Anda di halaman 1dari 3

RUTINAN DZIKIR BERSAMA DAN TAHLILAN DENGAN SATU SUARA

JAWABAN TERHADAP WAHABI

WAHABI: “Anda belum menjawab, alasan Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah membid’ahkan doa bersama setelah shalat, baik dimpimpin oleh seorang imam
atau berdoa sendiri-sendiri.”

SUNNI: “Doa bersama dengan dipimpin oleh seorang imam, itu telah diamalkan oleh umat Islam sejak generasi salaf, dan memiliki dasar yang sangat kuat
dalam al-Qur’an dan hadits.”

WAHABI: “Owh, mana dalil al-Qur’an nya?

SUNNI: “Dalam al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala menceritakan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalaam:

)٨٩ : ‫ (يونس‬.‫َق اَل َقْد ُأِج يَب ْت َد ْع َو ُتُك َما َفاْس َتِقيَما‬.

“Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, oleh karena itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus.” (QS. Yunus : 89).

Dalam ayat di atas, al-Qur’an menegaskan tentang dikabulkannya doa Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalaam. Padahal yang berdoa sebenarnya Nabi
Musa ‘alaihissalaam, sedangkan Nabi Harun ‘alaihissalaam hanya mengucapkan amin, sebagaimana diterangkan oleh para ulama ahli tafsir. Nabi Musa
‘alaihissalam yang berdoa dan Nabi Harun ‘alaihissalam yang mengucapkan amin, dalam ayat tersebut sama-sama dikatakan berdoa. Hal ini menunjukkan
bahwa doa bersama dengan dimpimpin oleh seorang imam adalah ajaran al-Qur’an, bukan ajaran terlarang. (Bisa dilihat dalam Tafsir al-Hafizh Ibnu Katsir,
4/291).”

WAHABI: “Selain dalil al-Qur’an, apakah ada dalil hadits?”

SUNNI: “Ya ada. Misalnya hadits berikut ini:

Pertama, hadits Habib bin Maslamah al-Fihri:

‫ رواه الطبراني في الكبير و الحاكم في المستدرك وقال صحيح على شرط‬. ‫ َال َيْج َتِمُع َقْو ٌم ُمْس ِلُمْو َن َي ْد ُعْو َبْع ُضُهْم َو ُيَؤ ِّمُن َبْع ُضُهْم ِإَّال اْس َت َج اَب ُهللا ُد َع اَءُهْم‬: ‫ َس ِمْع ُت َر ُسْو َل ِهللا صلى هللا عليه وسلم َي ُقْو ُل‬: ‫َع ْن َح ِبْيِب ْب ِن َمْس َلَم َة اْلِفْه ِر ِّي َو َك اَن ُمَج اَب الَّدْع َو ِة رضي هللا عنه َق اَل‬
‫ رجاله رجال الصحيح غير ابن لهيعة وهو حسن الحديث‬:‫ وقال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد‬،‫مسلم‬.

“Dari Habib bin Maslamah al-Fihri radhiyallahu ‘anhu –beliau seorang yang dikabulkan doanya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah
pasti mengabulkan doa mereka.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [3536], dan al-Hakim dalam al-Mustadrak 3/347. Al-Hakim berkata, hadits ini
shahih sesuai persyaratan Muslim. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid 10/170, para perawi hadits ini adalah para perawi hadits shahih,
kecuali Ibn Lahi’ah, seorang yang haditsnya bernilai hasan.”

Hadits di atas, memberikan petunjuk kepada kita, agar sering berkumpul untuk melakukan doa bersama, sebagian berdoa, dan yang lainnya membaca
amin, agar doa dikabulkan.

Kedua, hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma

‫ رواه الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف‬. ‫ َالَّداِع ْي َو اْل ُمَؤ ِّمُن ِفي ْاَألْج ِر َش ِر ْيَكاِن‬:‫ َق اَل َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫َع ِن اْب ِن َعَّباٍس َر ِض َي ُهللا َع ْن ُهَما َق اَل‬.

“Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang berdoa dan orang yang membaca amin
sama-sama memperoleh pahala.” (HR. al-Dailami [3039] dalam Musnad al-Firdaus dengan sanad yang lemah).

Kelemahan hadits ini dapat dikuatkan dengan hadits sebelumnya dan ayat al-Qur’an di atas.

Ketiga, hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

‫ َف ِإَّن ُموَس ى َك اَن َي ْد ُعو َو ُيَؤ ِّمُن‬، ‫ ِإَّال َأْن َي ُك وَن هللا َأْع َط اَها َهاُروَن‬، ‫ َو َلْم ُيْع َط َها َأَح ٌد ِّمَمْن َك اَن َقْب َلُك ْم‬، ‫ َو ُأْع ِط يُت آِميَن‬، ‫ َو ُأْع ِط يُت الَّس َالَم َو ُهَو َت ِحَّي ُة َأْه ِل اْلَج َّن ِة‬، ‫ َص َالًة ِفي الُّص ُفوِف‬: ‫ ُأْع ِط يُت َثَالَث ِخَص اٍل‬: ‫ َق اَل َر ُسوُل هللا َص َّلى هللا َع َليه وَس َّلم‬: ‫ َق اَل‬، ‫عن َأَنُس ْبُن َم اِلٍك‬
‫ رواه الحارث وابن مردويه وسنده ضعيف‬. ‫َهاُروَن‬

Anas bin Malik berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku dikaruniakan tiga perkara; shalat dalam shaf-shaf. Aku dikaruniakan
salam, yaitu penghormatan penduduk surga. Dan aku dikaruniakan Amin, dan belum pernah seseorang sebelum kalian dikaruniakan Amin, kecuali Allah
karuniakan kepada Harun. Karena sesungguhnya Musa yang selalu berdoa, dan Harun selalu membaca amin.” (HR al-Harits bin Abi Usamah dan Ibnu
Marduyah. Sanad hadits ini dha’if. Lihat, al-Amir al-Shan’ani, al-Tanwir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, 2/488).

Kelemahan hadits ini dapat diperkuat dengan hadits-hadits sebelumnya serta ayat al-Qur’an di atas. Hadits di atas mengisyaratkan pentingnya membaca
amin bagi orang orang lain, sebagaimana bacaan amin Nabi Harun ‘alaihissalam atas doa Nabi Musa ‘alaihissalam.

Keempat, hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha

‫ وإسحاق بن راهوية في مسنده قال‬،‫ َما َح َس َد ْتُك ُم اْلَيُهْو ُد َع لَى َشْي ٍء َما َح َس ُدْو ُك ْم َع لَى الَّس َالِم َو الَّت ْأِمْي ِن أخرجه البخاري في األدب المفرد وأحمد بمعناه ابن ماجة وقال البوصيري هذا إسناد صحيح‬: ‫ قال‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ عن النبي‬- ‫ رضي هللا عنها‬- ‫عن عائشة‬
‫ وقال الحافظ ابن حجر صححه ابن خزيمة وأقره‬،‫األمير الصنعاني قد صححه جماعة‬.
.
“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-orang Yahudi tidak hasud kepada kalian melebihi hasud mereka
pada ucapan salam dan amin.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad [988], Ahmad 6/134, Ibnu Majah [856], dan Ibnu Rahawaih dalam al-Musnad [1122].
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Hafizh al-Bushiri dan lain-lain. Lihat al-Amir al-Shan’ani, al-Tanwir Sayrh al-Jami’ al-
Shaghir, 9/385).
Hadits di atas menganjurkan kita memperbanyak ucapan salam dan amin. Tentu saja ucapan salam kepada orang lain. Demikian pula memperbanyak
ucapan amin, baik untuk doa kita sendiri, maupun doa orang lain. Hadits ini juga menjadi dalil, bahwa ajaran Syiah sangat dekat dengan Yahudi, karena
sama-sama melarang membaca amin.

Dari paparan di atas, jelas sekali bahwa doa bersama, dengan dipimpin oleh seorang imam memang ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.

WAHABI: “Bagaimana tanggapan Anda terhadap fatwa Imam Ahmad bin Hanbal radhiyallahu ‘anhu berikut ini:

Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya:

‫يكره أن يجتمع القوم يدعون هللا سبحانه وتعالى ويرفعون أيديهم؟‬

“Apakah diperbolehkan sekelompok orang berkumpul, berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan mengangkat tangan?”

Maka beliau mengatakan:

‫ إال أن يكثروا‬،‫ما أكرهه لإلخوان إذا لم يجتمعوا على عمد‬

“Aku tidak melarangnya jika mereka tidak berkumpul dengan sengaja, kecuali kalau terlalu sering.” (Diriwayatkan oleh Al-Marwazy di dalam Masail Imam
Ahmad bin Hambal wa Ishaq bin Rahuyah 9/4879)

SUNNI: “Semoga Allah meridhai dan merahmati Sayyidina al-Imam Ahmad bin Hanbal. Semoga Allah mengalirkan berkah beliau dan ilmunya kepada kami.
Fatwa Imam Ahmad bin Hanbal, tidak diikuti oleh mayoritas ulama. Dalam fatwa di atas, Imam Ahmad tidak suka orang-orang melakukan doa bersama dan
dzikir bersama apabila dilakukan dengan sengaja dan terlalu sering.”

WAHABI: “Mengapa mayoritas ulama tidak mengikuti fatwa Imam Ahmad bin Hanbal? Bukankah beliau ulama salaf yang diakui kehebatannya dalam ilmu
dan amal?”

SUNNI: “Mayoritas ulama menghargai fatwa beliau, tetapi tidak mengikutinya, karena dalil-dalil Sunnah sangat kuat menganjurkan doa bersama dan dzikir
bersama. Sebagaimana dimaklumi, Imam Ahmad dalam fatwanya tidak menjelaskan dalilnya, dan para ulama Wahabi juga tidak pernah menjelaskan dalil
beliau.”

WAHABI: “Mana dalilnya? Jangan-jangan dalilnya hanya sedikit.”

SUNNI: “Akhi, dalil itu, selama metode istinbath nya shahih, meskipun hanya ada satu dalil, itu sudah dibenarkan dalam kacamata agama. Apalagi dalilnya
banyak. Selain dalil-dalil di atas, yang menganjurkan doa bersama, banyak sekali hadits-hadits yang menganjurkan doa bersama dan dzikir bersama.
Misalnya hadits berikut ini:

‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ِإَّن ِهلل َمالِئَك ًة َي ُط وُفوَن ِفي الُّط ُر ِق َي ْلَت ِمُسوَن َأْه َل الِّذْك ِر َف ِإَذ ا َو َج ُدوا َقْو ًما َي ْذ ُك ُروَن َهللا َتَناَد ْو ا َه ُلُّموا ِإَلى َح اَج ِتُك ْم َق اَل َفَيُح ُّف وَن ُهْم ِبَأْج ِنَح ِتِه ْم ِإَلى الَّس َماِء الُّد ْن َيا َق اَل َفَيْس َأُلُهْم َر ُّبُهْم َو ُهَو َأْع َلُم ِم ْن ُهْم َما َي ُقوُل‬
‫ِع َباِدي َقاُلوا َي ُقوُلوَن ُيَس ِّبُح وَن َك َو ُيَكِّبُر وَن َك َو َيْح َم ُد وَن َك َو ُيَمِّج ُد وَن َك َق اَل َفَي ُقوُل َهْل َر َأْو ِني َق اَل َفَي ُقوُلوَن اَل َو ِهللا َما َر َأْو َك َق اَل َفَي ُقوُل َو َك ْيَف َلْو َر َأْو ِني َق اَل َي ُقوُلوَن َلْو َر َأْو َك َكاُنوا َأَشَّد َلَك ِع َباَد ًة َو َأَشَّد َلَك َتْم ِجيًدا َو َتْح ِميًدا َو َأْكَث َر َلَك َتْس ِبيًح ا َق اَل َي ُقوُل َفَما َيْس َأُلوِني َق اَل َيْس َأُلوَن َك اْلَج َّنَة‬
‫َق اَل َي ُقوُل َو َهْل َر َأْو َها َق اَل َي ُقوُلوَن اَل َو ِهللا َيا َر ِّب َما َر َأْو َها َق اَل َي ُقوُل َفَك ْيَف َلْو َأَّن ُهْم َر َأْو َها َق اَل َي ُقوُلوَن َلْو َأَّن ُهْم َر َأْو َها َك اُنوا َأَشَّد َع َلْيَها ِحْر ًصا َو َأَشَّد َلَها َط َلًبا َو َأْع َظ َم ِفيَها َر ْغ َب ًة َق اَل َف ِمَّم َي َت َع َّو ُذ وَن َق اَل َي ُقوُلوَن ِمْن الَّن اِر َق اَل َي ُقوُل َو َهْل َر َأْو َها َق اَل َي ُقوُلوَن اَل َو ِهللا َيا َر ِّب َما‬
‫َر َأْو َها َق اَل َي ُقوُل َفَك ْيَف َلْو َر َأْو َها َق اَل َي ُقوُلوَن َلْو َر َأْو َها َكاُنوا َأَشَّد ِم ْن َها ِفَر اًر ا َو َأَشَّد َلَها َم َخ اَف ًة َق اَل َفَي ُقوُل َف ُأْش ِه ُدُك ْم َأِّن ي َقْد َغ َفْر ُت َلُهْم َق اَل َي ُقوُل َم َلٌك ِمْن اْل َم اَل ِئَك ِة ِفيِه ْم ُفاَل ٌن َلْيَس ِم ْن ُهْم ِإَّن َما َج اَء ِلَح اَج ٍة َق اَل ُهْم اْلُج َلَس اُء ال َي ْش َقى ِبِه ْم َج ِليُسُهْم رواه البخاري ومسلم‬

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki banyak malaikat yang
selalu mengadakan perjalanan, mereka senantiasa mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka mendapati satu kaum sedang berdzikir kepada
Allah, maka mereka akan saling berseru: “Mintalah hajat kalian.” Beliau melanjutkan: “Lalu para malaikat itu mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga
memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia.” Beliau melanjutkan: “Lalu Tuhan mereka menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui dari
pada mereka: “Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Mereka mensucikan, membesarkan, memuji dan mengagungkan-
Mu.” Allah bertanya lagi: “Apakah mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihat-Mu.” Allah bertanya
lagi: “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Seandainya mereka pernah melihat-Mu, tentu mereka akan lebih
bersungguh-sungguh beribadah, mengagungkan dan semakin banyak mensucikan-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apa yang mereka minta kepada-Ku?” Para
malaikat itu menjawab: “Mereka memohon surga-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku?” Para malaikat itu menjawab:
“Belum wahai Tuhan kami.” Allah bertanya lagi: “Bagaimana jika mereka telah melihat surga-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Tentu mereka akan lebih
bersungguh-sungguh memohon dan menginginkannya.” Allah bertanya lagi: “Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku?” Para malaikat itu menjawab:
“Dari neraka-Mu.” Allah bertanya lagi: “Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu menjawab: “Demi Allah, mereka belum pernah
melihat neraka-Mu.” Allah bertanya lagi: “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?” Para malaikat itu itu menjawab: “Tentu mereka akan
semakin lari dan takut pada neraka itu.” Beliau melanjutkan: “Kemudian Allah berfirman: “Saksikanlah oleh kalian, bahwa Aku sudah mengampuni
mereka.” Beliau melanjutkan lagi, “Lalu sebagian malaikat itu berkata: “Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan, ia bukanlah termasuk
orang-orang yang berdzikir, hanya saja ia kebetulan datang karena ada keperluan (duduk bersama mereka).” Lalu Allah menjawab: “Mereka adalah kaum
yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.” (HR. al-Bukhari [6408] dan Muslim [4854]).

Hadits di atas jelas memberikan pelajaran tentang keutamaan majlis dzikir. Kita dianjurkan memperbanyak majlis dzikir. Kemudian di bagian akhir hadits
tersebut dijelaskan, tentang keutamaan orang yang tidak sengaja datang kepada mereka, lalu diampuni, padahal tidak bermaksud menjadi peserta majlis
dzikir. Nah, apabila orang yang tidak sengaja datang, begitu besar pahalanya, apalagi orang yang sengaja datang, tentu lebih besar pahalanya. Bukankah
begitu akhi? (Lihat, al-Hafizh Ibnu Hajar, Fath al-Bari, juz 11 hal. 213).

WAHABI: “Tapi kalau dalam dzikir, membaca dzikiran dengan satu suara itu kan tidak ada dalilnya? Berarti kan bid’ah dholalah dan masuk neraka.”

SUNNI: “Akhi, sebaiknya Anda jangan mudah berburuk sangka kepada umat Islam yang rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Apalagi ibadah
mereka telah dituntun oleh para ulama sejak awal-awal Islam masuk ke Indonesia. Mereka ulama yang sangat alim ilmunya akhi. Tidak bisa dibandingkan
dengan kita-kita yang hanya tahu sedikit sekali ilmu agama. Coba perhatikan hadits ini:

‫ رواه أحمد وعبد بن حميد وعبد الرزاق وابن أبي شيبة والطبراني‬.‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َو َأِبي َس ِعيٍد اْلُخْد ِر ِّي َع ْن َر ُسوِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل َما اْج َت َمَع َقْو ٌم َي ْذ ُك ُروَن َهللا ِإَّال َح َّفْت ُهْم اْل َمالِئَك ُة َو َتَغ َّشْت ُهْم الَّر ْح َم ُة َو َنَز َلْت َع َلْي ِه ْم الَّسِك يَن ُة َو َذ َك َر ُهْم ُهللا ِفيَمْن ِع ْن َد ُه‬.
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah berkumpul suatu kaum, mereka berdzikir
kepada Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat Allah menaungi mereka, ketenangan dari Allah turun kepada mereka dan Allah
menyebutkan mereka di antara orang-orang yang bersama-Nya.” (HR. Ahmad [11892], Abd bin Humaid [861], Abdurrazzaq [20577], dan al-Thabarani dalam
al-Ausath [1500]).

Hadits di atas, memberikan pelajaran tentang keutamaan dzikir berjamaah atau dzikir bersama.

WAHABI: “Ya walaupun dzikir bersama, tapi bacaannya kan tidak perlu seragam seperti paduan suara akhi.”

SUNNI: “Akhi, Anda mengerti makna berjamaah? Seandainya ada seratus orang berkumpul di Masjid, tapi shalatnya dilakukan sendiri-sendiri, apakah
dinamakan shalat berjamaah? Tentu tidak kan? Nah, dzikir berjamaah itu juga demikian, mereka sama-sama membaca, baik membaca sendiri-sendiri atau
dengan satu suara seperti paduan suara. Hal ini juga dipertegas dengan hadits lain tentang membaca satu suara:

‫َع ْن َش َّداِد ْب ِن َأْو ٍس َق اَل ِإَّن ا َلِع ْن َد َر ُسْو ِل ِهللا صلى هللا عليه ووسلم ِإْذ َق اَل َهْل ِفْي ُك ْم َغ ِر ْيٌب َيْع ِنْي َأْه َل اْلِك َت اِب ُقْلَنا َال َيا َر ُسْو َل ِهللا َف َأَمَر ِبَغ ْلِق اْلَباِب َفَق اَل اْر َفُعْو ا َأْيِدَي ُك ْم َفُقْو ُلْو ا َال ِإلَه ِإَّال ُهللا َف َر َفْع َنا َأْيِدَيَنا َس اَع ًة ُث َّم َو َض َع َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه ووسلم َيَد ُه ُث َّم َق اَل اْلَح ْم ُد ِهلل الّلُهَّم‬
)‫ (رواه أحمد والحاكم والطبراني والبزار وحسنه الحافظ المنذري‬. ‫ِإَّن َك َبَع ْث َتِنْي ِبَهِذِه اْلَك ِلَمِة َو َأَمْر َتِنْي ِبَها َو َو َع ْد َتِنْي َع َلْيَها اْلَج َّنَة ِإَّن َك َال ُتْخ ِلُف اْل ِمْيَع اَد ُث َّم َق اَل َأْبِش ُرْو ا َف ِإَّن َهللا َقْد َغ َف َر َلُك ْم‬.

“Syaddad bin Aus berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba beliau berkata, “Apakah di antara kalian ada orang asing (ahli
kitab)?” Kami menjawab, “tidak ada wahai Rasulullah.” Lalu beliau memerintahkan agar mengunci pintu dan berkata, “Angkatlah tangan kalian, lalu
katakan Laa ilaaha illallaah!” Kami mengangkat tangan beberapa saat, kemudian Rasulullah meletakkan tangannya. Lalu bersabda, “Alhamdulillah. Ya
Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku membawa kalimat tauhid ini, Engkau memerintahkannya kepadaku dan menjanjikanku surga karenanya,
sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.” Kemudian beliau bersabda, “Bergembiralah, sesungguhnya Allah telah mengampuni kalian.” (HR.
Ahmad [17121], al-Hakim 1/501, al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin [921], dan al-Bazzar. Hadits ini dihasankan oleh al-Hafizh al-Mundziri dalam al-
Targhib wa al-Tarhib 2/415).

Perhatikan, dalam hadits di atas, para sahabat membaca kalimah thoyyibah bersama-sama berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wallahu a’lam. bersambung

Anda mungkin juga menyukai