Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud : "Sesiapa yang memelihara solat,
maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa
yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya,
dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya." (Tabyinul Mahaarim)
Rasulullah S.A.W telah bersabda bahwa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh
Allah S.W.T, antaranya :
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum
membencinya.
10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang
keji dan mungkar."
Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak
dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka
sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh
dari Allah."
Hassan r.a berkata : "Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari
melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang
yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan
dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang
buruk."
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya
Dalam literatur kitab fikih madzhab Syafi‘i dijelaskan bahwa jika ada seseorang yang tidak disukai
orang banyak atau di lingkungan sekitar, maka ia dimakruh menjadi imam.
Sedangkan salah satu dalil yang dikemukakan untuk mendukung pendapat ini adalah riwayat Ibnu
Abbas RA yang menyatakan bahwa Nabi SAW pernah mengatakan bahwa ada tiga orang di mana
Allah tidak mengangkat shalat mereka ke atas kepalanya, salah satunya adalah seseorang yang
menjadi imam shalat padahal jamaahnya tidak menyukainya.
َّاس رضي هللا عنه أَنَّ ال َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم َقا َل ثَاَل َث ٌة اَل َيرْ َف ُع ٍ ُون لِ َما َر َوى ابْنُ َعب َ َ َو ُي ْك َرهُ أَنْ ُي
ِ صلَّيِ الرَّ ُج ُل ِب َق ْو ٍم َوأ ْك َث ُر ُه ْم َل ُه َك
َ اره
َ
ُون
َ اره ِ صاَل َت ُه ْم َف ْوقَ رُؤُ وسِ ِه ْم َف َذ َك َر فِي ِْه ْم ُر ُجاًل أ َّم َق ْومًا َو ُه ْم لَ ُه َك
َ ُهللا
Artinya, “Dimakruhkan seseorang shalat menjadi imam bagi suatu kaum, sedangkan mayoritas dari
kaum itu tidak menyukainya. Pandangan ini didasarkan pada riwayat Ibnu Abbas RA yang
menyatakan bahwa Nabi SAW pernah mengatakan bahwa ada tiga orang yang Allah tidak
mengangkat shalat mereka ke atas kepalanya, salah satunya yang disebutkan dalam riwayat tersebut
adalah seseorang yang mengimami suatu kaum padahal kaum tersebut tidak menyukainya,” (Lihat
Abu Ishaq Asy-Syirazi, Al-Muhadzdzab fi Fiqhil Imamis Syafi’i, Beirut, Darul Fikr, juz II, halaman 98).
Lain halnya apabila yang tidak menyukainya hanya sebagian kecil orang. Dalam konteks yang kedua
ini, maka ia tidak makruh menjadi imam, sebab tidak ada seorang pun yang sama sekali disukai
semua orang.
ان الَّ َذي َي ْك َر ُه ُه اأْل َ َق ُّل َل ْم ُي ْك َر ْه أَنْ َيؤُ َّم ُه ْم اِل َنَّ أَ َح ًدا اَل َي ْخلُو ِممَّنْ َي ْك ُر ُه ُه
َ َفإِنْ َك
Artinya, “Karenanya apabila orang tersebut tidak disukai oleh sedikit orang maka ia tidak makruh
menjadi imam mereka, karena tidak ada seorang pun yang semua orang menyukainya,” (Lihat, Abu
Ishaq As-Syirazi, Al-Muhadzdzab fi Fiqhil Imamis Syafi’i, juz II, halaman 98).
Sampai di sini terlihat jelas kemakruhan menjadi imam bagi orang yang tidak disukai oleh
kebanyakan orang atau lingkungan sekitar. Jika dikatakan bahwa orang yang tidak disukai
kebanyakan orang makruh menjadi imam bagi mereka, lantas apakah mereka juga makruh
bermakmum dengan orang tersebut?
Ketidaksukaan kebanyakan orang terhadap imam tersebut ternyata tidak dengan serta memakrukan
mereka untuk bermakmun dengannya. Jadi yang terkena hukum makruh adalah seseorang yang
menjadi imam padahal ia tidak disukai oleh mayoritas jamaahnya sehingga jamaah yang bermakmun
kepadanya tidak terkena hukum makruh. Demikian sebagaimana yang dipahami dari penjelasan
Sulaiman Al-Jamal berikut ini.
Artinya, “Adapun orang-orang yang bermakmum kepada (imam) yang mereka tidak sukai maka tidak
makruh bagi mereka untuk shalat di belakangnya,” (Lihat Sulaiman Al-Jamal, Hasyiyatul Jamal,
Beirut, Darul Fikr, juz II, halaman 767).
Syarat-syarat Menjadi Imam dan Makmum Solat Berjemaah
13/08/2011
Syarat-syarat Menjadi Imam dan Makmum Solat Berjemaah
oleh Abu Basyer pada 13 Agustus 2011 jam 0:13
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat
junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan
pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Nabi SAW memberi wasiat kepada umatnya supaya tidak meninggalkan
solat berjemaah di masjid.
Sabda Rasulullah SAW. maksudnya, “Sesiapa yang berjalan untuk pergi
mendiriian solat fardu berjemaah, maka ianya seperti pahala haji, dan
sesiapa yang berjalan untuk pergi mendirikan solat sunat (iaitu duha) ,
maka ianya seperti pahala umrah sunat”.(Hadis Riwayat Imam Ahmad bin
Hanbal, Abu Daud,Tabrani , Baihaqi )
Sabda Nabi SAW yang bermaksud : “Solat berjemaah melebihi solat
bersendirian dengan 27 darjat (atau 27 kali ganda). ” (Hadis riwayat Bukhari
dan Musliam)
Sebelum melaksanakan solat fardu berjemaah kita perlulah mengetahu
syarat-syarat sah menjadi imam dalam solat berjemaah.
Sebelum memulai solat dengan makmumnya, seorang imam setelah
muazin selesai mengumandangkan azan dan qamat (iqamah), maka imam
berdiri paling depan dan menghadap makmum untuk mengatur barisan
terlebih dahulu. Jika sudah lurus, rapat dan rapi imam menghadap kiblat
untuk mulai ibadah solat berjamaah dengan khusyuk.
Dalam kita mengerjakan solat berjemaah untuk lelaki saf yang paling baik
adalah saf yang paling hadapan sekali dan untuk saf wanita adalah di
barisan paling belakang sekali.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda, “Seandainya orang-orang
tahu (pahala) yang terdapat di dalam seruan (azan) dan barisan (saf)
pertama kemudian mereka tidak mendapatkan cara untuk mencapainya
kecuali dengan cara melakukan undian, pasti mereka akan
mengadakannya.” (Hadis Riwayat Bukhari, no. 615. Muslim, no. 137)
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla dan para Malaikat-Nya berselawat ke
atas barisan (saf) yang pertama atau saf yang awal.” (Dinilai hasan oleh al-
Albani di dalam Sahih at-Targhib wa at-Tarhib, 1/197)
A. Syarat Untuk Menjadi Imam Solat Berjamaah :
1. Lebih banyak mengerti dan paham masalah ibadah solat.
2. Lebih banyak hafal surah-surah al-Quran.
3. Lebih fasih dan baik dalam membaca bacaan-bacaan solat.
4. Lebih tua daripada jamaah lainnya.
5. Tidak mengikuti gerakan soalat orang lain.
6. Laki-laki. Tetapi jika semua makmum adalah wanita, maka imam boleh
perempuan.
Bacaan dua rekaat awal untuk solat zuhur dan ashar pada surat al-Fatihah
dan bacaan surah pengiringnya dibaca secara perlahan (sirran yang hanya
boleh didengar sendiri, orang lain tidak jelas mendengarnya). Sedangkan
pada solat maghrib, isya dan subuh dibaca secara nyaring yang dapat
didengar makmum. Untuk solat Jumaat, Aidul fitri, Aidul adha, gerhana,
istiqo, tarawih dan witir dibaca nyaring, sedangkan untuk solat malam
dibaca sedang, tidak nyaring dan tidak perlahan.
B. Syarat sah menjadi makmum dalam solat berjamaah
1. Niat untuk mengikuti imam dan mengikuti gerakan imam.
2. Berada satu tempat dengan imam.
3. Lelaki dewasa tidak sah jika menjadi makmum imam perempuan.
4. Jika imam batal, maka seorang makmum maju ke depan menggantikan
imam.
5. Jika imam lupa jumlah rekaat atau salah gerakan solat, makmum
mengingatkan dengan membaca subhanallah dengan suara yang dapat
didengar imam. Untuk makmum perempuan dengan cara bertepuk tangan.
6. Makmum dapat melihat atau mendengar imam.
7. Makmum berada di belakang imam.
8. Mengerjakan ibadah solat yang sama dengan imam.
9. Jika datang terlambat, maka makmum akan menjadi masbuk yang boleh
mengikuti imam sama seperti makmum lainnya, namun setelah imam
salam masbuk menambah jumlah rakaat yang tertinggal. Jika berhasil
mulai dengan mendapatkan rukuk bersama imam walaupun sebentar maka
masbuk mendapatkan satu rakaat. Jika masbuk adalah makmum pertama,
maka masbuk menepuk pundak imam untuk mengajak solat berjamaah.
C. Kedudukan Imam Dan Makmum Solat Jamaah.
1. Jika terdiri dari dua lelaki atau dua wanita saja, maka yang satu menjadi
imam dan yang satu menjadi makmum berada di sebelah kanan imam agak
ke belakang sedikit.
2. Jika makmum terdiri dari dua orang atau lebih maka kedudukan
makmum adalah membuat barisan sendiri di belakang imam. Jika makmum
yang kedua adalah masbuk, maka masbuh menepuk bahu makmum
pertama untuk melangkah kebelakang membuat barisan tanpa
membatalkan solat.
3. Jika terdiri dari makmum lelaki dan makmum wanita, maka makmum laki-
laki berada dibelakang imam, dan wanita dibalakang makmum lelaki.
4. Jika ada anak-anak maka anak lelaki berada di belakang makmum lelaki
dewasa dan disusul dengan makmum anak-anak perempuan dan kemudian
yang terakhir adalah makmum perempuan dewasa.
Soalan :
Assalamualaikum Mufti, bagaimanakah kedudukan saf yang betul apabila
seorang isteri solat berdua bersama dengan suaminya ?
Jawapan :
Alhamdulillah kami panjatkan ke atas junjungan besar Nabi Muhammad
S.A.W, para isteri dan keluarga baginda, para sahabat serta golongan yang
mengikuti jejak langkah baginda sehingga hari kiamat.
Isu ini disebutkan oleh para fuqaha apabila mereka membincangkan
berkenaan susunan saf di dalam solat yang melibatkan orang lelaki,
perempuan, khunsa, serta kanak-kanak. Di antara dalil yang
menjadi madar (ruang lingkup) perbahasan berkaitan isu ini adalah sebuah
riwayat daripada Anas bin Malik R.A yang menyatakan :
ص َّلىَ ِسولُ هَّللا ُ َف َقا َم َر، ص ِّل َل ُك ْم َ ُ مِن ُه ُث َّم َقا َل ُقو ُموا َفأِل َ ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َس َّل َم ل َِط َع ٍام
ْ ص َن َع ْت ُه َل ُه َفأَ َك َل َ ِسو َل هَّللا َ َأنَّ َجدَّ َت ُه ُم َل ْي َك َة
ُ دَع ْت َر
ف
َ ص َر َ ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َر ْك َع َت ْي ِن ُث َّم ْان
َ ِسولُ هَّللا
ُ ص َّلى َل َنا َرَ َف، مِن َو َرا ِئ َنا ْ وز ُ َوا ْل َع ُج، اء ُه َ ص َف ْفتُ َوا ْل َيتِي َم َو َرَ َو، هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َس َّل َم
Maksudnya : Bahawa neneknya yang bernama Mulaikah menjemput
Rasulullah S.A.W memakan makanan yang telah dimasaknya. Maka
baginda pun menjamu makanan tersebut lalu bersabda : Bangunlah untuk
aku bersolat bersama kamu semua. Kemudian Rasulullah S.A.W berdiri
untuk solat, lalu baginda meletakkan aku dan seorang anak yatim di
belakangnya, dan perempuan tua (nenek) di belakang kami. Kemudian
baginda solat dua rakaat bersama kami dan seterusnya beredar.
Riwayat Al-Bukhari (380)
Berdasarkan hadis di atas, terdapat beberapa faedah yang boleh
dikeluarkan seperti berikut:
Hadis di atas menunjukkan kepada keharusan solat sunat secara
berjamaah.
Galakan kepada penghuni rumah untuk mengambil berkat dengan
kehadiran orang soleh dan ahli ilmu dengan menunaikan solat di
dalam rumah mereka.
Baginda S.A.W mahu mengajarkan kepada mereka pergerakan-
pergerakan solat.
Begitu juga diajarkan pergerakan solat kepada orang perempuan. Ini
kerana, sangat sedikit dan terbatas pergerakan solat yang dapat
mereka pelajari daripada Rasulullah ketika di masjid. Maka apabila
baginda solat di rumah Mulaikah ini, beliau dapat melihat pergerakan
solat, mempelajarinya, dan seterusnya mengajarkan kepada orang
lain.
Hadis ini juga menunjukkan sahnya solat kanak-kanak yang
mumayyiz.
Hadis di atas turut menjelaskan bahawa kanak-kanak juga turut
mempunyai tempat di dalam saf.
Begitu juga orang perempuan berdiri di belakang orang lelaki semasa
solat.
Demikianlah beberapa faedah daripada hadis yang diistinbatkan oleh Imam
Al-Nawawi Rahimahullah apabila mensyarahkan hadis di atas.
Rujuk Syarah Sahih Muslim, Al-Nawawi (5/293).
Justeru, dapatlah difahami bahawa jika seorang perempuan itu menjadi
makmum kepada orang lelaki, sama ada lelaki tersebut adalah ayahnya,
abang, adik, atau suaminya, maka kedudukan saf bagi wanita itu adalah di
belakang imam. Ini juga bertepatan dengan nas yang turut diriwayatkan
oleh Anas bin Malik R.A yang mengatakan :
امنِي َع ْن َيمِي ِن ِه َو َأ َقا َم ا ْل َم ْر َأ َة َخ ْل َف َنا َ ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َس َّل َم
َ ص َّلى ِب ِه َو ِبأ ُ ِّم ِه َأ ْو َخا َل ِت ِه َقا َل َفأَ َق َ ِسو َل هَّللا
ُ َأنَّ َر
Maksudnya: Sesungguhnya Rasulullah S.A.W solat dengannya (Anas)
bersama dengan ibunya atau ibu saudaranya lalu Anas berkata: Baginda
mendirikan aku di sebelah kanannya dan baginda mendirikan orang
perempuan di belakang kami.
Riwayat Muslim (1056)
Kata Imam Al-Nawawi Rahimahullah: Sekiranya yang hadir mengerjakan
solat itu terdiri daripada orang lelaki, kanak-kanak, golongan khunsa, serta
orang perempuan, maka didahulukan orang lelaki, kemudian kanak-kanak,
kemudian golongan khunsa, kemudian orang perempuan. Rujuk Al-Majmu'
Syarah Al-Muhazzab, Al Nawawi (3/132).
Di dalam kenyataannya yang lain Imam Al-Nawawi mengatakan:
Para ashab kami mengatakan: Kesemuanya ini (susunan solat) hukumnya
adalah mustahab (sunat) dan menyelisihinya adalah makruh namun tidak
membatalkan solat.
Imam Al-Mawardi di dalam kitabnya Al-Hawi Al-Kabir (2/340) menukilkan
kenyataan Imam Al-Syafie yang berkata: Apabila seorang lelaki menjadi
imam, maka makmum (lelaki) berdiri di bahagian kanannya. Sekiranya
makmum tersebut merupakan khunsa musykil atau perempuan maka
setiap seorang dari mereka berdiri di belakangnya (imam) secara
bersendirian.
Sekiranya seorang lelaki menjadi imam kepada seorang sahaja wanita,
maka perempuan tersebut berdiri di belakangnya dan bukannya di
sebelahnya. Ini berdasarkan sabda Nabi S.A.W :
ش ُّرهَا َأ َّو ُل َها
َ ص ُفوفِ ال ِّنسَاءِ آخ ُِرهَا َو َ ال َأ َّو ُل َها َو
ُ َو َخ ْي ُر،ش ُّرهَا آخ ُِرهَا ِّ ِص ُفوف
ِ الر َج ُ َخ ْي ُر
Maksudnya : Sebaik-baik saf orang lelaki adalah yang paling depan dan
seburuk-buruk saf orang lelaki adalah yang paling akhir. Manakala sebaik-
baik saf orang perempuan adalah yang paling belakang dan seburuk-buruk
saf bagi mereka adalah yang paling hadapan.
Riwayat Muslim (440)
Kesimpulan
Setelah kami mengemukakan beberapa pendapat para fuqaha berserta
dengan nas-nas syarak di atas, maka kami menyatakan bahawa sekiranya
seorang wanita solat bersama suaminya secara berjamaah, maka
kedudukannya adalah di belakang suaminya. Semoga Allah S.W.T
memberikan kefahaman yang jelas kepada kita dalam beragama. Ameen.
D. Syarat-syarat sah untuk seseorang itu menjadi Imam :
1) Islam, tidak sah solat yang diimamkan oleh seseorang yang kafir.
2) Berakal, tidak sah solat yang diimamkan oleh seseorang yang gila. Ini
kerana, solat yang dilakukan oleh orang yang disahkan gila tersebut
tidak sah. Tetapi jika gila itu bermusim maka solat ketika dia sihat
sah tetapi adalah dibenci. Ini kerana dikhuatiri penyakit gilanya itu
berulang ketika dia menunaikan solat.
3) Baligh, tidak sah solat yang diimamkan seseorang mumaiyiz kepada
seorang yang baligh di dalam solat wajib dan sunat.
Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dan Ibn Masud
maksudnya : “Janganlah diimamkan solat itu oleh seorang budak sehingga
dia baligh. Ini kerana solat itu adalah dalam keadaan sempurna sedangkan
budak atau kanak-kanak itu bukan daripada ahli yang sempurna”.
Imam Syafie berpendapat, harus orang yang baligh menjadi makmum
kepada imam yang belum Mumaiyiz. Ini berdasarkan apa yang diriwayatkan
daripada Amr bin Salamah:” Aku telah mengimamkan solat di zaman
Rasulullah SAW sedang aku adalah anak yang baru berumur tujuh tahun”.
(Hadis Riwayat Bukhari)
4) Lelaki yang sejati sekiranya yang menjadi makmum itu adalah
lelaki.Tidak sah solat yang diimamkan oleh seorang perempuan atau
khunsa bagi makmum lelaki sama ada solat fardu
atau sunat. Sekiranya yang menjadi makmum itu perempuan semata-mata
maka tidak disyaratkan lelaki menjadi imam bagi jemaah tersebut.
5) Bersih daripada hadas dan kekotoran. Tidak sah menjadi imam yang
berhadas atau orang yang terdapat najis pada badannya, pakaiannya sama
ada dia mengetahui hal tersebut atau lupa.
6) Baik bacaannya dan mengetahui rukun-rukunnya. Seseorang imam
hendaklah baik bacaannya kerana solat tidak sah melainkan dengan
bacaan dan mengetahui rukun-rukun solat. Tidak sah seseorang qari
menjadi makmum kepada seseorang yang buta huruf (jumhur) dan wajib
bagi qari mengulangi solatnya. Seperti mana keadaannya tidak menjadi
makmum kepada seseorang yang tidak mampu rukuk, sujud atau tidak
boleh duduk ataupun tidak mampu mengadap kiblat.
7) Keadaan yang bukan makmum.Tidak sah solat makmum mengikut
makmum lain sebagai imam. Mengikut seseorang yang sudah terputus
dengan imamnya disebabkan masbuk
8) Imam mesti seorang yang fasih al-lisan.Mampu menyebut huruf-huruf di
dalam al-Quran dari makhrajnya.
Tugas Imam Solat :
Tidak boleh menjadi imam jika sekalian makmumnya membencinya atau
tiada bersetuju dengannya. Jangan ke depan juga kalau di belakang ada
orang yang lebih faqih daripadanya, kecuali jika orang itu enggan ke depan,
ketika itu bolehlah dia menjadi Imam. Dalam hal ini, makruh masing-masing
tolak menolak untuk menjadi Imam.
Oleh
Ustadz Armen Halim Naro
صفُوْ فَ ْ ُكم أَوْ لَيُ َخالِفُ َّن هللا ُبَ ْينَ ُوجُوْ ِه ُك ْم
ُ لَتُ َس ُّو َّن
ً فَإ ِ ْن َكانُوْ ا فِى ال ُّسنَّ ِة َس َوا ٌء فَأ َ ْق َد ُمهُ ْم ِهجْ َرة، فَإ ِ ْن َكانُوْ ا فِى ْالقِ َرا َء ِة َس َوا ٌء فَأ َ ْعلَ ُمهُ ْم بِال ُّسنَّ ِة، ِب هللا ِ يَ ُؤ ُّم ْالقَوْ َم أَ ْق َر ُؤهُ ْم لِ ِكتَا
: َو الَ يَ ُؤ َّم َّن ال َّر ُج ُل ال َّرج َُل فِي س ُْلطَانِه (وفى رواية،) ِسنًّا: (وفِى ِر َوايَ ٍة َ فَإ ِ ْن َكانُوْ ا فِى ْال ِهجْ َر ِة َس ِوا ٌء فَأ َ ْق َد ُمهُ ْم ِس ْل ًما،
فِي بَ ْيتِ ِه) َو الَ يَ ْق ُع ْد َعلَى تَ ْك ِر َمتِ ِه إِاَّل بِإ ِ ْذنِ ِه
صفُوْ فَ ْ ُكم أَوْ لَيُ َخالِفُ َّن هللا ُبَ ْينَ ُوجُوْ ِه ُك ْم
ُ لَتُ َس ُّو َّن
ُ لِيَلِيَنِ ْي ِم ْن ُك ْم أُوْ لُوْ ا ْاألَحْ الَ َم َو النُّهَى ثُ َّم الَّ ِذ ْينَ َيلُوْ نَهُ ْم ثُ َّم الَّ ِذ ْينَ يَلُوْ نَهُ ْم َوالَ ت َْختَلِفُوْ ا فَت َْختَلِفَ قُلُوْ بُ ُك ْم َوإِيَّا ُك ْم َو هَ ْي َش
ات
ِ ْاألَس َْو
اق
َ فَإ ِ َّن َم َعهُ القَ ِر ْين،ُ فَإ ِ ْن أَبَى فَ ْليُقَاتِ ْله،َ َو الَ تَ َد ْع أَ َحدًا يَ ُمرُّ بَ ْينَ يَ َد ْيك، صلِّ إِالََّ إِلَى ُس ْت َر ٍة
َ ُالَ ت