Dosen Pengampu:
Di Susun Oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam selalu tercurahkan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah sejarah perkembangan Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dosen mata kuliah ini sehingga kendala-
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan mengenai kejelasan
makna Al- qur’an dan azbabun nuzul yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini penulis susun dengan berbagai
rintangan baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
MAKASSAR. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempuma. Untuk itu, kepada dosen pengampu, penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling pokok yang harus di penuhi oleh
setiap individu, golongan bahkan negara. Karena dengan pendidikan tersebut seorang
bisa lebih maju, dengan pendidikan tersebut suatu kelompok atau golongan dapat
dikatakan sebagai golongan yang berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan
pendidikan secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengalaman
sjaran agama.
Al-qur’an dan Hadits merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam khususnya
manusia kejalan yang lurus sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu pendidikan sangat
dibutuhkan oleh setiap individu manusia. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak zaman nabi Muhammad
Allah melalui firmannya Qs. 74: 1-7, langkah awal yang ditempuh oleh nabi adalah
nabi, negara islam meliputi seluruh jazirah arab dan pendidikan islam berpusat di
Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pmerintahan islam dipegang oleh
Khulafaurrasyidin dan wilayah islam telah meluas sampai di luar jazirah arab. Para
khalifah ini memusatkan perhatiaannya pada pendidikan, syiarnya agama dan kokohnya
agama islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkap Abu Bakar yaitu Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru
bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-
Qurasy al-Tamimi. Dan dikenal dengan Abd al-Ka’bah di masa Jahiliyah. Nasabnya
dengan Rasulullah Saw bertemu pada kakeknya Murrahbin Ka’ab bin Lu’ai. Dan
ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim. Ayahnya diberi kuniyah Abu Quhafah. Berarti ayah dan ibunya berasal dari
kabilah Bani Taim. Dia dilahirkan di Makkah dua tahun setelah tahun gajah, berarti
beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah Saw.1 Dia terkenal sebagai seorang
berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamr dan selalu menjaga kehormatan diri.
Beliau digelari dengan As Shiddiq dan Al-Atiiq. Gelar Al-Atiiq ini dilekatkan
kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan tersentuh api neraka.2 Gelar
Al-Atiq yang disandang oleh Abu Bakar As Shiddiq memiliki beberapa pendapat
dikalangan ulama. Sebagian mereka mengatakan bahwa disandangkannya gelar
tersebut karena wajahnya yang atiq (cerah dan bersih). Ada pendapat yang
mengatakan bahwa ia digelari dengan Al-Atiq karena garis keturunannya yang bersih
dan tidak ada cacatnya.
Abu Bakar As Shiddiq wafat pada Jumadil Akhir tahun 13 (tiga belas)
Hijriyah. Sebelum ia meninggal, Abu Bakar As Shiddiq menderita sakit lebih kurang
15 (lima belas) hari. Pada rentang waktu tersebut ia hanya terbaring ditempat tidur
dan tidak bisa melakukan shalat berjamaah bersama sahabat lainnya. Agar shalat
jamaah di masjid bisa terus berlanjut, Abu Bakar digantikan oleh Umar bin Khattab.
Abu Bakar meninggal pada usianya yang ke-63 (enam puluh tiga) tahun.
Jenazah Abu Bakar As Shiddiq dimandikan oleh isterinya yaitu Asma’ binti Amisy,
sesuai dengan wasiatnya sebelum ia meninggal. Jika ada hal-hal yang tidak bisa ia
lakukan maka ia meminta bantuan kepada putranya; Abdurrahman bin Abu Bakar.4
Ada riwayat yang mengatakan bahwa Abu Bakar As Shiddiq menderita sakit yang
mengantarkannya pada kematian disebabkan oleh makanan yang dibubuhi racun oleh
seorang Yahudi. Abu Bakar As Shiddiq memakan makanan tersebut bersama al-
Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid. Mereka mengalami penyakit yang sama
dan meninggal pada hari yang sama.
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik
ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang- orang yang bersyukur.
Setelah didengarnya Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur
ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa
Rasulullah memang sudah wafat. Orang semua terdiam setelah mendengar dan
melihat
Kenyataan itu. Setelah sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak
tahu apa yang hendak mereka perbuat. Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah
dan beberapa kalangan terkemuka Muslimin lainnya dan yang awam, sedang sibuk
membicarakan kematian Rasulullah. Ketika itu Abu Bakar, Ali bin Abi Talib dan
keluarga Nabi yang lain sedang berada di sekeliling jenazah, menyiapkan segala
sesuatunya untuk pemakaman. Umar, setelah yakin benar bahwa Nabi memang sudah
wafat, mulai berpikir apa yang akan terjadi sesudah itu. Tak terlintas dalam
pikirannya bahwa pihak Ansar sudah lebih dulu berpikir ke arah itu, atau mereka
ingin menguasai keadaan di luar yang lain.8
Pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan
alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum
Anshar terhadap hadits Nabi yang mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.
Pada saat itu, beliau mengusulkan agar Umar bin Khathab diangkat menjadi
khalifah. Usul itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada,
beliaulah yang paling pantas menjadi khalifah. Akhirnya, Abu Bakar terpilih sebagai
pemimpin atas usul Umar bin Khathab, ketika itu juga usia Abu Bakar 61 tahun.
Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat Islam. Sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya sebagai
pemimpin umat Islam pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya
disebut “Khalifah” saja. Di mana Umar dan Abu Ubaidah bangkit menuju Abu Bakar
lalu membaiatnya sebagai Khalifah. Setelah terlebih dahulu Basyir bin Sad
membaiatnya. Kemudian kaum Muhajirin dan kaum Anshar berturut-turut
membaiatnya. Baiat as-Saqifah ini dinamakan Baiat al-Kashshah, karena baiat
tersebut hanya dilakukan sekelompok kecil kaum muslimin, yakni hanya mereka
yang hadir di as-Saqifah.
Ilmu pengetahuan sedangkan ‘Ali pintunya. Atau “Aku dan Ali ibarat Musa
dan Harun”. Ajaran Syi’ah yang terkenal, yang menyatakan bahwa Rasulullah
menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya ketika berada di Ghadir Khum
tidak perlu dipertimbangkan secara serius. Peristiwa semacam itu secara inheren
tidak mungkin terjadi mengingat adanya tradisi di kalangan bangsa Arab untuk tidak
menyerahkan tanggung jawab besar kepada orang orang muda dan yang tidak
diketahui dengan pasti kemampuannya.
Perlu dicatat bahwa Ali bin Abi Thalib tidak hadir dalam pertemuan itu
karena sibuk mengurusi pemakaman Nabi Muhammad saw. Dan ia tidak segera
memberikan baiatnya kepada Abu Bakar kecuali 6 bulan kemudian, setelah istrinya
Fatimah, puteri Nabi Muhammad saw. Meninggal dunia. Tetapi bagaimana pun juga
Abu Bakar adalah orang yang paling tepat menggantikan Nabi Muhammad saw.
Mengingat prestasinya dalam tiga hal yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya.
Pertama, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari kalangan dewasa. Kedua,
menemani Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib. Ketiga, satu-satunya orang yang ditunjuk
oleh Nabi menjadi imam shalat ketika beliau sakit.11
C. Langkah-Langkah Kebijakan Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Ada alasan yang dapat dikemukakan ken uuyyapa Abu Bakar tetap
memerangi orang orang yang enggan untuk mengeluarkan zakat:
a. Zakat merupakan hak harta yang harus diambil dari orang kaya dan
diberikan kepada orang miskin.
Mereka yang enggan untuk mengeluarkan zakat pada masa khalifah Abu
Bakar adalah mereka yang memang berniat untuk tidak taat kepada khalifah.
Mereka yang enggan adalah :
a) Para pengikut nabi palsu pada saat itu, Musailamah, Sajah Tulayhah,
dan pengikut Aswad al-Ansi.
b) Kaum Bani Kalb, Tayy, Duyban, dan lainnya meskipun mereka bukan
pengikut para nabi palsu.
Persoalan nabi palsu telah ada sejak Rasulullah saw. Masih hidup. Orang
yang mengaku dirinya sebagai nabi, namun mereka tidak sanggup untuk
menjalankan maksud tersebut, karena kewibawaan Rasulullah saw.
Menggetarkan hati mereka. Setelah Rasulullah saw wafat, maka muncullah
para nabi-nabi palsu. Diantara orang- orang yang mengaku dirinya nabi
adalah Musailamah Al-Kazzab dari Bani Hanifah di Al-Yamamah, Al-Aswad
Al-Ansi di Yaman, Thulaihah Ibnu Khuwailid dari Bani Asad.16 Orang-
orang yang paling berbahaya yang menganggap diri mereka sebagai nabi di
antaranya adalah Tulaihah, Musailamah, dan Aswad al Ansi. Mereka
melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan mereka dengan cara
menipu masyarakat Arab. Sebelumnya telah dijelaskan tentang Aswad al-
Ansi yang seorang penipu itu telah mendapatkan pelajaran penting dari
Rasulullah saw. Ketika beliau masih hidup. Aswad pada akhirnya akan
berujung pada kematiannya yang mengenaskan.
Secara umum, pendapatan negara pada masa khalifah Abu Bakar As Shiddiq
tidak berbeda dengan pendapatan Negara di masa Rasulullah. Hanya saja kondisi
pemerintahan yang tidak stabil pada masa itu, sehingga pendapatan negara yaitu:
1. Zakat
2. Khumu
Khumus adalah seperlima dari harta rampasan perang yang kaum muslimin
dari musuh mereka. Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian)
harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan
Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya
jika kamu adalah orang-orang yang beriman.
3. Jizyah
4. Kharaj
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan
para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatab sebagai penggantinya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan
di kalangan umat Islam. Umar bin Khatab menjadi khalifah melalui proses musyawarah
Abu Bakar dengan para pemuka agama. Cara yang ditempuh oleh Abu Bakar ini ternyata
dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi bai’at kepada Umar bin
Khatab. Umar bin Khatab kemudian menjadi khalifah, namun Umar bin Khatab tidak
mau disebut sebagai khalifah, namun diganti oleh beliau menjadi Amirul Mu’minin.
Kekhalifahan masa pemerintahan Umar bin Khatab yang relatif lama, yakni 10
tahun, digunakan untuk memperluas wilayah daulah Islamiah dan melakukan berbagai
program pembangunan. Pada masa khalifah Umar bin Khatab kekuasaan Islam meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Beliau juga melakukan usaha
pembenahan administrasi negara dengan mencontoh model persia, yaitu membagi
wilayah bentuk provinsi. Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan
sistem pembayaran dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif
dengan mendirikan lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum,
mendirikan baitul mal, mencetak mata uang dan menentukan tahun hijrah.
Usaha memperluas wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar,
dilanjutkan oleh Umar bin Khatab dengan hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa
Umar bin Khatab meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir dan Barqah. Sebelum Islam masuk
ke negara tersebut, mereka telah memilki kebudayaan dan peradaban lama. Seperti
keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya, mereka
memerlukan pemikiran cukup serius, untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia
yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini memerlukan
pendidikan.
Pada masa khaliah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa
khalifah Umar bin Khatab meliputi semenanjung Arabia, palestina, syiria, irak, persia
dan mesir.
Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah arab, tampaknya khalifah
memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu,
Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil
menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan
pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga
menerapkan serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran islam yang
lainnya, seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk islam. Pendidikan di masjid-
masjid dan pasar-pasar.
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke daerah adalah
Abdurahman bin Ma’qal dan Imron bin Hasyim. Kedua orang ini ditempatkan di
Basyroh. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi jabalah dikirim
ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid
sedangkan murid melingkarinya.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar dan
para sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan meiliki pengaruh
yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah adalah Mesir, Syiria dan
Basyrah. Meluasnya kekuasaan islam, mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah
besar, karena mereka yang baru menganut agama islam ingin menimba ilmu keagamaan
dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi
mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama
islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya
sejumlah pembidangan disiplin kegamaan.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis Al-qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama
Islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab yang sudah tampak, orang
yang baru masuk islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin
belajar dan memahami pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat
pengajaran bahasa Arab.
Pada masa kekolifahan Umar Bin Khattab banyak mengalami kemajuankemajuan islam
diantaranya :
b) Kemajuan di bidang kenegaraan, Kholifah Umar Bin Khattab adalah sumber dari
beberapa tatanan administrasi pemerintahan, umar lah yang memulai mengatur
sistem pemerintahan islam. Baik itu maslah politik, demokrasi, administras dan
pembagian daerah serta peraturan-peraturan hubungan antara pusat pemerintahan
dengan daerah-daerah. Umar juga sangatbmemberi perhatian.
c) Pada jiwa demokrasi baik dalam kalangan rakyat pemerintahan. Umar selalu
mengadakan musyawarah dengan tokoh tokoh baik dari Muhajirin dan Anshar
dengan rakyat dan administrator Negara untuk memecahkan masalah-masalah
umum dan kenegaraan . Kholifah Umar meletakkan prinsip-prinsip demokratis
dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan sipil yang sempurna. Dia
sendiri pernah mengucapkan bahwa “tidak ada kebaikan pada suatu urusan yang
di putuskan tidak berdasarkan musyawarah”. Hal ini menunjukkan bahwa umar
bukanlah orang yang otoriter dalam memutuskan dalam segala sesuatu terutama
yang berkaitan kepentingan orang banyak. Umar membentuk majlis
permusyawaratan yang bertugas memutuskan masalah-masalah umum dan
kenegaraan. Dia menempatkan dirinya sebagai kepala operasional atau kepala
Negara dengan membentuk berbagai organisasi di bawahya antara lain :
4. Bidang hukum
a) Tenaga Pendidik
Umar bin Khatab adalah seorang tokoh dari kalanagan pria sejati. Rosulullah Saw
mengenalnya di lembah-lembah dan di jalan-jalan Mekah. Beliau beranganangan,
kiranya Allah membukakan qalbunya untuk menerima Islam. Beliau memanjatkan
permintaan kepada Allah Swt seperti berikut: “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan salah
satu Umar.” (HR. Tirmidzi). Akhirnya Umar pun masuk Islam berkat do’a Rosulullah.
Setelah Umar masuk Islam ekspansi Islam pada masa Umar bin Khatab mencapai hasil
yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan
Mesir.
b) Peserta Didik
Peserta didik pada zaman Umar terdiri dari masyarakat Mekah dan Madinah.
Namun, yang khusus mendalami dan mengkaji pengetahuan keagamaan hingga mahir,
alim dan mendalam penguasaannya di bidang ilmu agama jumlahnya masih terbatas.
Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk sikap mental kegamaan adlah
seluruh umat Islam yang ada di Mekah dan Madinah. Adapun sasaran pendidikan Islam
dalam arti khusus yakni membentuk ahli ilmu agama, sebagian kecil dari kalangan tabi’in
yang selanjutnya menjadi ulama.
• Materi Pendidikan
• Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang ada pada zaman Umar bin Khatab, tidak
berbeda dengan masa Nabi dan Abu Bakar, yaitu Kutab, Masjid, Suffah dan
Madrasah.
a) Kuttab
b) Masjid
c) Madrasah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui pemaparan yang ada di atas, dapat diketahui bahwa sahabat tidak
menghendaki adanya pengambilan pemimpi dari jalur keluaraga (teori genetik)
sebagaimana langkah yang diambil Umar bin Khattab dengan membuat dewan yang
berisikan calon khalifah, yang dipilih atas pertimbangan dan musyawarah. Hal ini
dilakukan untuk mencegah perpecahan antar umat muslim.
Septianto, Alifah (2018) . Sejarah peradaban Islam Khalifah Umar bin Khattab.
MAhmad Musyaddad ‘Kebijakan Fiskal Di Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shiddiq’ Jurnal Ekonomi Islam, 4.2.(2013). Jurnal pdf
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.