalian membiasakan
salat berjama'ah sebab serigala itu hanya menerkam kambing yang terpencil dari kawanannya."
(HR. Abu Daud dengan isnad hasan dari Abu Darda' RA).
 Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda: "Berikanlah
khabar gembira orang-orang yang rajin berjalan ke masjid dengan cahaya yang sempurna di hari
kiamat." (HR. Abu Daud, Turmudzi dan Hakim).
 Mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang salat
Isya dengan berjama'ah maka seakan-akan ia mengerjakan salat setengah malam, dan barangsiapa
yang mengerjakan salat shubuh berjama'ah maka seolah-olah ia mengerjakan salat semalam
penuh. (HR. Muslim dan Turmudzi dari Utsman RA).
 Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu sama lain.
Rasulullah SAW terbiasa menghadap ke ma'mum begitu selesai salat dan menanyakan mereka-
mereka yang tidak hadir dalam salat berjama'ah, para sahabat juga terbiasa untuk sekedar
berbicara setelah selesai salat sebelum pulang kerumah. Dari Jabir bin Sumrah RA berkata:
"Rasulullah SAW baru berdiri meninggalkan tempat salatnya diwaktu shubuh ketika matahari
telah terbit. Apabila matahari sudah terbit, barulah beliau berdiri untuk pulang. Sementara itu di
dalam masjid orang-orang membincangkan peristiwa-peristiwa yang mereka kerjakan di masa
jahiliyah. Kadang-kadang mereka tertawa bersama dan Nabi SAW pun ikut tersenyum." (HR.
Muslim).
 Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan mematuhi tata
tertib hubungan antara imam dan ma'mum, misalnya tidak boleh menyamai apalagi mendahului
gerakan imam menjaga kesempurnaan shaf-shaf salat. Rasulullah SAW bersabda: "Imam itu
diadakan agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya! Jika ia takbir maka takbirlah
kalian, jika ia ruku' maka ruku'lah kalian, jika ia mengucapkan 'sami'alLaahu liman hamidah'
katakanlah 'Allahumma rabbana lakal Hamdu', Jika ia sujud maka sujud pulalah kalian. Bahkan
apabila ia salat sambil duduk, salatlah kalian sambil duduk pula!" (HR. Bukhori dan Muslim,
shahih).
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Abu Hurairah

‫َص اَل ُة الَّرُج ِل ِفي اْلَج َم اَع ِة ُتَض َّعُف َع َلى َص اَل ِتِه ِفي َبْيِت ِه َو ِفي ُس وِقِه َخ ْم ًس ا َوِع ْش ِريَن ِض ْع ًفا َو َذ ِل َك َأَّن ُه ِإَذ ا َتَو َّض َأ َفَأْح َس َن‬ 
‫اْلُوُض وَء ُثَّم َخ َرَج ِإَلى اْلَم ْس ِج ِد اَل ُيْخ ِرُج ُه ِإاَّل الَّص اَل ُة َلْم َيْخ ُط َخ ْط َو ًة ِإاَّل ُرِفَعْت َلُه ِبَها َدَرَج ٌة َو ُح َّط َع ْنُه ِبَها َخ ِط يَئٌة َفِإَذ ا َص َّلى َلْم‬
‫َتَز ْل اْلَم اَل ِئَك ُة ُتَص ِّلي َع َلْي ِه َم ا َداَم ِفي ُم َص اَّل ُه الَّلُهَّم َص ِّل َع َلْي ِه الَّلُهَّم اْر َح ْم ُه َو اَل َي َزاُل َأَح ُد ُك ْم ِفي َص اَل ٍة َم ا اْنَتَظ َر الَّص اَل َة‬

“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya
lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu
karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju
masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu
langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu
kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk
mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah
rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama
dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)

dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dari Abu Musa

‫ِإَّن َأْع َظَم الَّناِس َأْج ًر ا ِفي الَّص اَل ِة َأْبَعُدُهْم ِإَلْيَها َمْم ًشى َفَأْبَعُدُهْم َو اَّلِذ ي َيْنَتِظُر الَّص اَل َة َح َّتى ُيَص ِّلَيَها َم َع اِإْل َم اِم َأْع َظُم َأْج ًر ا ِم ْن‬ 
‫اَّلِذ ي ُيَص ِّليَها ُثَّم َيَناُم‬

“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang
selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih
besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no.
662)

dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu
Ad-Darda`

‫َم ا ِم ْن َثاَل َثٍة ِفي َقْر َيٍة َو اَل َبْد ٍو اَل ُتَقاُم ِفيِهْم الَّص اَل ُة ِإاَّل َقْد اْس َتْح َو َذ َع َلْيِهْم الَّشْيَطاُن َفَعَلْيَك ِباْلَج َم اَع ِة َفِإَّنَم ا َيْأُك ُل الِّذ ْئُب اْلَقاِص َيَة‬ 

“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di
lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat)
berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian
(jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya
dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)

Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫َص اَل ُة اْلَج َم اَع ِة َأْفَض ُل ِم ْن َص اَل ِة اْلَفِّذ ِبَسْبٍع َوِع ْش ِريَن َدَرَج ًة‬ 

“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-
Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)

 Penjelasan ringkas:

Karena besarnya urgensi shalat berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi
setiap individu yang ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan
Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya. Dan beliau -
alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang secara berjamaah jauh lebih
utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum
muslimin dari setan. Keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat
kaum muslimin.

Dari Barra' bin Azib berkata: "Kami salat bersama Nabi SAW. Maka diwaktu beliau membaca
'sami'alLaahu liman hamidah' tidak seorang pun dari kami yang berani membungkukkan
punggungnya sebelum Nabi SAW meletakkan dahinya ke lantai. (Jama'ah)
Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan. Allah SWT berfiman: "Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
serta tetap mendirikan salat." (QS. 9:18).
Kriteria Imam

Kriteria pemilihan Imam salat tergambar dalam hadits Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh
Abu Mas'ud Al-Badri:

"Yang boleh mengimami kaum itu adalah orang yang paling pandai di antara mereka dalam
memahami kitab Allah (Al Qur'an) dan yang paling banyak bacaannya di antara mereka. Jika
pemahaman mereka terhadap Al-Qur'an sama, maka yang paling dahulu di antara mereka
hijrahnya ( yang paling dahulu taatnya kepada agama). Jika hijrah (ketaatan) mereka sama,
maka yang paling tua umurnya di antara mereka".

Kehadiran Jamaah Wanita di dalam Masjid

Wanita diperbolehkan hadir berjama'ah di masjid dengan syarat harus menjauhi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya syahwat ataupun fitnah. Baik karena perhiasan atau harum-haruman yang
dipakainya.

 Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid-masjid
Allah, tetapi hendaklah mereka itu keluar tanpa memakai harum-haruman." (HR. Ahmad dan Abu
Daud dari Abu Huraira RA).
 "Siapa-siapa di antara wanita yang memakai harum-haruman, janganlah ia turut salat Isya
bersama kami." (HR. Muslim, Abu Daud dan Nasa'i dari Abu Huraira RA, isnad hasan).
 Bagi kaum wanita yang lebih utama adalah salat di rumah, berdasarkan hadits dari Ummu
Humaid As-Saayidiyyah RA bahwa Ia datang kepada Rasulullah SAW dan mengatakan: "Ya
Rasulullah, saya senang sekali salat di belakang Anda." Beliaupun menanggapi: "Saya tahu akan
hal itu, tetapi salatmu di rumahmu adalah lebih baik dari salatmu di masjid kaummu, dan salatmu
di masjid kaummu lebih baik dari salatmu di masjid Umum." (HR. Ahmad dan Thabrani).
 Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian melarang para wanita untuk pergi ke masjid, tetapi
(salat) di rumah adalah lebih baik untuk mereka." (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar
RA).

Adab Shalat Berjamaah di Masjid

Shalat berjamaah di masjid merupakan salah satu amal yang mulia. Agar ibadah ini semakin sempurna,
ada beberapa adab dan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak boleh diabaikan. Berikut di
antara beberapa adab yang perlu diperhatikan seorang muslim ketika hendak melakukan shalat berjamaah
di masjid :

MemilihPakaian yang Bagus

Hendaknya kita memilih pakaian yang bagus saat pergi ke masjid. Allah tidak hanya memerintahkan kita
untuk sekedar memakai pakaian yang menutup aurat, akan tetapi memerintahkan pula untuk
memperbagus pakaian, lebih-lebih lagi ketika akan pergi ke masjid. Allah Ta’ala berfirman

‫َيا َبِني آَد َم ُخ ُذ وْا ِزيَنَتُك ْم ِع نَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد‬

“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al A’raf: 31).

Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk berhias ketika shalat, lebih-lebih ketika
hari jumat dan hari raya. Termasuk dalam hal ini memakai parfum bagi laki-laki.

Namun sekarang banyak kita jumpai kaum muslimin yang ketika pergi ke masjid hanya mengenakan
pakaian seadanya padahal ia memiliki pakaian yang bagus. Bahkan tidak sedikit yang mengenakan
pakaian yang penuh gambar atau berisi tulisan-tulisan kejahilan. Akibatnya, mau tidak mau orang yang
ada dibelakangnya akan melihat dan membacanya sehingga mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan
shalat.
Berwudhu dari Rumah

Sebelum pergi ke masjid, hendaknya berwudhu sejak dari rumah, sebagaimana diterangkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫َم ْن َتَطَّهَر ِفي َبْيِتِه ُثَّم َم َشى ِإَلى َبْيٍت ِم ْن ُبُيوِت ِهللا ِلَيْقِض َي َفِريَض ًة ِم ْن َفَر اِئِض ِهللا َكاَنْت َخ ْط َو َتاُه ِإْح َد اُهَم ا َتُح ُّط َخ ِط يَئًة َو اُأْلْخ َر ى َتْر َفُع َدَرَج ًة‬

“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah
Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua
langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat
derajatnya.” (HR. Muslim 1553)

Membaca Doa Menuju Masjid

Saat keluar dari rumah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk mengucapkan
doa. Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِإَذ ا َخ َرَج الَّرُجُل ِم ْن َبْيِتِه َفَقاَل ِبْس ِم ِهَّللا َتَو َّك ْلُت َع َلى ِهَّللا اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهَّلل َقاَل ُيَقاُل ِح يَنِئٍذ ُهِد يَت َو ُك ِفيَت َو ُوِقيَت َفَتَتَنَّحى َلُه الَّش َياِط يُن‬
‫َفَيُقوُل َلُه َشْيَطاٌن آَخ ُر َكْيَف َلَك ِبَر ُج ٍل َقْد ُهِدَي َو ُك ِفَي َوُوِقَي‬

“Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: “Bismillahi tawakkaltu ‘alallaahi, laa
haula wa laa quuwata illa billah” (Dengan nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya
dan kekuatan kecuali dengan izin Allah). ‘ Beliau bersabda, “Maka pada saat itu akan dikatakan
kepadanya, ‘Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan, dan mendapat penjagaan’, hingga
setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata kepadanya (setan yang akan
menggodanya, pent.), “Bagaimana (engkau akan mengoda) seorang laki-laki yang telah mendapat
petunjuk, kecukupan, dan penjagaan.” (HR. Abu Daud no. 595, At-Tirmizi no. 3487)

Ketika hendak menuju masjid, dianjurkan membaca :

‫الَّلُهَّم اْج َع ْل ِفي َقْلِبي ُنوًرا َوِفي َبَص ِري ُنوًرا َوِفي َسْمِع ي ُنوًرا َو َع ْن َيِم يِني ُنوًرا َو َع ْن َيَس اِري ُنوًرا َو َفْو ِقي ُنوًرا َو َتْح ِتي ُنوًرا َو َأَم اِم ي ُنوًرا‬
‫َو َخ ْلِفي ُنوًرا َو اْج َع ْل ِلي ُنوًرا‬

“Allahummaj’al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam’i nuura wa ‘an yamiinihi nuura wa
‘an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami nuura wa khalfi nuura waj’al lii nuura
(Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku,
cahaya dari kananku, cahaya dari kiriku, cahaya dari belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya” (H.R
Muslim 763)

Berdoa Ketika Masuk Masjid

Setelah sampai di masjid, hendaknya masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca
doa masuk masjid. Bacaan doa masuk masjid sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Sa’id radhiyallahu
‘anhu:

‫ َوِإَذ ا َخ َرَج َفْلَيُقِل الَّلُهَّم ِإِّنى َأْس َأُلَك ِم ْن َفْض ِلَك‬. ‫ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ُم اْلَم ْس ِج َد َفْلَيُقِل الَّلُهَّم اْفَتْح ِلى َأْبَو اَب َر ْح َم ِتَك‬

“Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka ucapkanlah, ‘Allahummaftahlii abwaaba
rahmatik’ (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu). Jika keluar dari masjid, ucapkanlah:
‘Allahumma inni as-aluka min fadhlik’ (Ya Allah, aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu).” (HR.
Muslim 713)

Tidak Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat

Harap diperhatikan ketika kita berjalan di dalam masjid, jangan sampai melewati di depan orang yang
sedang shalat. Hendaklah orang yang lewat di depan orang yang shalat takut akan dosa yang
diperbuatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َخ ْيًرا َلُه ِم ْن َأْن َيُم َّر َبْيَن َيَد ْيِه‬، ‫ َلَك اَن َأْن َيِقَف َأْر َبِع ْيَن‬،‫َلْو َيْع َلُم اْلَم اُّر َبْيَن َيَدي اْلُمَص ِّلي َم اَذ ا َع َلْيِه‬

“Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang ditanggungnya,
niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 ( tahun), itu lebih baik baginya daripada lewat di depan
orang yangsedang shalat.” (HR. Bukhari 510 dan Muslim 1132)

Yang terlarang adalah lewat di depan orang yang shalat sendirian atau di depan imam. Adapun jika lewat
di depan makmum maka tidak mengapa. Hal ini didasari oleh perbuatan Ibnu Abbas ketika beliau
menginjak usia baligh. Beliau pernah lewat di sela-sela shaf jamaa’ah yang diimami oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menunggangi keledai betina, lalu turun melepaskan keledainya
baru kemudian beliau bergabung dalam shaf. Dan tidak ada seorangpun yang mengingkari perbuatan
tersebut (Lihat dalam riwayat Bukhari 76 dan Muslim 504). Namun demikian, sebaiknya memilih jalan
lain agar tidak lewat di depan shaf makmum.

Melaksanakan Shalat Dua Rakaat Sebelum Duduk

Di antara adab ketika memasuki masjid adalah melaksanakan shalat dua rakaat sebelum duduk. Shalat ini
diistilahkan para ulama dengan shalat tahiyatul masjid. Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ْم اْلَم ْس ِج َد َفْلَيْر َكْع َر ْك َع َتْيِن َقْبَل َأْن َيْج ِل‬

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia
duduk.” (H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)

Syariat ini berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Hanya saja para ulama mengecualikan darinya khatib
jumat, dimana tidak ada satupun dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam shalat
tahiyatul masjid sebelum khutbah. Akan tetapi beliau datang dan langsung naik ke mimbar. Syariat ini
juga berlaku untuk semua masjid, termasuk masjidil haram. Yang dimaksud dengan tahiyatul masjid
adalah shalat dua rakaat sebelum duduk di dalam masjid. Tujuan ini sudah tercapai dengan shalat apa saja
yang dikerjakan sebelum duduk. Oleh karena itu, shalat sunnah wudhu, shalat sunnah rawatib, bahkan
shalat wajib, semuanya merupakan tahiyatul masjid jika dikerjakan sebelum duduk. Merupakan suatu hal
yang keliru jika tahiyatul masjid diniatkan tersendiri, karena pada hakikatnya tidak ada dalam hadits ada
shalat yang namanya ‘tahiyatul masjid’, akan tetapi ini hanyalah penamaan ulama untuk shalat dua rakaat
sebelum duduk. Karenanya jika seorang masuk masjid setelah adzan lalu shalat qabliah atau sunnah
wudhu, maka itulah tahiyatul masjid baginya. Tahiyatul masjid disyariatkan pada setiap waktu seseorang
itu masuk masjid dan ingin duduk di dalamnya. Termasuk di dalamnya waktu-waktu yang terlarang untuk
shalat, menurut sebagian pendapat kalangan ulama.

Menghadap Sutrah Ketika Shalat

Yang dimaksud denagan sutrah adalah pembatas dalam shalat, bisa berupa tembok, tiang, orang yang
sedang duduk/sholat, tongkat, tas, dll. Sutrah disyariatkan bagi imam dan bagi orang yang shalat
sendirian. Dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat menghadap sutrah terdapat dalam sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

‫ِإَذ ا َص َّلى َأَح ُد ُك ْم َفْلُيَص ِّل ِإَلى ُس ْتَرٍة َو ْلَيْدُن ِم ْنَها‬

“Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan menghadap sutrah dan
mendekatlah padanya” (HR. Abu Daud 698. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
sebagaimana dalam Shahihul Jaami’ 651)

Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memasang sutrah adalah wajib karena adanya perintah dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Dalam shalat berjamaah yang menghadap sutrah adalah imam, dan
sutrah bagi imam juga merupakan sutrah bagi makmum yang dibelakangnya.

Hendaklah orang yang shalat menolak/mencegah apa pun yang lewat di depannya, baik orang dewasa
maupun anak-anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َفِإّنّم ا ُهَو َشْيَطاٌن‬،‫ َفِإْن َأَبى َفْلُيَقاِتْلُه‬،‫ َفْلَيْدَفْع ِفي َنْح ِرِه‬،‫ َفَأَراَد َأَح ٌد َأْن َيْج َتاَز َبْيَن َيَد ْيِه‬،‫ِإَذ ا َص َّلى َأَح ُد ُك ْم ِإَلى َش ْي ٍء َيْس ُتُر ُه ِم َن الَّناِس‬

“Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap sesuatu yang menutupinya dari manusia
(menghadap sutrah), lalu ada seseorang ingin melintas di hadapannya, hendaklah ia menghalanginya
pada lehernya. Kalau orang itu enggan untuk minggir (tetap memaksa lewat) perangilah (tahanlah
dengan kuat) karena ia hanyalah setan.” (HR. Bukhari 509 dan Muslim 1129)

Menjawab Panggilan Adzan

Ketika mendengar adzan, dianjurkan untuk menjawab adzan. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam
bersabda:

‫ِإَذ ا َسِم ْع ُتُم الِّنَداَء َفُقْو ُلْو ا ِم ْثَل َم ا َيُقْو ُل اْلُم َؤ ِّذ ُن‬

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan muadzin.” (HR.
Bukhari 611 dan Muslim 846)
Ketika muadzin sampai pada pengucapan hay’alatani yaitu kalimat{ ِ‫ َح َّي َع َلى اْلَفاَل ح‬,‫}َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة‬
disenangi baginya untuk menjawab dengan hauqalah yaitu kalimat { ‫ } َال َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهلل‬sebagaimana
ditunjukkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َأْش َهُد‬: ‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫ َفقَاَل‬،‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا‬: ‫ ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫ َفَقاَل َأَح ُد ُك ُم‬،‫ ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر‬: ‫ِإَذ ا َقاَل اْلُم َؤ ِّذ ُن‬
،‫ َح َّي َع َلى اْلَفاَل ِح‬: ‫ َال َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهلل؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫ َقاَل‬،‫ َح َّي َع َلى الَّص اَل ِة‬: ‫ َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهللا؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫ َفَقاَل‬،‫َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهللا‬
‫ َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا؛ ِم ْن َقْلِبِه َد َخ َل اْلَج َّنَة‬: ‫ َقاَل‬،‫ َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا‬: ‫ ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫ َقاَل‬،‫ ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر‬: ‫ اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإَّال ِباِهلل؛ ُثَّم َقاَل‬: ‫َقاَل‬

“Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka hendaklah kalian yang mendengar
menjawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin mengatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha
Illallah”, maka dijawab, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Muadzin mengatakan setelah itu, “Asyhadu
Anna Muhammadan Rasulullah”, maka maka dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat
muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alash Shalah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa
billah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alal Falah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala Quwwata
illa billah.” Kemudian muadzin berkata, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka dijawab, “Allahu Akbar
Allahu Akbar.” Dan muadzin berkata, “Laa Ilaaha illallah”, maka dijawab, “La Ilaaha illallah” Bila yang
menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti masuk surga.” (HR.
Muslim. 848)

Ketika selesai mendengarkan adzan, dianjurkan membaca doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits berikut :

‫َم ْن َقاَل ِح يَن َيْس َم ُع الِّنَداَء الَّلُهَّم َر َّب َهِذِه الَّدْع َوِة الَّتاَّمِة َو الَّص اَل ِة اْلَقاِئَم ِة آِت ُمَحَّم ًدا اْلَوِس يَلَة َو اْلَفِض يَلَة َو اْبَع ْثُه َم َقاًم ا َم ْح ُم وًدا اَّلِذ ي َو َع ْد َتُه َح َّلْت َلُه‬
‫َشَفاَع ِتي َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬

“Barangsiapa yang setelah mendengar adzan membaca doa : Allahumma Robba hadzihid da’wattit
taammah was shalatil qaaimah, aati muhammadanil wasiilata wal fadhiilah wab’atshu maqaamam
mahmuudanil ladzi wa ‘adtahu “(Ya Allah pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang
didirikan berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji
yang telah Engkau janjikan padanya) melainkan dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari 94)

Tidak Keluar dari Masjid Tanpa Uddzur

Jika kita berada di dalam masjid dan adzan sudah dikumandangkan, maka tidak boleh keluar dari masjid
sampai selesai dtunaikannya shalat wajib, kecuali jika ada udzur. Hal ini sebagaiamana dikisahkan dalam
sebuah riwayat dari Abu as Sya’tsaa radhiyallahu’anhu, beliau berkata :

‫ُكَّنا ُقُعوًدا ِفي اْلَم ْس ِج ِد َم َع َأِبي ُهَر ْيَر َة َفَأَّذ َن اْلُم َؤ ِّذ ُن َفَقاَم َر ُجٌل ِم ْن اْلَم ْس ِج ِد َيْمِش ي َفَأْتَبَع ُه َأُب و ُهَر ْي َر َة َبَص َرُه َح َّتى َخ َرَج ِم ْن اْلَم ْس ِج ِد َفَق اَل َأُب و‬
‫ُهَر ْيَر َة َأَّم ا َهَذ ا َفَقْد َعَص ى َأَبا اْلَقاِس ِم َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

“Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kamudian muadzin
mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian keluar masjid. Abu
Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata : “ Perbuatan orang tersebut termasuk
bermaksiat terhadap Abul Qasim (Nabi Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam” (H.R Muslim 655)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa berdasarkan hadits di atas dibenci keluar dari masjid setelah
ditunaikannya adzan sampai sholat wajib selesai ditunaikan, kecuali jika ada udzur.

Tidak boleh keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan kecuali ada udzur seperti mau ke kamar
kecil, berwudhu, , mandi, atau keperluan mendesak lainnya.

Memanfaatkan Waktu Antara Adzan dan Iqomah

Hendakanya kita memanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah dengan amalan yang bermanfaat seperti
shalat sunnah qabliyah, membaca al quran, berdizikir, atau berdoa. Waktu ini merupakan waktu yang
dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

‫الدعاء ال يرد بين األذان واإلقامة‬

“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)

Boleh juga diisi dengan membaca quran atau mengulang-ulang hafalan al quran asalkan tidak dengan
suara keras agar tidak mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
‫ال إن كلكم مناج ربه فال يؤذين بعضكم بعضا وال يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصالة‬

“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu
sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata,
‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-
ijul Afkar, 2/16).

Tidak selayaknya seseorang justru mengisi waktu-waktu ini dengan obrolan-obrolan yang tidak
bermanfaat.

Jika Iqamah Telah Dikumandangkan

‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّنُه َقاَل ِإَذ ا ُأِقيَم ْت الَّص اَل ُة َفاَل َص اَل َة ِإاَّل اْلَم ْكُتوَبُة‬

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Jika shalat wajib telah
dilaksanakan, maka tidak beleh ada shalat lain selain shalat wajib” (H.R Muslim 710)

Berdasarkan hadits di atas, jika seseorang sedang shalat sunnah kemudian iqamah telah dikumandangkan,
maka tidak perlu melanjutkan shalat sunnah tersebut dan langsung ikut shalat wajib bersama imam.

Raihlah Shaf yang Utama

Di antara kesempurnaan shalat berjamaah adalah sebisa mungkin menempati shaf yang utama. Bagi laki-
laki yang paling depan, adapun bagi wanita yang paling belakang. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu
Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َخ ْيُر ُص ُفوِف اِلرَج اِل َأِّو ُلَها َو َشُّر َها آِخ ُرَها َو َخ ْيُر ُص ُفوِف الِنَس اِء آِخ ُرَها َو َشُّر َها َأَّو ُلَها‬

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang terakhir. Sebaik-
baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang pertama.” (H.R.Muslim 440)

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

‫َلْو َيْع َلُم ْو َن َم ا ِفي الَّصِّف اْلُم َقَّد ِم َالْسَتَهُم ْو ا‬

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan (pahala) yang diperoleh dalam shaf yang pertama, niscaya
mereka akan mengundi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 721 dan Muslim 437)

Merapikan Barisan Shalat

Perkara yang harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah permasalahan lurus
dan rapatnya shaf (barisan dalam shalat). Masih banyak kita dapati di sebagian masjid, barisan shaf yang
tidak rapat dan lurus

Dijelaskan di dalam hadits dari sahabat Abu Abdillah Nu’man bin Basyir, beliau berkata, aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َلُتَسُّو َّن ُس ُفْو َفُك ْم َأْو َلُيَخاِلَفَّن ُهللا َبْيَن ُوُجْو ِهُك ْم‬

“Hendaknya kalian bersungguh- sungguh meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah sungguh-sungguh akan
memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian” (HR. Bukhari 717 dan Muslim 436)

Jangan Mendahului Gerakan Imam

Imam shalat dijadikan sebagai pemimpin dan wajib diikuti dalam shalat, sebagaimana dijelaskan dalam
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

‫ِإَّنَم ا ُج ِع َل اِإْلَم اُم ِلُيْؤ َتَّم ِبِه َفاَل َتْخ َتِلُفوا َع َلْيِه َفِإَذ ا َر َك َع َفاْر َكُعوا َو ِإَذ ا َقاَل َسِمَع ُهَّللا ِلَم ْن َح ِم َد ُه َفُقوُلوا َر َّبَنا َلَك اْلَحْم ُد َوِإَذ ا َسَجَد َفاْسُجُدوا َوِإَذ ا َص َّلى‬
‫َج اِلًسا َفَص ُّلوا ُج ُلوًسا َأْج َم ُعوَن‬

“Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia ruku’, maka
ruku’lah. Dan bila ia mengatakan ‘sami’allahu liman hamidah’, maka katakanlah,’Rabbana walakal
hamdu’. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia shalat dengan duduk, maka shalatlah kalian
dengan duduk semuanya“. (H.R. Bukhari 734)
Rasulullah memberikan ancaman keras bagi seseorang yang mendahului imam, seperti disebutkan dalam
hadits berikut:

َ ‫َأَم ا َيْخ َشى اَّلِذ ي َيْر َفُع َر ْأَس ُه َقْبَل اِإْلَم اِم َأْن ُيَح ِّوَل ُهَّللا َر ْأَس ُه َر ْأَس ِح َم ار‬

“Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah akan mengubah kepalanya
menjadi kepala keledai? “(H.R Bukhari 691)

Berdoa Ketika Keluar Masjid

Dari Abu Humaid atau dari Abu Usaid dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ْم اْلَم ْس ِج َد َفْلَيُقْل الَّلُهَّم اْفَتْح ِلي َأْبَو اَب َر ْح َم ِتَك َوِإَذ ا َخ َرَج َفْلَيُقْل الَّلُهَّم ِإِّني َأْس َأُلَك ِم ْن َفْض ِلَك‬

“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya dia membaca, “Allahummaftahli
abwaaba rahmatika” (Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu). Dan apabila keluar, hendaknya dia
mengucapkan, “Allahumma inni as-aluka min fadhlika (Ya Allah, aku meminta kurnia-Mu).” (HR.
Muslim. 713)

Ketika kelauar masjid dmulai dengan kaki kiri terlebih dahulu.

Jika Wanita Hendak Pergi ke Masjid

Tempat shalat yang paling baik bagi seorang wanita adalah di dalam rumhanya. Allah Ta’ala berfirman :

‫َو َقْر َن ِفي ُبُيوِتُك َّن َو اَل َتَبَّرْج َن َتَبُّر َج اْلَج اِهِلَّيِة اُأْلوَلى‬

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-
orang Jahiliyah yang dahulu” (Al Ahzab :33)

Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih baik daripada di masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫َال َتْم َنُعوا ِنَس اَء ُك ُم اْلَم َس اِج َد َو ُبُيوُتُهَّن َخ ْيٌر َلُهَّن‬

“Jangan kalian larang istri-istri kalian untuk pergi ke masjid, tetapi rumah-rumah mereka lebih baik bagi
mereka”. (HR. Abu Daud dan dihasankan di dalam kitab Irwa Al Ghalil 515)

Namun demikian, tidak terlarang bagi seorang wanitaa untuk pergi ke masjid. Jika seorang wanita hendak
pergi ke masjid, ada beberapa adab khusus yang perlu diperhatikan :

1. Meminta izin kepada suami atau mahramnya


2. Tidak menimbulkan fitnah
3. Menutup aurat secara lengkap
4. Tidak berhias dan memakai parfum

Abu Musa radhiyallahu‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

« ‫» ُك ُّل َعْيٍن َزاِنَيٌة َو اْلَم ْر َأُة ِإَذ ا اْس َتْع َطَر ْت َفَم َّر ْت ِباْلَم ْج ِلِس َفِهَى َك َذ ا َو َك َذ ا َيْعِنى َزاِنَيًة‬.

“Setiap mata berzina dan seorang wanita jika memakai minyak wangi lalu lewat di sebuah majelis
(perkumpulan), maka dia adalah wanita yang begini, begini, yaitu seorang wanita pezina”. (HR.
Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib 2019)

Inilah di antara beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika hendak shalat berjamaah di masjid. Semoga
penjelasan ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. Wallahu a’lam.[1]

Shalat berjamaah merupakan syi'ar islam yang sangat agung, menyerupai shafnya malaikat ketika mereka
beribadah, dan ibarat pasukan dalam suatu peperangan, ia merupakan sebab jerjalinnya saling mencintai
sesama muslim, saling mengenal, saling mengasihi, saling menyayangi, menampakkan kekuatan, dan
kesatuan.

Allah menysyari'atkan bagi umat islam berkumpul pada waktuwaktu tertentu, di antaranya ada yang
setiap satu hari satu malam seperti shalat lima waktu, ada yang satu kali dalam seminggu, seperti shalat
jum'at, ada yang satu tahun dua kali di setiap Negara seperti dua hari raya, dan ada yang satu kali dalam
setahun bagi islam keseluruha seperti wukuf di arafah, ada pula yang dilakukan pada kondisi tertentu
seperti shalat istisqa' dan shalat khusuf. Shalat berjamaah wajib atas setiap muslim yang mukallaf, laki-
laki yang mampu, untuk shalat lima waktu, baik dalam perjalanan maupun mukim, dalam keadaan aman,
maupun takut.

Manfaat dan Hikmah shalat berjamaah


1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu. .
2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh pahala
dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3. Menanamkan rasa saling mencintai.
4. Ta'aruf (saling mengenal).
5. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar.
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya.
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah, sekaligus
mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela kebenaran dan
senantiasa bersabar dalam menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad, sebagaimana yang Allah firmankan,

‫ِإَّن َهَّللا ُيِحُّب اَّلِذ يَن ُيَقاِتُلوَن ِفي َس ِبيِلِه َص ًّفا َك َأَّنُهْم ُبْنَياٌن َم ْر ُص وٌص‬

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)
12. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang menjadi
sekat pembatas di antara mereka.
13. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang yang suka
meremehkan shalat.
14. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
para shabatnya.
15. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
16. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya
dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah
bersamanya.
17. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat
sendirian." (HR. Muslim)
18. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya kaum
muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur dan
menjaga waktu.

Anda mungkin juga menyukai