Anda di halaman 1dari 9

DISYARIATKANNYA SHALAT SUNNAH DAN KEUTAMAANNYA

Oleh
Muhammad bin Suud Al-Uraifi

Disyariatkannya Shalat Sunnah


Allah Subhanahu wa Taala telah mensyariatkan shalat sunnah untuk meningkatkan
amal manusia dan menutupi segala kekurangan dan kelalaian yang ada, sebagaimana
hal itu diperintahkan oleh Allah dalam Kitab-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:


"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian
permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat." [Huud/11: 114]
Dan Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman:



"Apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap." [AlInsyirah/94: 7-8]
Ibnu Masud Radhiyallahu anhu berkata: "Apabila engkau telah selesai melaksanakan
shalat-shalat wajib maka laksanakanlah shalat malam."[1]
Sementara Mujahid mengatakan, Jika engkau telah menyelesaikan urusan duniamu,
maka menghadaplah kepada Rabb-mu dengan shalat.
Juga di antara dalil yang menunjukkan tentang disyariatkannya shalat malam, adalah
hadits yang menyebutkan:




) : : .(

) :

( .
"Bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang
(kewajiban-kewajiban) dalam Islam, lalu beliau menjawab, '(Melaksanakan) shalat lima
waktu dalam sehari semalam.' Orang itu bertanya lagi, 'Adakah kewajiban lain atas
diriku?' Beliau menjawab, 'Tidak ada, kecuali engkau mengerjakan shalat sunnah.'"[2]
Keutamaan Shalat Sunnah
Banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang besarnya keutamaan dan pahala yang
diperoleh dari shalat sunnah. Di antaranya adalah:

1. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam


bersabda:

- - :

: :




.
"Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari Kiamat
adalah shalatnya." Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda lagi, "Allah
berfirman kepada para Malaikat-Nya, sedangkan Ia lebih mengetahui, 'Lihatlah shalat
hamba-Ku, sudahkah ia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat
kekurangan?' Bila ibadahnya telah sempurna maka ditulis untuknya pahala yang
sempurna pula. Namun bila ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman, 'Lihatlah
apakah hambaku memiliki shalat sunnah?' Bila ia memiliki shalat sunnah, maka Allah
berfirman, 'Sempurnakanlah untuk hamba-Ku dari kekurangannya itu dengan shalat
sunnahnya.' Demikianlah semua ibadah akan menjalani proses yang serupa."[3]
Komentar saya (penulis): Hadits ini menjelaskan salah satu hikmah tentang
disyariatkan-nya shalat sunnah.
2. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


.
"Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah selain shalat fardhu dalam sehari dua
belas raka'at, maka Allah pasti akan membangunkan untuknya sebuah rumah di
Surga."[4]
3. Rubai'ah bin Ka'ab al-Aslami Radhiyallahu anhu berkata:

) ( : : )(! :

( ) : .
"Suatu hari aku bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku membawakan
kepadanya bejana air untuk beliau berwudhu dan segala keperluannya. Beliau berkata
kepadaku, 'Mintalah!' Aku berkata, 'Aku meminta kepadamu untuk dapat menemanimu
di Surga kelak.' Beliau bertanya, 'Adakah selain itu?' Aku menjawab, 'Hanya itu saja.'
Beliau bersabda, 'Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu itu dengan
memperbanyak sujud.'"[5]
4. Mi'dan bin Abi Thalhah al-Ya'muri berkata, "Aku bertemu Tsauban, bekas budak
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku berkata kepadanya, 'Beritahukanlah
kepadaku tentang amal ibadah yang jika aku lakukan, maka Allah akan memasukkanku
karenanya ke dalam Surga!' Ia terdiam, lalu aku bertanya lagi. Ia masih terdiam, lalu
aku bertanya lagi ketiga kalinya. Akhirnya ia berkata, 'Aku telah menanyakan masalah
ini kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan beliau bersabda:




.
"Perbanyaklah sujud kepada Allah, karena tidaklah engkau bersujud kepada Allah
dengan satu kali sujud, melainkan Allah akan mengangkat bagimu satu derajat
karenanya dan menghapuskan bagimu satu dosa karenanya."
Mi'dan berkata: "Lalu aku bertemu Abud Darda' dan aku tanyakan masalah ini
kepadanya juga. Ia menjawab seperti jawaban yang diberikan Tsauban."[6]
Yang dimaksud dengan sujud dalam hadits ini adalah melakukan shalat sunnah. Karena
bersujud secara terpisah tanpa dilakukan dalam shalat atau tanpa sebab merupakan
sesuatu yang tidak dianjurkan. Bersujud, walaupun termasuk dalam shalat fardhu,
namun melaksanakan shalat fardhu adalah kewajiban atas setiap muslim. Maka yang
ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di sini adalah, sesuatu yang
khusus yang dengannya Mi'dan dapat meraih apa yang ia cari.[7] Oleh karena itulah
Ibnu Hajar meriwayatkan hadits Rabi'ah ini dalam bab shalat sunnah.[8]
5. Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:

.


"Tidak ada sesuatu yang lebih baik yang Allah izinkan kepada seorang hamba selain
melaksanakan shalat dua raka'at dan sesungguhnya kebajikan akan bertaburan di atas
kepala seorang hamba selama ia melakukan shalat."[9]
Hadits tersebut menunjukkan keutamaan shalat sunnah dan kebaikan yang didapat
darinya.
Disukai Melaksanakan Shalat Sunnah Di Rumah
Muslim meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:




- -

.
"Apabila salah seorang di antara kalian shalat di masjid, maka hendaknya ia pun
menjadikan sebagian dari shalatnya di rumah, karena Allah Azza wa Jalla akan
memberikan kebaikan dalam rumahnya dari shalatnya itu."[10]
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



.

"Shalatlah di rumah-rumah kalian karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang
dilaksanakan di rumahnya kecuali shalat wajib."[11]

Anjuran dalam hadits-hadits ini bersifat umum yang meliputi semua jenis shalat sunnah
rawatib dan shalat sunnah secara mutlak kecuali shalat sunnah yang menjadi bagian
dari syi'ar Islam, seperti shalat Id, shalat gerhana dan shalat Istisqa'. Demikian apa
yang dikemukakan oleh Imam an-Nawawi.[12]
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:


.
"Jadikanlah tempat pelaksanaan sebagian shalatmu di rumah-rumah kalian, dan
janganlah jadikan rumah-rumah kalian itu seperti kuburan."[13]
Saya (penulis) katakan, "Hadits-hadits ini menunjukkan tentang disunnahkannya shalat
sunnah di rumah dan itu lebih baik daripada melakukannya di masjid sebagaimana
tersebut dalam sebuah hadits."
An-Nawawi rahimahullah berkata, "Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mendorong
melakukan shalat sunnah di rumah, karena hal itu lebih tersembunyi, jauh dari
perbuatan riya', terjaga dari segala hal yang bisa merusak amal, rumah menjadi penuh
berkah, rahmat serta Malaikat pun turun dan syaitan pun menjauh darinya."[14]
[Disalin dari kitab "Kaanuu Qaliilan minal Laili maa Yahjauun" karya Muhammad bin
Su'ud al-Uraifi diberi pengantar oleh Syaikh 'Abdullah al-Jibrin, Edisi Indonesia Panduan
Lengkap Shalat Tahajjud, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Tafsiir Ibni Katsir (VIII/433).
[2]. HR. Al-Bukhari, kitab al-Iimaan bab az-Zakaati minal Islaam, (hadits no. 46) dan
Muslim, kitab al-Iimaan, bab Bayaanish Shalawaatillatii hiya Ahadi Arkaanil Islaam
(hadits no. 11).
[3]. HR. Abu Dawud, kitab ash-Shalaah, bab Qaulin-Nabiy: Kullu Shalaatin laa
Yutimmuha Shaahibuha Tutammu min Tathaw-wu'ih, (hadits no. 864), at-Tirmidzi, kitab
ash-Shalaah, bab Maa Jaa-a Awwalu ma Yuhaasabu bihil 'Abdu Yaumal Qiyaa-mati ashShalaah, (hadits no. 413). At-Tirmidzi berkomentar hadits ini hasan dan gharib dari
jalur ini. An-Nasa-i, kitab ash-Shalaah, bab al-Muhaasabah 'alash Shalaah, (hadits no.
465) dan Ahmad dalam Musnadnya, (II/290). Hadits ini dinyata-kan hasan oleh alBaghawi dalam Syarhus Sunnah, (IV/159) dan dinyatakan shahih oleh al-Albani. Lihat
Shahih Sunan Abi Dawud, (I/163).
[4]. HR. Muslim, kitab Shalaatil Musaafiriin bab Fadhlis Sunanir Raatibah Qablal Faraaidh wa ba'da hunna wa Bayaan 'Ada-dihinna (hadits no. 728).
[5]. HR. Muslim, kitab ash-Shalaah bab Fadhlus Sujuud wal Hatstsu 'alaih (hadits no.
489).
[6]. HR. Muslim, kitab ash-Shalaah bab Fadhlis Sujuud wal Hatstsu 'alaih (hadits no.
488).
[7]. Lihat Bughyatul Mutathawwi' fish Shalaatit Tathawwu' oleh Muhammad Bazmul,
(hal. 15).

[8]. Baca: Buluughul Maraam min Adillatil Ahkaam oleh Ibnu Hajar, (hal. 71).
[9]. HR. At-Tirmidzi, kitab Fadhaa-ilil Qur-aan bab Maa Jaa-a fii man Qara-a Harfan
minal Qur-aan maa lahu minal Ajr, (hadits no. 2911), at-Tirmidzi berkomentar: "Hadits
ini gharib." Imam Ahmad mengeluarkannya dalam Musnadnya, (hadits no. 21803).
[10]. HR. Muslim dalam Shahiihnya, kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qashriha, bab
Istihbaabi Shalaatin Naafilah fii Baitihi wa Jawaaziha fil Masjid (hadits no. 778).
[11]. HR. Al-Bukhari, kitab al-Adab, bab Maa Yajuuzu minal Ghadab wasy Syiddah li
Amrillaah, (hadits no. 6113) dan Muslim, kitab Shalaatil Musaafiriin wa Qashriha, bab
Istih-baab Shalaatin Naafilah fii Baitihi wa Jawaaziha fil Masjid, (hadits no. 781).
[12]. Lihat Shahiih Muslim bi Syarhin Nawawi, (VI/67).
[14]. HR. Al-Bukhari, kitab ash-Shalaah, bab Karaahiyatush Shalaah fil Maqaabir,
(hadits no. 432) dan Muslim, kitab Shalaatul Musaafiriin, bab Istihbaabi Shalaatin
Naafilah fii Baitihi wa Jawaaziha fil Masjid, (hadits no. 777).
[15]. Lihat Shahiih Muslim bi Syarhin Nawawi, (VI/67).

Sumber :

Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara
keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu
dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna.
Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu (menghadirkan hati), juga kadang tidak
tawadhu (tenang) dalam shalat. Moga dengan memahami pembahasan berikut ini
semakin menyemangati kita untuk terus menjaga shalat sunnah.
Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,






.

Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti
adalah shalat. Allah azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika
shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan

sunnahnya. Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini. (HR. Abu Daud
no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
Kedua: Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat
Madan bin Abi Tholhah Al Yamariy, ia berkata, Aku pernah bertemu Tsauban bekas
budak Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya,
Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam
surga. Atau Madan berkata, Aku berkata pada Tsauban, Beritahukan padaku suatu
amalan yang dicintai Allah. Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban
berkata, Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Beliau bersabda,







Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena
tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan
derajatmu dan menghapuskan dosamu. Lalu Madan berkata, Aku pun pernah
bertemu Abu Darda dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda menjawab
sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku. (HR. Muslim no. 488). Imam
Nawawi rahimahullah berkata, Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud
dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam shalat. (Syarh Shahih Muslim,
4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat
sunnah.
Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Kaab Al-Aslami -radhiyallahu anhu- dia berkata,







Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku
membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku,
Mintalah kepadaku. Maka aku berkata, Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi
teman dekatmu di surga. Beliau bertanya lagi, Adakah permintaan yang lain? Aku
menjawab, Tidak, itu saja. Maka beliau menjawab, Bantulah aku untuk mewujudkan
keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat). (HR. Muslim
no. 489)

Keempat: Shalat adalah sebaik-baik amalan


Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,





Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada
yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin. (HR. Ibnu Majah no. 277
dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kelima: Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi
wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?
Allah Taala berfirman,

(63) ( 62)

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa. (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,



Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah. (Majmu Al
Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang,
memakai tasbih dan surban. Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang
disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus di atas. Syarat disebut wali Allah
adalah beriman dan bertakwa (Majmu Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang
disebut wali malah orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali.
Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali
Allah terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan
yang haram sekaligus yang makruh.

Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah
dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya
dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.
Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Taala,

( 3)

( 4)
( 2) ( 1)

( 8)

( 7) ( 6) ( 5)
( 12) ( 11) ( 10) ( 9)


( 13)
(14)
Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur
luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi
tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan
golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman
paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah
kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil
dari orang-orang yang kemudian. (QS. Al Waqiah: 1-14) (Lihat Al furqon baina awliyair
rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan
tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Allah Taala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib
yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan
sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan
memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi
petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada
tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia
gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku
mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.
(HR. Bukhari no. 2506)

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan


amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk
pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan
orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya doa (Faedah dari Fathul Qowil Matin,
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, hadits ke-38).
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Sumber : http://rumaysho.com/shalat/keutamaan-shalat-sunnah-2184
Oleh Muhammad abduh tuasikal, Msc

Anda mungkin juga menyukai