Anda di halaman 1dari 10

Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam: Sebuah Kajian

Terhadap Universalitas dan Kontekstualitas


A. LATAR BELAKANG
Istilah dan bahasa yang berkaitan dengan hak asasi manusia tidak dapat dilepaskan
dari logika Hukum Alam, salah satu aliran filsafat hukum. Hak asasi manusia adalah hak
yang tidak dapat dicabut yang memungkinkan manusia untuk hidup sebagai manusia. Hak
asasi manusia adalah hak yang dimiliki seseorang hanya karena kemanusiaannya. Manusia
memilikinya semata-mata karena nilai bawaannya sebagai manusia, bukan karena
dianugerahkan oleh masyarakat atau hukum. Dengan adanya pembatasan-pembatasan
sederhana ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hak asasi manusia telah ada sejak awal
sejarah manusia karena yang diperlukan seseorang untuk berhak atas hak tersebut hanyalah
kemanusiaannya. 1
Thomas Van Aquino dan sejumlah pakar hukum lainnya juga menegaskan bahwa
hukum alam merupakan sumber hukum hak asasi manusia. Hukum alam, menurut Aquino,
tidak mengenal waktu, tidak terpengaruh oleh lokasi atau waktu, dan bersumber dari
hukum Ilahi (Divinity). Grotius, sebaliknya, menegaskan bahwa hukum alam, terlepas dari
keyakinan agama, memanifestasikan dirinya dan didasarkan pada akal manusia. Ia menulis
bahwa hal ini tidak akan terjadi tanpa adanya Tuhan.2
Dalam era globalisasi dan perubahan dinamis di berbagai sektor kehidupan,
pemahaman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi esensial dalam membentuk
suatu tatanan hukum yang adil dan inklusif. Filsafat hukum Islam, sebagai kerangka
pemikiran yang mengakar dalam nilai-nilai agama, memainkan peran penting dalam
merumuskan pandangan terhadap HAM. Pemahaman tentang hubungan antara HAM dan
filsafat hukum Islam menimbulkan pertanyaan yang mendalam tentang universalitas dan
kontekstualitas nilai-nilai ini dalam konteks perkembangan sosial dan budaya saat ini.
Hak-hak ini tidak dapat dicabut, bersifat universal, dan terjadi secara alami.
Individu mempunyai hak-hak tersebut bukan karena mereka adalah warga negara suatu

1
Diana, D. P., & SH, M. HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT HUKUM. Fakultas Hukum
Universitas Jayabaya.
2
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm.50
negara tetapi hanya karena mereka adalah manusia. Dalam konteks demokrasi, hak-hak ini
paling dilindungi. 3
Dalam konteks global, kita menjadi saksi terhadap tantangan-tantangan kompleks
terkait HAM, termasuk tetapi tidak terbatas pada konflik-konflik etnis, permasalahan
imigrasi, dan ketidaksetaraan gender. Fenomena ini menciptakan permintaan akan
pendekatan yang lebih holistik dan inklusif dalam melihat HAM, serta perlunya
mengevaluasi bagaimana pandangan-pandangan ini dapat diintegrasikan ke dalam sistem
hukum yang berakar dalam tradisi hukum Islam.
Di dalam proses pendefinisian HAM tersebut, sekiranya perlu untuk dipahami
maknayang terkandung di dalam hak itu sendiri, sehingga pemahaman terhadap arti
pentingdari suatu hak tidak dimaknakan ganda. Unsur-unsur hak adalah; pertama, masing-
masinghakmengidentifikasikan suatu pihak sebagai pemilik atau pemegangnya. Syarat-
syarat pemilikan (conditions of possession) suatu hak barangkali cukup tebatas
untukdiberlakukan pada satu orang saja atau cukup luas untuk mencakup seluruh umat
manusia. Kedua, hak adalah untuk suatu kebebasan atau keuntungan, sehingga ruang
lingkupsuatuhak menentukan kegunaan hak tersebut. Ketiga, suatu hak yang ditetapkan
secara lengkapakan mengidentifikasi pihak atau pihak-pihak yang harus berperan
mengusahakantersedianya kebebasan atau keuntungan yang diidentifikasikan oleh ruang
lingkuphaktersebut. Akhirnya, bobot suatu hak menentukan urutan atau arti pentingnya
dalamhubungannya dengan norma-norma lain. 4
Namun demikian, melalui tulisan ini sekiranya dapat dirumuskan bahwa HAM
merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental
sebagai wujud anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa terhadap mahkluk ciptaan-Nya, yaitu
manusia, yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh siapapun dan dalam keadaan
apapun.13 Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM
adalah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
antara hak dan kewajiban serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan

3
Scott Davidson,Hak Asasi Manusia:Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan Internasional (Human Rights),
Diterjemahkanoleh A. Hadyana Pudjaatmaka, Pustaka UtamaGrafiti, Jakarta, 1994, hlm. 7.
4
James W. Nickel,Hak Asasi Manusia:Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (MakingSense
of Human Rights: Philosophical Reflekstion on the Universal Declaration of Human Rights), Diterjemahkanoleh Titis
Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 1996, hlm. 19-21.
kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi HAM
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah bahkan
cakupan yang lebih besar, yaitu negara. 5
Problematik yang muncul dalam konteks HAM dan filsafat hukum Islam tidak
hanya terbatas pada aspek kekerasan atau pelanggaran, tetapi juga mencakup kompleksitas
pemahaman nilai-nilai universal dan kontekstual. Dalam menghadapi situasi ini, penting
untuk menyelidiki sejauh mana konsep HAM dapat diartikulasikan dalam kerangka hukum
Islam tanpa mengabaikan kekhasan budaya dan sosial di dalamnya.
Kesulitan ini muncul dari cara HAM diatur oleh undang-undang yang diberlakukan
oleh penguasa yang mempunyai kemampuan mengikat dan memaksa. Tidak mungkin
memisahkan pembahasan hak asasi manusia dari dua teori: positivisme dan gagasan hukum
alam. Teori hukum kodrat berpendapat bahwa hukum bersifat abadi dan universal, ada
tanpa memandang lokasi dan waktu. Di mana pun dan kapan pun, aturan alam berlaku.
Oleh karena itu, hak asasi manusia mengikuti sejarah manusia dan berlaku dimana saja dan
kapan saja dalam kajian hukum alam. 6
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara HAM
dan filsafat hukum Islam, dengan mengeksplorasi pertanyaan seputar universalitas dan
kontekstualitas nilai-nilai ini. Melalui kajian ini, kita berusaha untuk memahami
bagaimana pandangan hukum Islam dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih
mendalam tentang HAM, serta sejauh mana pandangan ini dapat diimplementasikan secara
kontekstual dalam kerangka hukum yang berlaku. Dengan demikian, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual dan praktis terhadap diskursus
mengenai HAM dalam perspektif filsafat hukum Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun berdasarkan latar belakang diatas didapatin beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana filsafat hukum Islam mengartikulasikan konsep Hak Asasi Manusia
(HAM) dalam konteks nilai-nilai universal dan kontekstual?

5
Sandy, F. E. (2022). ASPEK EPISTEMOLOGI HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT HUKUM. Dinamika Hukum & Masyarakat, 5(2). Hlm. 6
6
Salfutra, R. D. (2018). Hak Asasi Manusia Dalam Perspektiffilsafat Hukum. PROGRESIF: Jurnal Hukum, 12(2),
2146-2158.
2. Apakah terdapat perbedaan pandangan antara konsep HAM dalam filsafat hukum Islam
dengan konsep HAM yang umumnya diterima dalam tatanan hukum global yang
didasarkan pada nilai-nilai universal?
3. Sejauh mana nilai-nilai HAM dalam filsafat hukum Islam dapat memberikan kontribusi
positif terhadap permasalahan terkini, seperti konflik etnis, isu imigrasi, dan
ketidaksetaraan gender?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun berdasarkan rumusan masalah diatas didapatin beberapa tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Menganalisis Konsep HAM dalam Filsafat Hukum Islam;
2. Menilai Perbedaan Pandangan;
3. Menganalisis Kontribusi Terhadap Isu Kontemporer.
D. LITERATUR REVIEW
Literatur Review pertama ialah penelitian yang dilakukan oleh Diana Pujiningsih,
S.H., M.H. dengan judul "Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Perspektif Filsafat Hukum"
menghadirkan kontribusi penting dalam pemahaman tentang HAM dan hubungannya
dengan filsafat hukum. Abstrak penelitiannya menyoroti konsep bahwa Hak Asasi
Manusia tidak dapat dilepaskan dari pengakuan terhadap hukum alam, yang merupakan
dasar munculnya Hukum dan Hak Asasi Manusia. Meskipun HAM sering kali
dihubungkan dengan pengalaman sejarah masyarakat Barat, penelitian ini menunjukkan
bahwa konsep tersebut juga dipengaruhi oleh pemikiran sosialis dan kepentingan negara
berkembang.
Penelitian ini mencerminkan kesadaran akan nilai universalitas HAM sebagai
kondisi yang tidak dapat dihindari bagi Negara Hukum. Pujiningsih menegaskan bahwa
penghargaan terhadap HAM adalah conditio sine qua non bagi negara berdasarkan hukum.
Pentingnya pengakuan HAM dalam perspektif filsafat hukum diperlihatkan sebagai tujuan
mulia yang mencakup seluruh umat manusia.
Kedua ialah penelitian yang dilakukan oleh Fitra Mulyawan dengan judul
"Eksistensi Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Hukum Islam" menyajikan
pemahaman yang mendalam tentang perlindungan dan pengakuan hak asasi manusia
(HAM) dalam konteks hukum nasional dan hukum Islam. Dalam abstrak penelitian,
Mulyawan menegaskan bahwa HAM dalam hukum nasional dianggap sebagai hak yang
secara kodrati melekat pada manusia, harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan, dan keadilan.
Penelitian ini memberikan penekanan pada pengakuan dan penghormatan terhadap
hak-hak personal individual manusia dalam Islam sebagai nikmat karunia yang
dianugerahkan oleh Allah SWT. Selain itu, penelitian ini mengakui dan menghormati hak-
hak kolektivitas sebagai hak publik, menekankan pentingnya menata kehidupan di muka
bumi dengan konsep hablum minannas wahablum minallah.
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan fokus pada
analisis dan interpretasi konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dalam filsafat hukum Islam.
Dengan desain studi literatur, populasi penelitian melibatkan literatur hukum Islam yang
relevan dengan HAM, seperti buku, artikel jurnal, makalah konferensi, dan fatwa hukum
Islam terkait HAM. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang mencakup
ketersediaan literatur, keakuratan informasi, dan relevansi dengan fokus penelitian. Studi
literatur melibatkan pencarian dan seleksi literatur hukum Islam yang mencakup konsep
HAM, Maqashid al-Shariah, dan pandangan cendekiawan terkemuka. Analisis dokumen
dilakukan secara terperinci terhadap dokumen-dokumen hukum Islam, seperti fatwa dan
karya-karya ulama, yang relevan dengan pemahaman HAM. Data yang terkumpul akan
dianalisis dengan mengidentifikasi dan mengkategorikan konsep-konsep kunci terkait
HAM dalam filsafat hukum Islam, kemudian merangkum temuan-temuan dalam suatu
sintesis untuk memberikan pemahaman yang mendalam. Proses analisis dan interpretasi
akan menganalisis konsep HAM dalam filsafat hukum Islam dengan mendalam,
mengidentifikasi hubungan antara nilai-nilai universal dan kontekstualitas dalam
pemikiran hukum Islam. Hasil penelitian akan disajikan secara sistematis dan dibahas
implikasinya terhadap pemahaman konsep HAM dalam filsafat hukum Islam, khususnya
dalam konteks universalitas dan kontekstualitas.
F. PEMBAHASAN
1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Hukum Islam
Sebagai agama kemanusiaan Islam meletakkan manusia pada posisi yang sangat
mulia. Manusia digambarkan oleh al-Qur’an sebagai makhluk yang paling sempurna
dan harus dimuliakan. Bersandar dari hal tersebut, perlindungan dan penghormatan
terhadap HAM dalam Islam tidak lain merupakan tuntutan dari ajaran Islam yang
wajib dilaksanakan oleh setiap pemeluknya. Penghormatan HAM dan bersikap adil
terhadap manusia tanpa pandang bulu adalah esensi dari ajaran Islam. Dalam Islam
sebagaimana dinyatakan oleh Abu A’la alMaududi, HAM adalah hak kodrati yang
dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut atau
dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan Allah itu
bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh diubah atau dimodifikasi. 7
Konsep Islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan
teosentris, atau pandangan yang menempatkan Allah sebagai pusat dari kehidupan
melalui ketentuan syari’atnya. Syari’at merupakan tolak ukur tentang baik dan buruk
tatanan kehidupan manusia, sebagai pribadi maupun sebagai warga Negara. Dengan
demikian, konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Sebagai sebuah
konsep pembebasan manusia, konsep tauhid Islam mengandung ide persamaan dan
persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan
semua mahluk. 8
Islam adalah agama universal yang mengajarkan keadilan bagi semua manusia
tanpa pandang bulu. Ajaran islam mengandung unsur-unsur keyakinan (akidah), ritual
(ibadah), dan pergaulan sosial (mu’amalat). Dimensi akidah memuat ajaran tentang
keimanan;dimensi ibadah memuat ajaran tentang mekanisme pengabdian manusia
terhadap Allah; sedangkan dimensi mu’amalat memuat ajaran tentang hubungan
manusia dengan sesame manusia dan dengan alam sekitar. Seluruh unsur-unsur ajaran
tersebut dilandasi oleh ketentuan-ketentuan yang disebut dengan istilah syari’at (fikih).
dalam konteks syari’at inilah terdapat ajaran tentang hak asasi manusia (HAM). 9
Dalam landasan Islam, hubungan antara manusia dengan Tuhan memiliki hak-
hak yang mendasar. Pertama-tama, hak Tuhan yang paling mendasar adalah
kepercayaan penuh dari manusia kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya. Ini tercermin
dalam kalimat syahadat "la ilaha illallah" (tiada Tuhan selain Allah). Hak kedua adalah

7
Mulyawan, F. (2018). Eksistensi Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Hukum Islam. IJTIHAD, 34(2),
137-148.
8
MUNIFAH, M. (2021). REKONSTRUKSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERBASIS NILAI-NILAI KEADILAN (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang).
9
H Suparman Usman, S. H. (2022). HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA, MENURUT ISLAM DAN DALAM
ETIKA MORAL BANGSA. Jurnal Ilmiah Cahaya Hukum, 1(1), 43-62.
kepercayaan dan pengikutannya terhadap petunjuk Tuhan yang telah diwahyukan
dalam peraturan, serta mencari kesenangan dengan seluruh jiwa dan raga. Hak ketiga
adalah ketaatan tanpa ragu-ragu terhadap hukum-hukum Tuhan sebagaimana
tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah. Hak keempat adalah kewajiban manusia
untuk menyembah Tuhan melalui ibadah seperti salat dan ibadah lainnya.
Hak-hak dan kewajiban-kewajiban ini memiliki prioritas yang mendahului hak
dan kewajiban lainnya, kadang-kadang mengharuskan pengorbanan hak dan
kewajiban yang lain. Sebagai contoh, dalam menjalankan ibadah salat dan puasa,
seseorang harus mengorbankan waktu tidur dan pekerjaan pentingnya. Selama bulan
Ramadhan, seorang muslim menahan lapar dan rasa tidak nyaman sebagai bentuk
pengorbanan demi mendapatkan ridha Tuhan. Dengan membayar zakat, seseorang
mengorbankan kekayaannya, menunjukkan bahwa cinta kepada Tuhan lebih tinggi
dari segalanya. Melalui pelaksanaan ibadah haji, seorang muslim mengorbankan
kekayaannya dan menghadapi kesulitan perjalanan ke tempat tujuan. Dalam berjihad,
ia mengorbankan uang, materi, dan dirinya sendiri. Semua pengorbanan ini
mencerminkan ketaatan dan pengabdian yang mendalam kepada Tuhan.
2. Pandangan Cendekiawan Hukum Islam Terkemuka
Menurut kalangan ulama Islam, terdapat dua konsep tentang hak dalam Islam
yaitu hak manusia (haq al insan) dan hak Allah. Satu dan lainnya saling terkait dan
saling melandasi. Hak Allah melandasi hak manusia dan begitu juga sebaliknya.
Misalnya, dalam pelaksanaan hak Allah berupa ibadah shalat, seorang muslim yang
taat memiliki kewajiban untuk mewujudkan pesan moral ibadah sholat dalam
kehidupan sosialnya. Sebagai konsekuensinya dari pesan moral ibadah sholat, yang
ditandai oleh ucapan mengagungkan nama Allah (takbir) di awal sholat dan diakhiri
dengan ucapan salam (kesejahteraan), seorang muslim yang taat dituntut untuk
menebar keselamatan bagi orang di sekelilingnya. Dengan ungkapan lain, hak Tuhan
dan hak Manusia terpancar dalam ajaran ibadah sehari-hari. Islam tidak memisahkan
antara hak Allah dan hak manusia.10

10
H Suparman Usman, S. H. (2022). HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA, MENURUT ISLAM DAN DALAM
ETIKA MORAL BANGSA. Jurnal Ilmiah Cahaya Hukum, 1(1), 43-62.
Konsep Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam,
alQuran, dan Hadits. Keduanya adalah sumber ajaran normatif. Praktik HAM juga
dapat dijumpai pada praktek kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad SAW, yang
dikenal dengan sebutan sunnah (tradisi) Nabi Muhammad. Tonggak sejarah Islam
sebagai agama yang memiliki komitmen sangat tinggi kepada hak asasi manusia secara
universal dibuktikan dengan deklarasi Nabi Muhammad di Madinah yang biasa
dikenal dengan nama Piagam Madinah. Pandangan inklusif kemanusiaan Piagam
Madinah kemudian menjadi semangat deklarasi HAM Islam di Kairo, Deklarasi
Kairo.11
Terdapat dua prinsip pokok HAM dalam Piagam Madinah : pertama semua
pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku bangsa; kedua :
hubungan antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip-
prinsip :12
a. Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga,
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama,
c. Membela mereka yang teraniaya,
d. Saling menasehati,
e. Menghormati kebebasan beragama.
Islam menentukan hak-hak manusia antara lain : 13
1. Hak Hidup
Artinya : …Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar….. (Qurán Surat
alIsra’, 17 : 33).
Artinya : …Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar... (Qurán Surat
alAn’am, 6 :151)
2. Hak-hak Milik

11
Abdushshamad, S. (2018). perkembangan Hukum Islam di bidang hak asasi manusia. Al-Iqtishadiyah: Ekonomi
Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah, 4(1), 61-77.
12
Sholikhah, A. (2015). Piagam Madinah, Konsensus Masyarakat Pluralis: Madinah dan Makkah (suatu Tinjauan
Teori Konflik). KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 9(1), 87-102.
13
Maharani, D., & Yusuf, M. (2020). Implementasi Prinsip-Prinsip Muamalah dalam Transaksi Ekonomi: Alternatif
Mewujudkan Aktivitas Ekonomi Halal. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 3(2), 131-144.
Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. (Qurán
Surat al Baqarah, 2 : 188).
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Qurán Surat an-Nisa, 4
: 29)
3. Perlindungan Kehormatan
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain ….. dan jangan kamu mencela dirimu sendir dan jangan kamu
pangil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk … (Qurán Surat al-Hujurat, 49 :
11)
Artinya : ….Jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),… dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain….
(Qurán Surat al-Hujurat, 49 : 12)
4. Keamanan dan kesucian Kehidupan Pribadi
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada penghuninya.
Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat” (Qurán Surat an-
Nur, 24 : 27)
Artinya : “…dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain…” (Qurán
Surat al-Hujurat, 49 : 12).
5. Keamanan Kemerdekaan Pribadi
Artinya : “…dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil…” (Qurán Surat an-Nisa, 4 : 58).
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Qurán Surat al-Hujurat, 49 : 6)
G. DAFTAR PUSTAKA
Diana, D. P., & SH, M. HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
HUKUM. Fakultas Hukum Universitas Jayabaya.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm.50
Scott Davidson,Hak Asasi Manusia:Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan
Internasional (Human Rights), Diterjemahkanoleh A. Hadyana Pudjaatmaka,
Pustaka UtamaGrafiti, Jakarta, 1994, hlm. 7.
James W. Nickel,Hak Asasi Manusia:Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (MakingSense of Human Rights: Philosophical Reflekstion on the
Universal Declaration of Human Rights), Diterjemahkanoleh Titis Eddy Arini,
Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 1996, hlm. 19-21.
Sandy, F. E. (2022). ASPEK EPISTEMOLOGI HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM
PERSPEKTIF FILSAFAT HUKUM. Dinamika Hukum & Masyarakat, 5(2).
Hlm. 6
Salfutra, R. D. (2018). Hak Asasi Manusia Dalam Perspektiffilsafat Hukum. PROGRESIF:
Jurnal Hukum, 12(2), 2146-2158.
Mulyawan, F. (2018). Eksistensi Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Hukum
Islam. IJTIHAD, 34(2), 137-148.
MUNIFAH, M. (2021). REKONSTRUKSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BERBASIS NILAI-NILAI KEADILAN (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang).
H Suparman Usman, S. H. (2022). HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA, MENURUT
ISLAM DAN DALAM ETIKA MORAL BANGSA. Jurnal Ilmiah Cahaya
Hukum, 1(1), 43-62.
Abdushshamad, S. (2018). perkembangan Hukum Islam di bidang hak asasi manusia. Al-
Iqtishadiyah: Ekonomi Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah, 4(1), 61-77.
Sholikhah, A. (2015). Piagam Madinah, Konsensus Masyarakat Pluralis: Madinah dan
Makkah (suatu Tinjauan Teori Konflik). KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 9(1), 87-102.
Maharani, D., & Yusuf, M. (2020). Implementasi Prinsip-Prinsip Muamalah dalam
Transaksi Ekonomi: Alternatif Mewujudkan Aktivitas Ekonomi Halal. Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah, 3(2), 131-144.

Anda mungkin juga menyukai