ARTIKEL
Dosen Pengampu
NIP. 19730214200001001
Disusun Oleh:
Sayyidaturrohmah (126204213210)
OKTOBER 2022
A. Pendahuluan
Pendidikan tidak akan punya arti bila manusia tidak ada di dalamnya. Hal ini
di sebabkan, karena manusia merupakan subyek dan objek pendidikan. Artinya,
manusia tidak akan berkembang dan mengembangkan kebudayaannya secara
sempurna bila tidak ada pendidikan.
Sisi pendidikan yang cukup menarik perhatian dalam konsep pendidikan KH.
Hasyim Asy’ari adalah sikapnya yang sangat mementingkan ilmu dan pengajaran.
Kekuatan dalam hal ini terlihat pada penekanannya bahwa eksistensi ulama,
sebagai orang yang memiliki ilmu, menduduki tempat yang tinggi.
1
Rizka Khoiriyah. Revitalisasi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Kiai Hasyim Asy’ari.
Jurnal Islam Nusantara. Vol. 01 No. 02. Juli - Desember 2017. Hal 156-170
2
Muhamad Faiz Amiruddin. Konsep Pendidikan Islam Menurut Kh. Hasyim Asy’ari. Jurnal
Dirasah. Vol. 01 No. 01. Februari 2018. Hal 17-31
Pengertian pendidikan
Pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dan anak didik dengan
melibatkan berbagai faktor pendidikan lainnya, diselenggarakan guna mencapai
tujuan pendidikan, dengan senantiasa didasari oleh nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai
itulah yang kemudian disebut sebagai dasar pendidikan. Setiap sistem pendidikan
memiliki dasar pendidikan tertentu, yang merupakan cerminan filsafat dari sistem
pendidikan tersebut.
3
Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Kalimedia, 2022), hal. 1-3.
4
Muhibbin Syah.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2002), cet. ke-7, hal. 10
5
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CF Remaja Karya, 1987) 4
Pendidikan Islam adalah proses bimbingan kepada manusia yang mencakup
jasmani dan rohani yang berdasarkan pada ajaran dan dogma agama (Islam) agar
terbentuk kepribadian yang utama menurut aturan Islam dalam kehidupannya
sehingga kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat nanti.
Dilihat dari sudut etistimologis, istilah pendidikan Islam sendiri terdiri dari
atas dua kata, yakni “pendidikan” dan “islami”. Definisi pendidikan sering disebut
dengan berbagai istilah, yakni altarbiyah, al-taklim, al-ta’dib dan al-riyadoh.
Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan
perbedaan kontek kalimatnya dalam pengunaan istilah tersebut. Akan tetapi dalam
keadaan tertentu semua istilah itu memiliki makna yang sama, yakni pendidkan.
Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya
sebagai instrument penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta
fungsi sebagai instrumen transfer nilai. Fungsi pertama menyiratkan bahwa
pendidikan memiliki peran artikulasi dalam membekali seseorang atau
sekelompok orang dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, yang
berfungsi sebagai alat untuk menjalani hidup yang penuh dengan dinamika,
kompetensi dan perubahan, fungsi kedua menyiratkan peran dan fungsi
pendidikan sebagai instrumen transformasi nilai-nilai luhur dari satu generasi
kegenerasi berikutnya. Kedua fingsi tersebut secara eksplisit menandai bahwa
pendidikan mengandung makna bagi pengembangan sains dan teknologi serta
pengembangan etika, moral, dan nilai-nilai spiritual kepada masyarakat agar
tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang memiliki kepribadian yang
utuh sesuai dengan fitrahnya, warga negara yang beradab dan bermartabat,
6
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha, (Kairo: Isa Al-
Bab Al-Halabi 1975), 22-25
terampil, demokratis dan memiliki keunggulan (competitive advantage) serta
keungulan komperatif (comperative advantage).7
Pada umur lima tahun Kiai Hasyim berpindah dari Gedang ke desa
Keras, sebuah desa di sebelah selatan kota Jombang karena mengikuti ayah
dan ibunya yang sedang membangun pesantren baru. Di sini, Kiai Hasyim
menghabiskan masa kecilnya hingga berumur 15 tahun, sebelum akhirnya,
7
Ro’is Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Erlanga, 2011) 147-148
8
Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M Hasyim Asy’ari Tentang Ahlu Sunnah Wa Al-
Jama’ah, (Surabaya, 2010) hal. 67
9
Ishomudin Hadziq, KH. Hasyim Asy’ari: Figur Ulama & Pejuang Sejati(Jombang: Pustaka Warisan
Islam Tebuireng,2007),hal. 69.
meninggalkan keras dan menjelajahi berbagai pesantren ternama saat itu
hingga ke Makkah.10
Pada usianya yang ke-21, Hasyim menikah dengan Nafisah, putri Kyai
Ya’qub (Siwalan Panji, Sidoarjo). Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun
1892 M/1308H. Setelah itu, Kyai Hasyim bersama istri dan mertuanya
berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Bersama istrinya, Hasyim
kemudian melanjutkan tinggal di Mekkah untuk menuntut ilmu. Tujuh bulan
kemudian, Nafisah meninggal dunia setelah melahirkan seorang putera
bernama Abdullah. Empat puluh hari kemudian, Abdullah menyusul ibunya
ke alam baka.11
10
https://tebuireng.online/biografi-lengkap-kh-m-hasyim-asyari/ dilihat pada tanggal 15-10-2022
11
Ibid., 21 dan http://pesantren.tebuiren.net/index.php?diunduh pada tanggal 18 Mei 2015
12
Zuhri, Pemikiran KH.M.Hasyim Asy’ari Tentang Ahl As-Sunnah Wa Al-Jama’ah,hal. 70.
Sepeninggal Nafiqah, Kyai Hasyim memutuskan menikah lagi dengan
Masruroh putri Kyai Hasan yang juga pengasuh pesantren Kapurejo, Pagu
(Kediri). Dari hasil perkawinan keempatnya ini, Kyai Hasyim memiliki empat
orang anak: Abdul Qadir, Fatimah, Khodijah dan Muhammad Ya’qub
Perkawinan dengan Masruroh ini merupakan perkawinan terakhir bagi Kyai
Hasyim hingga akhir hayatnya.13
13
Muhammad Rifai, KH.Hasyim Asy’ari: Biografi Singkat 1871-1947(Jakarta: Garasi,2009),hal. 38.
14
Chairul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama (Surabaya: PT Duta Aksara
Mulia,2010),hal. 58.
15
Solahuddin Wahid, Biografi 7 Rais Am PBNU (Kediri:Nous Pustaka Utama,2012),47.
16
Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, 70.
17
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, studi tentang pandangan hidup kyai(Jakarta:LP3ES,
1982),98.
KH. Hasyim Asy’ari bukan hanya mengisi hari-harinya dengan kegiatan
pengajaran tetapi beliau juga menghasilkan karya-karya tulis berupa kitab-kitab
yang masih kita pelajari hingga hari ini (Dwilaksono et al., 2020). Diantaranya
karya-karya tulis beliau adalah sebagai berikut (Dwilaksono et al., 2020);
Karya ini sebagai bentuk perhatian KH. Hasyim Asy’ari terhadap pendidikan
Islam. Karya-karyanya itu menjadi bukti tak terbantahkan betapa ia memang
merupakan seorang ulama dan mujtahid yang telah banyak menghasilkan berbagai
warisaan tak ternilai, baik dari segi keilmuan maupun dari segi keorganisasiannya.
18
Martono. Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari (Perspektif Epistimologi Sosial
Keagamaan Dan Konsep Pendidikan Islam Bagi Guru Dan Peserta Didik). Al-Fikr : Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. 6, No.1, Juni 2020, Hal. 40~45
Menurut KH. Hasyim dalam kitabnya Adabul Ta’lim wal Muta’alim Asy’ari
al-Qur’an merupakan sumbernya segala ilmu, induk ilmu dan ilmu yang paling
penting dari sekian macam banyak ilmu. Semua ilmu berasal dari al-Qur’an
bahkan sebelum ilmu itu ada Al-Quran sudah menjelaskan ilmu dengan
pembuktian kejadian-kejadian alam. Dari tiap-tiap bidang studi, dibuat satu
rangkuman lalu dihubungkan dengan Al-Qur’an.19
1. Signifikansi Pendidikan
19
Muhamad Faiz Amiruddin. Konsep Pendidikan Islam Menurut Kh. Hasyim Asy’ari. Jurnal
Dirasah. Vol. 01 No. 01. Februari 2018. Hal 17-31
20
Martono. Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari (Perspektif Epistimologi Sosial
Keagamaan Dan Konsep Pendidikan Islam Bagi Guru Dan Peserta Didik). Al-Fikr : Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. 6, No.1, Juni 2020, Hal. 40~45
Dalam membahas masalah ini, beliau banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur‟an
yang menjelaskan tentang keutamaan menuntut ilmu dan orang yang ahli
ilmu, tidak hanya cukup dengan ayat Al-Qur‟an, pembahasan pertama tersebut
banyak di lengkapi dengan hadist nabi dan pendapat para ulama, yang
kemudian di ulas dan di jelaskan secara singkat. Misalnya menyebutkan
bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Hal yang di
maksudkan agar ilmu yang di miliki menghasilkan manfaat sebagai bekal
untuk kehidupan kelak di akhirat. Mengingat begitu pentingnya, maka syariat
mewajibkan untuk menuntut dengan memberikan pahala yang besar. Pada
bagian lain juga di jelaskan bahwa ilmu merupakan sifat yang menjadikan
jelas identitas pemiliknya. Dalam penjelasannya, ia tidak memberikan definisi
khusus tentang pengertian belajar. Dalam hal ini yang menjadi titik
penekanannya ialah pada pengertian bahwa Belajar menurut K.H Hasyim
Asy‟ari merupakan Suatu ibadah untuk mencari ridha Allah, yang akan
mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Karenanya belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan kebodohan
semata.
KH. Hasyiim Asy’ari adalah seorang ulama yang memiliki tingkat intelektual
yang sangat tinggi. Hal ini di pengaruhi oleh perjalanan hidupnya yang selalu
diwarnai dengan menuntut ilmu. Dalam perjalanan pencarian ilmunya tampak
21
Rizka Khoiriyah. Revitalisasi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Kiai Hasyim Asy’ari. Jurnal
Islam Nusantara. Vol. 01 No. 02. Juli - Desember 2017. Hal 156-170
sekali bahwa gencaloni intelektual keilmuan KH. Hasyim Asy’ari berasal dari
pakar-pakar agama yang memiliki kualitas internasional sehingga kyai Hasyim
sangat ahli dalam Al-Qur’an dan Hadis. Beliau juga di beri gelar Hadratus Syaikh
yang artinya “maha guru” selain itu beliau seorang perintis pesantren tebuireng
yang merupakan lembaga pendidikan islam tradisional. Dan tak kalah hebatnya
Hasyim Asy’ari juga adalah seorang pengarang kitab agama yang sangat
produktif.
Dasar dan sumbernya Ilmu adalah al-Qur’an dan Hadits. Sesuai dengan
perkataannya pada Kitab Adabul Ta’lim wal Muta’alim yaitu al-Qur’an
merupakan sumbernya segala ilmu, induk ilmu dan ilmu yang paling penting dari
sekian macam banyak ilmu. Semua ilmu berasal dari al-Qur’an bahkan sebelum
ilmu itu ada alQuran sudah menjelaskan ilmu dengan pembuktian kejadian-
kejadian alam. Dari tiap-tiap bidang studi, dibuat satu rangkuman lalu
dihubungkan dengan al-Qur’an dan hadits adalah salah satu sayap ilmu syari’at.
Sedangkan sayap yang satunya adalah al-Qur’an yang menerangkan berbagai
macam masalah baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Peserta didik harus mempunyai perilaku yang baik terhadap guru, sesama
teman dan harus menggunakan sarana pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan pendidik harus mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional. Menurut KH. Hasyim Asy’ari strategi pembelajaran yang baik
adalah pelajari dulu pelajaran tersebut karena merupakan amal baik dan apabila
menemui kesulitan maka carilah ilmu tersebut dengan bertanya sampai menemui
pemahaman mencarinya terhitung ibadah dan selesai belajar maka diskusikanlah
dan membahas bersama-bersama karena merupakan suatu jihad.