Anda di halaman 1dari 4

14

2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis


2.2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan konsep-konsep dan teori yang dirujuk, maka penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

Company Growth (𝑋1 )

Firm Size( 𝑋2 )
Accounting Conservatism
(Y)
Leverage (𝑋3 )

Inpesment Opportunity Set ( 𝑋4 )

Sumber : Tinjauan Literatur.2023


Gambar 2.1
Model Penelitian

2.2.2 Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Company Growth Terhadap Accounting Conservatism
Company growth merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh semua
pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut Rahayu,et
al (2018:185): pertumbuhan perusahaan adalah deskripsi pertumbuhan bisnis
perusahaan dengan membandingkan pertumbuhan perusahaan pada periode saat
ini dengan periode sebelumnya. Ukuran pertumbuhan perusahaan tergantung dari
aktivitas perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan,
maka manajer akan memilih metode akuntansi yang konservatif agar perusahaan
dapat meminimalkan risiko ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.
Pertumbuhan perusahaan dapat diukur menggunakan pertumbuhan penjualan
(sales growth). Pertumbuhan penjualan (sales growth) merupakan indikator
permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Pertumbuhan
penjualan banyak digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat pertumbuhan
pada suatu perusahaan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan
15

investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan
masa yang akan datang. Menurut Aprianto dan Dwimulyani (2019:3) :
“pertumbuhan penjualan (sales growth) menunjukan perkembangan tingkat
penjualan dari tahun ke tahun” Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
company growth berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Penelitian
yang dilakukan oleh Rahayu, et al (2018) menunjukan bahwa company growth
berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Penelitian yang dilakukan
oleh Andreas, Ardeni, dan Nugroho (2017) juga menunjukan bahwa company
growth berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
𝐻1 : Company growth berpengaruh positif terhadap accounting conservatism.

b. Pengaruh Firm Size Terhadap Accounting Conservatism


Firm size merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dalam penilaian suatu pendapatan perusahaan serta menjadi salah satu
indikasi dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat
memengaruhi keputusan manajemen dalam menerapkan konservatisme. Oleh
karena itu semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar beban transfer
kesejahteraan (biaya politis) yang dikeluarkan oleh perusahaan karena perusahaan
besar akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi dan mendapat lebih banyak
tuntutan dari pekerja (Affianti & Supriyati, 2017). Sehingga, perusahaan akan
cenderung menggunakan prinsip konservatisme dengan melaporkan laba dengan
nilai rendah (Susanto & Ramadhani, 2016). Jadi ukuran perusahaan yang besar
akan memiliki biaya politis yang besar, sehingga untuk mengurangi biaya politis
tersebut, manajemen akan menerapkan konservatisme dalam penyusunan laporan
keuangan. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina et al.
(2016), Hakiki & Solikhah (2019), Noviantari & Ratnadi (2015), serta Novianti &
Astohar (2015) yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap accounting conservatism. Berdasarkan uraian tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
𝐻2 : Firm size berpengaruh positif terhadap accounting conservatism.
16

c. Pengaruh Leverage Terhadap Tingkat Accounting Conservatism


Leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajibannya. Leverage digunakan para kreditor untuk
mempertimbangkan pemberian pinjaman kepada perusahaan. Jika kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka
pendeknya rendah, kreditor akan berfikir ulang untuk memberikan pinjaman
karena risiko yang dimiliki kreditor akan semakin besar terkait pengembalian
utang dari pihak perusahaan. Menurut Sudana (2011: 20): Leverage merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa besar utang dalam pembelanjaan
perusahaan. Menurut Harmono (2017: 184): “Leverage keuangan yang dapat
diartikan sejauh mana strategi pendanaan melalui utang untuk digunakan investasi
dalam meningkatkan produksi, dan menghasilkan laba yang mampu menutup
biaya bunga dan pajak pendapatan.” Menurut Fahmi (2014:127) “Rasio leverage
adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan
utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan
masuk dalam kategori leverage (utang) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat
utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut” Semakin
tinggi tingkat utang perusahaan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tidak
baik jika perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi dapat
menyebabkan kreditor mempunyai hak dalam mengetahui dan mengawasi
kegiatan operasional perusahaan. Penelitian terkait juga dilakukan oleh penelitian
Dewi dan Suryanawa (2014) serta Yuliarti dan Yanto (2017) yang menunjukkan
leverage berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Berdasarkan
uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
𝐻3 : Leverage berpengaruh positif terhadap accounting conservatism.

d. Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Accounting Conservatism.


Investment Opportunity Set dengan pemilihan prinsip akuntansi yang
diterapkan perusahaan dapat dijelaskan oleh agency theory yaitu tindak
manipulasi laba. Pentingnya informasi laba bagi para penggunanya menjadikan
tiap perusahaan berusaha meningkatkan labanya dan memicu pihak tertentu
17

melakukan cara yang tidak sehat untuk mencapai tujuan terhadap informasi laba
perusahaan. Hal ini merupakan wujud dari konflik antar pihak manajemen dan
pemegang saham, sehingga adanya pertentangan ini menyebabkan pihak
manajemen cenderung berhati-hati saat mengambil keputusan berinvestasi
termasuk pelaporannya. Peluang pertumbuhan perusahaan yang meningkat,
menyebabkan konflik agen meningkat sehingga diperlukannya penerapan
konservatisme akuntansi. Dengan demikian, semakin investment opportunity set,
maka semakin besar konservatisme akuntansi. Menurut Andreas, Ardeni, dan
Nugroho (2017: 13): “Investment opoortunity set yang menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang dimiliki perusahaan seringkali meningkatkan ekspektasi
investor terhadap arus kas perusahaan di masa depan.” Oleh karena itu, untuk
menekan ekspektasi investor terhadap arus kas masa depan perusahaan,
manajemen cenderung akan menggunakan prinsip accounting conservatism dalam
penyajian sebuah laporan keuangan. Hal ini didukung oleh penelitian dari
Andreas, Ardeni dan Nugroho (2017), serta Saputri (2013) yang menyatakan
bahwa investment opportunity set berpengaruh positif terhadap accounting
conservatism. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
𝐻4 : Investment opportunity set berpengaruh positif terhadap accounting
conservatism

Anda mungkin juga menyukai