Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN ( ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ DAN


UMAR BIN KHATAB )

Dosen Pengampu:

Lydiah Megawati, Dr, S.Hum., M.Hum

Di Susun Oleh :

1. Husnul Amalia 60100123077


2. Andi Dian Anggraini. 60100123084
3. Nur Fadhilahtul ilma. 60100123013
4. Dhea Wulan Febrian 60100123067

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan

kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan

tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah sejarah perkembangan Islam.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,

namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain

berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen mata kuliah ini sehingga kendala-

kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai kejelasan

makna Al- qur’an dan azbabun nuzul yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari

berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini penulis susun dengan berbagai

rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun

dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini

dapat terselesaikan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa UIN ALAUDDIN

MAKASSAR. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempuma. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi

perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan

kritik dan saran dari para pembaca.

Gowa, 23 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .....................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ............................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN TEORITIS .................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Khalifah Abu Bakar As-Siddid ................................ Error! Bookmark not defined.
B. Khalifah Umar Bin Khattab ...................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
PENUTUP........................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA........................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling pokok yang harus di penuhi oleh

setiap individu, golongan bahkan negara. Karena dengan pendidikan tersebut seorang

bisa lebih maju, dengan pendidikan tersebut suatu kelompok atau golongan dapat

dikatakan sebagai golongan yang berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan

pendidikan suatu negara akan telihat dominan di mata dunia. Terselenggaraannya

pendidikan secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengalaman

sjaran agama.

Al-qur’an dan Hadits merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam khususnya

pendidikan agama yang di harapkan dapat memberikan petunjuk dan membimbing

manusia kejalan yang lurus sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu pendidikan sangat

dibutuhkan oleh setiap individu manusia. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak zaman nabi Muhammad

Saw sampai sekarang.

Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rosulullah setelah mendapat perintah dari

Allah melalui firmannya Qs. 74: 1-7, langkah awal yang ditempuh oleh nabi adalah

menyeru keluarganya, sahabat-shabatnya, tetangga dan masyarakat luas. Pada masa

nabi, negara islam meliputi seluruh jazirah arab dan pendidikan islam berpusat di
Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pmerintahan islam dipegang oleh

Khulafaurrasyidin dan wilayah islam telah meluas sampai di luar jazirah arab. Para

khalifah ini memusatkan perhatiaannya pada pendidikan, syiarnya agama dan kokohnya

agama islam.
B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah kekhilafahan Umar bin Khatab R.A?

2) Bagimana Khalifah abu bakar Ash-Shiddiq

3) Proses pengangkatan Khalifah abu bakar Ash-Shiddiq

4) Langkah kebijakan Khalifah abu bakar Ash-Shiddiq

5) Bagaimana Peradaban Islam Pada Masa Umar Bin Khatab R.A ?

6) Bagaimana Sistem Pendidikan di masa Umar bin Khatab R.A?

C. Tujuan Penulisan

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang sejarah peradaban islam dikalangan

mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


A. Latar Belakang Kehidupan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq

Nama lengkap Abu Bakar yaitu Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru
bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-
Qurasy al-Tamimi. Dan dikenal dengan Abd al-Ka’bah di masa Jahiliyah. Nasabnya
dengan Rasulullah Saw bertemu pada kakeknya Murrahbin Ka’ab bin Lu’ai. Dan
ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim. Ayahnya diberi kuniyah Abu Quhafah. Berarti ayah dan ibunya berasal dari
kabilah Bani Taim. Dia dilahirkan di Makkah dua tahun setelah tahun gajah, berarti
beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah Saw.1 Dia terkenal sebagai seorang
berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamr dan selalu menjaga kehormatan diri.
Beliau digelari dengan As Shiddiq dan Al-Atiiq. Gelar Al-Atiiq ini dilekatkan
kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan tersentuh api neraka.2 Gelar
Al-Atiq yang disandang oleh Abu Bakar As Shiddiq memiliki beberapa pendapat
dikalangan ulama. Sebagian mereka mengatakan bahwa disandangkannya gelar
tersebut karena wajahnya yang atiq (cerah dan bersih). Ada pendapat yang
mengatakan bahwa ia digelari dengan Al-Atiq karena garis keturunannya yang bersih
dan tidak ada cacatnya.

Sedangkan gelar As Shiddiq disandangnya dikarenakan banyak melakukan


kebenaran dan merupakan orang yang pertama kali yang meyakini kebenaran
Rasulullah dan ajaran Allah yang dibawa oleh beliau. Sebahagian ulama juga berbeda
pendapat, Sebagian mereka mengatakan bahwa sebelum masuk Islam, Abu Bakar
telah dikenal dengan sifatnya yang jujur dan dapat dipercaya. Bahkan orang-orang
Quraisy tidak meragukan lagi tentang apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, Oleh
sebab itu ia digelari dengan As Shiddiq3 Pada masa jahiliyah beliau membenci
minuman khamr, beliau tergolong orang kaya raya. Abu Bakar pada masa mudanya
adalah seorang saudagar kaya, dia yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-
laki dewasa dan setelah menjadi seorang muslim dia lebih memusatkan diri dalam
kegiatan dakwah Islamiyah bersama Rasulullah.

Abu Bakar As Shiddiq merupakan sahabat yang senantiasa menemani


dakwah Rasulullah saw. Baik dalam suka ataupun duka. Ia rela berkorban dengan
harta dan jiwa yang ia miliki untuk mendukung dan menyebarkan risalah dakwah.
Pengorbanan yang ia berikan tidak akan akan bisa dilupakan sejarah. Sehingga
dengan demikian Abu Bakar As Shiddiq memiliki tempat yang khusus dihati
Rasulullah saw. Dalam bentangan sejarah Islam.

Abu Bakar As Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas)
Hijriyah. Sebelum ia meninggal, Abu Bakar As Shiddiq menderita sakit lebih kurang
15 (lima belas) hari. Pada rentang waktu tersebut ia hanya terbaring ditempat tidur
dan tidak bisa melakukan shalat berjamaah bersama sahabat lainnya. Agar shalat
jamaah di masjid bisa terus berlanjut, Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab.

Abu Bakar meninggal pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga) tahun.
Jenazah Abu Bakar As Shiddiq dimandikan oleh isterinya yaitu Asma’ binti Amisy,
sesuai dengan wasiatnya sebelum ia meninggal. Jika ada hal-hal yang tidak bisa ia
lakukan maka ia meminta bantuan kepada putranya; Abdurrahman bin Abu Bakar.4
Ada riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar As Shiddiq menderita sakit yang
mengantarkannya pada kematian disebabkan oleh makanan yang dibubuhi racun oleh
seorang Yahudi. Abu Bakar As Shiddiq memakan makanan tersebut bersama al-
Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid. Mereka mengalami penyakit yang sama
dan meninggal pada hari yang sama.

B. Proses Pengangkatan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq

Muslim terkejut karena kematian Rasulullah. Rasulullah telah berpulang ke


sisi Allah pada 12 Rabiulawal tahun 11 Hijri (3 Juni 632 M.). Subuh hari itu
Rasulullah saw. Merasa sudah sembuh dari sakitnya. La keluar dari rumah Aisyah ke
masjid dan ia sempat berbicara dengan kaum Muslimin. Dipanggilnya Usamah bin
Zaid dan diperintahkannya berangkat untuk menghadapi Romawi. Setelah tersiar
berita bahwa Rasulullah telah wafat tak lama setelah duduk-duduk dan berbicara
dengan mereka, mereka sangat terkejut sekali. Umar bin Khattab yang berada di
tengah-tengah mereka berdiri dan berpidato, membantah berita itu. Ia mengatakan
bahwa Rasulullah tidak meninggal, melainkan sedang pergi menghadap Tuhan
seperti halnya dengan Musa bin Imran, yang menghilang dari masyarakatnya selama
empat puluh malam, kemudian kembali lagi setelah tadinya dikatakan meninggal.
Umar terus mengancam orang-orang yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat.
Dikatakannya bahwa Rasulullah saw. Akan kembali kepada mereka dan akan
memotong tangan dan kaki mereka.

Sesudah tersiar berita kematian Nabi, orang menyusul Abu Bakar


menyampaikan berita sedih itu. Abu Bakar segera kembali. La melihat Muslimin dan
Umar yang sedang berpidato. La tidak berhenti tetapi terus menuju ke rumah Aisyah.
Dilihatnya Nabi saw. Di salah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubungi kain.
La maju menyingkap kain itu dari wajah Nabi lalu menciumnya dan katanya:
“Alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan alangkah sedapnya sewaktu engkau
wafat.” La keluar lagi menemui orang banyak lalu berkata kepada mereka: “Saudara-
saudara! Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal.
Tetapi barang siapa menyembah Allah, Allah hidup selalu, tak pernah mati.”
Selanjutnya ia membacakan firman Allah:

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik
ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang- orang yang bersyukur.

Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur
ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa
Rasulullah memang sudah wafat. Orang semua terdiam setelah mendengar dan
melihat

Kenyataan itu. Setelah sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak
tahu apa yang hendak mereka perbuat. Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah
dan beberapa kalangan terkemuka Muslimin lainnya dan yang awam, sedang sibuk
membicarakan kematian Rasulullah. Ketika itu Abu Bakar, Ali bin Abi Talib dan
keluarga Nabi yang lain sedang berada di sekeliling jenazah, menyiapkan segala
sesuatunya untuk pemakaman. Umar, setelah yakin benar bahwa Nabi memang sudah
wafat, mulai berpikir apa yang akan terjadi sesudah itu. Tak terlintas dalam
pikirannya bahwa pihak Ansar sudah lebih dulu berpikir ke arah itu, atau mereka
ingin menguasai keadaan di luar yang lain.8

Pada saat berita wafatnya Rasulullah menyebar. Masalah yang pertama


dihadapi yaitu masalah politik. Sejumlah tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di
Balai Tsaqifah bani Sa‟idah, Madinah. Mereka bermusyawarah untuk memilih siapa
yang ditunjuk menjadi kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi perdebatan yang
sangat alot karena masing-masing kelompok. Di antara dua kelompok tersebut
menganggap bahwa kelompoknya yang paling pantas menggantikan Nabi sebagai
khalifah. Orang-orang Muhajirin mengatakan bahwa mereka yang paling berhak
menjadi khalifah karena mereka lah yang mula-mula masuk Islam dan Nabi berasal
dari kalangan mereka.9 Sementara orang-orang Anshar menyebutkan mereka pula
yang paling berhak karena mereka lah yang telah membantu dan melindungi Nabi
dari serangan kaum Quraisy pada waktu hijrah ke Madinah. Abu Bakar mengusulkan
agar pemimpin baru itu dijabat oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari kaum Anshar,
tetapi orang Anshar menolak usul itu. Mereka mengusulkan agar diangkat dua orang

Pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan
alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum
Anshar terhadap hadits Nabi yang mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.

Pada saat itu, beliau mengusulkan agar Umar bin Khathab diangkat menjadi
khalifah. Usul itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada,
beliaulah yang paling pantas menjadi khalifah. Akhirnya, Abu Bakar terpilih sebagai
pemimpin atas usul Umar bin Khathab, ketika itu juga usia Abu Bakar 61 tahun.
Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat Islam. Sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya sebagai
pemimpin umat Islam pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya
disebut “Khalifah” saja. Di mana Umar dan Abu Ubaidah bangkit menuju Abu Bakar
lalu membaiatnya sebagai Khalifah. Setelah terlebih dahulu Basyir bin Sad
membaiatnya. Kemudian kaum Muhajirin dan kaum Anshar berturut-turut
membaiatnya. Baiat as-Saqifah ini dinamakan Baiat al-Kashshah, karena baiat
tersebut hanya dilakukan sekelompok kecil kaum muslimin, yakni hanya mereka
yang hadir di as-Saqifah.

Perlu diketahui sebenarnya pencalonan Abu Bakar itu mendapat perlawanan


hebat dari kaum Anshar maupun Ali bin Abi Thalib serta pengikutnya. Kelompok
Ali ini adalah benih kelompok Syi’ah. Mereka berpendapat bahwa Ali lah yang lebih
berhak menduduki jabatan Khalifah. Alasan mereka bahwa Ali adalah kemenakan
sekaligus mantu Rasulullah. Selain itu, didasarkan riwayat yang dikenal dengan
hadits Ghadir Khum, bahwa Rasulullah pernah meriwayatkannya. Mereka
mengajukan sejumlah riwayat tentang keutamaan Ali.10 Dikatakan bahwa “Aku
merupakan kota

Ilmu pengetahuan sedangkan ‘Ali pintunya. Atau “Aku dan Ali ibarat Musa
dan Harun”. Ajaran Syi’ah yang terkenal, yang menyatakan bahwa Rasulullah
menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya ketika berada di Ghadir Khum
tidak perlu dipertimbangkan secara serius. Peristiwa semacam itu secara inheren
tidak mungkin terjadi mengingat adanya tradisi di kalangan bangsa Arab untuk tidak
menyerahkan tanggung jawab besar kepada orang orang muda dan yang tidak
diketahui dengan pasti kemampuannya.

Perlu dicatat bahwa Ali bin Abi Thalib tidak hadir dalam pertemuan itu
karena sibuk mengurusi pemakaman Nabi Muhammad saw. Dan ia tidak segera
memberikan baiatnya kepada Abu Bakar kecuali 6 bulan kemudian, setelah istrinya
Fatimah, puteri Nabi Muhammad saw. Meninggal dunia. Tetapi bagaimana pun juga
Abu Bakar adalah orang yang paling tepat menggantikan Nabi Muhammad saw.
Mengingat prestasinya dalam tiga hal yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya.
Pertama, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari kalangan dewasa. Kedua,
menemani Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib. Ketiga, satu-satunya orang yang ditunjuk
oleh Nabi menjadi imam shalat ketika beliau sakit.11
C. Langkah-Langkah Kebijakan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq

1. Memerangi Kelompok Pembangkang Zakat

Setelah Rasulullah saw. Wafat, banyak kabilah-kabilah yang menolak


untuk membayar zakat dengan alasan bahwa zakat merupakan perjanjian
antara mereka dan Nabi Saw, sehingga setelah beliau wafat maka kewajiban
tersebut menjadi gugur. Abu Bakar yang menjadi khalifah pertama penerus
Nabi saw. Memutuskan untuk memerangi mereka yang menolak membayar
zakat dan menganggap mereka sebagai orang murtad. Perang ini kemudian
terkenal dengan sebutan Harbu Riddah atau perang

Ada alasan yang dapat dikemukakan ken uuyyapa Abu Bakar tetap
memerangi orang orang yang enggan untuk mengeluarkan zakat:

a. Zakat merupakan hak harta yang harus diambil dari orang kaya dan
diberikan kepada orang miskin.

b. Ada kemungkinan sikap mereka untuk tetap melakukan shalat dengan


tujuan membimbangkan kaum muslimin dalam mengambil tindakan
tegas terhadap mereka karena secara lahiriah mereka tampak sebagai
muslim

c. Zakat sudah menjadi syi’ar Islam.

Mereka yang enggan untuk mengeluarkan zakat pada masa khalifah Abu
Bakar adalah mereka yang memang berniat untuk tidak taat kepada khalifah.
Mereka yang enggan adalah :

a) Para pengikut nabi palsu pada saat itu, Musailamah, Sajah Tulayhah,
dan pengikut Aswad al-Ansi.

b) Kaum Bani Kalb, Tayy, Duyban, dan lainnya meskipun mereka bukan
pengikut para nabi palsu.

c) Mereka yang bersikap menunggu perkembangan setelah wafatnya


Rasulullah saw, yaitu antara lain kaum Sulaim, Hawazin, dan Amir.1
2. Membasmi Para Nabi Palsu

Persoalan nabi palsu telah ada sejak Rasulullah saw. Masih hidup. Orang
yang mengaku dirinya sebagai nabi, namun mereka tidak sanggup untuk
menjalankan maksud tersebut, karena kewibawaan Rasulullah saw.
Menggetarkan hati mereka. Setelah Rasulullah saw wafat, maka muncullah
para nabi-nabi palsu. Diantara orang- orang yang mengaku dirinya nabi
adalah Musailamah Al-Kazzab dari Bani Hanifah di Al-Yamamah, Al-Aswad
Al-Ansi di Yaman, Thulaihah Ibnu Khuwailid dari Bani Asad.16 Orang-
orang yang paling berbahaya yang menganggap diri mereka sebagai nabi di
antaranya adalah Tulaihah, Musailamah, dan Aswad al Ansi. Mereka
melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan mereka dengan cara
menipu masyarakat Arab. Sebelumnya telah dijelaskan tentang Aswad al-
Ansi yang seorang penipu itu telah mendapatkan pelajaran penting dari
Rasulullah saw. Ketika beliau masih hidup. Aswad pada akhirnya akan
berujung pada kematiannya yang mengenaskan.

Aisyah ra. Menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mulai terjadi pada


masa transisi kepemimpinan, “Ketika Rasulullah wafat, orang-orang Arab
akan keluar dari agama (murtad); kemunafikan meningkat. Jika musibah dan
bencana yang menimpa ayahku terjadi di atas gunung-gunung, maka gunung-
gunung itu akan mengalami kehancuran.” Semua yang dikatakan Aisyah ra.
Adalah benar. Hijaz telah berubah menjadi seperti sebuah kapal yang
terperangkap badai dahsyat di laut. Di satu sisi, jumlah orang-orang yang
murtad makin bertambah, di sisi lainnya muncul perlawanan terhadap otoritas
pusat pemerintahan dengan gerakan menolak membayar zakat ke Madinah.
Namun, ada seorang khalifah yang memegang teguh amanahnya sampai
akhir. Ia memutuskan tidak memberikan kelonggaran terhadap orang-orang
yang menentang kebijakan negaranya. Khalifah yang memiliki tekad seperti
itu adalah Abu Bakar. Ia telah mendapatkan ilmu dari Rasulullah saw. Untuk
bisa memahami sebuah peristiwa dengan baik dan menyikapinya dengan
tepat dan cepat. Ia tidak mengabaikan kekuatan dari luar yang mungkin saja
bisa menjadi ancaman terhadap persatuan umat Islam. Inilah amanah yang
telah ditinggalkan oleh Rasulullah saw.
D. Sumber Pendapatan Negara Pada Masa Khalifah Abu Bakar As Shiddiq

Secara umum, pendapatan negara pada masa khalifah Abu Bakar As Shiddiq
tidak berbeda dengan pendapatan Negara di masa Rasulullah. Hanya saja kondisi
pemerintahan yang tidak stabil pada masa itu, sehingga pendapatan negara yaitu:

1. Zakat

Zakat merupakan kewajiban terhadap harta setiap muslim yang telah


mencapai nishab. Maka tidak ada pilihan bagi seseorang yang telah memiliki
sejumlah harta yang telah mencapai batasan minimal (nishab) kecuali harus
mengeluarkan zakat dari harta tersebut.

2. Khumu

Khumus adalah seperlima dari harta rampasan perang yang kaum muslimin
dari musuh mereka. Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian)
harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan
Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
jika kamu adalah orang-orang yang beriman.

3. Jizyah

Jizyah Pada masa Rasulullah penarikan jizyah sudah mulai dilakukan,


bahkan jizyah juga dikenal pada masa pra-Islam, baik di Romawi, Persia dan
Byzantium. Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang non-muslim
khususnya ahli kitab, sebagai jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah,
bebas dari nilai-nilai dan tidak wajib militer. Ibn al-Qayyim mengatakan
bahwa jizyah adalah pajak kepala yang diberikan oleh orang non-muslim
dengan penuh ketundukan dan kehinaan. Besaran jizyah satu dinar per tahun
untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Tujuan utamanya adalah
kebersamaan dalam menanggung beban negara yang bertugas memberikan
perlindungan, keamanan dan tempat tinggal bagi mereka dan juga sebagai
dorongan kepada kaum kafir untuk masuk Islam. Jizyah merupakan hak Allah
yang diberikan kepada kaum muslimin dari orang-orang kafir sebagai tanda
tunduknya mereka kepada Islam. Namun demikian, jizyah tidaklah wajib bagi
mereka yang tidak mampu membayarnya

4. Kharaj

Kharaj adalah sejenis pajak yang dikenalkan pada tanah yang


terutama ditaklukkan oleh kekuatan senjata, terlepas dari apakah si pemilik
tanah itu seorang yang di bawah umur atau orang dewasa, budak atau
merdeka, muslim ataupun tidak beriman. Menurut al-Arif, sumber
pendapatan yang pertama kali diperkenalkan di

KHALIFAH UMAR BIN KHATAB

1) Sejarah Kekhalifahan Umar bin Khatab

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan
para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatab sebagai penggantinya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan
di kalangan umat Islam. Umar bin Khatab menjadi khalifah melalui proses musyawarah
Abu Bakar dengan para pemuka agama. Cara yang ditempuh oleh Abu Bakar ini ternyata
dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi bai’at kepada Umar bin
Khatab. Umar bin Khatab kemudian menjadi khalifah, namun Umar bin Khatab tidak
mau disebut sebagai khalifah, namun diganti oleh beliau menjadi Amirul Mu’minin.

Kekhalifahan masa pemerintahan Umar bin Khatab yang relatif lama, yakni 10
tahun, digunakan untuk memperluas wilayah daulah Islamiah dan melakukan berbagai
program pembangunan. Pada masa khalifah Umar bin Khatab kekuasaan Islam meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Beliau juga melakukan usaha
pembenahan administrasi negara dengan mencontoh model persia, yaitu membagi
wilayah bentuk provinsi. Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan
sistem pembayaran dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif
dengan mendirikan lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum,
mendirikan baitul mal, mencetak mata uang dan menentukan tahun hijrah.

Usaha memperluas wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar,
dilanjutkan oleh Umar bin Khatab dengan hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa
Umar bin Khatab meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir dan Barqah. Sebelum Islam masuk
ke negara tersebut, mereka telah memilki kebudayaan dan peradaban lama. Seperti
keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya, mereka
memerlukan pemikiran cukup serius, untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia
yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini memerlukan
pendidikan.

Panglima-panglima Islam setelah memenagkan peperangan disuatu daerah atau


kota, mereka akan mendirikan masjid. Karena masjid pada saat itu selain digunakan
sebagai peribadatan juga digunakan sebagai kegiataan lainnya yang berhubungan dengan
kemasyarakatan, terutama kegiataan pendidikan.Abu bakar telah menyaksikan persoalan
yang timbul dikalangan muslimin setelah nabi wafat, berdasarkan hal ini Abu bakar
menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khatab, yang tujuannya adalah untuk mencegah
supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam. Kebijakan Abu
bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.

Pada masa khaliah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa
khalifah Umar bin Khatab meliputi semenanjung Arabia, palestina, syiria, irak, persia
dan mesir.

Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah arab, tampaknya khalifah
memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu,
Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan
pendidikan.

Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga
menerapkan serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran islam yang
lainnya, seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk islam. Pendidikan di masjid-
masjid dan pasar-pasar.

Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke daerah adalah
Abdurahman bin Ma’qal dan Imron bin Hasyim. Kedua orang ini ditempatkan di
Basyroh. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi jabalah dikirim
ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid
sedangkan murid melingkarinya.

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar dan
para sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan meiliki pengaruh
yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah adalah Mesir, Syiria dan
Basyrah. Meluasnya kekuasaan islam, mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah
besar, karena mereka yang baru menganut agama islam ingin menimba ilmu keagamaan
dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi
mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama
islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya
sejumlah pembidangan disiplin kegamaan.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis Al-qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama
Islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab yang sudah tampak, orang
yang baru masuk islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin
belajar dan memahami pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat
pengajaran bahasa Arab.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di masa


khalifah Umar bin Khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah negara berada
dalam kondisi atau keadaan aman dan stabil, ini disebabkan, disamping telah
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat
pendidikan islam di berbagai kota dengan materi ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di
bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai
bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji
para pendidik pada waktu itu diambilkan dari berbagai daerah yang ditaklukkan dan dari
baitumal

Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran


gaji dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif drngan eksekutif dengan
mendirikan lembaga. Pengadilan, memebentuk jawatan pekerjaan umum.mendirikan
Bait al-Mal, mencetak mata uang, dan menetapkan tahun hijriah. Menurut Umar
memiliki ilmu artinya mengharuskan adanya usaha untuk belajar, beliau juga pernah
mengatakan “Wahai manusia, tuntutlah ilmu, sesungguhnya Allah memiliki suatu baju
yang disenangi-Nya, dan siapa saja yang belajar atau menuntut ilmu walau satu fasal,
maka akan dilindungi oleh Allah dengan baju-Nya itu.”

Ucapan itu menunjukkan betapa besarnya perhatian beliau terhadap pendidikan.


Beliau memberikan dorongan dan semangat kepada umat agar giat menuntut ilmu,
Karena kemajuan suatu banggsa hanya akan diperoleh dengan penguasaan ilmu. Manusia
dengan ilmunya, akan luas pula pandangan hidupnya. Akhirnya Umar bin Khattab
meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah.
Sebelum ajalnya tiba Umar membentuk tim 6 yang terdiri dari Utsman, Ali, Thalhah,
Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Setelah Umar bin Khattab
wafat tim yang enam orang ini bermusyawarah untuk memilih khalifah yang baru.
Melalui proses pemilihan oleh tim 6 tersebut, Utsman berhasil terpilih menggantikan
Umar bin Khattab.

2) Peradaban Islam Pada Masa Umar bin Khatab

Pada masa kekolifahan Umar Bin Khattab banyak mengalami kemajuankemajuan islam
diantaranya :

a) Kemajuan di bidang perluasan wilayah islam antara lain : Ekspedisi ke persia, di


bawah pimpinan panglima Sa’ad bin Abi Waqas dengan semangat iman dan jihad
walaupun pasukannya sedikit di banding dengan musuhnya umat islam berhasil
memenangkan pertempuran dan menguasai persia. Ekspedisi ke Romawi, pada
tahun 13 H umat islam walaupun tentara sedikit berhasil menguasai Romawi.
Ekspedisi ke Mesir,jendral Amru Bin Ash berhasil menguasai seluruh wilayah
mesir pada th ke 20 H/ 640 M. Walaupun di dukung pasukan yang sedikit.

b) Kemajuan di bidang kenegaraan, Kholifah Umar Bin Khattab adalah sumber dari
beberapa tatanan administrasi pemerintahan, umar lah yang memulai mengatur
sistem pemerintahan islam. Baik itu maslah politik, demokrasi, administras dan
pembagian daerah serta peraturan-peraturan hubungan antara pusat pemerintahan
dengan daerah-daerah. Umar juga sangatbmemberi perhatian.
c) Pada jiwa demokrasi baik dalam kalangan rakyat pemerintahan. Umar selalu
mengadakan musyawarah dengan tokoh tokoh baik dari Muhajirin dan Anshar
dengan rakyat dan administrator Negara untuk memecahkan masalah-masalah
umum dan kenegaraan . Kholifah Umar meletakkan prinsip-prinsip demokratis
dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan sipil yang sempurna. Dia
sendiri pernah mengucapkan bahwa “tidak ada kebaikan pada suatu urusan yang
di putuskan tidak berdasarkan musyawarah”. Hal ini menunjukkan bahwa umar
bukanlah orang yang otoriter dalam memutuskan dalam segala sesuatu terutama
yang berkaitan kepentingan orang banyak. Umar membentuk majlis
permusyawaratan yang bertugas memutuskan masalah-masalah umum dan
kenegaraan. Dia menempatkan dirinya sebagai kepala operasional atau kepala
Negara dengan membentuk berbagai organisasi di bawahya antara lain :

1. Bidang organisasi politik pemerintahan

1. Al Khilafah, jabatan kepala Negara

2. Al-Wizarat, jabatan setingkat Mentri

3. Al-Kitabaat, sekretaris Negara

2. Bidang Administrasi Negara

1. Membentuk Departemen (Lembaga Tinggi Negara)

3. Bidang Sosial Kemasyarakatan

4. Bidang hukum

3) Sistem Pendidikan Pada Masa Umar Bin Khatab

a) Tenaga Pendidik

Umar bin Khatab adalah seorang tokoh dari kalanagan pria sejati. Rosulullah Saw
mengenalnya di lembah-lembah dan di jalan-jalan Mekah. Beliau beranganangan,
kiranya Allah membukakan qalbunya untuk menerima Islam. Beliau memanjatkan
permintaan kepada Allah Swt seperti berikut: “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan salah
satu Umar.” (HR. Tirmidzi). Akhirnya Umar pun masuk Islam berkat do’a Rosulullah.
Setelah Umar masuk Islam ekspansi Islam pada masa Umar bin Khatab mencapai hasil
yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan
Mesir.

Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab, penguasa


memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah yang berbeda kebudayaannya dengan
Islam. Untuk itu Umar memeritahkan beberapa panglima perangnya agar jika berhasil
menguasai suatu kota, hendaknya mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan
pendidikan. Berkaitan dengan itu Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru
untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan, yang mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam
kepada penduduk yang baru masuk Islam. Adapun pengajar pada masa Umar ialah Abu
Musa Al-asy’ari gubernur Bashrah adalah seorang Fuqoha, ahli hadits dan Al-qur’an.
Ibnu Mas’ud di kirim ke Kufah sebagai guru, ia adalah ahli tafsir dan fiqh, juga periwayat
hadts. Muadz bin Jabbal mengajar di Palestina, ‘Ubadah di Hims dan Abu Darda di kirim
ke Damaskus untuk mengajarkan ilmu agama dan Al-qur’an. Sedangkan Amru bin Ash
seorang panglima dari Khalifah Umar berhasil menguasai Mesir, ia adalah seorang yang
memiliki keahlian dalam hadits, terkenal sebagai pencatat hadits Nabi. Sedangkan di
Madinah yang merupakan gudangnya ulama, seperti Umar sendiri adalah seorang yang
memiliki keberanian dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah bin Umar adalah
pengumpul hadits. Ibnu Abbas seorang ahli tafsir Al-qur’an dan ilmu faraid. Ali sebagai
ahli hukum juga tafsir, Zaid bin Tsabit sebagai ahli Al-qur’an serta ilmu faraid.

b) Peserta Didik

Peserta didik pada zaman Umar terdiri dari masyarakat Mekah dan Madinah.
Namun, yang khusus mendalami dan mengkaji pengetahuan keagamaan hingga mahir,
alim dan mendalam penguasaannya di bidang ilmu agama jumlahnya masih terbatas.
Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk sikap mental kegamaan adlah
seluruh umat Islam yang ada di Mekah dan Madinah. Adapun sasaran pendidikan Islam
dalam arti khusus yakni membentuk ahli ilmu agama, sebagian kecil dari kalangan tabi’in
yang selanjutnya menjadi ulama.

• Materi Pendidikan

Materi pendidikan yang diajarkan adala materi yang berkaitan dengan


keagamaan yakni Al-qur’an, hadits, hukum Islam kemasyarakatan, kenegaraan,
pertahanan, keamanan dan kesejahteraan. Dengan meluasnya kekuasaan Islam,
mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang
baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang
menerima langsung dari Rosulullah, khususnya menyangkut hadits nabi sebagai
salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya ada dalam ingatan
para sahabat dan sebagai alat bantu untuk menafsirkan Al-qur’an.

• Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang ada pada zaman Umar bin Khatab, tidak
berbeda dengan masa Nabi dan Abu Bakar, yaitu Kutab, Masjid, Suffah dan
Madrasah.

a) Kuttab

Kuttab sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya


mengajarkan kepada anak-anak dalam hal membaca dan menulis,
serta sedikit pengetahuan-pengetahuan agama.

b) Masjid

Masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf


pada masa permulaan Islam belum terdapat sekolah formal seperti
yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan kependidikan pada masa
Khalifah Umar bin Khatab tidak jauh dengan Nabi Saw. Namun,
terdapat beberapa perkembangan daerah lebih maju sesuai dengan
situasi dan kondisinya, tapi perkembangan itu tidak melunturkan
dasardasar pendidik yang dilaksanakan pada masa Nabi Saw.

c) Madrasah

Madrasah di Mekah. Guru yang pertama mengajar di Mekah, setelah


penduduk Mekah takluk ialah Muadz bin Jabbal yang mengajarkan
Al-qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengan halal dan haramnya
perbuatan. Sedangkan melalui Abdullah bin Abbas pembangunan
madrasah Mekah diperluas, sehingga termasyhur seluruh negara
Islam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa Khulafaur Rasyidin, pemilihan pemimpin menggunakan teori


ekologis, dimana sahabat yang dipilih sebagai kandidat khalifah memiliki kualitas diri
yang mumpuni dan memiliki kesetiaan dalam memperjuangkan Islam dan umat Islam.
Para sahabat mengembangkan kemampuan memimpin dari pengalaman hidupnya
semasa bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Sehingga kemampuan yang
tertanam di salam dirinya berkembang dan membuahkan skil-skil kepemimpinan yang
baik.

Melalui pemaparan yang ada di atas, dapat diketahui bahwa sahabat tidak
menghendaki adanya pengambilan pemimpi dari jalur keluaraga (teori genetik)
sebagaimana langkah yang diambil Umar bin Khattab dengan membuat dewan yang
berisikan calon khalifah, yang dipilih atas pertimbangan dan musyawarah. Hal ini
dilakukan untuk mencegah perpecahan antar umat muslim.

B. Kritik dan Saran

Alhamdulillah kami sebagai Penulis sudah menyelesaikan makalah ini, semoga


dapat menjadi refrensi yang menambah luas ilmu pengetahuan para pembaca, tentu
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang kami buat,baik itu disengaja
maupun tidak disengaja.Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran
demi tercapainya penulisan makalah yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Septianto, Alifah (2018) . Sejarah peradaban Islam Khalifah Umar bin Khattab.
MAhmad Musyaddad ‘Kebijakan Fiskal Di Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shiddiq’ Jurnal Ekonomi Islam, 4.2.(2013). Jurnal pdf

Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Amin, Munir ,Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Penerbit Amzah.

Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Anda mungkin juga menyukai