Seorang lelaki telah berkata: ‘Aku berazam untuk bersedekah!’. Lalu dia keluar
bersama sedekahnya, dan diletakkan pada tangan seorang pencuri. Orang ramai pun mula
bercakap-cakap mengenai perkara tersebut: ‘Dia bersedekah kepada pencuri!’, lalu lelaki itu
berdoa: ‘Wahai Tuhanku! Segala puji bagiMu, aku berazam akan bersedekah lagi!’.
َ اللَّ ُه َّم لَ َك ا ْل َح ْم ُد َعلَى َزانِ َي ٍة ألَ َت: َ َف َقال، صدِّقَ اللَّ ْيلَ َة َعلَى َزانِ َي ٍة
َّص َّد َقن ْ َ ض َع َها فِي َي َد ْي َزانِ َي ٍة َفأ
ُ ص َب ُحوا َي َت َح َّد ُثونَ ُت َ صدَ َقتِ ِه َف َو
َ َف َخ َر َج ِب
صدَ َق ٍة
َ ِب
Lalu dia keluar bersama-sama sedekahnya dan diletakkan pada kedua-dua tangan seorang wanita
penzina. Lalu orang ramai mula bercakap-cakap mengenai perkara tersebut: ‘Semalam, dia
bersedekah kepada wanita penzina!’ Lalu lelaki itu berdoa lagi: ‘Wahai Tuhanku! Segala puji
bagiMu ke atas sedekahku kepada wanita penzina. Aku berazam akan bersedekah lagi!’.
Lalu dia keluar bersama-sama sedekahnya, dan diletakkan pula pada kedua-dua tangan orang
kaya. Lalu orang ramai mula bercakap-cakap mengenai perkara tersebut: ‘Dia bersedekah kepada
orang kaya!’ Lalu lelaki itu berdoa: ‘Wahai Tuhanku! Segala puji bagiMu ke atas sedekahku kepada
pencuri, penzina dan juga orang kaya.’
ِف َعنْ ِز َناهَا َوأَ َّما ا ْل َغن ُِّي َفلَ َعلَّ ُه َي ْع َت ِب ُر
َّ الزانِ َي ُة َفلَ َعلَّ َها أَنْ َت ْس َتع
َّ ِف َعنْ َس ِر َقتِ ِه َوأَ َّما
َّ ار ٍق َفلَ َعلَّ ُه أَنْ َي ْس َتع
ِ س َ َفأُت َِي َفقِيل َ لَ ُه أَ َّما
َ ص َد َق ُت َك َعلَى
.ُ َف ُي ْنفِقُ ِم َّما أَ ْع َطا ُه هَّللا
Malaikat datang ke dalam mimpinya, dan berkata kepada lelaki tersebut: “Adapun sedekahmu
kepada pencuri, semoga dia menjaga dirinya dari melakukan pencurian. Manakala sedekahmu
kepada wanita penzina, semoga dia menjaga dirinya dari melakukan perbuatan zina. Dan Adapun
sedekahmu kepada orang kaya, semoga sedekah itu akan memberi pengajaran kepadanya lalu dia
bersedekah dengan apa yang dikurniakan Allah kepadanya”.
Keihkhlasan menjadi penyangga utama dalam menjalankan perintah Allah untuk berdakwah siang
malam
PERNAHKAH Anda mengalami situasi dimana murid lebih asyik bercerita dengan teman
sebangkunya sedang guru menerangkan pelajaran di kelas.
Atau kondisi dimana seorang da’i yang berceramah di depan puluhan atau ratusan orang, akan
tetapi ada beberapa hadirin yang lebih serius menatap layar handphone dibanding memperhatikan
materi ceramah?
Atau keadaan dimana seorang anak terlihat bersungut-sungut dan bermuka masam ketika orang
tuanya sedang berpanjang lebar memberikannya nasehat?
Jika kisah di atas pernah dialami atau yang semisalnya, lalu apa yang dirasakan saat itu? Kesal, jenuh,
kecewa dan merasa tidak dihargai. Mungkin itulah kondisi hati yang menggambarkan kekecewaan
tersebut.
Dalam Islam, mengajak kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran bukan cuma tugas para juru
dakwah atau seorang pendidik. Sebab hal itu adalah kewajiban setiap Muslim dalam perannya
sebagai khalifah.
Tentunya hal itu bukan perkara mudah. Ia harus dijalani dengan profesional (ahsanu amalan). Salah
satunya dengan menyandarkan pekerjaan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt).
Dengan mendengar nasihat, diharapkan sang mad’u (obyek dakwah) tergerak hatinya untuk berbuat
kebaikan dan mengerjakan amal shaleh.
Sebaliknya, seorang Muslim yang menasihati dan melakukannya berulang-ulang dengan keikhlasan
sepenuh hati, menjadikan nasihat itu mudah menyentuh hati dan dipahami oleh yang
mendengarkan.
Ikhlas bagian dari akhlakul karimah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ikhlas
adalah lawan dari riya’.
Jika ikhlas itu beramal untuk mengharap ridha Allah sebagai puncak tujuan. Sedang riya’ melakukan
perbuatan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Inilah modal utama seorang
Muslim dalam menjalani kehidupan di dunia.
Allah berfirman:
ُ ْقُ ْل إِ ِّني أُمِر
َ ت أَنْ أَعْ ُب َد هَّللا َ م ُْخلِصا ً لَّ ُه ال ِّد
ين
Fudhail ibn Iyadh berkata, meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya’. Sedangkan
beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari
keduanya.
Senada, Ibnul Jauzi dalam Mukhtashar Shaid al-Khatir mengungkap, manakala orang yang beramal
menginginkan hati orang agar tertuju padanya, maka ia telah ikut menyekutukan-Nya, karena
seharusnya ia hanya puas dengan pandangan zat yang seharusnya ia beramal untuk-Nya.
Adapun orang yang sengaja mencari perhatian orang dengan amalnya, maka amalnya akan hilang
sia-sia dan tidak diterima di sisi-Nya. Sedang ilmunya telah hilang, dan umurpun hilang sia-sia.
Di dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan figur-figur yang patut diteladani seorang Muslim karena
keikhlasannya. Mereka adalah nabi-nabi Allah, orang-orang pilihan yang membawa risalah dari Allah
untuk disampaikan kepada kaumnya.
Ajakan dan dakwah yang dilakukan para anbiya tentu bukan hal yang ringan. Meski menjadi orang
pilihan Allah, tak jarang mereka menemukan banyak rintangan dalam berdakwah.
Dalam QS Asy-Syu’ara Allah menceritakan lika-liku dakwah para Nabi beserta keteladanan mereka
ikhlas dalam berdakwah.
Nabi Nuh misalnya. Nuh mengerahkan segenap kemampuannya untuk berdakwah. Ia juga
menghabiskan umurnya, mengajak umat bertakwa kepada Allah.
Ajakan tersebut murni dari hati Nabi Nuh, bukan semata karena kepentingan pribadi. Keikhlasan itu
setidaknya terrekam dalam ucapannya;
َ َو َما أَسْ أَلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه مِنْ أَجْ ٍر إِنْ أَجْ ِر
َ ي إِاَّل َعلَى َربِّ ْال َعالَم
ِين
“Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu, imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh
alam.” (QS. Asy-Syu’ara [26]:109).
Namun apalah daya, hidayah adalah kuasa Allah sepenuhnya. Dakwah yang digencarkan selama 950
tahun tersebut berujung kepada kekufuran umat Nabi Nuh dan banjir bandang yang melanda
mereka.
Demikian yang terjadi dengan kaum ‘Ad. Berbagai cara ditempuh oleh Nabi Hud mengajak kaumnya
untuk bertakwa kepada Allah. Nabi Hud berkata, “Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas
ajakan itu, imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam.” (QS Asy-Syu’ara [26]:127).
Kalimat serupa juga dilontar oleh Nabi Shaleh kepada kaum Tsamud (QS. Asy-Syu’ara [26]:145).
Kesombongan kaumnya menjadikan mereka berpaling dari ajakan tauhid. Kaum Tsamud justru
membunuh unta betina Nabi Shaleh hingga Allahpun menurunkan azab-Nya.
“Sungguh aku ini seorang Rasul kepercayaan (yang diutus kepadamu). Maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepada ku. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu, imbalanku
hanyalah dari Tuhan seluruh alam.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 162-164).
Ucapan di atas terucap dari lisan Nabi Luth ketika mendakwahi kaumnya. Tapi mereka justru
mengusir Nabi Luth. Hingga Allah membinasakan kaum homoseksual tersebut dan menyelamatkan
Nabi Luth.
Keteguhan yang sama dilakoni oleh Nabi Syu’aib dalam menghadapi kaum Madyan. Karena
dakwahnya, Nabi Syu’aib terpaksa menyandang gelar penyihir yang disemat oleh kaumnya.
“Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu, imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh
alam.” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 180).
Senada dengan kaum-kaum terdahulu, karena membantah dakwah nabi Syu’aib, Allah juga tak segan
menurunkan azab kepada kaum Madyan pada hari yang gelap.
Kisah Nabi-nabi Allah di atas menyisakan jejak yang sama berupa keikhlasan dalam berdakwah dan
menegakkan agama Allah.
Kalimat ikhlas ini “Imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam,” sebagai bukti eksistensi jiwa-jiwa
ikhlas dalam menyerukan kebaikan dan kebenaran.
Keihkhlasan menjadi penyangga utama dalam menjalankan perintah Allah untuk berdakwah siang
malam, dalam kondisi lapang ataupun sempit.
Sebagaimana hanya dengan modal ikhlas, membuat seorang juru dakwah memperoleh derajat
takwa di sisi Allah. Kelak segala jerih payah dan kepayahan dalam berdakwah niscaya berbalas
kenikmatan yang tak terkira.
Bagi seorang Muslim, kisah para Nabi di atas adalah cermin utuh dalam menakar kualitas jiwa dan
kesucian hati. Status sebagai Nabi dan Rasul Allah tak lantas membuat mereka tinggi hati kepada
sesama manusia.
Olehnya, sebagai manusia biasa dengan segala kelemahan yang melekat, sejatinya tak ada alasan
untuk bersikap sombong dan tak sabar dalam mengajak manusia kepada kebaikan?
Apalagi jika menyandarkan sepenuhnya kepada imbalan orang lain sedang orang tersebut tidak akan
mendapatkan rezeki selain karena pemberian Allah Yang Maha Pemurah.
Ikhlas bagi orang beriman tak hanya berlaku saat mengeluarkan sedekah atau berinfak, yang terkait
materi. Tapi ikhlas berlaku dalam segala amal perbuatan, termasuk dalam menyampaikan nasihat
kebaikan dan kebenaran.
Bahwa ia semata dikerjakan karena mengharap ridha Allah, bukan sekedar imbalan dari manusia.
Meski terlihat sulit tapi bukan berarti ia tidak bisa diusahakan secara ikhtiar manusiawi. Setidaknya
hal itu bisa ditempuh dengan melakukan beberapa hal berikut ini.
Pertama, menghadirkan Allah dalam setiap amal perbuatan. Kedua, percaya kepada janji-janji Allah
bagi hamba-Nya yang senantiasa ikhlas dalam beramal. Ketiga, membersihkan hati dari sikap
sombong dan penyakit hati lainnya.
Dalam tataran aplikasi dan evaluasi, hendaknya para orangtua tak perlu heran ketika menemukan
anaknya melakukan hal-hal yang kurang baik.
Sebagai evaluasi, hal itu bisa dikembalikan kepada diri sendiri. Adakah dirinya sudah ikhlas dan
memberikan yang terbaik dalam mendidik anak.
Pun demikian seorang guru, tak selamanya murid menjadi sasaran obyek jika terjadi kesalahan
dalam proses pendidikan. Sebab boleh jadi rasa ikhlas itu yang belum terlihat dalam mengajar dan
mendidik mereka.
Dengan modal ikhlas, seorang Muslim niscaya beroleh petunjuk dan bimbingan Allah kala mengalami
kesulitan dalam suatu urusan.
Sehingga tak ada lagi sikap kecewa yang berlebihan sebagai pelampiasan atas kondisi buruk yang tak
diinginkan.
Seorang guru tak perlu mengumbar marah yang over dosis hanya gara-gara anak didiknya yang tak
memperhatikan dirinya mengajar.
Seorang juru dakwah juga tetap tenang dana berusaha mengembalikan perhatian dan konsentrasi
obyek dakwahnya dari berbagai gangguan.
Bermodal ikhlas, seorang Muslim tak lagi dipusingkan dengan hal-hal kecil tersebut. Ia tak perlu
menghabiskan energi dengan menumpahkan rasa kesal, marah, atau kecewa berlebihan dalam
setiap urusan.
Terakhir, mari memasang niat baik dalam memperbanyak amal kebaikan. Semoga niat baik yang
beriring dengan keikhlasan menjadikan predikat takwa itu bisa diraih dengan sempurna.*/Arsyis
Musyahadah, Balikpapan
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.hidayatullah.com dan Segera Update aplikasi hidcom
untuk Android . Install/Update Aplikasi Hidcom Android Anda Sekarang !
Topik: berdakwah, dakwah, ikhlas, Keihkhlasan
Niat yang ikhlas adalah merupakan salah satu dari tiga syarat yang sesuatu amal itu
akan diterima Allah SWT sebagai ‘amal soleh’ sebagaimana dalil yang disebut dalam
al-Quran iaitu surah Al-Kahfi: 110 .
Manakala syarat ketiga amalan yg sah diterima Allah ialah apabila berdasarkan
kepada ajaran nabi s.a.w.
Antara syirik yang tersembunyi dilakukan oleh sesaorang Muslim itu ialah
merupakan penyakit hati sebagaimana penjaganya yang kena jaga iaitu dari 7
para Malaikat Hafazhah tersebut iaitu:
Dari kitab Al-zuhud yang sanadnya dari Khalid ibn Maadan pernah berkata kepada
Muaz :
“Wahai Muaz! Ceritakan kepadaku sebuah hadis yang pernah engkau dengar dari
Rasulullah SAW”.
Muaz berkata: Aku dengar Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku:
“Wahai Muaz! Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan tujuh malaikat sebelum
ia menciptakan langit dan bumi, kemudian lalu ditentukan disetiap langit satu
malaikat daripada mereka untuk menjaga pintu langit tersebut. Lalu naiklah
malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang dilakukan dari pagi
sampai ke petang sebagai ‘amal soleh’ sampai kelangit pertama.
Jadi, sifat penyakit hati yang pertama yang turut serta dalam amal soleh sesaorang
itu ialah sifat ‘ghibah iaitu mengumpat’. Sifat ini merupakan syirik khofi yang
tersembunyi yang menyebabkan amal seseorang itu ditolak di tahap pertama iaitu
tidak melepasi lapisan langit pertama yang penjaganya adalah malaikat Hafazhah
langit pertama untuk sifat 'ghibah'. Na'zubillah.
Jika kualiti amal yang dikatakan bercahaya dan bersifat ‘amal soleh’ itu pun jika ada
unsur-unsur ‘ghibah’ bersamanya, maka amalan itu tidak dikira amal soleh yang
ikhlas kerana Allah SWT.
Malaikat Hafazhah Langit Kedua, “Juruaudit penjaga kebesaran”.
“Kemudian datang pula malaikat Hafazhah, membawa amalan seorang hamba.
Mereka menganggap bahawa amalan itu sangat baik dan sangat banyak (Malaikat
itu berjaya melintasi langit yang pertama kerana orang yang mengerjakan amalan
tersebut tidak terlibat dengan dosa mengumpat orang) sehingga mereka
sampai kelangit yang kedua. Lalu berkata malaikat penjaga langit yang kedua itu:
“Berhenti kamu disini dan pukulkan dengan amalan ini akan muka orang yang
mengerjakannya kerana ia menghendaki dengan amalannya akan mendapat
keuntungan dunia, Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan
yang seperti ini melintasai aku untuk terus naik keatas. Selain daripaada itu ia
juga suka membesarkan diri didalam majlis perjumpaan. Akulah malaikat
penjaga kebesaran,”
Betapa ramai dalam budaya masyarakat kita yang melakukan kerja amal tetapi lupa
akan niat asalnya iaitu mencari redha Allah. Dalam kealpaan ini, perlulah kita
kembali kepada ruh Surah Al-Asr supaya saling berpesan untuk kebenaran dan
berpesan dengan kesabaran. Budaya ini merupakan sunnah para sahabat iaitu
mereka selalu membaca surah ini bila mereka ingin berpisah bagi tujuan
berpesan kepada kebenaran dan kesabaran agar mereka tidak tergelincir dari
landasan niat ikhlas melakukan kerja amal.
Bayangkan, jika dua sahabat berjumpa dengan salam dan berpelukan tanda ukhwah
yang sangat kuat ikatannya, kemudian berpisah dengan pelukan salam perpisahan
sambil membaca surah Al-Asr tersebut sebagai tazkirah meneruskan hidup sebagai
doa'; tidak akan ujud sifat ghibah antara mereka dan juga rasa menunjuk-nunjuk
didalam amal mereka. Ini kerana semua itu mereka lakukan untuk mencari
keredhaan Allah yang sebenarnya. Berlakukah ini dalam budaya hidup kita yang
mengamalkan politik Islam? Atas tujuan mencari redha Allah SWT?
Ruh seperti inilah yang perlu berlaku dan perlu disemaikan sebagai budaya Islam
didalam jemaah Islam, didalam perjuangan Islam samada dipejabat-pejabat atau di
organisasi.
“Kamu adalah yang bertugas menjaga amalan hambaKu ini dan sebenarnya Aku
lebih mengetahui dengan segala isi hatinya. Ia sebenarnya tidak menghendaki akan
Aku dengan amalannya tersebut. Ia hanya menghendaki sesuatu yang lain
daripadaKu, oleh kerana itu maka Aku turunkan keatasnya akan laknatKu”.
“Keatasnya laknatMu dan juga laknat kami.” Lalu dilaknat akan dia oleh tujuh petala
langit dan seisinya.
Mendengar sabda Nabi SAW ini, lalu Muaz menangis seraya berkata: “Engkau adalah
Rasulullah SAW, sedang aku adalah Muaz (hamba Allah yang bukan Rasul). Maka
bagaimana aku dapat selamat dan sejahtera. Lalu Rasulullah SAW menjawab:
Apakah engkau ketahui wahai Muaz siapakah mereka yang mencarik itu? Muaz
bertanya “Ya Rasulullah, sebenarnya siapa mereka?”. Lalu Nabi SAW menjawab:
“Itulah anjing-anjing garang didalam api neraka yang akan mencarikkan daging
sehingga sampai ke tulang”.
Muaz bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah orang yang mampu melaksanakan segala
perkara yang engkau sebutkan tadi?.
Dan siapakah yang akan selamat daripada seksaan itu?”. Nabi SAW menjawab: “Itu
sebenarnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah”.
Dan ketahuilah olehmu bahawa tiga perkara ini (hasad, riak dan ujub) ialah punca
kepada segala penyakit hati dan baginya tempat tumbuh yang sama, iaitulah
‘hubbud dunia’ (cinta dunia). Oleh kerana itu Rasulullah SAW pernah bersabda:
Dan jika engkau menuntut ilmu “Qila wa Qala” (ertinya ilmu perdebatan) dan ilmu
perbalahan dan khilafiyah, maka alangkah besarnya musibahmu.
ِيم
ِ الرح
َّ ـن َّ ِ ِب ْس ِم هَّللا
ِ الر ْح َم
الحمد هلل رب العالمين والصالة والسالم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه
أجمعين
اما بعد
"Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.(133)
(iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),baik di waktu lapang mahupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan." (134) [Al-Quran surah آل عمران Al-'Imran : 133-134]
*******************************
ش َرى فِي ا ْل َح َيا ِة ال ُّد ْن َيا َوفِي اآلخ َِر ِة ٌ اء هَّللا ِ ال َخ ْو
ْ لَ ُه ُم ا ْل ُب )63( َالَّذِينَ آ َم ُنوا َو َكا ُنوا َي َّتقُون )62( َف َعلَ ْي ِه ْم َوال ُه ْم َي ْح َز ُنون َ أَال إِنَّ أَ ْولِ َي
64( ت هَّللا ِ َذلِ َك ه َُو ا ْل َف ْو ُز ا ْل َعظِ ي ُم
ِ ال َت ْبدِيل َ لِ َكلِ َما
Maksudnya:
"Ingatlah, Aulia Allah itu tidak rasa kekhawatiran pada mereka, dan tidak pula mereka bersedih
hati. (62)
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak
ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji Allah). Yang demikian itu adalah kemenangan yang
agung." (64)
*********************
Di dalam satu Hadis Rasullullah s.a.w. yang panjang diriwayatkan oleh Abdullah Al-Mubarak dengan
disandarkannya daripada seorang lelaki bahawasanya ia berkata kepada Mu'az bin Jabal :
صلى هللا عليه وسلم قال حدثني حديثا سمعته من رسول هللا باسناده عن رجل أنه قال لمعاذ بن جبل وروى عبد هللا بن المبارك
فبكي معاذ حتى ظننت أنه ال يسكت ثم سكت ثم قال سمعت النبي صلى هللا عليه وسلم قال لي يا معاذ قلت لبيك بأبي وأمي يا
رسول هللا قال اني محدثك حديثا إن أنت حفظته نفعك وإن أنت ضيعته لم تحفظه انقطعت حجتك عند هللا يوم القيامة يا معاذ إن هللا
تعالى خلق سبعة أمالك قبل أن يخلق السموات واالرض ثم خلق السموات فجعل لكل سماء من السبعة ملكا بوابا عليها قد جللها
عظما فتصعد الحفظة بعمل العبد من حين أصبح الى حين أمسى له نور كنور الشمس حتى اذا صعدت به الى السماء الدنيا زكته
فكثرته فيقول الملك للحفظة اضربوا بهذا العمل وجه صاحبه أنا صاحب الغيبة امرني أن ال أدع عمل من أغتاب الناس يجاوزني
الى غيري
Maksudnya :
"Khabarkanlah kepada aku satu Hadis yang engkau mendengarnya daripada Rasullullah s.a.w.
Katanya: Maka menangis Mu'az bin Jabal hingga aku menyangkakan bahawa ia tidak berhenti
kemudian dia berhenti lalu berkata : 'Aku dengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda kepada aku :
'Wahai Mu'az'. Kataku : Ya, dengan bapa ku, kau dan ibu ku wahai Rasullullah. Sabdanya : 'Aku
mengkhabarkan kepada engkau satu Hadis jika kau menghafaznya nescaya memberi manfaat
kepada engkau dan jika kau mencuaikannya dan tidak menghafaznya nescaya terputus hujah
engkau di sisi Allah pada Hari Kiamat. Wahai Mu'az bahawasanya Allah SWT mengadakan tujuh
orang malaikat sebelum mengadakan segala lapisan langit dan bumi. Kemudian Ia mengadakan
segala lapisan langit dan Ia jadikan tiap-tiap satu lapisan langit itu seorang malaikat
yang menjaga pintu ke atasnya dan membesarkannya kemuliaan Allah.
Maka naik Malaikat-malaikat Hafazah dengan membawakan amalan seorang hamba yang
daripada ketika pagi hingga ke petang ada baginya cahaya seperti matahari hingga apabila dia
naik dengan membawanya kepada langit dunia ia memperkatakan bersihnya dan ia
membanyakkan kepujian terhadapnya. Kata malaikat (penjaga pintu langit pertama) kepada
Malaikat-malaikat Hafazah : Pukulkanlah dengan amalan ini kepada muka tuan punyanya. Aku
ialah yang menjadi penjaga UMPATAN, menyuruh kepada aku oleh Tuhan ku bahawa tidak aku
membiarkan amalan orang yang ada umpati manusia itu melampaui aku daripada yang
lain. ( dibawa kepada lapisan langit kedua dan seterusnya hingga ke langit ke tujuh ......... )."
Maqam Sayidina Mua'z bin Jabal di Jordan
Sekadar di peringkat awal Hadis yang panjang ini amat jelas mengkhabarkan kepada kita
bahawa sebelum Allah SWT mengadakan segala lapisan langit dan bumi, Allah SWT mengadakan
terlebih dahulu tujuh [7] orang malaikat yang ditugas dan diamanahkan untuk menapis amalan-
amalan ibadat manusia [hamba mukmin] sedangkan manusia belum diadakan, bahkan segala
lapisan langit dan bumi, Nabi Adam a.s., Nabi-nabi lain pun belum lagi diadakan. Ini menunjukkan
bahawa betapa mulianya IBADAT itu di sisi Allah SWT. Hadis ini juga menjelaskan
bahawa kewujudan malaikat itu mendahului manusia sebelum diadakan manusia. Mereka telah
diadakan terlebih dahulu oleh Allah SWT dan dapat menjelaskan pula bahawa para malaikat telah
mendahului manusia dalam perkara ilmu pengetahuan dan IBADAT.
Malaikat-malaikat itu sangat alim, luas dan amat luar biasa serta sangat ajaib ilmunya dan paling
bertaqwa hingga dikurniakan Allah SWT ilmu bagi mengetahui serta mengenal pasti adakah tuan
punya ibadat itu ada menyimpan sifat-sifat mazmumah seperti umpatan, hasad, dengki dan lain-lain
di dalam hatinya melalui tanda-tanda yang terdapat pada pahala 'cahaya ibadat' yang dilihatnya.
Malaikat-malaikat memperolehi ilmu pengetahuan daripada pengurniaan Allah SWT dan bukan
belajar daripada manusia. Ini memberi erti betapa daif dan naifnya manusia. Hadis ini juga memberi
kefahaman bahawa tiada jalan sama sekali bagi manusia untuk mengetahui dalam perkara sebelum
dijadikan Allah SWT segala lapisan langit dan bumi, Allah mengadakan tujuh orang malaikat terlebih
dahulu tetapi dengan sebab ada Nabi Allah yang diletakkan oleh Allah SWT menjadi Rasul Pesuruh
Allah maka dapatlah manusia mengetahui akan hal yang demikian itu.
Demikian juga dalam hal adanya hidup kemudian daripada mati dan segala hal dalam negeri akhirat
yang jika Allah tidak meletakkan Nabi Allah menjadi Rasul Pesuruh-Nya untuk menyampaikan segala
perkara itu sudah pasti manusia tidak mengetahui langsung atau amat jahil akan perihal alam
akhirat.
Justeru, tersangat besar hikmah Allah membangkitkan Rasul-rasul Alaihimusalam. Jika terdapat
kaum manusia yang mendustakan Rasul sudah pasti mendustakan Kitabullah yang diturunkan
kepada Rasul-rasul-Nya melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibrael Alaihisalam. Perkhabaran
yang menjelaskan malaikat-malaikat menjaga pintu langit itu untuk menapis amalan ibadat manusia
adalah daripada Nabi Muhammad s.a.w. sendiri dan jika tidak kita tidak mengetahuinya sama sekali
mengenainya.
Kemuliaan manusia dapat dilihat dengan perkhabaran bahawa Allah SWT mengadakan seorang
malaikat kembarannya (qarin) untuk menyuruh berbuat kebaikan dan seorang
syaitan kembarannya untuk menyuruh berbuat kejahatan. Diadakan pula dua orang malaikat untuk
menulis dan merekodkan segala amalan kebajikan dan kejahatan setiap diri manusia di sepanjang
hayat mereka. Malaikat di sebelah kanan menuliskan amalan kebajikan dan seorang malaikat yang
diletakkan di sebelah kiri untuk menulis segala amalan mungkar dan kejahatan. Firman Allah di
dalam al-Quran memperjelaskan hakikat ini :
53( ير ُم ْس َت َط ٌر
ٍ ِير َو َك ِب
ٍ صغ ُّ ش ْيءٍ َف َعلُوهُ فِي
َ ُّ َو ُكل )52( الز ُب ِر َ ُّ َو ُكل
Maksudnya :
i." Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. (52)
Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis." (53)
[Surah سورة القمر al-Qamar : 52-53 ]
Maksudnya :
ii." Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: 'Aduhai celaka kami, kitab apakah
ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat
semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhan-mu tidak
menganiaya seorang juapun'."
Hal ini jelas dikhabarkan di dalam Hadis-hadis Rasullullah s.a.w. Segala amalan kebajikan dan ibadat-
ibadat yang dilakukan oleh seseorang hamba Allah itu pula Allah memberikan ganjaran pahala dalam
bentuk 'cahaya' dan berbunyi seperti guruh dan sinaran cahayanya seperti matahari. Dalam perkara
ini Rasulullah s.a.w. berdo'a yang antara lain berbunyi :
, ونورا, ونورا في شعري ونورا في بشري, ونورا في بصري, ونورا في قبري ونورا في سمعي,اللهم اجعل لي نورا في قلبي
ونورا,عن شمالي ونورا , ونورا عن يميني, ونورا من خلفي, ونورا من بين يدي, ونورا في عظامي, ونورا في دمي,في لحمي
واجعل لي نورا, واعطني نورا, اللهم زدني نورا, ونورا من تحتي,من فوقي
Maksudnya :
"....Ya Allah!, jadikanlah bagi ku cahaya pada hati ku, cahaya pada kubur ku, cahaya pada
pendengaran ku, cahaya pada penglihatan ku, cahaya pada rambut ku, cahaya pada kulit
ku, cahaya pada daging ku, cahaya pada darah ku, cahaya pada tulang ku, cahaya di hadapan
ku, cahaya di belakang ku, cahaya di kanan ku, cahaya di kiri ku, cahaya di atas ku dan cahaya di
bawah ku. Ya Allah!, tambahilah oleh Mu akan daku cahaya dan kurniakanlah akan daku
cahaya dan jadikanlah bagi ku cahaya."
'Cahaya ibadat' itu dipermuliakan pula oleh Malaikat-malaikat Hafazah dan dibawa naik ke langit
untuk ditapis oleh malaikat penjaga amalan sebelum ibadat-ibadat itu diterima Allah.
Apabila tuan punya ibadat itu meninggal dunia dan ketika berada di dalam kubur 'cahaya-cahaya
pahala ibadat' itu ditukarkan pula oleh Allah SWT menjadi makhluk yang sangat cantik rupa
parasnya, sangat harum baunya, sangat elok pakaiannya dan bertutur kata dengan fasih memberi
perkhabaran baik kepada tuan punya ibadat itu dan balasan baik Allah SWT kepadanya. Makhluk
yang sama jenis dengan malaikat ini ini dinamakan 'Roh Amalan Salih' bagi tuan punya ibadat itu
yang berasal daripada pahala 'cahaya ibadat'.
Apabila tiba masa Hari Kiamat kelak dan sewaktu meniti di atas titian 'Sirat' yang panjang lagi gelap
terentang di atas permukaan api Neraka Jahanam, maka 'cahaya-cahaya ibadat' itu pula akan
menjadi suluhan cerahan pada ketika meniti. Kecerahan 'cahaya ibadat' ini bergantung kepada
sebanyak mana pahala ibadatnya diterima Allah. Ada yang secerah matahari dan ada pula yang
hanya sekadar sebesar jari kaki sahaja. Ini ialah balasan pahala ibadat yang diperbuat dan diwajibkan
oleh Allah SWT ke atas hamba-hamba-Nya itu hingga ia selamat menyeberangi titian 'Sirat' bagi
membolehkannya meneruskan perjalanan hingga dapat memasuki syurga.
Orang-orang kafir dan munafik pula tidak diberikan sebarang 'cahaya ibadat' terhadap segala
kebaikan, amalan kebajikan dan ibadat ketika hidup di dunia. Ini bererti apabila berada di akhirat
kelak mereka berada di dalam kegelapan, tidak dapat melihat titian 'Sirat' dan lantas terus
terhumban ke dalam neraka.
[Lihat :
Di dalam syurga pula Allah SWT menyediakan istana-istana dan mahligai-mahligai daripada emas,
perak, cahaya dan lain-lain nikmat yang tidak terhingga banyaknya. Inilah hikmat-hikmat ibadat yang
diwajibkan Allah SWT yang membangkitkan Rasul-rasul untuk mengkhabar dan mengingatkan umat
manusia akan segala hal kebahagiaan hidup yang berkekalan di dalam syurga yang dijanjikan Allah
kepada golongan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mentaati
segala suruhan-Nya ketika hidup di dunia.
Kepentingan dan kemuliaan ibadat di sisi Allah begitu penting dan menjadi keutamaan sebagaimana
Firman Allah di dalam al-Quran :
Maksudnya:
"Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya berbahagia mereka [dengan sebab]
berbuat IBADAT kepada Ku.
[ Surah سورة الذاريات Az-Zaariyaat : 56 ]
Demikian juga pengertian syahdat "Asyhadu Anla Ilaaha Illallah" berlandaskan pegangan iktiqad
Ahli Al Sunnah Wal Jamaah menjelaskan :
"....aku menaik saksi memberi pengakuan yang teguh dengan lidah dan berkeyakinan penuh di
hati mengakui akan bahawasanya tiada sah DIIBADATKAN [ LA M’ABUDA BIHAQQIN ILLALLAH (
])المعبود بحق إال هللا dengan sebenarnya melainkan Allah,....."
Selanjutnya Hadis Rasulullah s.a.w. daripada Muaz tersebut mengkhabarkan yang bermaksud:
" Sabdanya : Kemudian datang Malaikat-malaikat Hafazah dengan membawa amalan salih
daripada amalan-amalan hamba, maka ia melaluinya [malaikat penjaga amalan di pintu langit]
yang mengatakan bersihnya dan membaikkannya hingga menyampaikannya kepada langit yang
kedua lalu berkata kepada mereka oleh malaikat yang diwakilkan menjaganya : Berhentilah
olehmu dan pukulkanlah dengan amalan ini kepada muka tuannya. Bahawasanya ia
mengkehendaki dengan amalannya ini akan mata benda dunia. Menyuruh kepadaku oleh Tuhan
ku bahawa tiada aku membiarkan amalannya melampaui aku kepada yang lain [langit
seterusnya] daripadaku, sesungguhnya dia bermegah-megah dengannya ke atas manusia pada
majlis tempat perhimpunan mereka.
Penjelasan Hadis ini berterusan hingga melepasi ke pintu-pintu langit seterusnya yang dijaga oleh
malaikat-malaikat yang ditugas dan diamanahkan Allah menjaga amalan-amalan hamba-Nya
daripada sifat-sifat mazmumah seperti malaikat yang menapis amalan ibadat di pintu langit ke
empat menjaga "Ujub" atau "Hairankan Diri", langit ke lima menjaga "Hasad", langit ke enam
menjaga amalan hamba yang "tiada menaruh belas kasihan terhadap orang yang
memerlukan" dan di langit ke tujuh seperti yang dimaksudkan :
Maka berkata kepada mereka oleh malaikat yang diwakilkan menjaganya: Berhenti olehmu dan
pukulkan dengan amalan ini akan muka tuannya. Pukulkan dengannya akan segala anggota,
kuncikanlah dengannya ke atas hatinya, bahawasanya aku mendindingkan [menghalangi]
daripada sampainya kepada Tuhan ku tiap-tiap amalan yang tidak ia kehendaki semata-mata
berharap keredaan Tuhanku.Ia kehendaki dengan amalannya itu lain daripada Allah Taala, ia
kehendaki ketinggian pangkat pada sisi orang-orang ulama' fiqah dan sebutan nama baik pada
sisi ulama'-ulama' dan kemasyhuran nama berkembangan kemegahan dalam negeri. Menyuruh
kepadaku oleh Tuhan ku bahawa tiada membiarkan amlannya melampaui aku kepada lain
daripadaku dan tiap-tiap amalan yang tidak ada bagi Allah itu bersih hati semata-mata kerana
Allah iaitu Riak. Dan tiada menerima Allah Taala akan amalan orang yang mempunyai
sifat Riak.
Kata Mu'az : Aku kata wahai Rasulullah, engkau ialah Rasul Pesuruh Allah dan aku ialah Mu'az.
Sabdanya : Ikutilah denganku. Jika ada pada amalan engkau itu kekurangan sekalipun wahai
Mu'az, jagailah di atas lidah engkau daripada penanggung-penanggung al-Quran dan
tanggunglah dosa-dosa engkau itu di atas diri engkau dan jangan engkau menanggungkannya ke
atas mereka dan jangan engkau bersihkan diri engkau dengan mencerca mereka [puji diri sendiri
dengan jalan mencerca orang lain] dan jangan engkau angkatkan diri engkau ke atas mereka
[mengaku diri sendiri berkelebihan ke atas mereka] , dan jangan engkau masukkan amalan dunia
pada amalan akhirat, dan jangan engkau takbur sombong pada majlis perhimpunan engkau
supaya berjaga diri manusia daripada buruk adab perangai engkau.
Jangan engkau bercakap berbisik-bisik akan seorang lelaki dan ada pada sisi engkau orang lain
dan jangan engkau berbesar diri ke atas manusia. Maka terputus daripada engkau kebajikan
dunia. Jangan engkau mencarik-carikkan memperpanjangkan manusia nescaya mencarik-
carikkan engkau oleh anjing-anjing api neraka pada Hari Kiamat. Firman Allah: " Wanna Syata Ti
Nasyta"(ش ًطا ِ وال َّناشِ َطا Surah An-Naazi'zzt
ْ ت َن َ : 2). Adakah engkau ketahui apa dia itu wahai Mu'az?
Aku kata: Apa dia itu dengan bapaku, engkau dan ibuku wahai Rasulullah? Sabdanya: Iaitulah
anjing-anjing dalam api neraka mencarik-carikkan daging dan tulang.
Aku kata: "Dengan bapaku, engkau dan ibuku wahai Rasulullah, siapakah berupaya daripada
perkara ini dan siapakah yang terlepas daripadanya?" Sabdanya : "Wahai Mu'az bahawasanya
berkemudahan di atas sesiapa yang dipermudahkan dia oleh Allah ke atasnya." Katanya : "Maka
tidak aku lihat lebih banyak membaca al-Quran daripada Muaz kerana berjaga diri daripada
barang apa yang ada pada Hadis ini."
[ ** Peringatan : Kandungan Hadis adalah sebagaimana yang terdapat di bawah artikel ini ]
Apabila membaca dan memahami Hadis Rasulullah s.a.w. yang panjang ini dapatlah difahami dan
diketahui bahawa segala ibadat yang dilakukan seseorang hamba mukmin itu Allah mengurniakan
pahala dalam bentuk cahaya. Malaikat Hafazah ditugas dan diamanahkan Allah membawa"Cahaya
ibadat" itu naik ke langit untuk ditapis pula oleh malaikat-malaikat yang diamanahkan menapis
"cahaya ibadat" itu pada setiap pintu tujuh lapis langit daripada kekejian sifat-sifat mazmumah.
Maka ditolak "cahaya ibadat" yang sangat elok itu dilontar dan dipukulkan [dilaknat] kepada tuan
punya amalan ibadat itu kerana ada menyimpan adab perangai mazmumah di hati dan pada
perbuatannya yang buruk seperti takbur, hasad, dengki, ujub, riak dan lain-lain lagi seperti yang
dimaksudkan di dalam Hadis tersebut.
Oleh itu orang-orang mukmin dan mukminat yang memahami dan menghayati ilmu yang terkandung
di dalam Hadis ini sangat gemar berbuat ibadat kepada Allah kerana amat besar hikmah dan
fadhilat-fadhilatnya serta sangat takut menyimpan di dalam hati segala kelakuan dan adab
perangai mazmumah yang terbit daripada hati dan perbuatannya.
Allah berkata-kata dengan malaikat-malaikat tersebut juga secara wahyu dengan Kalam-Nya yang
Qadim tanpa huruf dan tanpa suara, tanpa kaifiat, tanpa misal dan ibarat. Ertinya malaikat-malaikat
berkata-kata dengan Allah sama seperti melakukan ibadat sembahyang atau menerima wahyu Allah.
Adalah amat besar salahnya jika dikatakan malaikat-malaikat berkata-kata dengan Allah sama
seperti berkata-kata dengan sesama makhluk yang mempunyai suara dan huruf dan menuduhkan
Zat (Diri) Allah berjuzuk dan ada bertempat di hadapan mereka seperti makhluk. Rumusannya, apa
yang dilakukan malaikat-malaikat semasa 'mengadap Allah' adalah sejajar dengan yang
diperjelaskan huraian mengenai 'At- Tanzih' [Ada Allah] dan 'Al-Kalam' dalam :Terjemah Akidah
Ahli Sunnah dan Asma' Ullah Al Husna].
Seseorang yang mempunyai sifat-sifat mazmumah yang sangat keji dan hina di sisi Allah ini disebut
atau dikira sebagai terkena syirik khafiy yang bermaksud syirik yang tersembunyi di dalam hati.
Punca berlakunya syirik khafiy ini disebabkan seseorang itu seolah-olah mengaku akan
kesempurnaan milik dan memerintah adalah haknya dengan tiada mengakui dan memperlihatkan
bahawa perkara-perkara yang disombongkan atau ditakburkan itu adalah semata-mata daripada
pemberian dan milik Allah kepadanya sebagai satu amanah belaka.
Dosa orang yang terkena syirik khafiy itu tidaklah menyamai dosa orang-orang musyrikin yang
menyembah berhala yang termasuk dalam dosa syirik jaliy yang dijanjikan Allah menerima balasan
seksa yang berkekalan di dalam api neraka sebagaimana Firman-Nya yang diperjelaskan di dalam al-
Quran surah سورة النساء An-Nisaa' ayat 115-116 :
115( يراً ِسا َءتْ َمص َ صلِ ِه َج َه َّن َم َوْ يل ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ ُن َولِّ ِه َما َت َولَّى َو ُن َ سول َ مِنْ َب ْع ِد َما َت َبيَّنَ َل ُه ا ْل ُه َدى َو َي َّت ِب ْع َغ ْي َر
ِ س ِب ُ الر َ َومَنْ ُي
َّ شاق ِِق
116( ضالال َبعِي ًدا
َ َّ ضل َ َ هَّلل ْ َ َ ْ
َ ْإِنَّ َ ال َيغفِ ُر أنْ ُيش َر َك بِ ِه َو َيغفِ ُر َما دُونَ ذلِ َك ِلمَنْ َيشا ُء َومَنْ ُيش ِر ْك بِا ِ فقدْ َ ْ هَّللا
Maksudnya :
" Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang yang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat
kembali.(115)
Sungguhpun ada ayat al-Quran yang menyatakan dosa syirik itu adalah sebesar-besar kezaliman
yang tidak mendapat pengampunan Allah Taala tetapi dosa orang yang melakukan syirik
khafiy seperti yang dimaksudkan dalam sifat-sifat mazmumah tidaklah termasuk dalam jumlah dosa
syirik yang dimaksudkan dalam al-Quran yang tidak diampunkan Allah.
Ini adalah disebabkan perbuatan-perbuatan hasad, dengki dan yang seumpamanya itu menunjukkan
tanda-tanda dan perasaan tidak puas hati akan pemberian Allah Taala yang telah dikurniakan kepada
orang lain yang dihasadkan itu dan bermakna juga bahawa pemberian kurniaan Allah yang diberikan
kepada orang yang dihasadkan itu seolah-olah dia sendiri berhak menentukan sebanyak mana
sepatutnya diberi nikmat Allah itu, kepada siapa patut diberi dan seolah-olah dia mengaku ada
bersama hak pemberian Allah.
Di dalam al-Quran ada memberikan contoh bahawa sesuatu perbuatan yang pada zahirnya adalah
satu kebajikan yang terpuji tetapi sekiranya perbuatan itu tidak benar-benar ikhlas kerana Allah
maka sia-sialah sahaja kebajikan yang dilakukan tanpa mendapat ganjaran pahala daripada Allah
seperti yang dimaksudkan di dalam سورة البقرة surah Al-Baqarah ayat 264:
اس َوالَ ُي ْؤمِنُ ِباهَّلل ِ َوا ْل َي ْو ِم ا ْالخ ِِر َ يأ َ ُّي َها الَّذِينَ ءا َم ُنو ْا الَ ُت ْبطِ لُو ْا
ِ ص َد َقـتِ ُكم ِبا ْلمَنّ َوا ْال َذى َكا َّلذِى ُينفِقُ َمالَ ُه ِر َئآء ال َّن
َ صا َب ُه َوابِل ٌ َف َت َر َك ُه
ص ْل ًدا َ َ اب َفأ ٍ ص ْف َو
ٌ ان َعلَ ْي ِه ُت َر َ َف َم َثلُ ُه َك َم َث ِل
َس ُبو ْا َوهَّللا ُ الَ َي ْهدِي ا ْل َق ْو َم ا ْل َكـف ِِرين َ الَّ َي ْق ِدرُونَ َعلَى
َ ش ْىء ّم َّما َك
Maksudnya:
ِب أَ َح ُد ُك ْم أَنْ َيأْ ُكل َ لَ ْح َم أَخِي ِه ُّ ضا أَ ُيح ُ سوا َوال َي ْغ َت ْب َب ْع
ً ض ُك ْم َب ْع َّ الظنِّ إِ ْث ٌم َوال َت َج
ُ س َّ ضَ ِيرا مِنَ ال َّظنِّ إِنَّ َب ْع ْ َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا
ً اج َتنِ ُبوا َكث
اب َرحِي ٌم َ هَّللا هَّللا ُ َّ
ٌ َم ْيتا فك ِرهْ ت ُموهُ َواتقوا َ إِنَّ َ ت َّو ُ َ َ ً
Maksudnya :
" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari persangka, sesungguhnya sebahagian
daripada persangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu mengatakan yang buruk sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang."
Maksudnya :
"Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi
Rasul setelah pertunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak mendapat memberi mudarat kepada
Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.(32)
Hai orang-orng yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu
merosakkan pahala amal-amal mu.(33)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah kemudian
mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada
mereka.(34)
Janganlah kamu lemah dan minta damai pada hal kamu yang di atas dan Allah (pun) berserta
kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amal mu."(35)
Orang-orang kafir dan jahil tidak mengetahui semuanya ini dan tidak memahami apakah maksud,
tujuan dan hikmah sebenar ibadat-ibadat seperti sembahyang, puasa, zakat, haji dan lain-lain lagi itu
dengan sangkaan bahawa itu semua hanya untuk kebaikan duniawi dan menjauhkan daripada
terkena fitnah dunia sahaja yang tiada kaitan dengan kehidupan akhirat.
Hadis panjang yang diriwayatkan oleh Abdullah al-Mubarak daripada Mu'az bin Jabal ini
menjadi pegangan dan amalan asas Ilmu Tasawwuf oleh sekalian para sahabat Rasullulllah s.a.w. ,
ulama'-ulama' Ahli Sunnah , ulama'-ulama' ahli saufi golongan Ahli Sunnah dan orang-orang mukmin
yang salih.
Mereka semua sangat takut membuat sesuatu perkara yang tidak bersih di hati seperti hasad,
dengki, takbur, riak dan sebagainya kerana sekiranya perasaan mazmumah ini wujud di hati ketika
melakukan sesuatu ibadat maka ibadatnya tidak diterima Allah. Mereka lebih berhati-hati dan
menjaga diri daripada segala perkara yang boleh merosakkan akidah keimanan kerana bukan sahaja
ibadatnya ditolak Allah tetapi keimanan mereka juga tertolak dan mereka tergolong sebagai
orang kafir atau munafik walaupun pada zahirnya dia seorang Muslim yang melakukan amalan salih.
Justeru orang mukmin salih sentiasa menjaga segala urusan agama supaya tahqik kebenarannya
menurut al-Quran dan Sunnah Rasullah s.a.w. agar semua ibadat yang dilakukan diterima Allah dan
mengurniakan pahala yang setimpal serta melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya. Hadis yang
panjang ini dapat dirumuskan bahawa pada setiap lapisan langit itu ada malaikat yang ditugaskan
Allah untuk menapis 'cahaya pahala ibadat' seseorang hamba Allah yang mukmin. Ibadat ini hanya
diterima oleh Allah sekiranya kesemua sifat mazmumah yang terbit pada perbuatan dan tersimpan
di hati tidak terdapat di dalam amalan salih setiap orang hamba Allah yang mukmin.
Hakikat ini memberi pengertian bahawa setiap ibadat yang dilakukan itu mestilah berteraskan
pemahaman dan penghayatan ilmu akidah keimanan yang sahih kebenarannya lagi hak, mengikut
rukun dan kaifiat yang betul berdasarkan ketetapan hukum syarak dan hati seseorang yang
melakukan ibadat itu mestilah benar-benar bersih dan ikhlas seikhlas-ikhlasnya semata-mata
kerana Allah SWT sahaja.
Firman Allah di dalam al-Quran banyak menjelaskan sifat-sifat orang mukmin yang salih. Antaranya
ialah seperti berikut:
َّ الَّذِينَ ُيقِيمُونَ ال )2( َإِ َّن َما ا ْل ُم ْؤ ِم ُنونَ الَّذِينَ إِ َذا ُذك َِر هَّللا ُ َو ِجلَتْ ُقلُو ُب ُه ْم َوإِ َذا ُتلِ َيتْ َعلَ ْي ِه ْم آ َيا ُت ُه َزادَ ْت ُه ْم إِي َما ًنا َو َعلَى َر ِّب ِه ْم َي َت َو َّكلُون
صال َة
4( )أُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْؤ ِم ُنونَ َح ًّقا لَ ُه ْم د ََر َجاتٌ عِ ْن َد َر ِّب ِه ْم َو َم ْغف َِرةٌ َو ِر ْزقٌ َك ِري ٌم3( َ َو ِم َّما َر َز ْق َنا ُه ْم ُي ْنفِقُون
Maksudnya :
َوالَّذِينَ ُي ْؤ ِم ُنونَ ِب َما أ ُ ْن ِزل َ إِلَ ْي َك َو َما أ ُ ْن ِزل َ مِنْ َق ْبلِ َك َو ِباآلخ َِر ِة ُه ْم )3( َالصال َة َو ِم َّما َر َز ْق َنا ُه ْم ُي ْنفِقُون
َّ ِ الَّذِينَ ُي ْؤ ِم ُنونَ ِبا ْل َغ ْي
َب َو ُيقِيمُون
ْ ْ َ ُ َ
)5( َأولئِ َك َعلى ُه ًدى مِنْ َر ِّب ِه ْم َوأولئِ َك ُه ُم ال ُمفلِحُون )4( َُيوقِنون َ ُ ُ
Maksudnya :
ii."(Iaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan solat dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (3)
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (4)
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang
beruntung." (5)
َسم ِْع َنا َوأَ َط ْع َنا َوأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِحُون ُ إِ َّن َما َكانَ َق ْول َ ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ إِ َذا ُد ُعوا إِلَى هَّللا ِ َو َر
َ سولِ ِه لِ َي ْح ُك َم َب ْي َن ُه ْم أَنْ َيقُولُوا
Maksudnya :
iii." Sesungguhnya jawapan orang-orang mukmin, bila dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar
Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan : 'Kami mendengar dan kami patuh.'
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
[Surahسورة النور An-Nur : 51 ]
Mudah-mudahan dengan cara ini Allah menerima ibadat dan taubat mereka itu dengan
melimpahkan rahmat dan syafaat yang besar ketika berhadapan dengan Sakarat al-Maut, Fitnah
Kubur di Alam Barzakh dan seterusnya berhadapan dengan pengadilan Allah di akhirat kelak yang
pasti berlaku.
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah al-Mubarak daripada Mu'az bin Jabal r.a. tersebut amat
bersesuaian dan boleh dikaitkan pula dengan Hadis berikut :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ش ِهدَ َفأُت َِى ِب ِه َف َع َّر َف ُه ِن َع َم ُه َف َع َر َف َها َقال َ َف َما َع ِم ْلتَ فِي َها َقال َ َقا َت ْلتُ فِي َك َح َّتى َ اس ُي ْق
ْ ٌ ضى َي ْو َم ا ْلقِ َيا َم ِة َعلَ ْي ِه َر ُجل
ْ اس ُت ِ إِنَّ أَ َّول َ ال َّن
َّ ْ ُ َّ َ َ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ
ُ ث َّم أم َِر بِ ِه ف.َ فقدْ قِيل. قال َ كذ ْبتَ َول ِكن َك قاتلتَ ألنْ ُيقال َ َج ِرى ٌء. ُاستش ِهدْ ت َ َ َ ْ ُ
ِ ِب َعلى َو ْج ِه ِه َحتى ألق َِى فِى الن
ار َ سح ْ
Maksudnya :
"Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya di antara
manusia yang mula-mula dibicarakan dan dihukum pada Hari Kiamat ialah: Pertama, orang yang
gugur syahid, ia dibawa 'mengadap', maka Allah menyatakan kepadanya satu persatu nikmat-
nikmat-Nya (yang telah diberikan kepadanya semasa hidupnya), lalu ia mengakui menerimanya.
Allah Taala 'bertanya' kepadanya: "(Sesudah itu) maka apa engkau telah lakukan pada nikmat-
nikmat itu?" Ia menjawab: "Aku berperang kerana mematuhi perintah-Mu sehingga aku gugur
syahid". Allah Taala berfirman: "Engkau berdusta! (bukan itu tujuanmu), akan tetapi engkau
berperang supaya orang mengatakan: Engkau BERANI, dan telah pun dikatakan yang demikian."
Kemudian ia dihukum lalu diseret dengan tertiarap sehingga ia dihumbankan ke dalam neraka."
[HR Muslim.]
Dalam Hadis yang lain ada juga dperjelaskan perkara yang hampir sama:
"Dari Abu Umamah Al-Bahili berkata: 'Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah s.a.w. lalu
bertanya:'Bagaimanakah pendapatmu jika ada seorang lelaki berjuang kerana ingin
mendapatkan pahala dan tanda jasa, apakah yang akan ia dapatkan?'. Jawab Rasulullah s.a.w.:
' Ia tidak mendapatkan pahala apa-apa', sampai beliau mengulang tiga kali, Rasulullah s.a.w.
berkata kepadanya:'Ia tidak mendapatkan pahala apa-apa'. Kemudian Nabi bersabda:
'Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amal kecuali disertai dengan keikhlasan dan
semata-mata kerana mencari keredaan Allah'. [HR. An-Nasai]
Contoh maksud Hadis Rasulullah s.a.w. di atas amat jelas mengingatkan kita bahawa walaupun
seseorang yang terkorban di dalam sesuatu peperangan fisabilillah yang pada zahirnya adalah demi
untuk mempertahankan kesucian agama itu tergolong sebagai orang yang mati syahid tetapi apabila
dihadapkan pada Hari Pengadilan Allah Yang Maha Adil di akhirat kelak barulah diketahui bahawa
dia tidak mempunyai keikhlasan di hati semata-mata kerana Allah semasa berperang hingga dia
terbunuh. Maka atas hak dan kehendak Allah Yang Maha Adil dia menerima balasan azab seksa
dalam neraka.
Maksud Hadis Rasulullah s.a.w. tersebut juga adalah bersesuaian dan menepati dengan Firman Allah
di dalam al-Quran surah سورة الفرقان Al-Furqaan ayat 23 :
ًَو َق ِد ْم َنآ إِلَى َما َع ِملُو ْا مِنْ َع َم ٍل َف َج َع ْل َنا ُه َه َبآ ًء َّمن ُثورا
Maksudnya :
" Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang berterbangan."
163( َش ِري َك لَ ُه َو ِب َذلِ َك أُم ِْرتُ َوأَ َنا أَ َّول ُ ا ْل ُم ْسلِمِين ِّ اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َر
َ ال )162( َب ا ْل َعالَمِين َ َّقُلْ إِن
ُ صالتِي َو ُن
َ سكِي َو َم ْح َي
Maksudnya :
"Katakanlah: 'Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, (162)
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)'." (163)
Kalimah-kalimah ini jugalah yang terkandung di dalam bacaan "Do'a Iftitah" ketika melakukan ibadat
solat :
"Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidup dan matiku hanya milik Allah Rabbil 'Alamin, tiada
sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintah, dan aku termasuk orang Muslim."
Walaupun kebanyakan manusia beranggapan sifat-sifat mazmumah yang dipandang keji pada
hukum syarak itu adalah perkara 'kecil' sahaja yang tidak memberi apa-apa kesan dan implikasi
dalam kehidupan duniawi manusia atau di dalam melaksanakan sesuatu perkara besar seperti
peperangan, pembangunan insan, pemerintahan negara dan yang seumpama dengannya tetapi
dalam konteks agama Islam dan di sisi Allah ia adalah perkara besar yang boleh memberikan kesan
yang mendalam dalam pelbagai aspek.
Hakikat ini dapat dinilai daripada peristiwa peperangan di Lembah Hunain yang berlaku pada 2
Syawal tahun ke-8 Hijrah bersamaan tahun 630 Masehi sebagaimana yang diperjelaskan di dalam al-
Quran surah سورة التوبة At-Taubah ayat 25-26 :
Maksudnya :
" Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukmin)di medan peperangan yang banyak.
Dan (ingatlah ) peperangan Hunain iaitu di waktu kamu menjadi bongkak kerana
banyaknya jumlahmu. Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada mu
sedikitpun. Dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh mu, kemudian kamu lari ke belakang
dengan bercerai-berai.(25)
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang yang beriman, dan
Allah menurunkan bala tentera yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan
bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang
kafir."(26)
Pengajaran yang amat ketara daripada peristiwa peperangan di Lembah Hunain ini ialah Allah tidak
memberikan atau menarik rahmat pertolongan kepada barisan tentera Muslimin di bawah
kepemimpinan Rasulullah s.a.w. kerana terdapat segelintir tentera Muslimin yang beranggapan di
dalam hati mereka bahawa jumalah barisan ketenteraan mereka yang ramai dianggarkan sekitar
10,000 orang itu dengan mudah dapat menumpaskan sekitar 4,000 orang daripada dua suku kaum di
Lembah Hunain yang enggan beriman dan memerangi Rasulullah s.a.w. dan umat Islam.
Logiknya mereka beranggapan secara perkiraan jumlah bahawa ketika berlaku Perang Badar tentera
Muslimin yang hanya berjumlah 313 orang sahaja dapat menumpaskan barisan tentera puak kafir
Quarisy yang berjumlah kira-kira 1000 orang. Mereka terlupa bahawa kuasa Allah adalah menjadi
penentu menang atau kalah dan rahmat pertolongan Allah adalah di luar jangka seperti yang disebut
dalam ayat tersebut.
Ertinya keyakinan sesetengah tentera Muslimin adalah dilihat daripada jumlah dan kekuatan
makhluk dengan "melupakan" kekuasaan Allah. Maka berlakulah seperti yang tercatat dalam
sejarah. Bantuan Allah hanya dikurniakan semula apabila mereka menyedari hakikat sebenar dan
segera bertaubat memohon keampunan Allah atas kesilapan dan memperbetulkan pemahaman
akidah mereka.
Berdasarkan huraian nas-nas ini dapatlah difahami bahawa kemuliaan manusia itu di sisi Allah
adalah kerana ketaqwaan dan keimanannya. Keikhlasan dan kebersihan hati daripada sifat-
sifat mazmumah ketika melakukan ibadatnya adalah kemuncak keunggulaan ketaqwaan dan
ketaatannya kepada Allah. IBADAT itu tersangat mulia dan paling tinggi nilainya di sisi Allah
kerana sebelum diadakan langit, bumi dan manusia Allah telah mengadakan terlebih dahulu tujuh
orang malaikat yang ditugaskan khusus untuk menjaga dan menapis ibadat setiap orang hamba Allah
pada setiap pintu masuk tujuh lapisan langit. Berteraskan kepada keikhlasan dan kesucian serta
kebersihan hatinya daripada sifat-sifat mazmumah juga ibadat seseorang hamba yang mukmin itu
diterima dan mendapat limpahan rahmat Allah yang berkekalan hingga ke akhirat.
Firman Allah di dalam al-Quran menjelaskan antara sebab-sebab mengapa seseorang itu tidak
diberikan hidayah adalah berpunca daripada diri sendiri :
i." Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka.
Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka
mengira bahawa mereka mendapat petunjuk."
سبِيال َ ََومَنْ َكانَ فِي َه ِذ ِه أَ ْع َمى َف ُه َو فِي اآلخ َِر ِة أَ ْع َمى َوأ
َ ُّ ضل
Maksudnya :
ii." Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, nescaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta
(pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar. "
[ Surah سورة اإلسراء Al-Israa' : 72 ]
iii." Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada di dalam
gelap gelita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), nescaya disesatkan-Nya. Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), necaya Dia menjadikannya
berada di atas jalan yang lurus."
Lihat : Qadha dan Qadar Allah dan Had Batasan Akal Manusia
Apabila Nabi Muhammad s.a.w. mengutuskan Mu'az r.a. ke Yaman untuk menyibarkan risalah Islam
dan keimanan, Nabi bersabda kepadanya yang kira-kira ertinya:
"Andainya seorang sahaja yang Allah berikan hidayah melalui kamu adalah lebih baik dari dunia
dan segala isinya. Sesungguhnya Nabi telah bersabda: 'Sebaik-baik pemberian dan sebaik-
baik hadiah itu ialah suatu kata hikmah yang kamu dengar lalu kamu lipatkan dia,
kemudian kamu membawanya kepada saudaramu yang Muslim lalu kamu mengajarkannya
"adalah menyamai ibadat satu tahun'.
Oleh itu mudah-mudahan kita tidak mengabaikan peluang terbuka luas yang dijanjikan Allah ini
dengan menyebarluaskan dan memperpanjangkan ilmu yang dipaparkan ini kepada keluarga dan
sahabat handai yang memerlukannya. Mudah-mudahan dengan cara ini kita memperolehi
kebarkatan hidup dan limpahan rahmat Allah yang tidak terhingga seperti yang dikhabarkan di
dalam Hadis Rasulullah s.a.w di atas.
Allah Amat memuliakan hamba-hamba-Nya yang mukmin lagi beramal salih hingga ke akhir
hayatnya hidup di dunia dengan kelembutan Firman-Nya mengalu-alukan 'kepulangan' roh hamba
kepada rahmat-Nya sebagaimana yang terkandung di dalam al-Quran surah Al-Fajr ayat 27-30 :
ار ِجعِي إِلَى َر ِّبكِ َراضِ َي ًة َم ْرضِ َّي ًةَ )28( فادْ ُخلِي فِي ِع َبادِيَ )29( وادْ ُخلِي َج َّنتِي 30( َيا أَ َّي ُت َها ال َّن ْف ُ
س ا ْل ُم ْط َمئِ َّن ُةْ )27(
Maksudnya :
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai-Nya. (28)
Semoga dengan rahmat dan kebarkatan berfikir, mengingati, menghayati dan memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya Hadis-hadis Rasulullah s.a.w. yang panjang ini Allah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah dan kebarkatan-Nya dalam usaha kita untuk membina kekuatan sahsiah diri sebagai
insan mukmin sejati yang salih dengan beristiqamah melakukan ibadat dan amalan-amalan salih
dengan penuh keikhlasan di sepanjang hayat kita di dunia dan kembali ke akhirat bersama golongan
para mukminin yang salih. Amin.
ِيث[ ]حد ُ سمَاءِ َف َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َي ْقضِ ي فِي َخ ْل ِق ِه َما َ ص َر ُه إِ َلى ال َّ سول َ هللا َي ُقول ُ َوأَ َنا َردِي ُف ُه َو َن ْحنُ َنسِ ي ُر إِ ْذ َر َف َع َب َ سم ِْعتُ َر ُ ُم َعا ٍذ َ
ش َك َ ْ
َّث ِب ِه َن ِب ٌّي أ َّم َت ُه فإِنْ أ ْنتَ َحفِظ َت ُه َنف َع َك َع ْي ُ َ َ ُ ً
الر ْح َم ِة قال َ أ َحدِّ ث َك َحدِيثا َما َحد َ ُ ُ َ سول َ ِ إِ َما ُم ا ْل َخ ْي ِر َو َن ِب ُّي َّ هَّللا بَ ،يا ُم َعاذ ق ْلتُ لَ َّب ْي َك َيا َر ُ ُ ُ أَ َح َّ
ض ُث َّم َخلَقَ ت َواألَ ْر َ س َم َوا ِ س ْب َع َة أَ ْمالكٍ َق ْبل َ أَنْ َي ْخلُقَ ال َّ سم ِْع َت ُه َولم تحفظه انقطت ُح َّج ُت َك عِ ْندَ هَّللا ِ َع َّز َو َجل َّ ث َّم َقال َ إِنَّ هَّللا َ َخلَقَ َ َوإِنْ َ
س ش ْم ِ ور ال َّ َ
ب ال َحفظة َع َمل َ ال َع ْب ِد ل ُه ُنو ٌر َك ُن ِ ْ ُ َ َ ْ سمَاءٍ ِم ْن ُه ْم َب َّوا ًباَ ،ي ْك ُت ُ ب ُكل ِّ َ َ
سمَاءٍ َمل ًكا قدْ َجلل َها عِظ ًما َو َج َعل َ َعلى َبا ِ َ َ َّ َ َ ت ف َج َعل َ لِ ُكل ِّ َ َ الس َم َوا ِ َّ
اب اغ َت َ ب ا ْلغِي َب ِة َم ِن ْ صا ِح ِ صاح ِِب ِه َوقُلْ اَل َغ َف َر هَّللا ُ لَ َك أَ َنا َملَ ُك َ اض ِر ْب ِب َه َذا ا ْل َع َم ِل َو ْج َه َ اب ْ س َما َء ال ُّد ْن َيا َف َيقُول ُ ا ْل َملَ ُك ا ْل َب َّو ُ َح َّتى إِ َذا َبلَ َغ ال َّ
صال ِِح َف َيقُول ُ ا ْل َملَ ُك الَّذِي ص َع ُد ا ْل َملَ ُك بِا ْل َع َم ِل ال َّ اس لَ ْم أَدَ ْع َع َملَ ُه َي َت َج َاو ُز إِلَى َغ ْي ِري َو َي ْل َع ُن ُه َح َّتى ُي ْمسِ َي َو َيقُول ُ أَ َم َرنِي بِ َذلِ َك َر ِّبي َو َي ْ ال َّن َ
ب صا ِح ِ َ
ض ال ُّد ْن َيا َوأ َنا َملَ ُك َ َ َ
صاح ِِب ِه َوقلْ اَل َغف َر ُ َل َك إِ َّن َك أ َردْ تَ ِب َهذا ا ْل َع َم ِل َع ْر َ هَّللا َ ُ اض ِر ْب ِب َهذا ا ْل َع َم ِل َو ْج َه َ َ ِف ف ْ َ َّ
السمَاءِ الثانِ َي ِة ق ْ فِي َّ
ص َد َق ٍة َ ِنْ م ِ
ه ب ا ج ه
َ َِ َ ِ َْ ُْ ِ ً ِ ت َ ب م د ِ ب ع ْ
ل ا ل م ع ب ُ
ك َ ل م ْ
ل ا د
ُ ع ص ي و ي
َ ِّ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ سِ م ي ى َّ
ت ح ُ
ه ُ
ن ع ْ
ل يو ي ب ر ك َ ِ لذَ ب
ِ ِي ن ر
ََم َ أ ي ر ِْي غَ ى َ ل ِ إ ِي ن ُ
ز او ج
ُ َ َ َ َ َ ت َ ي ُ
ه َ ل م ع ع دَ َ أ اَل ا َع َم ِل ال ُّد ْن َ
ي
َ َ هَّللا
صاحِبِ ِه َوقلْ غف َر ُ ل َك أ َنا َ َ اَل ُ اض ِر ْب بِ َهذا ال َع َم ِل َو ْج َه َ ْ َ ِف َو ْ َ ْ
السمَاءِ الثالِث ِة ف َيقول ُ ال َمل ُك ق ْ ُ َ َ َّ َ
ب ال َحفظة ف َي َت َج َاو ُزهَا إِلى َّ َ َ َ َ ْ صال ٍة ف ُت ْع ِج ُ َ أَ ْو َ
ص َع ُد ا ْل َح َف َظ ُة ِب َع َم ِل ا ْل َع ْب ِد ُي ْز ِه ُر َك َما ُي ْز ِه ُر ال َّن ْج ُم الَّذِي ِب ا ْل ِك ْب ِر َو َقدْ أَ َم َرنِي َر ِّبي أَنْ اَل أَ َد َع َع َمل َ ُم َت َك ِّب ٍر َي َت َج َاو ُزنِي إِلَى َغ ْي ِري َو َت ْ صاح ُ َ
صاحِبِ ِه َو َب ْطنِ ِه أَناَ اض ِر ْب بِ َهذا ال َع َم ِل َو ْج َه َ ْ َ ِف َو ْ َ
الرابِ َع ِة ف َيقول ُ ل ُه ق ْ ُ َ سمَاءِ َّ َ َ
ص ْو ٍم َو َح ٍّج ف َي ُم ُّر بِ ِه َعلى َملكِ ال َّ َ سمَاءِ ل ُه ت ْسبِي ٌح مِنْ َ َ َ فِي ال َّ
َع ُه َي َت َج َاو ُزنِي إِلَى َغ ْي ِري َفقُلْ َل ُه اَل َغ َف َر هَّللا ُ لَ َك ب َفإِنَّ َر ِّبي أَ َم َرنِي أَنْ اَل أَد َ ب ِب َن ْفسِ ِه إِ َّن ُه مَنْ َع ِمل َ َو َد َخل َ َم َع ُه ا ْل ُع ْج ُ ِب ا ْل ُع ْج ِ صاح ُ َملَ ُك َ
س ِة مِنْ َع َم ِل َ ِ
م ا َ
خ لْ ا م
َّ َاءِ س ال ى َ ل ع ِ
ه ب
ِ َ ْ َ َ ُ ُّ ِ َر م ي َ
ف ا ه ِ ل عب ى َ ل إ ِ
ة َ
ف و ُ ف ْ
ز م ْ
ل
َ ُ ِ َ ا وس ر ع ْ
ل ا كَ ِ
ة كَ ِ ئ ال م ْ
ل ا ع م
َِ َ ِ َْ َ َ َ ِ
د ب ع ْ
ل ا ل م ع ب ةُ ظ َ َ
ف ح لْ ا
َّ ٍ َ ْ َ ُ َد ع ص َ
ت و ام يَ أ ةَ ثَ ال َ
ث ُ
ه نُ َو َي ْل َع
َ
اض ِر ْب بِ َهذا ا ْل َع َم ِل ِب ا ْل َح َ َ
س ف َيقول ُ لَ ُه ا ْل َملَ ُك أ َنا َ ُ َ س ِد َعلَ ْي ِه َ َ َ
س ِد ْ صاح ُ ش ْم ِ ض ْوءِ ال َّ ض ْو ٌء َك َ ِير األ َ صال ِة َولِذلِ َك ا ْل َع َم ِل َزئِي ٌر َك َزئ ِ ا ْل ِج َها ِد َوال َّ
سدَ ُه ْم َو َو َق َع فِي ِه ْم َف َي ْح ِملُ ُه َعلَى اح ِم ْل ُه َعلَى َعاتِقِ ِه إِ َّن ُه َي ْحسِ ُد مَنْ َي َت َعلَّ ُم َو َي ْع َمل ُ ِب ِم ْث ِل َع َملِ ِه إِ َذا َرأَى ا ْل َع ِبي َد فِي ا ْل َع َم ِل َح َ صاح ِِب ِه َو ْ َو ْج َه َ
َّ ْ
س ِة ف َيقول ُ ال َمل ُك ال ُم َوكل ُ بِ َها َ ْ ُ َ سا ِد َ سمَاءِ ال َّ اوز بِ ِه إِلى ال َّ َ ُ ُ َ
صال ٍة َوزكا ٍة َو َح ٍّج فت َج ِ َ َ ْ
ص َع ُد ال َحفظة بِ َع َم ِل ال َع ْب ِد مِنْ َ ُ َ َ ْ َ ً
َعاتِقِ ِه َو َيل َعن ُه َما دَ ا َم َح ّيا َوت ْ ُ ْ
ش َمتُ ِب ِه صا َب ُه َبال ٌءَ ،بلْ َكانَ َي ْ سا ًنا َق ُّط مِنْ ِع َبا ِد هَّللا ِ أَ َ صاح ِِب ِه إِ َّن ُه َكانَ اَل َي ْر َح ُم إِ ْن َ .اض ِر ُبوا ِب َه َذا ا ْل َع َم ِل َو ْج َه َ ْ
سمَاءِ ِير َف َي ُم ُّر َعلَى َملَكِ ال َّ حفظة بِ َع َمل ال َع ْبد بضوء َتا ٍّم َوقِ َي ٍام َكث ٍ دَع َع َملَ ُه يحاوزني ،وتصعد ا ْل َ الر ْح َمةِ ،أَ َم َرنِي َر ِّبي أَنْ اَل أَ َ أَ َنا َملَ ُك َّ
ب ُكل َّ ب أَ ْح ُج ُ ار َح ُه َوا ْقفِلْ َعلَى َق ْل ِب ِه أَ َنا َملَ ُك ا ْلح َِجا ِ اض ِر ْب ِب َه َذا ا ْل َع َم ِل َج َو ِ ِب ا ْل َع َم ِل الَّذِي ل َِغ ْي ِر هَّللا ِ ْ صاح ُ ِف أَ َنا َ اب َع ِة َف َيقُول ُ ا ْل َملَ ُك ق ْ س ِ ال َّ
َ ُ َ ُ َ اَل
ص فِي ال َم َدائ ِِن أ َم َرنِي َر ِّبي أنْ أ َد َعه َيت َج َاوزنِي إِلى َ َ ْ يتَ ِس َوال ِّ ْ
صاح ُبه غ ْي َر ِ َوأ َرا َد بِه الذك َر فِي ال َم َجال ِْ ِّ ِ َ هَّللا َ ُ ِ ِ
س ِ أ َرا َد بِه َ َ هَّلِل َ
َع َم ٍل ل ْي َ
الس ْب َع ُة ُت ْح َمل ُ َعلَ ْي ِه ش ِّي ُع ُه ا ْل َمالئِ َك ُة َّ ِير َو ُت َ ٍ ث ك َ رٍ ْ
ك ذِ و
َ ت
ٍ م
ْ ص َ وَ ق
ٍ ُ لخُ نِ س
ْ ح
ُ ِنْ م ِ
ه ب
ِ ا ج ً ه
ِ َ
ت بْ م ُ دِ ب
ْ عَ ْ
ل ا لِ مَ ع
َ ب
ِ ُ
ة ظ َ َ
ف ح
َ ْ
ل ا د
ُ ع
َ ص
ْ َ
ت و
َ ه ُ َ ل نْ كُ ي
َ َغ ْي ِري َما لَ ْم
ِيب َعلَى َما الرق ُ ب أَ ْن ُت ُم ا ْل َح َف َظ ُة َوأَ َنا َّ الر ُِّص َو ُدعَاءٍ َ ،ف َيقُول ُ َّ ب ُكلُّ َها َح َّتى َيقُو ُموا َبيْنَ َيدي الرب فيشهدوا َعلَ ْي ِهِ ب َع َم ٍل َخال ٍ ص َع ُد ا ْل ُح ُج ُ َو َت ْ
َ َ َ
سول َ ِ َما الذِي أ ْع َمل ُ فقال َ َّ هَّللا ْ ُ َ ُ َ َ
فِي َنفسِ ِه إِن ُه ل ْم َي ِردْ بِ َع َملِ ِه َو ْج ِهي فتقول ُ ال َمالئِكة َعل ْي ِه ل ْعنت َك َول ْعنتنا ،ف َبكى ُم َعاذ بْنُ َج َب ٍل قال َ قلتُ َيا َر ُ
َ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ َّ ْ
سول ُ هَّللا ِ َوأَ َنا ُم َعا ُذ بْنُ َج َب ٍل َف َقال َ ال َّن ِبي إِنْ َكانَ فِي َع َملِ َك َت ْقصِ ي ٌر َيا ُم َعا ُذ سول َ هَّللا ِ أَ ْنتَ َر ُ ا ْق َت ِد ِب َن ِب ِّي َك َيا ُم َعا ُذ فِي ال َّن ِبيِّينَ َقال َ ُق ْلتُ َيا َر ُ
َ ُ ُ
ش فِي َم َجالِسِ ك لِك ْي َي ْحذ ُروك السوء خلقِك َوال َ َ َ َ ْ َ َ
ض ِع إِخ َوانِك َوال ت َراءِ بِ َع َملِك َوال تف ُح ْ ُ َ ْ س َك بِ َو ْ ا ْق َط ْع ل َِسا َن َك َعنْ إِ ْخ َوانِ َك َوال ُت َز ِّك َن ْف َ
َ
ار َوذلِ َك ق ْول ُ َ ِالب ال َّن ِ اس ف ُي َم ِّزق َك ك ُ َ َ اس ف َي ْنقطِ َع َع ْن َك َخ ْي َراتُ ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِر ِة َوال ُت َم ِّز ِق ال َّن َ َ َ آخ ُر َوال َت ْع ُظ ْم َعلَى ال َّن ِ اج َم َع َر ُج ٍل َوعِ ْن َد َك َ َت َت َن َ
سول َ هَّللا ِ َ َ ُ ر ا ي تُ ْ
ل ُ ق م ْ
ظ ع
ْ َ َ َ َ لْ ا و م ح َّ ل ال طُ شِ ن ْ َ
ت ارِ ن َّ ال ِالب
ُ ك َ ل ا َ
ق ُوَ َه ا م ِ هَّللا ي
َ ِ َّ بن َ ا ي تُ ْ
ل ُ ق ُو ه
ِ َ َ ا م ي ر دْتَ َ أ ا} ً
ط شْ َ
ن ت ِ ا ط َ اشِ َّ
ن ال {وِ َِ
ه ابتَ كِ ِي ف ى َ ل ا هَّللا َ
ع َ
ت ِ
س َرهُ هَّللا ُ َت َعالَى ل ُهَ َ َ
ِصال َ قال َ َيا ُم َعاذ إِ َّن ُه ل َيسِ ي ٌر َعلى مَنْ َي َّ ُ َ ْ
َومَنْ ُيطِ يقُ هَ ِذ ِه الخ َ
[ Lihat :
**************************************
ُون هَّللا ِ َول ٌِّي َوال َ
شفِي ٌع س َل َها مِنْ د ِ س َبتْ لَ ْي َ سل َ َن ْف ٌ
س ِب َما َك َ َو َذ ِر الَّذِينَ ا َّت َخ ُذوا دِي َن ُه ْم لَ ِع ًبا َولَ ْه ًوا َو َغ َّر ْت ُه ُم ا ْل َح َياةُ ال ُّد ْن َيا َو َذ ِّك ْر ِب ِه أَنْ ُت ْب َ
اب أَلِي ٌم بِ َما َكا ُنوا َي ْكفُرُونَ
ِيم َو َع َذ ٌ
اب مِنْ َحم ٍ ش َر ٌ وإِنْ َت ْع ِدلْ ُكل َّ عَدْ ٍل ال ُي ْؤ َخ ْذ ِم ْن َها أُولَئِ َك الَّذِينَ أ ُ ْبسِ لُوا بِ َما َك َ
س ُبوا َل ُه ْم َ َ
Maksudnya :
" Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-
gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan al-Quran
itu agar diri masing-masing tidak dijerumuskan ke dalam neraka, kerana perbuatannya sendiri.
Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafaat selain daripada Allah. Dan jika
ia menebus dengan segala macam tebusan sekalipun, nescaya tidak akan diterima itu
daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan
perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan
"azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
**************************
ث ال ُّد ْن َيا ُن ْؤتِ ِه ِم ْن َها َو َما لَ ُه فِي اآلخ َِر ِة مِنْ َنصِ يبٍ
ث اآلخ َِر ِة َن ِزدْ َل ُه فِي َح ْرثِ ِه َومَنْ َكانَ ُي ِري ُد َح ْر َ
مَنْ َكانَ ُي ِري ُد َح ْر َ
" Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu
baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya
"sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat .
****************************
ب
ض ِر ُ سمَاءِ ُ )24( ت ْؤتِي أ ُ ُكلَ َها ُكل َّ ح ٍ
ِين بِإِ ْذ ِن َر ِّب َها َو َي ْ صلُ َها َثابِتٌ َو َف ْر ُع َها فِي ال َّ ب هَّللا ُ َم َثال َكلِ َم ًة َط ِّي َب ًة َك َ
ش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة أَ ْ ض َر َ أَلَ ْم َت َر َك ْي َ
ف َ
هَّللا ُ األ ْم َثال َ لِل َّن ِ
اس لَ َعلَّ ُه ْم َي َت َذ َّكرُونَ 25(
pohon itu memberikan buahnya pada tiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (25)
"Dari Abu Umamah Al-Bahili berkata: 'Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah s.a.w. lalu
bertanya:'Bagaimanakah pendapatmu jika ada seorang lelaki berjuang kerana ingin
mendapatkan pahala dan tanda jasa, apakah yang akan ia dapatkan?'. Jawab Rasulullah s.a.w.:
' Ia tidak mendapatkan pahala apa-apa', sampai beliau mengulang tiga kali, Rasulullah s.a.w.
berkata kepadanya:'Ia tidak mendapatkan pahala apa-apa'. Kemudian Nabi bersabda:
'Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amal kecuali disertai dengan keikhlasan dan
semata-mata kerana mencari keredaan Allah'. [HR. An-Nasai]