Anda di halaman 1dari 6

KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

TERHADAP PENURUNAN PROKRASTINASI


AKADEMIK SISWA
(Penelitian pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 10 Magelang)

Tri Widiyastuti, Muhammad Japar, Sugiyadi


Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Magelang
E-mail : dyasredlip@gmail.com

Abstract
This study aimed to examine the effect of group counseling with behavioral techniques contract to the decline in student
academic procrastination. The study was conducted on students of class VIII SMP N 10 Magelang City. This research uses
experimental design one group pretest-posttest design. Subjects selected by purposive sampling that is 11 students with high
and low academic procrastination. Methods of data collection using a scale of academic procrastination. Statistical analysis
of data using the non-parametric Wilcoxon test match pairs test with SPSS for Windows version 20.00.  The results
showed that group counseling with behavioral techniques contract affect the decline in academic procrastination Class VIII
students of SMP Negeri 10 Magelang City. This is evidenced by the decline after the given group counseling with behavioral
techniques contract. Besides reduction in student academic procrastination behavior is characterized by the different aspects
and indicators of academic procrastination. One is the student who originally is often a delay to start work and complete the
task now becomes no longer put off the task.

Keywords: Counseling Group, Behavior Contract, Academic Procrastination.

A. PENDAHULUAN
Siswa adalah peserta didik yang berada pada 115) menegaskan bahwa prokrastinasi akademik
jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan adalah kegagalan mahasiswa dalam mengerjakan
menengah atas di berbagai lembaga pendidikan. Salah tugas akademik berupa kecenderungan menunda-
satu kewajiban siswa adalah mengerjakan tugas yang nunda untuk memulai tugas atau menyelesaikan tugas
diberikan. Idealnya siswa akan segera mengerjakan sehingga menghambat kinerja dalam rentang waktu
tugas tersebut, karena jika tidak segera dikerjakan terbatas, yang akhirnya menimbulkan perasaan tidak
akan menumpuk dan membebani siswa itu sendiri. nyaman pada pelakunya.
Tetapi tidak semua siswa dapat menyelesaikan tugas Prokrastinasi yang dimaksudkan kedua pen-
tepat waktu. Siswa yang tidak dapat menyelesaikan dapat di atas adalah menunda-nunda pekerjaan
tugas dengan tepat waktu dapat dikatakan sebagai yang telah diberikan sehingga mereka gagal dalam
siswa yang melakukan prokrastinasi. Ada berbagai menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai dengan
macam bentuk prokrastinasi, salah satunya adalah waktu yang ditetapkan dan menimbulkan perasaan
prokrastinasi akademik. tidak nyaman bagi pelakunya.
Silver (dalam Ghufron dan Rini, 2010: 152) Kenyataan yang ada di lapangan mengenai
menegaskan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik, juga terjadi di SMP Negeri
prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari 10 Magelang yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta
atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi, No. 2 Magelang, Rejowinangun Utara. Berdasarkan
akan tetapi mereka hanya menunda-nunda untuk informasi yang diperoleh dari Prasetyo Argo sebagai
mengerjakannya sehingga menyita waktu yang guru pembimbing kelas VIII menyatakan bahwa
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, hal tersebut masih terdapat siswa yang prokrastinasi akademiknya
menyebabkan mereka gagal dalam menyelesaikan tinggi. Ciri-ciri perilaku prokrastinasi yang terjadi di
tugasnya tepat waktu. Senada dengan pendapat SMP Negeri 10 Magelang yaitu kurang percaya diri
Silver, pendapat yang sama berdasarkan penelitian dengan kemampuan yang dimiliki sehingga merasa
yang dilakukan oleh Sri Wiworo dan Suharnan (2012: malas untuk memulai mengerjakan tugas, sering

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan



mengerjakan PR di sekolah dengan mencontek pengaruh konseling kelompok dengan teknik
pekerjaan teman, dan lupa mengerjakan PR ataupun behavior contract terhadap penurunan prorkastinasi
mengumpulkan tugas. akademik siswa.
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh sekolah Ibid (dalam Ghufron dan Rini, 2010: 153) suatu
belum berhasil untuk mengatasi masalah prokrastinasi penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila
akademik siswa, oleh sebab itu penulis mencarikan penundaan itu dilakukan pada tugas yang penting,
solusi lain. Salah satu solusi yang menurut penulis berulang-ulang secara sengaja, dan menimbulkan
perlu dilakukan adalah dengan memberikan layanan perasaan yang tidak nyaman yang dirasakan oleh
konseling kelompok, dengan menerapkan salah satu seorang prokrastinator. Melengkapi pendapat Ibid,
teknik yaitu teknik behavior contract. teori yang lain juga disampaikan oleh Lay dan
Juntika (2009: 21) menegaskan bahwa layanan Schouwenburg 1993 (dalam Mastuti, 2009: 56)
konseling kelompok adalah suatu upaya memberikan mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik
bantuan kepada siswa dalam suasana kelompok sebagai penundaan aktivitas yang sebenarnya tidak
yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan perlu dilakukan, proses penyelesaian tugas dilakukan
diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam ketika ada ultimatum untuk menyelesaikan dan
rangka perkembangan dan pertumbuhannya. adanya perasaan tidak nyaman.
Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa layanan Kedua pendapat di atas memiliki persamaan yaitu
konseling kelompok memiliki fungsi pencegahan perilaku prokrastinasi akademik akan menimbulkan
dan penyembuhan yang memberikan kemudahan perasaan tidak nyaman bagi pelakunya. Ibid
dalam aspek perkembangan dan pertumbuhan mengatakan bahwa penundaan itu dilakukan pada
siswa. Layanan konseling kelompok dapat diberikan tugas yang penting dan dilakukan secara berulang-
dengan berbagai teknik khusus lainnya. Salah satu ulang. Sedangkan Schouwenburg mengatakan bah-
teknik khusus yang dapat diberikan dalam layanan wa prokrastinasi akademik sebenarnya aktivitas
konseling kelompok pada penelitian ini adalah penundaan yang tidak perlu dilakukan, penyelesaian
dengan teknik behavior contract. tugas biasanya dilakukan ketika ada ultimatum
Runtukahu (2013: 104) mengatakan bahwa penyelesaian.
behavior contract adalah kontrak yang dibuat oleh dua Berdasarkan hal di atas maka dapat dipahami
orang (atau lebih), yang mana pihak pertama (guru, bahwa prokrastinasi akademik merupakan penun-
orangtua) diharuskan melakukan dan memberikan daan yang dilakukan berulang-ulang secara se-
sesuatu yang disukai (reward) kepada pihak kedua ngaja terhadap tugas yang dianggap penting,
yaitu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut behavior menimbulkan ketidaknyamanan pada diri sendiri,
contract adalah perjanjian yang dibuat oleh dua orang dan penyelesaiannya hanya ketika ada ultimatum
atau lebih, dimana pihak pertama harus memberi- untuk menyelesaikan.
kan reward kepada pihak kedua sesuai dengan Candra dkk (2014: 6) mengatakan bahwa
kesepakatan bersama jika perilaku yang diinginkan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi
muncul. akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam,
Penelitian lainnya yang juga terkait dengan yaitu faktor internal (kondisi fisik dan psikologis
penggunaan teknik behavior contract adalah penelitian siswa) dan faktor eksternal (keluarga, lingkungan
yang dilakukan Eva Nur Alriati di SMK Wisudha masayarakat, dan lingkungan sekolah.
Karya Kudus juga membuktikan bahwa layanan Ferrari (dalam Ghufron dan Rini, 2010: 158)
konseling kelompok dengan teknik behavior contract mengatakan bahwa prokrastinasi akademik memiliki
dapat mengatasi perilaku prokrastinasi akademik. aspek-aspek. Aspek-aspek ini akan penulis gunakan
Penelitian di atas menunjukkan bahwa teknik dalam pembuatan skala prokrastinasi akademik,
behavior contract dapat diterapkan sebagai upaya untuk aspek-aspek tersebut adalah, penundaan untuk
membantu berbagai permasalahan. Pada penelitian memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan
ini, penulis juga akan menggunakan teknik behavior dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara
contract untuk mengurangi perilaku prokrastinasi rencana dan kinerja aktual, dan melakukan aktivitas
akademik. yang lebih menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan Corey (2012: 4) mengartikan konseling kelompok
masalah penelitian ini yaitu adakah pengaruh sebagai suatu layanan yang dapat mencegah atau
konseling kelompok dengan teknik behavior contract memperbaiki, baik pada bidang belajar, karir, sosial
terhadap penurunan prokrastinasi akademik siswa dan individu. Konseling kelompok menekankan
dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pada komunikasi interpersonal yang melibatkan

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan



pikiran, perasaan dan perilaku, dan menfokuskan tersebut. Konselor dapat memilih perilaku yang
pada saat ini dan sekarang. Konseling kelompok realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak.
biasanya berorientasi pada masalah dari anggota Pendapat di atas dapat dipahami behavior contract
kelompok yang sebagian besar dipengaruhi oleh isi adalah persetujuan antara dua orang atau lebih
dan tujuan mereka. (konselor dan konseli) untuk mengubah perilaku
Jacob menegaskan konselor sekolah sering tertentu dengan memberikan ganjaran atau reward
memimpin konseling kelompok bagi siswa yang atas perubahan perilaku tersebut sesuai kesepakatan
memiliki bermacam permasalahan di rumah, di kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan
sekolah, atau dengan teman. Pemimpin berfokus sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan
pada permasalahan individu dalam kelompok; kepada siswa. Dalam teknik ini ganjaran positif
kemudian, anggota mencoba untuk membantu satu terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan
sama lain dengan bimbingan pemimpin. Pemimpin daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku
akan memainkan peran yang dominan dengan tidak berhasil. Salah satu kekuatan utama behavior
mengarahkan sesi untuk membuat kelompok lebih contract adalah menuntut orang-orang untuk
produktif. konsisten. Mereka belajar untuk menerima tanggung
Pendapat dari kedua ahli tersebut memiliki jawab atas tindakannya sendiri.
persamaan, dimana keduanya memfokuskan pada Downing mengungkapkan bahwa kontrak pe-
permasalahan yang dialami anggota kelompok. rilaku atau behavior contract dapat digunakan untuk
Pengertian Jacob bersifat melengkapi dan mem- mengajarkan perilaku baru, mengurangi perilaku
berikan gambaran lebih lanjut dari pengertian yang tidak diinginkan, atau meningkatkan perilaku
Corey. Corey lebih menekankan komunikasi in- yang diharapkan.
terpersonal yang melibatkan pikiran, perasaan dan Komalasari (2011: 172) ada beberapa prinsip
perilaku, sedangkan Jacob mengungkapkan pe- dasar dalam kontrak perilaku (behavior contract)
mimpin kelompok memiliki peran dominan untuk diantaranya behavior contract harus disertai dengan
mengarahkan setiap sesi kegiatan dan membimbing penguatan, penguatan (reinforcement) tersebut harus
anggota kelompok untuk saling membantu me- diberikan sesegera mungkin jangan ditunda terlalu
nyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa. lama, kemudian kontrak harus dinegoisasikan secara
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat terbuka oleh kedua belah pihak, kontrak harus adil
disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah dan jelas juga dilaksanakan sesuai dengan program
layanan yang dapat mencegah atau memperbaiki sekolah.
yang dilakukan oleh pemimpin kelompok kepada Komalasari (2011: 173), langkah-langkah yang
anggota kelompok yang sedang mengalami berbagai harus dilakukan dalam pembuatan kontrak perilaku
permasalahan melalui dinamika kelompok, anggota adalah tentukan tingkah laku yang akan dirubah,
kelompok dapat saling membantu menyelesaikan menganalisis tingkah laku yang akan dirubah
permasalahan yang dialami oleh anggota kelompok dengan rumus ABC, menetapkan penguatan yang
lain dengan menekankan komunikasi interpersonal. akan diberikan setiap kali perubahan perilaku yang
Tohirin (2014: 185) menyebutkan dalam kon- diinginkan muncul dan menetap.
seling kelompok ada beberapa tahap yang harus Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pe-
dilakukan agar pelaksanaan konseling kelompok ngaruh konseling kelompok dengan teknik behavior
tersebut berjalan lancar. Pada umumnya ada empat contract terhadap penurunan perilaku prokrastinasi
tahap yang harus dilalui yaitu : (1) tahap pembentukan, akademik pada siswa.
(2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, dan (4) tahap
pengakhiran.
Komalasari (2011: 172) menegaskan bahwa B. METODE PENELITIAN
kontrak perilaku (behavior contract) yaitu mengatur Metode yang digunakan dalam penelitian ini
kondisi konseli menampilkan tingkah laku yang adalah metode eksperimen yang mengukur penga-
diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan ruh layanan konseling kelompok dengan teknik
konselor. Sejalan dengan pendapat Komalasari, behavior contract terhadap penurunan prokras-tinasi
pendapat senada juga disampaikan oleh Latipun akademik. Populasinya adalah Siswa Kelas VIII G di
(2008: 120) behavior contract adalah persetujuan antara SMP Negeri 10 Kota Magelang sejumlah 30 siswa,
dua orang atau lebih (konselor dan konseli) untuk dari jumlah tersebut diambil 11 siswa sebagai sam-
mengubah perilaku tertentu pada siswa dengan pel. Pengambilan sampel menggunakan teknik
memberikan ganjaran atas perubahan perilaku purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sam-

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan



pel tidak dengan random, biasanya dengan per- C. HASIL DAN PEMBAHASAN
timbangan-pertimbangan tertentu.
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
ini adalah dengan memberikan tes awal (pre test)
menggunakan skala psikologis, yaitu skala prokras-
untuk mengukur kondisi awal subyek penelitian
tinasi akademik. Skala prokrastinasi akademik digu-
sebelum diberikan perlakuan. Pre test ini termasuk
nakan untuk mengungkapkan tingkatan prokras-
pre test terpakai, karena pre test ini juga digunakan
tinasi akademik siswa dengan menggunakan aspek-
untuk penentuan sampel yang sesuai dengan kategori
aspek prokrastinasi akademik sebagai indikator
dalam tabel 2.
yang akan diungkap. Dalam penjaringan sampel
skala psikologis digunakan untuk mencari informasi
Tabel 2
siswa yang mengalami prokrastinasi akademik yang
Kategori Skor Prokrastinasi Akademik
tinggi. Setelah diperoleh sampel maka hasil skala
(Syarifudin, 2010: 112)
psikologis dijadikan sebagai data pre-test dan post-test.
Metode pengukuran yang digunakan berupa skala
likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat sesuai Frekuensi Kategori Jumlah %
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak >208 Sangat tinggi  0 0
Sesuai (STS). 160-208 Tinggi 5 16,67%
Penelitian ini menggunakan rancangan pra esk-
112-160 Rendah 23 76,67%
perimen dengan menggunakan metode one group
pre dan post-test design. Desain penelitian tersebut <112 Sangat Rendah 2 6,67%
dilakukan tanpa randomisasi dan memberikan Jumlah 30 100%
perlakuan tanpa adanya kelompok kontrol. Untuk
one group pre dan post-test design menggunakan satu Pre test dilaksanakan dengan menyebar angket
kelompok subjek serta melakukan pengukuran konsentrasi belajar kepada subyek penelitian yang
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. berjumlah 30 siswa. Hasil pre test kemudian dikate-
gorikan dan diambil 5 siswa yang mendapatkan
Tabel 1 kategori tinggi dan 6 siswa dengan kategori rendah
One group pre test- post test design untuk dijadikan anggota kelompok treatment.
Treatment akan dilakukan sebanyak delapan
Pre- Post- kali sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok.
Perlakuan Setelah dilakukan treatment maka penelitian diakhiri
test test
dengan pelaksanaan post test. Langkah selanjutnya
Kelompok O1 X O2
adalah melakukan analisis data terhadap hasil post test
Eksperimen
termasuk di dalamnya uji hipotesis dan menyusun
(Creswell, 2014: 241) laporan hasil penelitian ke dalam bentuk yang
sistematis.
Analisis data yang digunakan adalah metode
statistik non parametrik uji Wilcoxon Match Pairs Test, Uji Hipotesis
dengan alasan karena subjek yang diambil untuk
penelitian ini kurang dari 30, data yang diperoleh Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
dalam penelitian ini berbentuk ordinal, distribusi model analisis statistic non parametric dengan 11 siswa.
data tidak normal dan variansi tidak homogen, Hipotesis yang diajukan adalah adanya pengaruh
pengambilan data menggunakan non random de- konseling kelompok dengan teknik behavior contract
ngan teknik purposive samplin, untuk mengetahui untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik
perbedaan yang sesungguhnya antara pasangan data siswa. Data penelitian yang terdiri dari pre test dan
yang diambil dari satu atau dua sampel yang saling post test dianalisis melalui model statistic non parametric
terkait, selanjutnya teknik analisis ini langkahnya yaitu dengan uji wlicoxon.
paling pendek untuk menguji hipotesis, yaitu untuk Untuk mempermudah menganalisis data digu-
menentukan ada tidaknya pengaruh pemberian nakan model statistic non parametric dari program
layanan konseling kelompok dengan teknik behavior SPSS versi 20.0 for window dengan teknik two
contract. related sample, dengan hasil Zhitung = -2,936 dengan
Asymp.(2-tailed) = 0,003. Adapun kriteria pengujian

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan



hipotesis yaitu dengan melihat angka probabilitas, terendah sebesar 5,4 %. Rata-rata peningkatan
dengan ketentuan jika nilai Asymp. (2-tailed) > α skor sebesar 15,36%. Adanya penurunan skor me-
maka Ho diterima. Karena nilai Asymp.(2-tailed) nyimpulkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik
= 0,003 < α = 5% (0,05) maka Ho ditolak dan Ha dari kelompok eksperimen rata-rata mengalami
diterima, artinya pemberian perlakuan berupa pengurangan yang signifikan
konseling kelompok dengan teknik behavior contract
memiliki pengaruh terhadap penurunan prokrasti- Pembahasan
nasi akademik siswa. Penurunan prokrastinasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis
akademik siswa dapat dilihat pula dari hasil wilcoxon match pairs test konseling kelompok dengan
pengurangan skor post test dengan skor pre test. teknik behavior contract terbukti dapat mengurangi
perilaku prokrastinasi akademik pada siswa. Hal ini
Tabel 3 dibuktikan dengan adanya perbedaan penurunan
Penurunan Skor Pre test dan Post Test skor post test yang signifikan dari kelompok
eksperimen.
Subjek Pre Post Penurunan Bukti bahwa konseling kelompok dengan
Penelitian Test Test tek-nik behavior contract dapat mengurangi perilaku
Nilai %
prokrastinasi akademik adalah adanya perubahan
A 163 137 26 15.95 indikator dalam aspek perilaku prokrastinasi
AAA 170 158 12 7,06 akademik pada siswa sebelum diberikan konseling
ASH 169 134 35 20,71 kelompok dengan sesudah diberikan konseling
DDA 164 117 47 28,66 kelompok. Siswa yang semula sering menunda
untuk memulai dan menyelesaikan tugasnya setelah
DF 153 144 9 5,88
diberikan konseling kelompok dengan teknik
FDU 155 136 19 12,26 behavior contract menjadi tidak lagi sering menunda
FNK 154 144 10 6,49 mengerjakan tugasnya seperti yang dilakukan oleh
KNA 145 115 30 20,69 A. Begitu juga dengan siswa lainnya yang mengalami
MTY 165 101 64 38,79 penurunan perilaku prokrastinasi akademik dalam
semua indikator prokrastinasi akademik.
NPS 148 140 8 5,41
TAL 156 144 12 7,69
Rata-rata 24,73 15,36 D. KESIMPULAN
Maksimum 8 5,41 Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan
Minimum 64 38,79 bahwa teknik behavior contract dalam layanan konse-
ling kelompok berpengaruh terhadap penurunan
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa perilaku prokrastinasi akademik siswa Kelas VIII G
penurunan skor tertinggi sebesar 38, 79% dan SMP Negeri 10 Kota Magelang.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan



DAFTAR PUSTAKA

Candra, U., Mungin E.W. & Ninik Setyowani. 2014. “Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik pada Siswa
Kelas XI SMA Negeri Kabupaten Temanggung.” Indonesian Journal of Guidance and Counseling Theory
and Application. Vol. 3, No. 3. Hlm. 66-72.
Creswell, John.W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Diterjemahkan
oleh Achmad Fawaid.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice of Group Counseling. Eighth edition. USA: Broks/Cole Thompson.
Guhfron, M.Nur & Rini Risnawati S. 2010. Teori-teori Psikologis. Jogjakarta : AR-Ruzz Media.
Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni, dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT Indeks
Latipun.2010. Psikologi Konseling. Malang : UMM Pres.
Mastuti, Endah. 2009. “Memahami Perilaku Prokrastinasi Akademik Berdasar Tingkat Self Regulation Learning.”
Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. VI, No. 1. Hlm. 55-61.
Runtukahu, Tombokan. 2013. Analisis Perilaku Terapan untuk Guru. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Syarifudin. B. 2010. Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta: Grafindo Litera
Media.
Tohirin. 2014. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah Berbasis Integritas Edisi Revisi. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan




Anda mungkin juga menyukai