Anda di halaman 1dari 6

Dalil Tahlilan - PWNU Sumatera Utara

Tak henti-hentinya Wahabi Salafi menyalahkan Amaliyah


Aswaja, khususnya di Indonesia ini. Salah satu yang paling
sering juga mereka fitnah adalah Tahlilan yang menurutnya
tidak berdasarkan Dalil bahkan dianggap rujukannya dari kitab
Agama Hindu. Untuk itu, kali ini saya tunjukkan Dalil-Dalil
Tahlilan 3, 7, 25, 40, 100, Setahun & 1000 Hari dari Kitab
Ulama Ahlussunnah wal Jamaah, bukan kitab dari agama
hindu sebagaimana tuduhan fitnah kaum wahabi.

1)

‫ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى‬

‫ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ‬: ‫ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ‬
‫ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ‬
‫ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ‬
١٩٨ :‫ص‬,۲:‫ج‬, ‫ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي‬

Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah


kepada mayyit.”

Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya


sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap
kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke
tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25
sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga
100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun
dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga
1000 hari.” [Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)]

Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari)
jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahlilan?

2) Berkumpul ngirim doa adalah bentuk shodaqoh buat


mayyit.

‫ ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ‬، ‫ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ‬
‫ ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ‬، ‫ ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ‬،‫ﻃﻌﺎما‬
‫ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ‬، ‫ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ‬
‫ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ‬: ‫ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ‬
‫ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ‬
‫ ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ‬، ‫ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ‬

Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada


Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para
tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka
ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau
makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdul
Muttalib:

Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita


makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita
makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang
pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan
tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan
tangannya masing–masing dan makan.

[Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal


288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal
309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh
Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110]
3) Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-
Fatawi:

‫ ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ‬: ‫ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ‬


‫ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ‬

Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah


meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh
hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan
sebagai ganti dari mereka yang telah meninggal dunia pada
hari-hari tersebut.”

4)

‫ ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ‬, ‫ ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ‬: ‫ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ‬
‫ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ‬

Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang


mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur.
Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari,
sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh
hari.”

5) Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al


Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm
(IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i
berkata bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhir-akhirnya
nya beliau berkomentar lagi:

‫ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ‬

Bacaan Al-Quran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai,


Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di Madinah
dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan
Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit,
Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu
dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke
mayit itu sampai dengan ditambah berdoa “Allahumma
awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan
murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran
sampai.

6) Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad


ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu
Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan:

‫ٰﺬ‬ ‫َﻗ‬ ‫ْﻟ‬ ‫ِّﺗ‬ ‫َﻓ‬ ‫ْﻟ‬ ‫َﻗ ُﺔ‬ ‫َﺍ‬


‫ َﻭ ْﺪ َﻭ َﺭ َﺩ ْﺕ ِﺑ ِﻟَﻚ َﻋ ِﻦ‬. ‫َّﻣ ﺎ ﺍﻟَّﺼ َﺪ َﻋ ِﻦ ﺍ َﻤ ِّﻴ ِﺖ ِـ ﺎَّﻧ ُﻪ َﻳ ْﻨـَﺘ ـِﻔ ُﻊ ِﺑ َﻬ ﺎ ِﺑ ﺎ ـَﻔ ﺎِﻕ ﺍ ُﻤ ْﺴ ِﻠِﻤ ْﻴ َﻦ‬
‫ﺍﻟَّﻨ ِﺒ ِّﻲ َﺻ َّﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪُ َﻋ َﻠْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳ َّﻠَﻢ َﺍ َﺣ ﺎ ِﺩ ْﻳ ُﺚ َﺻ ِﺤ ْﻴ َﺤ ٌﺔ ِﻣ ْﺜ ُﻞ َﻗ ْﻮ ِﻝ َﺳ ْﻌ ٍﺪ ( َﻳ ﺎ َﺭ ُﺳ ْﻮ َﻝ ﺍﻟﻠِﻪ ِﺍَّﻥ‬
‫ُﺍ ِّﻣ ْﻲ ُﺍ ْﻓ ﺘُـ ِﻠ ﺘَـْﺖ َﻧْﻔ ُﺴ َﻬ ﺎ َﻭ َﺍ َﺭ ﺍَﻫ ﺎ َﻟْﻮ َﺗ ـَﻜَّﻠَﻤ ْﺖ َﺗ َﺼ َّﺪ َﻗ ْﺖ َﻓ َﻬ ْﻞ َﻳ ْﻨـَﻔ ـُﻌ َﻬ ﺎ َﺍ ْﻥ َﺍ َﺗ ـَﺼ َّﺪ َﻕ َﻋ ْﻨَﻬ ﺎ ؟‬
‫ َﻭ َﻛٰﺬ ِﻟَﻚ َﻳ ـْﻨـَﻔ ـُﻌ ُﻪ ﺍْﻟَﺤ ُّﺞ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻭ ْﺍ ُﻻ ْﺿ ِﺤ َﻴ ُﺔ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻭ ﺍْﻟِﻌ ْﺘ ُﻖ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻭ ﺍﻟُّﺪ َﻋ ﺎُﺀ‬, ‫ َﻧ ـَﻌ ْﻢ‬: ‫َﻓ َﻘ ﺎَﻝ‬
‫ َﻭ ْﺍ ِﻻ ْﺳ ِﺘ ْـﻐُﻒ ﺭَﺍ َﻟُﻪ ِﺑ َﻼ ِﻧ ﺰَﺍ ٍﻉ َﺑ ْﻴ َﻦ ْﺍ َﻷِﺋَّﻤ ِﺔ‬.

“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil


manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu
terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw.
seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya
ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup
pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah
sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga
bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak,
do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di
antara para imam”. [Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-
315)]

7) Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya


menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-
Qur’an kepada:

‫َﻓ ِﺎ َﺫ ﺍ ُﺍ ْﻫ ِﺪ َﻱ ِﻟَﻤ ِّﻴ ٍﺖ َﺛ َﻮ ﺍُﺏ ِﺻ ﻴَﺎ ٍﻡ َﺍ ْﻭ َﺻ َﻼٍﺓ َﺍ ْﻭ ِﻗ َﺮ َﺋ ٍﺔ َﺟ ﺎَﺯ َﺫ ِﻟَﻚ‬

Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa,


pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah
thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”. [Referensi :
(Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)]
8) Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari
madzhab Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam
Nawawi menegaskan;

‫ َﻧ ـَّﺺ‬. ‫ُﻳ ْﺴ ـَﺘ ـَﺤ ُّﺐ َﺍ ْﻥ َﻳ ـْﻤ ُﻜَﺚ َﻋ ﻠَﻰ ْﺍ ﻟَﻘ ْﺒ ِﺮ َﺑْﻌ َﺪ ﺍﻟُّﺪ ْﻓ ِﻦ َﺳ ﺎَﻋ ـًﺔ َﻳ ْﺪ ُﻋ ْﻮ ِﻟ ْﻠَﻤ ِّﻴ ِﺖ َﻭ َﻳ ْﺴ َﺘ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ُﻝ َﻩ‬
‫ ُﻳ ْﺴ ـَﺘ ـَﺤ ُّﺐ َﺍ ْﻥ َﻳ ـْﻘ َﺮ َﺃ ِﻋ ْﻨَﺪ ُﻩ َﺷ ْﻴ ٌﺊ ِﻣ َﻦ‬:‫َﻋ َﻠْﻴ ِﻪ ﺍﻟَّﺸ ﺎِﻓ ِﻌ ُّﻰ َﻭ ﺍَّﺗَﻔ َﻖ َﻋ َﻠْﻴ ِﻪ ْﺍ َﻻْﺻ َﺤ ﺎُﺏ َﻗ ﺎﻟُﻮ ﺍ‬
258 ‫ ص‬5 ‫(ْﺍ ﻟُﻘ ْﺮ َﺃ ِﻥ َﻭ ِﺍْﻥ َخ َت ُم ْو ا ْا لُق ْر آَن َكاَن َاْف َض َل ) المجموع جز‬

“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah


menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan
ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i
dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i
mengatakan “sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di
samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai mengha
tamkan al-Qur’an”.

9) Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan


penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini;

. ‫َﻭ ُﻳ ـْﺴ ـَﺘ َﺤ ُّﺐ ِﻟ ﻠَّﺰ ﺍِﺋ ِﺮ َﺍ ْﻥ ُﻳ َﺴ ِّﻠَﻢ َﻋ ﻠَﻰ ْﺍ ﻟَﻤ َﻘ ﺎِﺑ ِﺮ َﻭ َﻳ ْﺪ ُﻋ ْﻮ ِﻟَﻤ ْﻦ َﻳ ُﺰ ْﻭ ُﺭ ُﻩ َﻭ ِﻟَﺠ ِﻤ ْﻴ ِﻊ َﺍ ْﻫ ِﻞ ْﺍ ﻟَﻤ ْﻘ َﺒ َﺮ ِﺓ‬
‫َﻭ ْﺍ َﻻْﻓ َﻀ ُﻞ َﺍ ْﻥ َﻳ ُﻜْﻮ َﻥ ﺍﻟَّﺴ َﻼُﻡ َﻭ ﺍﻟُّﺪ َﻋ ﺎُﺀ ِﺑ َﻤ ﺎ َﺛ ﺒَـَﺖ ِﻣ َﻦ ْﺍ ﻟَﺤ ِﺪ ْﻳ ِﺚ َﻭ ُﻳ ْﺴ ـَﺘ ـَﺤ ُّﺐ َﺍ ْﻥ َﻳ ْﻘ َﺮ َﺃ ِﻣ َﻦ‬
‫ٰﺃ‬
. ‫ْﺍ ﻟُﻘ ْﺮ ِﻥ َﻣ ﺎ َﺗ َﻴ َّﺴ َﺮ َﻭ َﻳ ْﺪ ُﻋ ْﻮ َﻟُﻬ ْﻢ َﻋ ِﻘ َﺒ َﻬ ﺎ َﻭ َﻧ َّﺺ َﻋ َﻠْﻴ ِﻪ ﺍﻟَّﺸ ِﺎ ﻓِﻌ ُّﻰ َﻭ ﺍَّﺗَﻔ َﻖ َﻋ َﻠْﻴ ِﻪ ْﺍ َﻻْﺻ َﺤ ﺎُﺏ‬
) 258 ‫ ص‬5 ‫(ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ‬

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan


salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit
yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan
do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika
menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari
Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca Al-
Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya,
keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um)
dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”. [Referensi :
(al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

10]
Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari
madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan
pendapat Imam Ahmad bin Hanbal:

‫ْﺄ‬
‫ ِﺍ ﺫَﺍ َﺩ َﺧ ْﻠﺘُﻢ ﺍْﻟَﻤ َﻘ ﺎِﺑ َﺮ‬: ‫ َﻭ َﻗ ْﺪ ُﺭ ِﻭ َﻱ َﻋ ْﻦ َﺍ ْﺣ َﻤ َﺪ َﺍ َّﻧ ـُﻪ َﻗ ﺎَﻝ‬. ‫ َﻭ َﻻ َﺑ َﺱ ِﺑ ﺎْﻟِﻘ ﺮَﺍ َﺀ ِﺓ ِﻋ ْﻨَﺪ ْﺍ ﻟَﻘ ْﺒ ِﺮ‬: ‫َﻗ ﺎَﻝ‬
‫َﻓ َﻠ َﻷ‬ ‫ِﺍ ْﻗ َﺮ ُﺋ ْﻮ ﺍ َﺍ ﻳَـَﺔ ْﺍ ﻟُﻜْـﺮِﺳ ِّﻰ َﺛَﻼَﺙ ِﻣ َﺮ ﺍ َﻭ ُﻗ ْﻞ ُﻫ َﻮ ﺍﻟﻠﻪُ َﺍ َﺣ ٌﺪ ُﺛ َّﻢ ُﻗ ْﻞ َﺍ َّﻠ‬
‫ﻟ ُﻬ َّﻢ ِﺍَّﻥ ْﻀ ُﻪ ِ ْﻫ ِﻞ‬ ‫ٍﺭ‬
‫ْﻟ‬
‫ ﺍ َﻤ َﻘ ﺎِﺑ ِﺮ‬.

Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa


membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di
samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad
ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk
kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu
Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya
Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.
[Referensi : (al-Mughny II/566)]

11) Dalam al Adzkar dijelaskan lebih spesifik lagi seperti di


bawah ini:

‫َﺍ‬ ‫ٌﺔ‬ ‫ْﺍ َﻠ‬ ‫ٌﺔ‬ ‫َﺍ‬


‫َﻭ َﺫ َﻫ َﺐ ْﺣ َﻤ ُﺪ ْ ﺑُﻦ َﺣ ْﻨ َﺒ ٍﻞ َﻭ َﺟ َﻤ ﺎَﻋ ِﻣ َﻦ ﻟُﻌ َﻤ ﺎِﺀ َﻭ َﺟ َﻤ ﺎَﻋ ِﻣ ْﻦ ْﺻ َﺤ ﺎِﺏ ﺍﻟَّﺸ ِﺎ ﻓِـ ﻌﻰ ِﺍ ﻟَﻰ‬
‫َﺍ ﻧَّـُﻪ َﻳ ـِﺼ ﻞ‬

H. Akhyar Nasution

Anda mungkin juga menyukai