Oleh :
AHMAD ANSARI
(2204117304)
RASYIDIYAH KHALIYAH
AMUNTAI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah tentang "Sejarah Peradaban
Islam di Kesultanan Banjar”
Makalah ini telah disusun berdasarkan banyak sumber informasi yang tersedia
dari Internet, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentu tidak akan maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari segi persiapan maupun tata bahasa dalam penyampaian
makalah ini.
Oleh karena itu, dengan rendah hati saya menerima kritik dan saran dari para
pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Penyelesaian makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi penting dan tambahan manfaat serta ide bagi penulis maupun
pembaca individu yang telah membaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat bermacam jenis teori mengenai masuknya agama islam ke
nusantara, yang mana teori tersebut telah di kemukakan oleh para ahli. Secara
umum, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut terbagi menjadi
empat teori besar, yakni Teori Gujarat atau Teori India (abad ke-13 M), Teori
Mekkah atau Teori Arab (abad ke-7 M), Teori Persia atau Teori Baghdad (ke-10
M), serta Teori China (ke-9 M). Dari beberapa teori mengenai masuknya islam
ke nusantara, teori yang paling relevan adalah teori Arab. Teori Arab didukung
oleh argumentasi dari Buya Hamka dan Syed Hussein Naquib al-Attas. Menurut
teori Arab, islam masuk ke nusanatara pada abad ke-7 Masehi yang dibawa
langsung oleh pedagang dan ahli tasawuf dari Arab yang sengaja datang ke
nusantara untuk melakukan proses perdagangan sambil menyebarkan agama
islam di nusantara.1
Di wilayah nusantara, perkembangan agama islam diawali pada abad ke-
13 Masehi. Begitu juga pernyataan ini banyak para ahli yang mendukungnya
didasarkan pada kebenarankebenaran bersejarah. Pada 1292 Marco Polo yang
berasal dari Venesia tiba di Kerajaan Samudera Pasai, Pada saat melakukan
perjalanan kembali dari China bisa dijadikan salah satu rujukan yang
mendukung aturan ini. Menurut informasi dari Marco Polo, saat ia sampai di
Sumatera dan ai juga mengatakan bahwasannya Kesultanan Peurelak di Aceh
diketahui telah berdiri menjadi sebangun perkotaan bercorak islam. Sejumlah
ahli mengemukakan sebuah kerajaan bercorak islam pertama di dalam negeri ini
pada abad ke-13 akhir adalah kerajaan Samudera Pasai. Banyaknya bukti
peninggalan yang ditemukan pada kuburan milik Sultan Malikussaleh seperti
batu nisan yang memiliki angka 1297 M menjadi bukti untuk memperkuat
1
E Eliza and H Hudaidah, “Proses Islamisasi Dan Perkembangan Islam Di Kesultanan Banjarmasin,”
HEURISTIK: Jurnal Pendidikan Sejarah 1, no. 2 (2021).Pg 54
1
pernyataan ini. Selain bukti arkeologis seperti batu nisan tersebut, berita Ibnu
Bathuthah dalam catatan perjalannya yang berjudul Ar-Rihla yang berlabuh di
Kerajaan Samudera Pasai pada 1345 Masehi juga bisa menjadi referensi
mengenai perkembangan agama islam di abad ke-13 ini.2 Dengan masuk dan
berkembangnya agama islam ke nusantara tentunya juga berdampak pada
penyebaran agama islam diseluruh wilayah yang ada di nusantara termasuk
wilayah Banjarmasin.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik membuat makalah
mengenai sejarah peradaban islam di kesultanan banjar
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kesultanan Banjar
2. Untuk mengetahui sejarah peradaban islam di kesultanan Banjar
3. Unutk mengetahui masa kejayaan kesultanan Banjar
2
Ibid.Pg. 55
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah berdirinya kerajaan Banjar
Kesultanan Banjarmasin berdiri pada awal abad ke-16 M dengan dengan
ibukota dengan nama yang sama dan terletak di muara sungai Barito. Menurut
Hikayat Banjar, Banjarmasin merupakan ibu kota kerajaan ketiga di Kalimantan,
setelah Tanjungpura sebagai ibu kota Kerajaan Negara Dipa dan Muara Bahan
(Marabahan) sebagai ibu kota Kerajaan Negara Daha.3
3
Kamrani Buseri, “Kesultanan Banjar Dan Kepentingan Dakwah Islam,” Journal Al-Banjari 11, no. 2
(2012).Pg.222
4
Ibid.Pg. 222
3
ayahnya itu,terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi. Setelah
Sukarama wafat, jabatan dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran
Mangkubumi. Waktu itu, Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun.Pangeran
Mangkubumi tak terlalu lama berkuasa, karena ia dibunuh oleh pengawalnya
yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumenggung. 5
5
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2015).Pg.3
6
Ibid.Pg. 3
7
Ibid.Pg. 3
4
(sumber lain mengatakan berjumlah 40.000 tentara, dengan jumlah 1.000 kapal,
masing-masing kapal memuat 400 prajurit). Atas bantuan itu, kemenangan ada
di pihak Pangeran Samudera. Sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat
keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam. Setelah masuk
Islam, ia diberi nama Sultan Suryanullah atau Suriansyah, yang dinobatkan
sebagai raja pertama Kerajaan Banjar. 8
8
Ibid.Pg.3
9
I. S Ahyat, “Perkembangan Islam Di Kesultanan Banjarmasin,” Sosiohumanika 8, no. 1 (2015).Pg.5
5
bercorak Islam. Islam terus berkembang di Banjarmasin. Gerak awal dari upaya
Pangeran Suriansyah menyebarkan dan mengembangkan Islam secara luas
kepada masyarakat ialah dengan mendirikan sebuah mesjid. Namanya mesjid
“Sultan Suriansyah”, yang merupakan mesjid pertama di kesultanan
Banjarmasin pada abad ke-16. Mesjid ini berdiri sebagai hasil musyawarah
antara Sultan dan para pembesar kesultanan, dan masih ada hingga kini di
Kampung Kuin, sudah beberapa kali dipugar. 10
Dalam hal ini, Sultan tidak bertindak atas kemauan sendiri, tetapi
dibatasi oleh para petinggi kesultanan dan diatur dengan ketentuan kesultanan,3
tidak seperti pada masa Hindu, dimana Raja merupakan titisan dari Dewa,
sehingga melahirkan konsep Dewa-Raja. Hal yang penting dalam menyebarkan
Islam adalah peran dari para Sultan Banjarmasin, yang selalu menjadi tauladan
bagi rakyatnya, yaitu antar lain dengan senantiasa memakai nama-nama Islam
dan bertindak sesuai dengan cara-cara Islam. Tersebarnya agama Islam di daerah
Banjarmasin ini juga tidak dengan paksaan maupun kekerasan. Ditunjang oleh
ajaran Islam yang tidak membeda-bedakan golongan atau kasta, seperti yang ada
pada agama Hindu. Faktor lain ialah bahwa peng-Islam-an banyak ditunjang
oleh peran dari golongan atas, yaitu pemegang tahta kesultanan Banjarmasin
beserta keluarganya. Segala sesuatu yang dilakukan oleh Raja merupakan contoh
yang harus diikuti oleh rakyatnya. 11
Hasil dari penyebaran Islam itu bukan saja tampak dalam bidang politik,
sosial, dan keagamaan, tetapi juga dalam bidang budaya. Misalnya huruf Arab,
yang digunakan dalam pelajaran membaca Al-Qur’an dan menghafal bacaan
sholat, juga perjanjian yang dibuat antara Sultan Banjarmasin dengan VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Perusahaan Dagang Hindia
Belanda) dan Inggris pada abad ke-17, ditulis dengan huruf ArabMelayu.
Demikian pula dengan historiografi tradisional berupa Hikayat Lembu
10
Ibid.Pg.5
11
Ibid.Pg.6
6
Mangkurat, Hikayat Raja-raja Banjar dan Kotawaringin, dan Hikayat Banjar,
semuanya ditulis dalam huruf Arab-Melayu. 12
12
Ibid.Pg.7
13
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar. Pg.3
14
Ibid.Pg.3
15
Ibid.Pg.4
7
Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap menghadapi serangan
Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana serangan
dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi
migrasi dari pulau Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi
politik Sultan Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang
sangat besar sehingga pelabuhan-pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat
difusi kebudayaan Jawa. Di samping menghadapi rencana serbuan-serbuan dari
Mataram, kesultanan Banjarmasin juga harus menghadapi kekuatan Belanda.
Pada tahun 1637 Banjarmasin dan Mataram mengadakan perdamaian setelah
hubungan yang tegang selama bertahun-tahun. Perang Makassar (1660- 1669)
menyebabkan banyak pedagang pindah dari Somba Opu, pelabuhan kesultanan
Gowa ke Banjarmasin. Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar disebut
duit.16
Sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah asal
Kesultanan Banjar meliputi provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura pada lokasi
Tanjung Sambar (Ketapang) dan sebelah timur berbatasan dengan Kesultanan
Pasir pada lokasi Tanjung Aru. Pada daerah-daerah pecahannya, rajanya
bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar
Sultan. Kesultanankesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar,
termasuk Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda.
Kesultanan Banjarmasin merupakan kerajaan terkuat di pulau Kalimantan.
Sultan Banjar menggunakan perkakas kerajaan yang bergaya Hindu (Lembaga
Kebudajaan Indonesia (1814).17
16
Putuhena Shaleh, Historiografi Haji Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2007).
17
Sahriansyah, Sejarah Kesultanan Dan Budaya Banjar.Pg.5
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banjarmasin, yang semula merupakan suatu perkampungan orang Melayu,
menjadi pelabuhan yang disinggahi oleh para pedagang Muslim, menjadi kota
Muslim, dan berlanjut menjadi kota kerajaan. Sultan dan masyarakatnya
mengembangkan agama Islam, sehingga Islam di kesultanan Banjarmasin
mengalami perkembangan yang cukup menyeluruh di segala bidang, baik dalam
bidang politik, ekonomi, dan sosial maupun budaya. Semuanya itu telah melahirkan
suatu peradaban Islam yang khas di kesultanan Banjarmasin, dimana agama Islam
cukup berkembang pesat di Kalimantan khususnya dan di wilayah Nusantara
umumnya.
3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Banjar di wilayah nusantara pada masa yang
lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hatiyang tulus serta di dorong rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita.
Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut
mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita Bersama-sama
menjaga danmemelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita
semua.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahyat, I. S. “Perkembangan Islam Di Kesultanan Banjarmasin.” Sosiohumanika 8, no. 1
(2015).
Buseri, Kamrani. “Kesultanan Banjar Dan Kepentingan Dakwah Islam.” Journal Al-
Banjari 11, no. 2 (2012).
10