KALIMANTAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
ANGGOTA :
FARIZ
MARWANDI
RIFAL
REGI
MEIKAL
IPAN
KELAS : X TKR 1
SMK SAMUDRA
KECAMATAN CISOLOK
KABUPATEN SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kerajaan-kerajaan Islamdi Pulau
Kalimantan ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan.
Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu,
kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesultanan Paser.................................................................................... 3
B. Kesultanan Banjar.................................................................................. 3
C. Kesultanan Kotawaringin...................................................................... 5
D. Kesultanan Pagatan................................................................................ 6
E. Kesultanan Kutai Kartanegara............................................................... 7
F. Kesultanan Bulungan............................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya penemuan prasasti batu nisan bertanggal 127 Hijriah atau
tepatnya 745 Masehi menjawab perdebatan panjang para ahli sejarah
mengenai kedatangan Islam di Indonesia. Prasasti sejarah yang ditemukan di
Kecamatan Sandai ini bernilai tinggi untuk mengungkap bahwa kebudayaan
Islam di Ketapang adalah kebudayaan Islam tertua di Nusantara yang datang
pada abad ke-7, bukannya di Aceh.
Sebelumnya, para ahli yang kebanyakan dari barat-Belanda masih
berbeda pendapat tentang waktu penyebaran Islam di Nusantara. Beberapa
ahli ada yang menyebutkan abad ke-10, abad ke-12 dan abad ke-13 sebagai
periode paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Berdasarkan kenyataan sejarah, menurut Koordinator Yayasan Daun Lebar, Ir
Gusti Kamboja, mengatakan saat Islamisasi di Samudera Pasai, Aceh, raja
pertamanya Malik Al-Shalih, wafat 698 Hijriah atau 1297 Masehi, Gujarat
masih merupakan kerajaan Hindu.
Selain itu, dari hasil penelitian Yayasan Daun Lebar disimpulkan
bahwa bentuk Prasasti Sandai ini tidak sama dengan bentuk batu nisan di
Pasai dan Gresik, Jawa Timur. Batu tersebut bukan pula batu asli dari
Kabupaten Ketapang, melainkan batu impor.Meski penelitian yang dilakukan
belum sepenuhnya rampung, yayasan ini secara giat juga mengumpulkan
banyak literatur untuk memperkuat penemuan tersebut.
Disimpulkan Kamboja, berdasarkan tarikh Prasasti Sandai ini terbukti
telah terjadi koneksi nusantara dengan Arab-Persia pada awal abad ke-7. Pada
masa itu dikenal dalam sejarah sebagai masa kejayaan Dunia Islam. Sejarah
umat Islam mencatat, bahwa pada abad ke-7 di Spanyol masih dikuasai
penguasa muslim. Pada periode ini, Dinasti Umayah (132 M–749 M) dan
Dinasti Abbasiyah (750 M–798 M) telah melakukan ekspansi ke Persia dan
Anak Benua India hingga melakukan pelayaran ke Timur Jauh.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam
makalah ini adalah kerajaan-kerajaan Islam apa saja yang ada di pulau
Kalimantan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesultanan Paser
Tentang terbentuknya awal kerajaan Paser, Haji Aji Abdoel Rasyid
dan kawan-kawan yang ditulis oleh M.Irfan Iqbal, et.al,dalam bukunya yang
berjudul “Budaya dan Sejarah Kerajaan Paser” mengatakan terbentuknya
Kerajaan Paser pada tanggal 2 Safar tahun 9 Hijriyah atau tahun 630 Masehi.
Pada saat Putri Petong berusia 22 tahun dilantik atau dinobatkan menjadi ratu
(ratu pertama kerajaan Paser) yang semula kerajaan Padang Bertinti menjadi
kerajaan Sadurengas. Namun, dalam versi Pemerintah Kabupaten Paser,
Kerajaan Sadurangas didirikan pada abad ke-16 atau sekitar tahun 1516.
Sebelum Putri Petong menikah dengan Abu Mansyur Indra Jaya. Putri
Petong diyakini menganut kepercayaan animisme atau suatu kepercayaan
yang memuja roh-roh halus dan dewa-dewa. Roh-roh halus atau dewa-dewa
diyakini bisa membantu sewaktu-waktu diperlukan, untuk memanggil roh-roh
halus tersebut dibutuhkan sebuah bangunan berbentuk rumah yang dinamakan
Panti, di dalam panti tersebut diberi sesajen kue-kue yang dibuat berbentuk
patung-patung dari tepung beras menyerupai roh yang akan dipanggil.
Putri Petong setelah bersuamikan Abu Mansyur Indra Jaya, setahun
kemudian Putri Petong melahirkan anak yang pertama seorang lelaki yang
diberi nama Aji Mas Nata Pangeran Berlindung bin Abu Mansyur Indra Jaya.
Tiga tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang anak perempuan,
yang diberi nama Aji Putri Mitir binti Abu Mansyur Indra Jaya dan enam
tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang lelaki yang diberi nama
Aji Mas Pati Indra bin Abu Mansyur Indra Jaya.
B. Kesultanan Banjar
Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan),
kerajaan pertama di Kalimantan bagian selatan adalah Kerajaan Nan Sarunai
yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah
3
4
C. Kesultanan Kotawaringin
Sebelum berdirinya Kerajaan Kotawaringin, Raja-raja Banjar sebagai
penguasa sepanjang pantai selatan dan timur pulau Kalimantan telah mengirim
menteri-menteri atau ketua-ketua untuk mengutip upeti yang dipaksa kepada
penduduk Kotawaringin. Nenek moyang suku Dayak yang tinggal di hulu-
hulu sungai Arut telah memberi kepada Sultan Banjarmasin debu emas
sebanyak yang diperlukan untuk membuat sebuah kursi emas. Selepas itu dua
orang menteri dari Banjarmasin bernama Majan Laut dan Tongara Mandi
telah datang dari Tabanio (Laut Darat/Tanah Laut) ke Kumai dan tinggal di
situ.
Kedua bersaudara inilah yang mula-mula membawa Islam ke wilayah
Kotawaringin. Majan Laut kemudian terlibat perseteruan dengan saudaranya
dan selanjutnya ia pindah dari Kumai ke Belitung dan tinggal di sana. Tongara
Mandi kemudian pindah dari Kumai ke daerah kuala Kotawaringin di mana
dia sebagai pendiri Kotawaringin Lama di pinggir sungai Lamandau. Dia
kemudian meninggalkan tempat ini karena diganggu oleh lanun/perompak dan
membuka sebuah kampung baru, lebih jauh ke hulu, di sungai Basarah, salah
satu anak sungai di sebelah kiri. Dalam Hikayat Banjar tokoh yang mendapat
perintah dari Marhum Panembahan [sultan Banjar IV yang berkuasa 1595-
1638] untuk menjabat adipati Kotawaring bernama Dipati Ngganding dari
golongan Andin dan juga sebagai mertua dari Pangeran Dipati Anta-Kasuma
karena menikahi Andin Juluk, putri dari Dipati Ngganding.
6
D. KesultananPagatan
Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah Kerajamudaan sebagai bawahan
kerajaan Banjar yang merupakan daerah otonomi bagi imigran suku Bugis di
dalam negara Kesultanan Banjar. Kerajaan otonom ini adalah salah satu
kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran
Sungai Kusan (sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan). Wilayah Tanah Kusan bertetangga
dengan wilayah Kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu
Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan).
Penguasa Kerajaan Pagatan disebut Arung (bukan Sultan), Belanda
menyebutnya de Aroeng van Pagattan. Permukiman Pagatan didirikan oleh
Puana Dekke (La Dekke), seorang imigran suku Bugis atas seijin Sunan Nata
Alam atau Panembahan Batuah dari Dinasti Tamjidullah I. Negeri Pagatan
kemudian menjadi sekutu Sunan Nata Alam untuk menghabisi rival politiknya
yaitu Sultan Amir bin Sultan Muhammadillah (keturunan Sultan Kuning) yang
menuntut tahta Kesultanan Banjar dengan dukungan Arung Turawe (Gusti
Kasim) beserta pasukan Bugis-Paser. Atas keberhasilan mengusir Sultan Amir
dari Tanah Kusan, La Pangewa (Hasan Pangewa), pemimpin orang Bugis
Pagatan, dilantik Sultan Banjar sebagai kapitan (raja) Pagatan yang pertama
sekitar tahun 1784 dengan gelar Kapitan Laut Pulo.
Kerajaan ini semula merupakan sebagian dari wilayah Kesultanan
Banjar selanjutnya menjadi bawahan Hindia Belanda, karena diserahkan
kepada pemerintah Hindia Belanda dalam Traktat Karang Intan. Menurut
Staatblaad, wilayah kerajaan ini merupakan "leenplichtige landschappen"
dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe.
7
E. KesultananKutai Kartanegara
Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah
yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di
wilayah Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara
Agung Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan
Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama (1365), yaitu salah satu
daerah taklukan di negara bagian Pulau Tanjungnagara oleh Patih Gajah Mada
dari Majapahit.
Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja
Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai
(atau disebut pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura
atau Kerajaan Mulawarman) yang terletak di Muara Kaman. Raja Kutai
Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai
Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan tersebut.
Pada abad ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang
Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu
dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun,
sebutan Raja diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Aji Muhammad Idris
(1735-1778) merupakan sultan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan
nama Islami. Dan kemudian sebutan kerajaan pun berganti menjadi
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1663), negeri Kutai
merupakan salah satu tanah di atas angin (sebelah utara) yang mengirim upeti
kepada Maharaja Suryanata, raja Banjar-Hindu (Negara Dipa) pada abad ke-
14 hingga kerajaan ini digantikan oleh Kesultanan Banjar. Sekitar tahun 1620
Kutai berada di bawah pengaruh Kesultanan Makassar. Perjanjian VOC dan
Kesultanan Banjar tahun 1635 menyebutkan VOC membantu Banjar untuk
menaklukan Paser dan Kutai kembali. Dengan demikian sejak tahun 1636,
Kutai diklaim oleh Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya karena
Banjarmasin sudah memiliki kekuatan militer yang memadai untuk
8
F. Kesultanan Bulungan
Berdirinya Kerajaan Bulungan tidak dapat dipisahkan dengan mitos
ataupun legenda yang hidup secara turun-temurun dalam masyarakat. Legenda
bersifat lisan dan merupakan cerita rakyat yang dianggap oleh yang empunya
cerita sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya yang
tidak tertulis dan sering kali mengalami distorsi maka sering kali pula dapat
jauh berbeda dengan kisah aslinya. Yang demikian itulah disebut dengan folk
history (sejarah kolektif). Kuwanyi, adalah nama seorang pemimpin suku
bangsa Dayak Hupan (Dayak Kayan) karena tinggal di hilir Sungai Kayan,
mula-mula mendiami sebuah perkampungan kecil yang penghuninya hanya
terdiri atas kurang lebih 80 jiwa di tepi Sungai Payang, cabang Sungai
10
akhirnya Datuk Mencang kawin dengan Asung Luwan, salah seorang putri
keturunan Jauwiru.
Menurut legenda, lamaran Datuk Mencang atas Asung Luwan ditolak,
kecuali Pangeran dari Brunei itu sanggup mempersembahkan mas kawin
berupa kepala Sumbang Lawing, pembunuh Sadang, kakaknya. Melalui
perjuangan, ketangkasan dan kecerdasan, akhirnya Datuk Mencang dapat
mengalahkan Sumbang Lawing. Perang tanding dilakukan dengan uji
ketangkasan membelah jeruk yang bergerak dengan senjata. Datuk Mencang
lebih unggul dan meme-nangkan uji ketangkasan tersebut.Setelah Asung
Luwan menikah dengan datuk Mencang (1555-1594), berakhirlah masa
pemerintahan di daerah Bulungan yang dipimpin oleh Kepala Adat/Suku,
karena sejak Datuk Mencang memimpin daerah Bulungan, pemimpinnya
disebut sebagai Kesatria/Wira.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya penemuan prasasti batu nisan di Sandai ini (Prasasti
Sandai), dikatakan Kamboja dapat diduga bahwa hubungan antara masyarakat
di Tanjungpura (Borneo Barat) dan Timur Tengah telah terjalin sejak masa-
masa awal Islam. Para pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan anak benua
India yang mendatangi kepulauan Nusantara dan Tiongkok tidak hanya
berdagang, tetapi dalam batas tertentu juga menyebarkan Islam kepada
penduduk setempat.
Kerajaan Islam di Kalimantan awal mulanya terjadi karena Kerajaan
Hindu berperang dengan kerajaan Islam, tetapi akhirnya kerajaan Hindu
menyerah diantaranya kerajaan Hindu di Candi Laras dan Candi Agungdi
TanjungPura. Sebagian rakyat memeluk agama Islam termasuk sebagian
rakyat Dayak di pantai-pantai. Rakyat Dayak yang telah masuk Islam, ialah
yang sering disebut sebagaiDayak melayu, yang kebanyakan di Kuala Kapuas,
Tumpung Laung (Barito) dan beberapa kampung melayu, sebenarnya mereka
tetap suku Dayak, hanya sudah memeluk agama Islam.
B. Saran
Kita perlu mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan Islam. Dan kita perlu
mengembangkan wawasan kita tentang sejarah. Karena itu termasuk hal
penting.
13
DAFTAR PUSTAKA
Siti Waridah Q, Dra. 2001. Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Bulungan
https://id.wikipedia.org/wiki/
Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam#Kerajaan_Islam_di_Kalim
antan