Anda di halaman 1dari 4

Hukum Wuduk Sahibul Jabirah ( Pakai Simen Akibat Patah )

Menurut pandangan Mazhab Syaf’ie yang Azhar ( Masyhur ) –


Wajib Qada’ ( ganti solat ) / I’adah ( Ulangi ) solat tersebut jika:
1- Balutan di atas anggota Tayammum (muka dan tangan)
2- Balutan itu bukan pada anggota tayammum tetapi dipakaian semasa
berhadas.
3- Balutan itu bukan pada anggota tayammum dan dipakaikan semasa
suci dari hadas tetapi ada najis yang tidak dimaafkan dibawah
balutan
4- Balutan itu pada bukan anggota tayammum dan dipakaikan dia
semasa suci dan tiada najis yang tiada dimaafkan tetapi balutan itu
besar atau lebih daripada kadar yang dikehendaki bagi balutan
tersebut.

Tidak Wajib Qada’/I’adah jika:


1- Balutan pada bukan anggota tayammum dan dilakukan
semasa suci daripada hadas serta tidak ada najis yang tidak
dimaafkan dibawah balutan.
2- Balutan yang dibuat tidak melebihi kadar yang diperlukan.
( rujukan Sabilal Muhtaddin ) Menurut pandangan ke-2 iaitu
Muqabil al-Azhar dalam Mazhab Syafie, pendapat mazhab al
– Hanafiyah dan al- Malikiah. Sohibul Jabirah ( Memakai
simen ) ini hanya perlu membasuh anggota wuduknya yang
sihat dan menyapu pada jabirahnya. Adalah digalakkan untuk
melakukan I’adah (ulangi) solat yang dilakukan dengan wuduk
jabirah. Mengguna pakai pandang ke-2 ( Muqabil Al- Azhar
Mazhab Syafie ) – telah dipersetujui dalam Resolusi
Muzakarah Haji ke -20.

Kelebihan solat di Masjidil Haram Dari Ibn Abbas :


“Barangsiapa yang solat di dalam Masjidil Haram di sekeliling
BaitullahhilHaram, nescaya dicatatkan baginya pahala 25 x
100 ribu sembahyang. Seorang tabi’in bertanya; adakah ini
hanya pendapatmu sahaja wahai Ibn Abbas atau dari Baginda
SAW, katanya tidak dari aku bahkan daripada Rasulullah
SAW”. Walaupun beramal dengan amalan baik di Tanah Suci
Makkah di luar Masjidil Haram akan ditulis pahala berganda,
namun beramal di Masjidil Haram akan mendapat berbagai
kelebihan pahala yang tidak terdapat ditempat yang
lain,contohnya seperti melihat Kaabah, bersolat dalam
keadaan bilangan jemaah yang ramai dan tempat yang
mustajab doa serta mempunyai keberkatan yang tinggi. Zahir
bin Muhammad berkata : Orang yang duduk dalam Masjidil
Haram sambil melihat kepada Baitullah sedangkan ia tidak
mengerjakan tawaf dan tidak sembahyang sunat lebih baik
daripada orang yang sembahyang dirumahnya dengan tidak
melihat Baitullah. (Rujukan: Fadhail Makkah waHurmattillahi
BaitillahilHaram) Galakkan Jemaah Haji yang sihat dan
berkemampuan menunaikan solat sebanyak mungkin di
Masjidil Haram, khususnya kepada Jemaah Haji lelaki. Inilah
peluang untuk menunaikan solat di Masjidil Haram dalam
meniti usia kehidupan dan kesempatan berada di Tanah Suci

Makkah .
Cara Mengusap Pembalut Luka
saat Wudhu
Penulis
 Moh Juriyanto
 -
1 Mei 2018
0
534

BincangSyariah.Com – Dalam kitab-kitab fiqih terdapat pembahasan mengenai anggota


tubuh yang diperban karena luka, patah dan lain sebagainya. Peralatan penutup luka
seperti itu disebut dengan jabirah, atau pembalut. Pengertian jabirah adalah pembalut
yang dipasang dan diletakkan pada bagian tubuh yang retak, pecah, patah, atau terluka
agar segera pulih kembali. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang
termasuk jabirah di antaranya adalah gips, perban, pembalut, obat dan lain sebagainya.

Selama masih hidup, orang Muslim wajib melaksanakan shalat dalam kondisi apa pun
termasuk ketika dalam kondisi bagian tubuh tengah diperban. Sedangkan shalat harus
dilakukan dalam keadaan suci dari hadas baik besar maupun kecil sehingga harus mandi
wajib dan wudhu. Lalu bagaimana solusinya?

Bagi seseorang yang pada bagian tubuhnya terdapat jabirah, ketika bersuci dari hadas
besar atau kecil, tetap wajib membasuh bagian anggota yang dibalut tersebut meskipun
akan memerlukan air panas. Namun apabila membasuh anggota tubuh yang dibalut
khawatir akan mendapat bencana, misalnya akan menimbulkan penyakit, menambah
perih atau lama sembuh, maka diperbolehkan bersuci dengan mengusap pembalut tanpa
harus melepasnya kemudian bertayamum. Tayamum wajib dilakukan sebagai ganti dari
anggota yang wajib dibasuh.

Kebolehan mengusap jabirah, jika terjadi beberapa ketentuan berikut; 1) tidak mungkin


melepas jabirahkarena dikhawatirkan akan terlalu lama menderita, sakitnya bertambah
parah atau justru akan menimbulkan luka baru. 2) posisi jabirah tidak sampai melebihi
anggota yang sehat di sekitar luka, kecuali sekadar bagian yang diperlukan untuk
melekatkan pembalut. 3) waktu pemasangan jabirah dalam keadaan suci dari hadas.

Bagi orang yang sedang hadas besar dan ingin mandi wajib, sedangkan pada bagian
anggota tubuhnya diperban, maka ada tiga hal yang harus dilakukan dengan dua pilihan.
Pilihan pertama diawali dengan; 1) tayamum, 2) membasuh seluruh anggota tubuh yang
sehat, 3) kemudian mengusap jabirah dengan air. Sedangkan pilihan kedua diawali dengan;
1) membasuh seluruh anggota yang sehat dan membasuh anggota di sekitar jabirah, 2)
mengusap jabirah dengan air, 3) kemudian tayamum.

Baca Juga :  Ini Pembagian Waktu Salat Maghrib dan Isya’


Sedangkan bagi orang yang ber-hadas dan pada bagian anggota tubuhnya
terdapat jabirah, ketika ingin wudhu harus memperhatikan hal-hal berikut;

Pertama; apabila jabirah terdapat pada bagian anggota di luar wudhu, maka harus


melakukan wudhu seperti biasa dan tidak wajib mengusap jabirah maupun tayamum,
karena jabirah-nya tersebut tidak berpengaruh apa-apa.

Kedua; apabila jabirah terdapat pada bagian anggota wudhu, maka ada tiga hal yang harus
di lakukan; 1) membasuh seluruh anggota wudhu yang sehat, 2) mengusap jabirah dengan
air, 3) dan tayamum.

Dalam mandi wajib, antara membasuh anggota yang sehat, mengusap jabirah dan


tayamum tidak disyaratkan tartib sehingga boleh tayamum dilakukan di awal maupun di
akhir. Sedangkan dalam wudhu, antara membasuh anggota wudhu, mengusap jabirah dan
tayamum disyaratkan tartib. Tidak boleh tayamum dilakukan di awal atau akhir wudhu
seperti pada mandi wajib. Misalnya jabirah terdapat pada bagian wajah, maka pelaksanaan
membasuh anggota wudhu harus tertib di mulai dari; Niat wudhu sekaligus membasuh
wajah yang sehat di sekitar jabirah, mengusap jabirah dengan air, lalu tayamum kemudian
dilanjutkan pada bagian anggota wudhu setelahnya.

Anda mungkin juga menyukai