Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN “

Dosen pengampuh : Ratika Nengsi S.pd.I.,Mpd.i

DI SUSUN OLEH :

NUR HIDAYANTI 101202100

NUR SYAMSI 10120210010

MARYAM KHAERANA RAHMAN 10120210020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2021- 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kita kesehatan
dan keselamatan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada kali ini saya dalam mebuat makalah
ini mengenai “SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN” yang dimana akan diterangkan dalam
makalah ini dan dapat dipahami oleh dosen dan teman-teman, agar mendapat ilmu yang
bermanfaat dari makalah ini.

Tujuan dosen untuk menginstruksikan membuat makalah semata-mata untuk kepentingan


mahasiswa masing-masing. Semoga Allah Swt selalu membuat kita semakin terpacu untuk
bersemangat mengerjakannya.

Saya menyadari, makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu ,
kritik dan saran yang akan membangunkan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini,
Sekian dan terimah kasih .

Wassalamualaikum wr.wb

Makassar 7 november 2022

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………… i

Daftar Isi …………………………………………..…………….……… ii

BAB I PENDAAHULUAN ……………………………………….…….. 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….…… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….... 1

C. Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......………………................................…...…

A. Pendidikan islam pada masa abu bakar as-siddiq ......................................


B. Pendidikan islam pada masa umar bin khattab ..........................................
C. Pendidikan islam pada masa usman bin affan ..........................................
D. Pendidikan islam pada masa ali bin abi thalib .........................................
E. Lembaga-lembaga pedidikan islam .........................................................
F. Pusat – pusat pendidikan islam dan para ulama ........................................

BAB III PENUTUP ............................................…………………………....

A. KESIMPULAN.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, kaum Anshar menghendaki agar orang yang
menggantikan menjadi khalifah adalah dari kalangan mereka. Ali ibnu Abi Thalib menginginkan
beliaulah yang menjadi khalifah, karena ia menantu dan kerabat terdekat Nabi. Namun sebahagian
besar kaum muslimin menghendaki Abu Bakar. Maka dipilihlah beliau menjadi khalifah. Orang-orang
yang tadinya ragu-ragu, segera ikut memberikan ba’iah kepada Abu Bakar. Selanjutnya kekhalifahan
dilanjutkan oleh Umar ibnu Khattab, Usman ibnu Affan dan terakhir khalifah Ali ibnu Abi Thalib.
Para khalifah memusatkan perhatiannnya kepada pendidikan, syiarnya agama, dan kokohnya Negara
Islam. Materi pendidikan yang dicontohkan oleh Nabi Saw. adalah: pendidikan tauhid, pendidikan
shalat (ibadah), pendidikan adab sopan santun dalam keluarga dan dalam bermasyarakat (kehidupan
sosial), pendidikan kepribadian, dan pendidikan hankam. pendidikan islam bersumber pada Al-Qur’an
dan Hadist untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Allah SWT, dan untuk
memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia agar dapat menjalankan pendidikan dan dapat
menjalanakan seluruhh kehidupannya, sebagaimana yang telah di tentukan Allah dan RasulNya demi
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Rumusan masalah

1. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar?

2. Bagaiman Pendidikan Islam Pada Masa Umar?

3. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Usman?

4. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Ali?

iv
5. Apa saja lembaga dan pusat pendidikan masa Khulafa Rasyidin?

6. Siapa saja ulama yang tertekenal masa Khulafa Rasyidin ?

c. Tujuan penulisan

1. Mengetahui bagaimana pendidikan Islam pada masa Abu Bakar

2. Mengetahui bagaiman pendidikan Islam pada masa Umar

3. Mengetahui bagaimana pendidikan Islam pada masa Usman

4. Mengetahui bagaimana pendidikan Islam pada masa Ali

5. Mengetahui apa saja lembaga dan pusat pendidikan masa Khulafa Rasyidin

6. Mengetahui siapa saja ulama yang tertekenal masa Khulafa Rasyidin

7. Menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana pendidikan Islam pada masa Khulafah Rasyidin

8. Memenuhi tugas makalah kelompok mata kuliah SPI

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pada Masa Abu-Bakar as-Siddiq (632-634)

Abu Bakar As Siddiq lahir di Mekkah, Arab Saudi, 27 Oktober 573 M dan Wafat di Madinah,
Arab Saudi, 23 Agustus 634 M. Abu Bakar As Siddiq lahir bersamaan dengan tahun kelahiran Nabi
Muhammad Saw. pada 572 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim, suku Quraisy. Nama
aslinya adalah Abdullah ibni Abi Quhaafah. Ayahnya Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa dan
ibunya bernama Salma Umm-ul-Khair.

Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Siddiq sebagai
khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang di angkat setelah Nabi wafat untuk menggantikan Nabi dan
melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintahan.

Masa awal kekhalifaan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-
orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Bedasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi
para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanaan dan memengaruhi orang-orang Islam yang
masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian, dikirimlah pasukan
untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang
gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan para hafiz Al-Qur’an, sehingga mengurangi
jumlah sahabat yang hafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khatab, menyarankan kepada
khalifah Abu Bakar untuk mengmpulkan ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian untuk merealisasikan saran
tersebut diutuslah Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al-Qur’an. Pola pendidikan
pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya.

vi
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimana, akhlak, ibadah,
kesehatan dan lain sebagainya.

1. Pendidikan Keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib di sembah adalah Allah.

2. Pendidikan Akhlak, seperti adab masuk rumah oaring, sopan santun bertetangga, bergaul dalam
masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa, dan haji.

3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat
jasmani dan rohani.

Menurut ahmad syalabih, lembaga untuk belajar membaca, menulis ini disebut kuttab.
Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan
Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang arab pada masa abu bakar dan pusat
pembelajaran pada saat ini adalah madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah
para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai
benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan islam, sebagai tempat sholat
berjama’ah, tempat membaca Al-Qur’an dan sebagainya.

Tampuk kekhalifaan terus berganti apalagi Abu Bakar as-Siddiq telah menyaksikan problematika
yang timbul dikalangan kaum muslimin pasca wafatnya nabi Muhammad terus meruncing.
Bedasarkan fakta yang demikian, Abu Bakar as-Siddiq menunjuk umar bin khattab (634-644 M).
Sebagai penggantinya yang bertujuan untuk mencegh supaya tidk terjadi perselisihan dan perpecahan
dikalangan umat islam dan ternyata kebijakan abu bakar as-siddiq diterima, oleh karangan masyarakat.
[2]

Bedasarkan uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan islam pada masa
khalifah Abu Bakar ini adalah sama dengan pendidikan islam pada masa nabi baik materi maupun
lembaga pendidikannya.

1. Kondisi Masyarakat Pada Masa Abu Bakar Shidiq

vii
Masa awal kekhalifaan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-
orang yang mengaku sebaai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Bedasarkan hal ini
Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan
keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari
ajaran islam.

Untuk menghadapi para pemberontak tersebut, Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat
dan kaum muslimin. Dalam musyawarah tersebut diputuskan bahwa semua golongan yang telah
menyeleweng dari kebenaran harus di perangi, sehingga mereka semua kembali kepada
kebenaran atau khalifah mati syahid dalam perjuangan menegakan agama Allah. Keputusan ini
didukun sepenuhnya oleh kaum muslimin walaupun pada awalnya di anjurkan untuk berdamai dengan
para pembelot agama tersebut.

Kemudian Abu Bakar mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamanah. Dalam
penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan para
hafiz al-Qur’an sehingga mengurangi jumblah sahabat yang hafal al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar
bin Khattab menyarabkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-
Qur’an kemudian untuk merealisasikan saran tersebut, diputuskan bahwa Zait bin Tsabit ditugaskan
untuk mengumpulkan semua tulisan al-Qur’an yang masih berserakan tempatnya

2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar Shidiq

a. Lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi,
namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan.

1.) Kutab

Pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan kutab mencapai tingkat kemajuan yang berarti,
kemajuan lembaga kutab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukan beberapa daerah dan
menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Lembaga pendidikan ini menjadi sangat
penting sehingga para ulama berpendapat bahwa mengajarkan al-Qur’an merupakan fardu kifayah.

2.) Masjid

Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak tamat belajar pada kutab. Di
masjid ini ada dua tingkat pendidikan yaitu, tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan

viii
antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum mencapai status ulama besar,
sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang
mendalam dan intregutas kesalehan dan kealiman yang diakui oleh masyarakat.

3.) Materi pendidikan

Materi pendidikan yang diajarkan pada kutab adalah; (1) membaca dan menulis, (2) membaca
al-Qur’an dan menghafalnya, (3) pokok-pokok agama islam seperti keimanan, ibadah, akhlak, dan
muamalat. Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi adalah: (1) al-Qur’an dan
tafsirnya, (2) Hadist dan syarahnya, dan (3) fiqih ( tasyri).[3]

B. Masa Umar bin Khatab ( 13-23 H: 634-644 M)

Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku Quraisy
dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul Uzza. Umar bin al-Khattab, Lahir 583 M
Mekkah, Jazirah Arab, Wafat 3 November 644, bergelar al-Faruq (Pemisah antara yang benar dan
batil), Amir al-Mu`miniin (Pemimpin Orang-Orang Beriman). Keluarga Umar tergolong keluarga
kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat
jarang terjadi.[4]

Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan
riwayat islam memperoleh hasil yang gemilang. Bila islam pada masa umur bin khatab meliputi
semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia, dan Mesir.

Pada masa khalifah Umar bin khattab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak di
perbolehkan keluar dari daerah kecuali atas izin khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau
ada di antara umat islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke madinah, ini berari bahwa penyebaran
dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di Madinah.

Dengan meluasnya wilayah islam sampai ke luar jajirah arab, tampaknya khalifah memikirkan
pendidikan islam di daerah-daerah, yang baru di taklukan itu. Umar bin khattab memerintahkan
panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan
masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.

ix
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini khalifah umar bin khatab merupakan seorang pendidik
yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota madinah, mereka juga menerapkan di masjid dan
pasar-pasar[5], serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang di taklukan itu,
mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran islam lainnya, seperti fiqih pada penduduk yang
baru masuk islam.[6]

Pada masa khalifah umar bin khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis
Al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Pendidikan islam pada masa
umar bin khatab ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk
belajar bahasa arab juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk islam dari daerah yang
ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan islam. Oleh
karena itu pada masa ini sudah terdapat pelajaran bahasa arab,[7]

Mhd. Dalpen dalam konteks ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah
umar bin khatab lebih maju, sebab selama umar bin khatab memerintah Negara berada dalam keadaan
stabil dan aman. Lebih lanjut Mhd. Dalpen mengatakan di samping telah di tetapkannya masjid
sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan islam diberbagai kota
dengan materi yang di kembangkan, baik dari segi ilmu, bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu
lainnya. Pendidikan di kelolah di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta di iringi
kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun
sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang di taklukan dan dari baitulmal.

Dan pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, hanya sedikit
terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
nabi Muhammad yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa Khilafah umar bin khattab
, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah lain.

Walaupun perkembangan pendidikan di masa utsman bin Affan stagnan atau status quo sebab
perkembangannya sama dengan perkembangan pendidikan pada masa sebelumnya., akan tetapi ada
satu usaha yang cukup cemerlang yang telah terjadi di masa kekhalifaan Utsman bin Afan ini
yang berpengaruh luar biasa bagi perkembangan pendidikn islam selanjutnya, yaitu pengkodifikasian
tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan. Usaha pengkodifikasian al-Qur’an ini dilatarbelakangi
oleh arus dialek pembacaan al-Qur’an yang plural dan menimbulkan perselisihan antar umat islam
sendiri. Dengan fakta yang riil ini kemudisn Utsman bin Affan memerintahkan untuk membentuk tim

x
pengkodifikasian al-Qur’an yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan
Abdurahman bin Harist.

1. kondisi Masyarakat Masa Umar bin Khatab

Abu bakar telah merasakan persoalan yang timbul di kalangan kaum muslimin setelah nabi wafat,
bedasarkan hal inilah Abu Bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khattab. Tujuannya Abu
Bakar menunjuk penggantinya agar supaya tidak terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan
umat Islam, kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterimah masyarakat. Pada masa khalifah Umar
bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasaan wilayah Islam memperoleh hasil
yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi semenanjung Arabia, Palestina,
Syiriah, Irak Persia dan Mesir.

Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kehidupan masyarakat dalam
segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki keterampilan dan
keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.

Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena
mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimbah ilmu dari sahabat-sahabat yang menerima
langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu agama dari daerah-daerah
yang jauh dari Madinah, sebgai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang
kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin ilmu keagamaan.

2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Umar bin Khattab.

a. lembaga pendidikan

lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khatab, sama dengan masa Abu Bakar.
Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat, sebab selama Umar bin
Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini menyebabkan
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan Islam di berbagai kota.

Pendidikan pada masa itu berada di bawah pengaturan Gubernur. Disamping itu kemajuan
dalam bidang pendidikan juga terdapat kemajuan di berbagai bidang, seperti pos pengiriman surat,

xi
kepolisian, baitul mal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan
dari hasil yang dikelola daerah yang ditaklukkan dan dari baitul mal.

b. Materi Pendidikan

Materi pendidikan pada masa Umar adalah materi pada kutab masa Abu Bakar disamping itu
materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa mata pelajaran dan keterampilan. Ketika Umar bin
Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada pendidik agar anak-anak diajarkan :
(1) berenang, (2) mengendarai onta, (3) memanah, (4) membaca, menghafal syair-syair yang mudah,
dan peribahasa. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami
pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran Bahasa Arab.

Materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari (a) al-Qur’an dan tafsirnya,
(b) Hadits dan mengumpulnya, dan (c) fiqih (tasyri). Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan duniawi dan
ilmu filsafat belum dikenal pada masa itu. Hal ini dimungkinkan mengingat kontruk sosial masyarakat
ketika itu masih dalam pengembangan wawasan keislaman yang lebih difokuskan pada pemahaman
al-Qur’an dan Hadits secara literal.

c. Pendidik

pada masa khalifah Umar yang menjadi pendidik adalah beliau sendiri, serta guru-guru yang
beliau angkat. Umar merupakan seseorang pendidik yang sering melakukan penyuluhan pendidikan di
Kota Madinah. Beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar, serta
mengangkat dan menunjukm guru-guru tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, dengan tugas
mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya, seperti fikih kepada penduduk yang baru masuk
Islam, disamping beliau sendiri sebagai pendidik. Beliau juga menunjuk diantara sahabat-sahabat
menjadi pendidik ke daerah-daerah yang ditaklukan seperti Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin al
Hasim, ditempatkan di Basyrah. Abd al-Rahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi
Jabalah dikirim ke Mesir.[8]

C. Masa khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656 M)

Nama lengkap Utsman bin Affan bin al- Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin
Qushay al-Amawi Al- Quraisy dilahirkan pada tahun 573 M dari kelahiran Rasulullah SAW. Ibunya
bernama al-Baida binti Abdul al- Muthalib, bibi Rasulullah SAW, yakni saudari kembar Abdullah
ayah Rasulullah SAW.[9]

xii
Nama lengkapnya adlah Usman ibn Umaiyyah. Beliau masuk islam atas seruan Abu Bakar as-
Shidiq. Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya dan sangat pemurah menafkahkan
kekayaannya untuk kepentingan umat islam. Usman diangkat menjadi khalifah dari pemilihan panitia
enam yan di tunjuk oleh khalifah Umar bin Khatab menjelang beliau akan wafat. Panitia yang enam
adalah: Usman, Ali bin Abi Thlib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash dan
Abdurrahman bin ‘Auf.

Pendidikan kekhalifaan selanjutnya di gantikan oleh usman bin affan, yang memiliki nama
lengkap usman bin abil ash bin umaiyah dan masuk islam atas suruan dari abu bakar as-siddiq. Usman
bin affan adalah seorang lemah lembut dan termasuk saudagar besar dan kaya serta sangat pemurah
menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat islam. Walaupun usman bin affan memiliki
beberapa kelebihan, tapi dalam hal pemikiran kreatif tidak muncul, justru kelemahan-lembutnya itu
dimanfaatkan oleh keluarga bani ummaiyah yang pernah memegang kekuatan politik sebelum islam
untuk meningkatkan dan memberikan kedudukannya sebagai pemimpin kaum Quraisy pada masa
islam. Karena peluang yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga bani ummaiyah untuk menduduki
jabatan penting menyebabkan timbulnya berbagai protes dan sikap oposisi yang datang hampir dari
seluruh daerah. Gerakan itu berakhir dengan pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan.

Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa usman ini lebih ringan dan lebih mudah di jangkau
oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar islam dan dari segi pusat pendidikan juga
banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan
untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.

Pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi perkembangan pendidikan, kalau
dibandingkan dengan masa kekhalifaan Umar bin Khatab, sebab pada masa khalifah Usman urusan
pendidikan diserahkan saja kepada rakyat, dan apabila dilihat dari segi kondisi pemerintahan Usman
banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidaksenangan mereka terhadap
kebijakan Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

1. Kondisi Masyarakat Pada Masa Usman bin Affan

Usman diangkat menjadi khalifah tidak langsung ditunjuk oleh Umar bin khattab akan tetapi hasil
dari pemilihan Panitia Enam yang ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan
meninggal. Panitia yang enam itu adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin
Awam, Saad bin Abi Wasaq dan Abdurrahman bin Auf. Dengan sistem yang dilakukan seperti itu
situasi pemilihan khalifah berjalan dengan lancar, dan tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dalam
masyarakat. Kondisi masyarakat pada saat ini kondusif.

xiii
2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Usman bin Affan

Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam ditinjau dari aspek lembaga
dan materi, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa
yang telah ada sebelumnya, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam.
Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan
Madinah di masa Khalifah Umar, oleh Usman diberikan melonggarkan untuk keluar dan menetap di
daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah.

Pola pendidikan pada masa Usman ini lebih merakyat dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh
peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam karena pusat pendidikan lebih banyak, sebab pada
masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan
kepada masyarakat.

Pelaksanaan pendidikan pada masa ini diserahkan kepada masyarakat dan masyarakatlah yang
lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk pengangkatan para pendidikan
termasuk pengangkatan para pendidik.

Walaupun demikian ada usaha yang sangat cemerlang dan menentukan yang dilakukan Usman bin
Affan, yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan Islam dimasa yang akan datang, usaha
tersebut adalah terjadinya kodifikasi al-Qur’an.

D. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 M)

Ali bin Abi Thalib lahir sejak 13 Rajab 23 Prahijrah / 599 M. Beliau wafat 21 Ramadhan 40
Hijriyah / 661 M, adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi
Muhammad SAW. Ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafa’ur Rasyidin. ‘Ali adalah sepupu dari Nabi
Muhammad dan setelah menikah dengan Fatimah Az-Zahra, ia menjadi menantu Nabi Muhammad
SAW. Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut para ahli
sejarah, ‘Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 M. [10]

Pada kepemimpinan Ali bin abi thalib ini umat islam di guncang oleh peperangan saudara
yaitu peperangan ali bin abi thalib dan aisyah (istri nabi Muhammad) beserta talhah dan Abdullah bin

xiv
zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap khlifah ke tiga yaitu utsman
bin affan.peperangan tersebut terkenal dengan istilah perang zamal (unta) karena pada waktu perang
aisyah mengendarai unta sebagai kendaraan perangnya. Setelah mengatasi peperangan aisyah, muncul
juga pemberontakan yang lain sehingga masa kekuasaan khalifah ali tidak pernah mendapat
ketenangan dan kedamaian.

Dan keadaan ini pun tidak akan mampu membentuk lingkungan yang kondusif terhadap
keberlangsungan pendidikan terlebih dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan kericuhan
politik pada masa ali bin abi thalib berkuasa, kegiatan pendidikan mendapat hambatan dan gangguan
yang sangat tinggi. Konsekuensi logisnya adalah pemerintahan ali bin abi thalib tidak memfokuskan
kegiatan pemerintahannya pada peningkatan pendidikan secara akseleratif.

Bedasarkan uraian diatas, pada masa ali terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga
dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik, pada masa ali berkuasa
kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada masa itu ali tidak sempat lagi
memikirkan masalah pendidikan. Sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, walupun pendidikan pada msa
khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan
ajaran-ajaran islam yang bersumber pada al qur’an dan hadis nabi.

1. Kondisi Masyarakat pada Masa Ali nim Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pemerintahannya
diguncang oleh peperangan dengan Aisyah (Istri Nabi) beserta Thalhah dan Abdullah bin Zubair.
Peperangan ini disebabkan karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman
bin Affan/ peperangan tersebut dinamakan Perang Jamal (unta) karena Aisyah menggunakan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontkan Aisyah, dan lawan-lawanya muncul pula pemberontakan
lain, sehingga masa kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib tidak pernah mendapatkan ketenangan dan
kedamaian.

Peperangan selanjutnya terjadi dengan Muawiyyah bin Abi Sufyan. Muawiyyah sebagai
gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini disebutkan
dengan peperanga shiffin. Ketika tentara muawiyyah terdesak oleh pasukan Ali pada peperangan
tersebut, maka Muawiyyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim (penyelesaian dengan
adil dan damai). Semua Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan kekacauan, dikarenakan
Muawiyyah melakukan kecurangan. Dan dengan adanya tahkim tersebut Muawiyyah berhasil
mengalahkan Ali bin Abi Thalib dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu,

xv
sebagian tentara yang menentang keputusan Ali bin Abi Thalib dengan cara tahkim, meninggalkan Ali
dan membuat kelompok tersendiri. Kelompok tersebut disebut Khawarij.

2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib

Pada masa Ali bin Abi Thalib tidak terlihat perkrmbangan pendidikan yang berarti karena
pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan
Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali bin Abi Thalib tidak sempat lagi
memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan kepada masalah
keamanan di dalam pemerintahannya.

E. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam

Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada sebelum kebangkitan madrasah pada masa
klasik adalah:

1) Shuffah, pada masa Rasulullah SAW. suatu tempat untuk aktivitas pendidikan yang
menyediakan pemondokan bagi yang miskin, ada Sembilan shuffah diantanya di samping Masjid
Nabawi

2) Kuttab/Maktab, berarti tempat tulis menulis

xvi
3) Halaqah, artinya lingkaran, proses belajar mengajar dimana murid melingkari muridnya, di masjid-
masjid atau di rumah-rumah, mendiskusikan ilmu agama, ilmu pengetahuan , dan filsafat

4) Majlis, ada 7 macam majlis menurut Muniruddin Ahmed: a. Majlis Al-Hadis; b. Majlis al-Tadris;
c. Majlis al-Munazharah; d. Majlis Muzakarah; e. Majlis al-Syu’ara; f. Majlis al-Adab; 5) Masjid

6) Khan, asrama murid-murid yang dari luar kota untuk belajar Islam di suatu masjid, Ribath, tempat
kegitan kaum sufi yang dipimpin oleh Syaikh, Rumah-rumah Ulama, Toko-toko
Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi).[11]

Di zaman khulafaur rasyidin, sahat-sahabat Nabi SAW. terus melanjutkan peranannya yang
selama ini mereka pegang, tetapi zaman ini muncul kelompok tabi’in yang berguru kepada lulusan-
lulusan pertama. Diantaranya yang paling terkenal di Madinah adalah: Rabi’ah al-Raayi yang
membuka pertemuan ilmiah di Masjid Nabawi.[12]

1) Al-Kuttab, didirikan pada masa Abu Bakar dan Umar yaitu sesudah penaklukan-penaklukan dan
sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Utamanya
mengajarkan Alquran kepada anak-anak, selanjutnya mengajarkan membaca, menulis dan
agama. Khuda Bakhsh: pendidikan di al-kuttab berkembang tanpa campur tangan pemerintah, dalam
mengajar menganut sistem demokrasi.

2) Mesjid dan Jami’. Mesjid mulai berfungsi sebagai sekolah sejak pemerintahan khalifah kedua, Umar,
yang mengangkat “penutur”, qashsh, untuk masjid di kota-kota, umpamanya Kufah, Basrah, dan
Yastrib guna membacakan Alquran dan Hadits (Sunnah Nabi). Mesjid lembaga ilmu pengetahuan
tertua dalam Islam. Mesjid terkenal tempat belajar adalah:

a. Jami’ Umaar bi ‘Ash (mulai tahun 36 H). Pelajaran agama dan budi pekerti. Imam syafi’i datang ke
Mesjid ini (182 H) untuk mengajar, sdh 8 halaqat (lingkaran) yang penuh dengan para pelajar.

b. Jami’ Ahmad bin Thulun (didirikan 256 H). Pelajaran Fiqh, Hadis,

Alquran dan Ilmu kedokteran.

c. Masjid Al-Azhar ada di Universitas Al-Azhar

xvii
3) Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi, muncul pada masa Abbasiyah (masa bangkitnya intelektual),
lahir pada masa Al-Rasyid.

4) Madrasah, muncul pada akhir abad ke IV H. Yang dikembangkan oleh golongan-


golongan Syi’ah (pengikut Ali) dengan tujuan mengendalikan pemerintahan, gerakan ilmu
pengetahuan dan sejalan dengan pendapatpendapat golongan mistik yang extreme. Di Mesir didirikan
sesudah hilangnya Fathimiyah.

5) Al-Khawanik, Azzawaya dan Arrabath, di rumah-rumah orang sufi abad ke XIII M.

6) Al-Bimarista, sejenis rumah sakit pada masa Al-Walid bin Abdul Malik tahun 88 H. memberikan
pelajaran kedokteran.

7) Halaqatud Dars dan Al-Ijtima’at Al-‘Ilmiyah, pada masa Ibnu Arabi pada abad ke dua H.

8) Duwarul Kutub, perpustakaan-perpustaan besar. Misalnya: Perpustakan yang didirikan


disamping madrasah al-Fadhiyah (buku 100.000 buku).

F. Pusat-pusat Pendidikan dan para Ulama yang terkenal pada masa Khulafah’al Rasyidin

Dengan meluasnya kekuasaan Islam pada masa ini berkembang pula pusat-pusat kegiatan
pendidikan Islam, baik bagi mereka yang baru masuk Islam, bagi para generasi muda (anak-anak),
maupun bagi mereka yang akan memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Menurut Mahmud Yunus, bahwa pusat-pusat pendidikan masa-masa Khulafa’al Rasyidin adalah
sebagai berikut :

1. Madrasah Mekkah

Guru pertama yang mengajar di Mekkah, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan al-
Qur’an, hukum-hukum halal dan haram dalam Islam. Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan
(65-86 H), Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana. Ia mengajarkan Tafsir, Hadist,
Fiqh dan Sastra. Abdullah bib Abbaslah yang merupakan pembangun madrasah Mekkah yang
kemudian menjadi termasyhur ke seluruh penjuru negeri Islam. Diantara murid-murid bin Abbas yang
menggantikannya sebagai guru di madrasah Mekkah ini adalah; Mujahid bin Jabbar, seseorang ahli
tafsir al-Qur’an Atta bin Abu Rabah, yang termashyur keahliannya dalam ilmu fiqih, dan Tawus bin

xviii
Kaisan, seseorang fuqaha dan Mufti di Mekkah. Kemudian diteruskan oleh murid-murid berikutnya,
yang terkenal yaitu Sufyan bin Uyainah dan Muslim bin Khalid Al Zanji. Imam Al Syafi’i sebelum
berguru ke Madinsh, pernah belajar di Madrasah Mekkah kepada kedua ulama tersebut.

2. Madrasah Madinah

Madrasah Madinah ini lebih termasyhur, karena disanalah tempat khalifah Abu Bakar, Umar
dan Usman, dan disana pula banyak tinggal sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Diantara sahabat
yang mengajar di Madrasah Madinah ini adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit
dan Abdullah bin Umar. Zait bin Tsabit adalah seseorang ahli qiraat fiqih, dan beliaulah yang
mendapatkan tugas memimpin penulisan kembali al-Qur’an, baik di Zaman Abu Bakar maupun di
zaman Usman bin Affan. Sedangkan Abdullah bin Umar adalah seorang ahli hadits. Beliau dianggap
sebagai pelopor mazhat Ahl al-Hadist yang berkembang pada masa-masa berikutnya.

Setelah ulama-ulama sahabat wafat, digantikan oleh murid-muridnya (tabiin) yang terkenal;
Sa’ad bin Musyayab dan Urwah bin Al Zubair bin Al Awwan, yang pada generasi berikutnya
kemudian muncul seorang ahli Hadits dan Fiqih; Ibn Syihab al-Zuhri, dari madrasah Madinah dan
menjadi pelopor mazhab yang termasyhur.

3. Madrasah Basrah

Ulama sahabat yang terkenal di Basrah ini ialah Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik.
Abu Musa terkenal sebagai ahli Fiqh, Hadist dan ilmu al-Qur’an, sedangkan Anas bin Malik
termashyur dalam ilmu hadits.

Diantara guru madrasah Basrah yang terkenal adalah; Hasan al Basri dan bin Sirin. Hasan al
Basri, disamping seorang ahli Fiqh, ahli pidato dan kisah, juga terkenal sebagai seorang ahli pikir dan
tassawuf. Ia dianggap sebagai perintis mazhab Ahl al Sunnah dalam lapangan Ilmu Kalam. Sedangkan
Ibn Sirin,adalah seorang ahli Hadits dan Fiqh yang belajar langsung dari Zaid bin Tsabit dan Annas
bin Malik.

4. Madrasah Kufah

xix
Ulama sahabat yang ditinggal di Kufah ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali
bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan, sedangkan Abdullah bin Mas’ud
sebagai guru agama. Ibn Ma’ud adalah utusan resmi Khalifah Umar untuk menjadi guru agama di
Kufah. Beliau adalah seorang ahli Tafsir, ahli Fiqh dan banyak meriwayatkan Hadits-Hadist Nabi
Muhammad SAW. Diantara murid-murid Ibn Mas’ud yang terkenal kemudian menjadi guru di Kufah
ini adalah; Alqamah, Al Aswad, Masruq, Al Haris bin Qais dan Amr bin Syurahbil. Madrasah kufah
ini kemudian melahirkan Abu Hanifah, salah seorang imam mazhab yang terkenal, dengan
penggunaan ra’yu dalam beritjihad.

5. Madrasah Damsyik

Setelah negeri Syam (Syiriah) menjadi bagian negara Islam dan penduduknya banyak
memeluk agama Islam, maka Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan 3 orang guru agama ke negeri
itu, yaitu; Muaz bin Jabal, Ubada dan Abu Dar’da. Ketiga sahabat ini mengajar di Syam pada tempat-
tempat yang berbeda, yaitu Abu Dardak di Damsyik, Muaz bin Jabal di Palestina dan Ubadah di Hims.
Kemudian mereka digantikan oleh murid-muridnya (tabi’in) seperti Abu Idris al-khailany, Makhul al
Damsyik, Umar bin Abdul Aziz dan Raja bin Haiwah. Akhirnya madrasah itu melahirkan iman
penduduk Syam, yaitu Abdurrahman al Auza’i yang sederajat ilmunya dengan Imam malik dan Abu
Hanifah.

6. Madrasah Fistat (Mesir)

Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin
Amr bin Al Asy. Ia adalah seseorang ahli Hadits. Ia tidak hanya menghafal Hadits-Hadits yang
didengarnya dari Nabi Muhammad SAW melainkan juga menuliskannya dalam catatan, sehingga ia
tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan Hadits itu kepada murid-muridnya. Guru berikutnya yang
termasyhur sesudahnya ialah Yazid bin Abi Habib Al Nuby dan Abdillah bin Abiu Ja’far bin Rabi’ah.
Diantara murid Yazid yang terkenal adalah Abdullah bin Lahi’ah dan al-Lais bin Said. Yang tersebut
terakhir juga terkenal sebagai ulama yang mempunyai mazhab tersendiri dalam bidang Fiqh,
sebagaimana Al-Auza’i.[13]

xx
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa pemerintahan Abu Bakar sangat singkat (632-634) tetapi sangat penting. terutama
berperan melawan Riddah (Kemurtadan), orang yang mengaku sebagai Nabi dan orang-orang yang
enggan membayar pajak. Abu Bakar memusatkan perhatian untuk memerangi para pemberontak,
dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, terdiri dari para sahabat Rasulullah
dan hafidz Alquran. Karena itu Umar ibn Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat Alquran. Realisasinya diutusnya Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua
tulisan Alquran. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan.

Khalifah Umar Ibnu Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar,
serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas mengajarkan
isi Alquran, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam. Mata pelajaran
agama Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta lebih lengkap. Ijtihad Umar di
kalangan ahli fiqih, Umar mengusulkan penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan
kalimat as-salâtu khairun minan-naum (salat lebih baik dari pada tidur) dalam azan subuh, ide
perlunya pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan kalender Hijrah.

Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti Umar,
naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada masa pemerintahan Abu
Bakar. Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia pembukuan Alquran, yang

xxi
anggotanya terdiri dari : Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta
Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Salinan Alquran dengan nama alMushaf al Imam di
Madinah, oleh panitia diperbanyak menjadi lima buah. Dan empat lainnya dikirimkan ke Mekah,
Suriah, Basrah, dan Kufah.

Periode Ali Ibnu Abi Thalib kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami hambatan dengan
adanya perang saudara. Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan, karena yang lebih penting
dan mendesak memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan
kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil. Dasar pendidikan
Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di atas dasar motivasi, ambisius
kekuasaan, dan kekuatan.

Khulafaur Rasyidin lebih banyak bekerja berdasarkan suri teladan yang dibentangkan oleh
Rasul. Dengan cara demikian, mereka menyempurnakan pekerjaan raksasa yang telah dimulai oleh
Rasulullah Saw. Khulafaur Rasyidin dipilih dengan cara musyawarah, tetapi sesudah
periode khulafaur rasyidin merupakan kerajaan yang diwarisi oleh anggota keluarganya, bahkan saling
berebut kekuasaan dan hidup dengan kemewahan.

B. Saran

Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai pendidikan Islam pada masa Khulafah
Rasyidin. Penulis sadar makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penuli sangat mengharapkan
masukan dari pembaca untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah Hanum, 2001, sejarah peradaban islam, Jakarta:Wacana Ilmu

Langgulung Hasan, 2001, Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21, Jakarta: PT Alhusna Zikra

Nata Abuddin, 2010, Sejarah Pendidikan Islam pada periode Klasik dan pertengahan, Jakarta: PT
Raja Grafindo

Nizar Samsul, 2009, sejarah pendidikan islam, Jakarta:Kencana

Ramayulis, 2011, sejarah pendidikan islam, Jakarta:Kalam Mulia

Syadid Muhammad, 2001, konsep pendidikan dalam Al-Qur’an, Jakarta:Salam

Yatim Badri, 2001, sejarah peradaban islam, Jakarta:Raja Grapindo persada

https://www.biografiku.com/biografi-abu-bakar-as-siddiq-khulafaur-rasyidin/

https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-umar-bin-khatab-beserta-riwayat-lengkapnya/

https://www.tongkronganislami.net/biografi-dan-kisah-kepemimpinan-khalifah-usman-bin-affan-ra/

https://www.secangkirilmu.com/biografi-ali-bin-abi-thalib/

xxiii
[1]
https://www.biografiku.com/biografi-abu-bakar-as-siddiq-khulafaur-rasyidin/

[2]
Badri Yatim, sejarah peradaban islam, (Jakarta:Raja Grapindo persada, 2001), hal 36

[3]
Ramayulis, sejarah pendidikan islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2011), hal 55-57

[4]
https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-umar-bin-khatab-beserta-riwayat-lengkapnya/

[5]
Muhammad Syadid, konsep pendidikan dalam Al-Qur’an, (Jakarta:Salam, 2001), hal 37

[6]
Samsul Nizar, sejarah pendidikan islam, (Jakarta:Kencana, 2009), hal 47

[7]
Hanum Asrohah, sejarah peradaban islam, (Jakarta:Wacana Ilmu, 2001), hal 18

[8]
Ramayulis, Op.cit. hal 57-59

[9]
https://www.tongkronganislami.net/biografi-dan-kisah-kepemimpinan-khalifah-usman-bin-affan-ra/

[10]
https://www.secangkirilmu.com/biografi-ali-bin-abi-thalib/

[11] Abuddin Nata dalam, Sejarah Pendidikan Islam pada periode Klasik dan pertengahan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2010), h. 32-42.

[12] Hasan Langgulung, Prof. Dr. Pendidikan Islam Dalam Abad ke 21, (Jakarta: PT Alhusna Zikra, 2001), h.
16.

[13]
Ramayulis, Op.cit.hal 62-64

xxiv

Anda mungkin juga menyukai