Anda di halaman 1dari 35

RAHASIA SUKSES BISNIS

ABDURRAHMAN BIN AUF

KH Hafidz Abdurrahman
Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abu bin Al-
Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Kaab
bin Luay, Al-Qurasyi Az-Zuhri Al-Makki dan
kemudian Al-Madani.
Ia dilahirkan di Makkah sepuluh tahun setelah
tahun gajah. Ketika sinar kenabian mulai
memancar ia telah berusia tiga puluh tahun. Ia
lebih mudah sepuluh tahun dari
Siapa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan lebih
Abdurrah tuga tiga tahun dari Umar bin Khatthab.
Ayahnya adalah Auf bin Abdu Auf bin Abdu bin Al-
man bin Harits Az-Zuhri, yang merupakan salah seorang
Auf? tokoh terkemuka di Bani Zuhrah.
Nama aslinya Abdu Amr bin Auf. Setelah masuk
Islam, namanya pun diubah oleh Nabi saw. dengan
Abdurrahman bin Auf.
Dari Abdurrahman bin Auf berkata, Dulu pada
masa jahiliyah namaku adalah Abdu Amru,
kemudian Nabi saw menamakanku Abdurrahman.
[Hr. Hakim disahihkan oleh ad-Dzahabi]
Nama kunyah-nya, yaitu nama yang dinisbatkan
kepada putra lelakinya, Abu Muhammad.
Ibunya adalah Asy-Syifa binti Auf Az-Zuhriyah, ia
masuk islam berbaiat kepada Nabi saw, menjadi
seorang sahabiyah yang baik, dan mendapatkan
kebahagiaan dengan keislamannya.
Sahlah binti Ashim menggambarkan,
Abdurrahman bin Auf orang yang putih, dengan
mata yang lebar dan indah, dan bulu matanya
panjang. Hidung mancung, dua gigi taring bagian
atasnya panjang sehingga seolah bisa melukai
bibirnya. Mempunyai rambut yang panjang di
bawah kedua telinganya. Lehernya panjang,
berbahu lebar, dan memiliki jari-jari yang kasar.
Ibin Ishaq menuturkan, Abdurrahman bin Auf
Karakter memiliki dua gigi seri yang patah, dan sedikit cacat
Abdurrah yang membuatnya kesulitan. Pada perang Uhud ia
terkena pukulan yang mematahkan giginya, dan
man bin mendapat sebanyak dua puluh luka atau lebih.
Sebagian luka tersebut mengenai kakinya hingga
Auf ia pincang.
Saad bin Ibrahim berkata, Abdurrahman bin Auf
biasa memakai pakaian yang seharga lima ratus
atau empat ratus.
Ia juga biasa memakai selendang hitam yang
menambah ketampanan dan keanggunannya.
Teristimewa, karena dipakaikan langsung oleh Nabi
saw, dan dililitkan di kepalanya dengan tangan
beliau yang mulia! Ibnu Saad meriwayatkan dari
Abdullah bin Amru, Aku melihat Rasulullah saw.
memakaikan Abdurrahman selendang hitam dan
bersabda, Pakailah selendangmu seperti ini.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. mengizinkan
Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf
untuk memakai sutra karena penyakit gatal yang
mereka derita. [Hr. Bukhari-Muslim]
Dalam riwayat Ibn Ishaq dan yang lain disebutkan,
bahwa Abdurrahman bin Auf masuk Islam bersama
Zubair bin Awwam, Ustman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, dan Saad bin Abu Waqqash melalui
tangan Abu Bakar. Mereka adalah as-Sabiquna al-
Awwalun [Generasi awal yang masuk Islam].
Umurnya ketika itu sekitar 30 tahun.
Dia mengikuti dakwah sejak awal, sehingga
mengalami semua yang dialami dalam dakwah
bersama Nabi saw. dan para sahabat. Dia
mendapatkan kemuliaan hijrah dua kali, ke
Kemuliaan Habasyah dan Madinah.
nya dalam Dalam riwayat Ibn Ishaq, sebagian mereka kembali
ke Mekah: Abdurrahman bin Auf, Zubair bin
Islam Awwam, Utsman bin Affan, Mushab bin Umair, dll.
Ibin Saad meriwayatkan dari ayahnya,
Bahwasanya Abdurrahman bin Auf juga dijuluki
hawari (pembela) Rasulullah saw.
Yaqub bin Sufyan Al-Fasawi menyebutkan nama-
nama pembela Rasulullah saw. tidak hanya satu.
Mereka adalah: Hamzah, Jafar, Ali, Abu Bakar,
Umar, Abu Ubaidah al-Jarrah, Utsman bin Affan,
Utsman bin Mazhun, Abdurrahman bin Auf, Saad
bin Abu Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan
Zubair bin Awwam Radhiuallahu Anhum.
Hawariyyu an-Nabi adalah gelar yang diberikan
Nabi saw. kepada mereka, karena pembelaan
mereka kepada Nabi hingga tetes darah
penghabisan.
Saat Perang Tabuk, Nabi bermakmum kepadanya.
Dalam riwayat Abu Yala, Abdurrahman bin Auf
berkata Ada lima atau empat orang dari kami,
para shahabat Rasulullah saw, yang tak pernah
meninggalkan baginda untuk memenuhi
kebutuhan baginda siang dan malam. Suatu kali
aku datang, dan mendapati baginda telah keluar,
maka aku mengikuti baginda. Baginda mengikuti
salah satu kebun yang berada di Al-Aswaf [Kebun
Abdurrahman bin Auf]. Baginda shalat, lalu
melamakan sujudnya. Aku menangis dan berkata,
Momen Allah telah mencabut ruhnya!, Maka baginda
Indah mengangkat kepalanya dan memanggilku lalu
bertanya, Ada apa denganmu? Jawabnya, Ya
Bersama Rasulullah, engkau terlalu lama sujud, aku mengira
Nabi saw Allah telah mencabut nyawa Rasul-Nya, aku tidak
akan bertemu lagi dengannya!
Baginda bersabda, Aku sujud sebagai rasa syukur
kepada Rabb-ku yang telah mengujiku dengan
umatku. Siapa yang bershalawat kepadaku dari
umatku, maka Allah akan menulis sepuluh kebaikan
untuknya, dan menghapus sepuluh kejahatan
darinya.
Abdurrahman bin Auf ra selalu mendampingi
Nabi saw setiap kali bepergian. Dia mendampingi
berziarah kepada para shahabat, mengunjungi
mereka yang sakit, mengajaknya untuk melihat
anak-anak dan keluarganya.
Dia pun melayani baginda, belajar langsung dari
baginda, bertanya, menghafal hadits, dan
meriwayatkan berbagai moment yang dialaminya
bersama baginda saw. kepada umat.
Abdurrazzaq dan Ibn Asakir meriwayatkan secara
mursal dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin
Masud, Bahwa Rasulullah saw. memberi sesuatu
kepada sejumlah orang, Abdurrahman bin Auf ada
di antaranya. Namun, Rasulullah saw tidak
memberinya apa yang baginda berikan kepada
yang lain. Abdurrahman pun keluar sambil
menangis. Dia berjumpa Umar yang bertanya,
Apa yang membuatmu menangis? Dia
menjawab, Rasulullah saw. memberi sesuatu
kepada sekelompok orang di mana aku bersama
mereka. Namum baginda meninggalkanku dan
tidak memberiku apa-apa. Aku takut Rasulullah
saw. sengaja tidak memberikan karena suatu yang
membuat baginda marah kepadaku!
Umar lalu mendatangi Rasulullah saw dan
memberitahu baginda tentang Abdurrahman bin
Auf, dan apa yang telah dikatakannya. Rasulullah
saw bersabda, Aku sama sekali tidak menyimpan
kemarahan kepadanya, namun aku percaya kepada
keimanannya.
Tampaknya, Nabi saw. mendapatkan wahyu dari
Allah tentang nikmat yang akan Allah berikan
kepadanya. Karena ini menyangkut sahabat yang
dicintainya, Nabi saw. pun bersikap demikian. Tapi,
Nabi yakin dengan keimanannya, ketika dia
mendapatkan ujian nikmat yang luar biasa itu.
Nabi saw. pun mendoakannya, agar rizki yang
diberikan oleh Allah kepadanya berkah.
Dia menyertai Nabi saw. dalam semua peperangan
besar. Mulai dari Perang Badar, Uhud, Khandaq,
Hudaibiyyah, Perang Khaibar, Penaklukan kota
Makkah, Hunain, hingga Perang Tabuk.
Dia termasuk 10 sahabat yang membaiat Nabi
dalam Baiat Ridhwan, di Hudaibiyyah. 10 sahabat
yang mendapat jaminan masuk surge.
Dia yang diminta Nabi mengumumkan keharaman
keledai jinak, saat Perang Khaibar.
Dia mengikuti Haji Wada bersama Nabi dan 100
ribu kaum Muslim tahun 10 H.
Dalam riwayat as-Syabi, ketika Nabi wafat, dia
termasuk empat sahabat yang ada di liang kubur
Nabi saw.
Wara adalah sikap menjaga diri tidak saja dari
perkara yang haram, tetapi juga makruh dan
syubhat. Sikap ini tampak dari pengakuan Ustman,
sebagai veteran Perang Badar, yang menerima
wasiat 400 Dinar dari Abdurrahman bin Auf. Harta
Abdurrahman adalah harta yang bersih, dan
barakah.
Zuhud adalah sikap batin, yang lebih meyakini apa
yang ada dalam genggaman Allah, ketimbang apa
yang ada di tangannya. Dengannya, dia menguasai
Wara, dunia, bukan dikuasai dunia. Dia bisa menolak
Zuhud dan dunia, bukan karena tidak mampu. Abdurrahman
ditawari Sad bin Rabi separo hartanya, dan salah
Lembut seorang isterinya, tetapi semuanya itu ditolak. Dia
Hatinya hanya meminta ditunjukkan pasar untuk berbisnis.
Dia tidak disandera oleh harta, kekayaan dan
keluarganya. Harta dan kekayaannya berlimpah,
tidak membuatnya kikir. Justru, dia berdoa
dibebaskan oleh Allah dari kekikiran hatinya.
Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf dari Aisyah
ra, Bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
Sesungguhnya urusan kalian merupakan salah
satu hal penting yang aku tinggalkan nanti. Tidak
akan ada yang bisa bersabar mengurus kalian,
kecuali orang-orang yang bersabar. Aisyah
berkata, Maka Allah memberi ayahmu
[Abdurrahman] minuman dari mata air salsabil di
surga. karena dia memberi istri-istri Nabi saw.
harta sebanyak empat puluh ribu dinar. [Hr.
Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Hakim]
Zubair bin Bakar berkata, Abdurrahman bin Auf
adalah orang kepercayaan Rasulullah saw dalam
mengurus istri-istri baginda. Abdurrahman yang
mengurus kebutuhan mereka, mendampingi
mereka menunaikan haji, memberikan nafkah
kepada mereka, menginfakkan harta yang banyak
bagi mereka, dan berwasiat setelah kematiannya
untuk mereka dengan harta yang cukup banyak.
Anas bin Malik berkata, Ketika Aisyah sedang
berada di rumahnya, dia mendengar suara
gemuruh di Madinah. Dia bertanya, Suara apakah
itu? Mereka berkata, Kafilah Abdurrahman bin
Auf telah datang dari Syam membawa segala hal.
Anas berkata, Saat itu jumlahnya tuju ratus unta.
Madinah pun terguncang oleh suaranya!
Aisyah berkata, Aku telah mendengar Rasulullah
saw. bersabda, Aku telah melihat Abdurrahman
bin Auf masuk surga dengan merangkak. Ketika
berita ini sampai ke Abdurrahman bin Auf, ia
berkata, Jika sanggup, aku akan memasukinya
dengan berdiri Maka dia pun membelanjakan
seluruh kafilah tersebut dengan semua bawaannya
di jalan Allah Azza wa Jalla. [Hr. Ahmad, at-
Thabrani, Abu Nuaim]
Utsman bin As-Syarid berkata, Abdurrahman bin
Auf meninggalkan 1000 unta dan 3000 domba di
Baqi, serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi.
Di Al-Jurf dia menanam dengan menggunakan 20
penyiram tanaman, dan menjamin makanan pokok
keluarganya selama setahun. [Hr. Hakim]
Dari Syaqiq bin Salamah, Abdurrahman
mendatangi Ummu Salamah dan berkata, Wahai
Ummul mukminin, aku sungguh takut celaka. Aku
adalah orang yang paling kaya di Quraisy. Aku baru
saja menjual tanah seharga 40,000 Dinar! Ummu
Salamah berkata, Infakkanlah wahai anakku,
sesungguhnya aku telah mendengar
Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya ada di
antara sahabatku yang tidak akan melihatku
setelah aku berpisah dengannya. [Hr. Ahmad, al-
Bazzar dan Ibn Abdil Barr]
Ibn Abbas berkata, Aku tidak pernah menyaksikan
orang yang begitu merinding sebagaimana
Abdurrahman bin Auf ketika mendengar bacaan al-
Quran. [Hr. Ibn Hibban]
Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf berkata,
Abdurrahman bin Auf selalu melakukan shalat
yang panjang sebelum shalat Zhuhur, dan jika ia
mendengar adzan, akan menarik jubahnya dan
keluar [ke Masjid].
Ibadah, Abdullah bin Umar berkata, Jika Abdurrahman bin
Auf memasuki rumahnya, dia akan membacakan
dan ayat kursi di setiap sudutnya.
Pengorban Abdurrahman bin Auf juga menunaikan beberapa
annya kali ibadah haji, sejak zaman Nabi. Ketika Nabi saw.
wafat, dia sering ditugaskan oleh para Khalifah,
di Jalan mulai dari Abu Bakar, Umar hingga Ustman, untuk
Allah menyertai isteri-isteri Nabi berhaji.
Dia harus meninggalkan Makkah untuk hijrah ke
Habasyah, demi menyelamatkan agamanya dari
fitnah kaum Kafir Quraisy.
Setelah terjadinya Baiat Aqabah II, dia bersama
kaum Muslim pun hijrah ke Madinah. Dia
tinggalkan semua harta kekayaannya di Makkah.
Datang ke Madinah tidak membawa apa-apa,
kecuali seekor kuda yang ditunggangi, dan sehelai
baju yang dia pakai.
Abdurrahman bin Auf tidak hanya mengorbankan
hartanya, tetapi juga jiwa dan raganya. Ibn Saad
menuturkan, Telah sampai kepadaku bahwa
Abdurrahman bin Auf mendapat sebanyak 20 satu
luka pada Perang Uhud. Dia juga terluka di kakinya
hingga mengakibatkannya pincang.
Saat berkecamuknya Perang Uhud, Rasulullah
saw memeriksa para sahabatnya dan bertanya
tentang keadaan mereka. Baginda juga mencari-
cari informasi tentang Abdurrahman bin Auf, dan
pada momen yang mulia tersebut baginda saw.
Mengumumkan, bahwa Malaikat turut berperang
bersama Abdurrahman bin Auf, dan membantunya
menghadapi musuh.
Al-Bazzar, Ath-Thabrani, dan Ibnu Asakir dari al-
Harits bin as-Shimmah berkata, Nabi saw.
bertanya kepadaku pada saat Perang Uhud, dan
saat itu beliau berada di jalan yang ada di gunung,
Apakah engkau melihat Abdurrahman bin Auf?
Aku menjawab, Ya, aku melihatnya disamping
bukit kecil itu sedang menghadapi sekelompok
pasukan musyrikin. Aku hendak membantunya,
namun ketika aku melihatmu, aku pun menemuimu
terlebih dahulu. Maka Rasulullah saw. bersabda,
Sesungguhnya Malaikat ikut berperang
bersamanya. Al-Harits berkata, Aku pergi
menemui Abdurrahman, dan aku melihat tujuh
orang musuh telah terkapar di sekelilingnya. Aku
bertanya, Sungguh engkau beruntung! Apakah
engkau telah membunuh mereka semua? Dia
berkata, Kalau ini Arthaah bin Abdu Syurahbil dan
ini, aku yang telah membunuh mereka. Tetapi yang
lain telah dibunuh oleh sesuatu yang tidak terlihat
olehku! Maka aku berkata, Sungguh benar Allah
dan Rasul-Nya.
Az-Zuhri menuturkan, Abdurrahman bin Auf telah
membelanjakan separo hartnya di zaman Nabi
saw. Setelah itu, membelanjakan 40,000 Dinar,*
500 kuda dan 500 kendaraan.
Ibn Hajar menuturkan, Ada yang mengatakan, dia
telah membebaskan 30 budak setiap hari. [al-
Ishabah, Juz IV/291]. Jafar bin Burqan berkata,
Harta Telah sampai kepadaku, Abdurrahman telah
membebaskan 30,000 budak. [Hr. Abu Nuaim
yang dalam al-Hilyah]
Dibelanja
kan * [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 40,000 x Rp. 700,000 = Rp. 119 milyar]
Kepada putra Abdurrahman bin Auf, Aisyah
menuturkan, Allah memberi ayahmu minuman
dari mata air salsabil di surga. karena dia
memberi istri-istri Nabi saw. harta sebanyak 40,000
Dinar. [Hr. Ahmad, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan
Hakim]
Ketika mendengar hadits dari Aisyah, bahwa dia
akan masuk surga dengan merangkak, setelah
membawa 700 kafilah dari Syam, maka dia
belanjakan seluruhnya di jalan Allah.
Ketika mendengar hadits dari Ummu Salamah,
bahwa ada sahabat Nabi yang tidak akan pernah
bertemu lagi dengan baginda, maka dia infakkan
seluruh hasil penjualan tanahnya, 40,000 Dinar.
Wasiatnya untuk 100 veteran Perang Badar,
masing-masing mendapatkan 400 Dinar.*
Ibn Saad, al-Hakim, dan lainnya meriwayatkan, dari
Utsman bin As-Syarid, Abdurrahman bin Auf
meninggalkan 1000 unta dan 3000 doma di Baqi,
serta 1000 kuda yang digembalakan di Baqi. Di al-
Jurf, dia menanam dengan menggunakan 20
penyiram tanaman, yang menjamin makanan
pokok keluarganya selama setahun.

* [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 400 x Rp. 700,000 = Rp. 1,190,000,000]


Ibn Asakir meriwayatkan dari Urwah bin Zubair,
Abdurrahman bin Auf mewasiatkan 50,000 Dinar
di jalan Allah. Setiap orang mendapat bagian
darinya sebanyak 1000 Dinar.
Saat wafat, dia meninggalkan 4 isteri, masing-
masing mendapatkan Rp. 297,5 milyar. Anas bin
Malik menuturkan, Aku telah melihat setiap orang
dari istrinya mendapat bagian setelah kematiannya
sebesar 100,000 Dinar.*
Dia pernah menikahi 16 wanita. Mempunyai 30
anak, 22 putra, dan 8 putri.

* [1 Dinar = 4,25 gram, 4,25 x 100,000 x Rp. 700,000 = Rp. 297,5 milyar]
Abdurrahman bin Auf meyakini betul firman Allah
SWT:



Allah melapangkan rizki siapa saja yang Dia
kehendaki, dan menyempitkannya. [Q.s. ar-Rad:
26]
Kiat
Ayat seperti ini diulang lebih dari sekali dalam al-
Bisnisnya, Quran, setidaknya ada 9 kali.
dan Sukses Jadi, Allahlah yang menjadi sumber rizki, yang
Karena melapangkan dan menyempitkan rizki hamba-Nya.
Bukan semata karena usaha dan kehebatan
Allah manusia. Inilah keyakinan Abdurrahman bin Auf.
Allah memberikan dan melapangkan rizki
seseorang karena beberapa faktor:
1- Keyakinan dan tawakkal kepada Allah SWT [Hr.
Bukhari];
2- Keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT
[Q.s. al-Araf: 96]
3- Ikhlas, tawadhu, tidak sombong, wara dan
zuhud [Q.s. as-Syura: 27].
4- Harta tidak akan berkurang karena diinfakkan.
Justru, akan bertambah. Allah berfirman [Q.s.
Saba: 39]
5- Hanya mencari dan menggunakan rizki yang
halal dan thayyib [Q.s. al-Baqarah: 168]
6- Menyukuri nikmat dan anugerah yang Allah SWT
berikan, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit
akan menambah rizki [Q.s. Ibrahim: 7]
7- Tidak berputus asa terhadap rahmat Allah SWT
[Q.s. Yusuf: 87]
8- Bekerja keras dan berusaha terus-menerus
tanpa mengenal lelah, dan mempraktikkan
hukum sebab-akibat [Q.s. al-Qashash: 77 dan al-
Anakabut: 69].
9- Output keimanan dan ketakwaan dalam bisnis
adalah kejujuran, amanah, qanaah, selalu
bersyukur, tidak hasad terhadap pesaing bisnis,
wara, dan zuhud.
Pemahaman Abdurrahman bin Auf:
1- Bukan harta berlimpa yang membawanya
masuk surga atau neraka, tetapi mencari dan
membelanjakannya sesuai dengan ridha Allah
SWT;
2- Modal bukan satu-satunya komponen untuk
memulai usaha;
3- Harus mempunyai manajemen waktu yang baik
[bisnis, masjid, jihad, mencari dan
mengamalkan ilmu dan mengurus keluarga].
4- Modal dan barang halal, menghindari syubhat;
5- Jual-beli adalah ketrampilan yang penting;
6- Membelanjakan harta semata untuk Allah, tidak
membuatnya berkurang, justru semakin
bertambah dan berkah;
7- Ikhlas, tawadhu, ulet, kreatif, wara, zuhud,
qanaah, dan terus-menerus mendekatkan diri
kepada Allah akan kunci kesuksesannya.
Abdurrahman menuturkan kiat binisnisnya, Aku
tidak menolak keuntungan meski sedikit Aku
tidak pernah melambatkan penjualan barang
terhadap orang yang memintanya.. Aku tidak
menjual dengan pembayaran mundur.
Secara umum, kiat-kiat bisnisnya, bisa dirumuskan
sebagai berikut:
1- Sedikit, tapi untung;
2- Selalu bersyukur dan qanaah, meski untungnya
hanya sedikit;
3- Menetapi janji dengan pelanggan;
4- Jual-beli tunai [cash], tidak kredit;
5- Istiqamah dalam berusaha [terus-menerus],
tidak mengenal lelah dan putus asa;
6- Usaha, mendekatkan diri kepada Allah, berdoa
dan tetap bertawakkal kepada-Nya;
7- Memperbanyak shalat sunah, dzikir, membaca
al-Quran, dan infak untuk Allah SWT..
8- Selalu muhasabah diri..
Beliau wafat tahun 32 H, di usia 75 tahun.
Beliau wafat di Madinah, dan dimakamkan di
Makam Baqi, yang disyafaati Rasulullah saw.
Ibn Saad, al-Fasawi, Ishaq bin Rahawaih, al-Hakim,
Ibnu Asakir, dan yang lain menuturkan dari Ibrahim
bin Abdurrahman bin Auf, berkata, Abdurrahman
pingsan dalam sakitnya sehinga mereka menyang-
Akhir ka, kalau dia saat itu telah meninggal. Mereka lalu
meninggalkannya dan menutupinya dengan kain.
Hayat dan Lalu istrinya, Ummu Kultsum bin Uqbah pergi
Makam- menuju masjid untuk bersandar dan shalat.
Mereka berada dalam keadaan demikian sekitar
nya satu jam dan dia tetap dalam keadaan pingsannya.
Kemudian dia bangun. Kata pertama yang dia
ucapkan adalah takbir, dan keluarganya pun ikut
bertakbir. Lalu dia berkata, Kalian benar, dalam
pingsanku sesungguhnya aku di bawa oleh dua
orang laki-laki yang kasar dan keras. Mereka
berkata, Marilah kami akan menghadapkanmu
kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpercaya
untuk dihakimi. Mereka pun membawaku hingga
bertemu seorang laki-laki yang berkata,
Kemanakah kalian membawa orang ini? Mereka
menjawab, Kami akan menghakiminya di
hadapan Yang Maha Perkasa dan Maha
Terpercaya. Maka dia berkata, Kembalikanlah
dia, sesungguhnya dia adalah di antara mereka
yang telah ditetapkan bagi mereka kebahagiaan
dan ampunan sejak mereka masih berada di perut
ibu mereka, dan sesungguhnya ia akan tetap
berada di tengah keluarganya hingga waktu yang
ditentukan Allah. Setelah itu ia hidup selama
sebulan dan kemudian meninggal.

Anda mungkin juga menyukai