Anda di halaman 1dari 2

SUSETI 2022

Kasmir (2018) menyebutkan bahwa leverage merupakan merupakan alat untuk mengukur seberapa
besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. menurut Sartono
(2016: 257) dalam penelitian Suseti (2022) leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana
(source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Suseti juga menyebutkan leverage timbul
karena adanya penggunaan aktiva untuk meningkatkan keuntungan dengan sumber dana pinjaman
yang berbunga tetap. Berdasrkan teori mengacu pada teori (kasmir, 2018). Leverage merupakan
bagian rasio keuangan yang timbul karena adanya kewajiban bayar bunga perusahaan atas segala
pengembangan usaha yang bersumber dana melalui pinjaman. Hal ini menunjukan semakin besar
utang perusahaaan maka semakin tinggi nilai leverage perusahaan.

Rofida (2023) menyatakan Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan semakin besarnya dana yang
disediakan oleh kreditur. Leverage juga dapat mencerminkan tingkat resiko yang akan ditanggung
oleh perusahaan. Ketika perusahaan meminjam uang, maka perusahaan berjanji melakukan sederet
pembayaran bunga dan kemudian mengembalikan jumlah uang yang dipinjamnya. Jika laba
perusahaan naik, pemegang utang terus menerima pembayaran bunga tetap saja, jadi semua
keuntungan menjadi milik pemegang saham.

Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan
total asetnya. Sebaliknya

Leverage

Dalam penelitian ini leverage diwakili oleh Debt to Equity (DER). Rumus yang digunakan untuk
mengukur DER yaitu sebagai berikut (Kasmir, 2018:158):

Nilai perusahaan juga bisa

dihubungankan dengan kebijakan hutang perusahaan (leverage). Leverage merupakan pemakaian


utang oleh perusahaan untuk melakukan

kegiatan

operasional

perusahaan. Leverage

mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansialnya yang terdiri dari utang
jangka pendek dan utang jangka panjangnya. Leverage dalam penelitian ini diwakili oleh debt to
equity (DER)

Munzir 2023
Struktur hutang (leverage), yang menjelaskan ukuran besar kecilnya penggunaan

hutang sebagai sumber dana perusahaan, juga berpengaruh pada pembentukan nilai perusahaan.
Hutang merupakan salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan modal demi
meningkatkan keuntungan perusahaan (Sutopo et al., 2018).

Leverage memberikan penjelasan tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi

semua hutangnya kepada pihak lain. Perusahaan dengan leverage tinggi tentunya memiliki lebih
banyak kewajiban untuk menanggapi kebutuhan informasi kreditur, termasuk pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (Agung et al., 2022). Semakin tinggi tingkat utang, semakin besar
kemungkinan gagal bayar (Sutopo et al., 2018). Corporate

Teori keagenan yang dilandasi sebuah kontrak antara prisipal dan agent terkait struktur hutang dan
ekuitas perusahaan dapat meminimalisir adanya suatu konflik agensi

B. putra

Berdasarkan pecking order theory menjelaskan bahwa daripada perusahaan menerbitkan saham
yang baru,

maka perusahaan lebih memilih untuk pembiayaan hutang karena biaya yang dibutuhkan lebih
rendah dengan pajak yang kecil akibat bunga yang dibayarkan (Sunarto, Trijono, dan Oktaviani,
2020). Dengan adanya hutang maka dapat memungkinkan perusahaan untuk bertahan dan
berkembang karena modalnya tercukupi, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat
yang berinvestasi (investor) pada perusahaan tersebut (Febriyanto, 2018). Menurut Wulandari dan
Wiksuana (2017) menyimpulkan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan peneliti lainnya menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan (Vidarani dan Budiasih, 2019). Akan tetapi ada peneliti yang
menyimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Tahu dan Susilo, 2017).

Teori

Anda mungkin juga menyukai