BAB I
PENDAHULUAN
dan cara yang pada akhirnya manusia dapat menemukan tujuan hidupnya.
perasaan dan kepekaan tubuh manusia, oleh karena itu pendidikan seharusnya
secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan
kesempurnaan.
yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa. Insan kamil
artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara
wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti
1
Natsir, Muhammad. Capita Selecta. (Jakarta: Bulan Bintang, 1954), hlm. 85.
1
2
bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan
alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan di akhirat nanti.
dan komitmennya terhadap ajaran agama Islam. Hal ini sejalan dan senada
Pendidikan Islam menurut Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein
yang melatih jiwa para siswa dengan cara sebegitu rupa sehingga dalam sikap
hidup tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu
akan nilai etis Islam. Lebih lanjut, Fadhlan mengungkapkan bahwa mereka
2
Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-Ma’arif.
1989:56), hlm. 56
3
berbudi luhur dan melahirkan kesejahteraan spiritual, moral dan fisik bagi
Indonesia tidak lepas dari konsep-konsep para tokoh pemikir pendidikan Islam
pendidikan Islam.
Islam pada saat ini tidak terlepas dari kiprah para tokoh yang menyumbangkan
Indonesia, pandangan yang luas dan wawasan yang dalam terhadap ajaran
pendidikan Islam. Oleh karena itu sejumlah ide dan pemikiran muncul dari
kedua tokoh dalam menata sistem pendidikan yang sesuai dengan ajaran
Islam.
3
Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein. Krisis dalam Pendidikan Islam. Terj. Fadhlan
Mudhafir. (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2000), hlm. 74
4
luas karena kiprah politiknya yang tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi
dunia juga mengenal tokoh Indonesia ini. Beliau juga termasuk tokoh pemikir
Islam di Indonesia.
Islam yang sudah melalang buana dalam dunia pendidikan tidak hanya di
bertumpu pada pemikiran yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan tokoh
pendidikan, maka penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah
Pendidikan”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Islam.
2. Batasan Masalah
3. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
berikut:
1. Secara Teoretis
Tasikmalaya.
2. Secara Praktis
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Landasan Teoritik
tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan
suatu fenomena tertentu5. Menurut pengertian ini studi komparasi adalah suatu
tentang prosesur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap
suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga dilaksanakan dengan maksud
4
Winarno Surakhmad. Pengantar Pengetahuan Ilmiah (Bandung: Tarsito,2006), hlm. 84)
5
Moh. Nazir. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.58
9
10
penelitian untuk mengetahui dan atau menguji persamaan dan perbedaan dua
pendidikan.
2. Ha kikat Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
pandang, yaitu sebagai proses dan sebagai hasil. Pendidikan dari sudut
6
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2010),
hlm. 274
7
Rulam Ahmadi. Pengantar Pendidikan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2016), hlm. 39
11
pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku
pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan kita bisa lebih dewasa karena
pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif bagi kita, dan
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
secara sengaja dari orang tua yang selalu diartikan mampu menimbulkan
antara dari titik sudut psikologis maupun titik sudut pandang sosiologis.
8
Haryanto, 2012: dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para akhli
http://belajarpsikologi. com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/ diakes pada tanggal 9 april 2017
9
Muhibbin, Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung. Remaja
Rosdakarya. 2007), hlm. 11
12
pendidikan mengarah pada satu tujuan yaitu suatu upaya yang dijadikan
sehingga bisa meraih hidup yang diimpikan oleh semua orang yaitu
tinggi melalui bidang studi yang dipelajari dengan cara pemecahan soal-
menyimpulkannya.
b. Tujuan Pendidikan
pendidik dalam hal ini guru, tentang manusia akan mempengaruhi strategi
Disamping itu konsep pendidikan yang dianut saling berkaitan erat dengan
hakikat pendidikan.
mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk
ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang diimpikan,
dan yang terpenting adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi terhadap
pendidikan.
kepribadian dan kehidupan yang ideal dan utuh, di landasi keimanan dan
negara.
10
Natawidjaja. (2009). Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: UKAJ), hlm
4
15
kelembagaan.
religius, demokratis, adil dan makmur, cinta damai, cinta ilmu, dan
Maha Esa11.
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
undang-undang.”
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
manusia Pancasila.
13
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Bandung: MKDP, 2009), hlm. 139.
14
ibid
17
bidang studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan,
khusus.
suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk.
yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman
belajar yang harus di lakukan siswa, strategi dan cara yang dapat
1) Landasan Filosofis
berpijak pada filsafat yang dianut negara Matahari Terbit itu. Pada
2) Landasan Psikologis
3) Landasan Sosiologis
20
hanya dari segi isi programnya tetapi juga dari segi pendekatan dan
adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwujudkan
dalam tiga hal. Pertama, ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan
kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
memahami kebudayaan.
dan teknologi.
hanya pada ranah kognitif tapi juga kepada ranah afektif dan psikomotor.
16
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya. 2013), hlm. 66
22
jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan atau cara yang
menjelaskan bahwa, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik
pembelajaran20.
merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang
pada saat mengajar. Metode disini hanya sebagai alat, dan bukan sebagai
17
Ibid, hlm. 67
18
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Buna Aksara, 1997), hlm. 97
19
Sudjana. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Prodution,
2010), hlm. 7
20
Zulkifli, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Zanafa Publising, 2011),
hlm. 6
23
berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka urutan kerja dalam suatu
metode mengajar yang tepat. Apabila seorang guru dalam memilih metode
yang paling menentukan adalah guru. Maka seorang guru dengan latar
sekelompok anak didik yang lain lebih mudah menyerap pelajaran bila
yang lainnya. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus
memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien,
pendidikan adalah:
25
maupun kolektif25.
22
Muhammad Natsir. Capita Selecta. (Jakarta: Bulan Bintang. 1954), hlm.82.
23
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), hlm. 27.
24
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007), hlm. 32
25
An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat.
(Jakarta: Gema Insani Press. 2007), 204
26
dan tuntunan serta falsafah bangsa dan agama yang dianutnya. Oleh karena
hendak dicapai, baik itu tujuan yang bersifat umum maupun tujuan yang
idealitas Islami28.
26
Ahmad Supardi. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Angkasa. 1999), hlm
179
27
Op. Cit, hlm. 46
28
Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 2000), hlm.119
27
dua tahap, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Yang dimaksud dengan
kurang merata dan lebih dekat dari tujuan tertinggi, tetapi kurang khusus
manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang
mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya 30. Proses
terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena itu, lapangan tugas
29
Hasan Langgulung Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru. 2004),hlm.51
30
Nur Uhbiyanti. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rineka
Cipta.1998), hlm.18
28
tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan atas trial and error (coba-coba)
atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa dilandasi dengan
paedagogis.
umat manusia di dunia dan akhirat, baru dapat mempunyai arti fungsional
( ِاْق َر ْأ َو َر ُّب َك٢) ( َخ َلَق اِاْلْن َس اَن ِم ْن َع َلٍۚق١ ) ِاْق َر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَق
(٥) ( َع َّلَم اِاْلْن َس اَن َم ا َلْم َي ْع َلْۗم٤) ( اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم٣) اَاْلْك َر ُۙم
.
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
(1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2),
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia(3), Yang mengajar
29
buahnya akan dipetik di akhirat nanti. Maka pembetukan sikap dan nilai-
secara ilmiah meskipun bahan bakunya tersedia, baik dalam kitab suci Al-
bahan masukan yang berupa (Input) kepada ilmu ini, mekanisme proses
31
Ibid, hlm. 16-17
30
(hasil yang yang diharapkan). Dari hasil yang diharapkan itu timbul
teori dan praktek smakin dekat, dan hubungan antara keduanya semakin
tujuan dari hidup seorang Muslim yakni berserah diri sepenuhnya kepada
menuntun pendidik dan peserta didik agar selalu berpedoman kepada dasar
suatu cara, seni dalam mengajar33. Menurut Ahmadi dan Uhbiyati metode
berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang
artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai tujuan34.
dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan
ibrah dan nasihat serta metode targhib dan tarhib. Dari kutipan tersebut
pribadi anak didik sesuai dengan ajaran Islam 35. Dengan metode tersebut
mengajar36.
35
Abdurrahman an-Nahlawi. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat.
(Jakarta: Gema Insani Press. 2007), hlm. 201.
36
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Sinar Baru
Algesindo. 1998), hlm. 72
33
fleksibel”39
emosi anak terhadap kisah akan memberi peluang bagi anak untuk
sebagai berikut:
َو ِإْذ َق اَل ُلْق َٰم ُن ٱِلْبِنِهۦ َو ُه َو َيِع ُظ ُهۥ َٰي ُبَن َّى اَل ُتْش ِر ْك ِبٱِهَّللۖ ِإَّن ٱلِّش ْر َك َلُظْل ٌم َع ِظ يٌم
Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar".
Cerita mengusung dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua
unsure tersebut akan memberi warna dalam diri anak jika tidak ada
filter dari para orang tua dan pendidik. Metode mendidik akhlak
39
Tadkiroatun Musfiroh. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. (Jakarta.
Depdiknas, 2005), hlm. 83
35
bahwa cerita dapat melunakkan hati dan jiwa anak didik, cerita
3) Metode Mauidzah
hikmah dan pelajaran yang baik. Firman Allah Swt di dalam QS.
40
Abdurrrahman an-Nahlawi, Op,cit, hlm. 202.
37
4) Metode Keteladanan
atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh” 41.
21:
َّلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفى َر ُسوِل ٱِهَّلل ُأْس َو ٌة َح َس َن ٌة ِّلَم ن َك اَن َي ْر ُجو۟ا ٱَهَّلل َو ٱْل َي ْو َم ٱْل َء اِخَر
َو َذ َك َر ٱَهَّلل َك ِثيًر ا
ۖ َم ْن َعِمَل َٰص ِلًح ا ِّمن َذ َك ٍر َأْو ُأنَث ٰى َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َف َلُنْح ِيَي َّن ُهۥ َح َي ٰو ًة َط ِّي َب ًة
B. Kerangka Pemikiran
saat ini tidak terlepas dari kiprah para tokoh yang menyumbangkan pemikiran
Indonesia. Pandangan yang luas dan wawasan keduanya terhadap ajaran Islam
pendidikan Islam. Oleh karena itu sejumlah ide dan pemikiran muncul dari
kedua tokoh dalam menata sistem pendidikan yang sesuai dengan ajaran
tokoh pendidikan Islam dengan harapan dapat dijadikan acuan dalam kegiatan
penulis, yaitu Adian Husaini dan Bambang Galih Setiawan (2020) dalam
tidak dimungkiri sebagai tokoh besar yang memiliki peran penting dalam
juga dengan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) , beliau seorang
tokoh yang sangat gigih dalam mengembangkan ilmu dan perjuangan dakwah
Islam. Al-Hsil keduanya termasuk tokoh dan ulama Islam yang sangat
konsep pendidikan Islam, (2) tokoh yang diangkat untuk dikaji gagasannya
adalah M. Natsir dan HAMKA versus M.Natsir dan Hasan Langgulung, dan
(3) focus kajiannya pada tujuan, kurikulum dan metode pendidikan Islam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
43
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
datanya langsung berupa data situasi alami dan peneliti adalah instrumen
kunci; (2) bersifat deskriptif; dan (3) lebih menekankan makna proses
daripada hasil, perilaku, dan dengan pandangan pendirian yang diperoleh dari
secara deskriptif, yakni data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk
hubungan antarvariabel.
2. Metode Penelitian
penelitian ini menyoroti persamaan dan perbedaan konsep dari dua tokoh
penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran saat ini.
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 6
44
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Bina
Aksara, 2010), hlm. 194
44
kelemahan.
1. Jenis Data
yang kecil, up to date, dan harus ada hubungan dengan persoalan yang akan
kualitatif, yaitu data yang berbentuk selain angka. Data kualitatif dapat
2. Sumber Data
Sumber primer di sini adalah data yang penulis ambil dari karya tulis
asli dari tokoh yang dibahas dalam penulisan sekripsi ini, di antaranya
sebagai berikut:
Da‟wah.
45
Ali Mauludi, Teknik Memahami Statistika 1, (Jakarta Timur: Alim’s Publishing, 2012),
hlm. 1
45
Penyiaran Ilmu.
Husna Zikra.
b. Sumber Sekunder
Penelitian ini dilakukan dengan bertumpu pada data kepustakaan tanpa diikuti
dengan uji empirik. Jadi, studi pustaka disini adalah studi teks yang seluruh
46
substansinya diolah secara filosofis dan teoritis46. Ada beberapa teknik yang
bisa digunakan untuk mengumpulkan data, satu sama lain memiliki fungsi
yang berbeda. Teknik yang peling tepat digunakan adalah yang sesuia dengan
tujuan penelitian, jenis data serta keadaan sumber informasi penelitian. Maka
dari itu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah dokumen
atau telaah kepustakaan, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, internet
dan sebagainya47.
D. Analisis Data
kritik.
1. Metode Analisa Content atau isi. Analisis isi merupakan analisis ilmiah
tentang isi pesan suatu komunikasi48. Menurut Burhan Bungin, analisis isi
46
Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yoyakarta: Rake Sarasin. 1996), hlm.
158-159.
47
Suharsimi Arikunto. Op.Cit, hlm. 200
48
Noeng Muhajir. Op.Cit, hlm. 76.
49
Bungin Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam
Varian Kontemporer. (Jakarta : Rajawali Pers 2001), hlm. 172-173.
47
teratur seluruh konsepsi dari tokoh yang dibahas dengan lengkap tetapi
ketat51.
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dua waktu yang
BAB IV
yang pernah menjadi juru tulis pada kantor kontroler di Maninjau dan sipir
50
Anton Bakker. Metodologi Penelitian Filsafat. (Yogyakarta: Kanisius.1990), hlm. 70
51
Sidarto. Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997), hlm.100
52
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta.2014),
hlm. 54
48
Panjang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, pada hari Jumat‟ 17 Jumadil Akhir
1326 Hijriah, bertepatan dengan 17 Juli 1908 Masehi. Orang tua M. Natsir
dikaruniai empat anak yang salah satunya bernama Mohammad Natsir dan
53
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
hlm.22.
54
Ramayulis dan Syamsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. (Jakarta:
Quantum Teaching. 2005), hlm. 305
55
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. opcit, hlm.26
49
umat Islam. Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993, bertepatan dengan
dalam usia 85 tahun. Berita wafatnya menjadi berita utama diberbagai media
cetak dan elektronik. Berbagai komentar muncul, baik dari kalangan kawan
politikus yang dikenal banyak orang. Ada yang bersifat pro terhadap
kepemimpinannya dan ada pula yang bersifat kontra. Mantan Perdana Menteri
yang bernama Hollands Islands School (HIS) yang diperuntukkan bagi anak
demang atau anak pegawai pemerintahan saat itu. Beruntung M. Natsir dapat
tersebut, sebab tidak lama sesudah itu ia pindah lagi bersama ayahnya ke Kota
56
Ibid
57
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan
Mohammad Natsir. (Jakarta: Kementerian Agama RI. 2011), hlm. 141
50
kayu bakar di pantai. Kehidupan yang berat tersebut dilalui dengan senang
belajar bahasa Arab dan mempelajari hukum fikih kepada Tuanku Mudo
Amin yang dilakukannya pada sore hari di Madrasah Diniyah dan mengaji Al-
tokoh yang cukup terkenal saat itu bernama Ahmad Hasan pendiri Persis yang
58
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. opcit, hlm.22
59
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan
Mohammad Natsir. (Jakarta: Kementerian Agama RI. 2011), hlm. 143
51
sebagai guru yang mengajar di salah satu MULO yang ada di Tasikmalaya
menjadi pilihannya saati itu. Profesi sebagai guru ia tekuni selama bertahun-
pemikirannya yang selama ini terpendam dalam dirinya, yaitu keinginan untuk
tertera dalam karyanya “Politik Melalui Jalur Dakwah”, tokoh yang ditengarai
ini bertutur :
Muslim yang sangat produktif menulis. Baginya menulis adalah cara yang
60
Ibid
61
Ibid,
52
ada 52 judul telah ditulis M. Natsir dalam berbagai kesempatan sejak tahun
1930. Tidak jelas apa yang dimaksud dengan 52 judul tulisan M. Natsir
tersebut, apakah itu judul yang telah dihimpun menjadi buku atau
judulartikel lepas yang berada di berbagai media massa. Kalau betul ke-25
judul itu berupa buku yang telah tercetak, ini bisa dimengerti karena
Kapita Selekta I dan II dan sebagainya. Akan tetapi, jika judul tersebut juga
dengan menyunting Nur Timah binti Mohammad Yunus sebagai istri. Dari
pernikahannya dikaruniai tiga orang anak yaitu: Ahmad Taufiq, Nurul Huda
62
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. opcit, hlm.28
63
Abdul Kholiq,dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Tokoh Klasik dan Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999), hlm. 33.
53
pendidikan dan psikologi. Oleh karena itu, beliau banyak menghasilkan karya
dalam bidang ini. Dari karya-karya beliau tersebut terlihat bahwa Hasan
ini.
Pandang, 1949-1952.
University, 1957-1962.
1964.
Cairo, 1967.
64
Hasan Langgulung. Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi.
(Jakarta: PT. Pustaka Al Husna. 1985),hlm. 248.
54
ini terbukti dengan banyaknya karya yang beliau hasilkan. Beberapa buku
yang pernah beliau tulis dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu
(1986)
65
Hasan Langgulung. Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi.
op.cit, hlm. 248.
66
Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam: Ibnu
Sina, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Hasan Al-Banna, Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy‟ari, Hamka, Basiuni Imran,
Hasan Langgulung, Azyumardi Azra. (Yogyakarta: Ar-ruzz Media. 2011), hlm. 272
55
tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Natsir
adalah menjadikan peserta didik sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah
pengetahuan umum dengan ilmu agama. Kedua ilmu tersebut memilki peran
sebagai khalifah atau memiliki sifat-sifat seorang khalifah dalam diri masing-
masing peserta didik, serta menyiapkan peserta didik dari segi kognitif,
56
konsep Islamisasi ilmu yang artinya memadukan antara ilmu-ilmu umum dan
ilmu agama sehingga akan tercapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan.
tujuan dari pendidikan yang akan dicapai serta tindakan-tindakan yang perlu
dan hukuman.
tentang Pendidikan
terintegrasi, tetapi juga dalam komponen kurikulum yang lain seperti tujuan,
dua tokoh tersebut. Implementasi kurikuum 2013 yang berlaku saat ini
tidak hanya pada ranah kognitif tapi juga kepada ranah afektif dan psikomotor.
berikut68:
67
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya. 2013), hlm. 66
68
Muhammad Anis Matta. Membentuk Karakter Islam. (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat. 2013), hlm. 67.
58
dilalui dengan sabar, sehingga orientasinya tidak pada hasil tetapi pada
proses.
yang kuat.
bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada
anak, guru juga berfungsi sebagai unsur perekat, tempat curhat dan
intelligent).
59
bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimilikinya. Ada
banyak cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan
musik, gambar, kegiatan fisik atau kemamuan motorik atau lewat cara
sosialemosional.
a. Tujuan Pendidikan
masih hangat di benak kita adalah prestasi beliau menjadi tangan kanan
presiden pertama republik ini, yaitu sebagai Perdana Menteri sekaligus orang
menjadi saksi terbentuknya negara yang kuat dan menjunjung tinggi azas
persatuan.
Islam di negeri ini melalui berbagai cara antara lain dari karya-karyanya di
media massa maupun juga dalam dunia politik ketika beliau diberi amanah
pemerintah, akan tetapi beliau tidak pernah mundur. Beliau memakai cara-
yang ingin maju. Pada tahun 1949, Natsir memimpin sebuah program
dengan melihat rekam jejaknya. Seperti dalam pidatonya yang disebut sebagai
memahami arti penting dan tujuan sebagai dasar pendidikan Islam. Beliau
69
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. opcit, hlm.94
61
menjelaskan dengan bahasa yang cukup mudah untuk dipahami dan dapat
pendidikan..
dalam kalangan mereka. Tak ada satu bangsa yang terbelakang menjadi maju,
pemuda mereka. Bangsa jepang, satu bangsa Timur yang sekarang menjadi
buah mulut orang seluruh dunia karena majunya, masih akan terus tinggal
selama ini tertutup rapat bagi orang-orang pintar dan ahli-ahli ilmu negeri lain
mencari ilmu. Spanyol, satu negeri di benua Barat, yang selama ini termasuk
golongan kelas satu, jatuh merosot ke kelas bawah sesudah enak dalam
dari letak negara tersebut, entah itu di Barat atau di Timur, apakah negara
tersebut di kelilingi negara maju atau tidak, tetapi tergantung pada pendidikan
para pemuda-pemuda dari negara tersebut apakah baik atau tidak. Semua
tergantung pada kesadaran dan kemauan untuk berubah menjadi lebih baik
dan lebih maju dari sebelumnya. Dalam Al-Qur‟an surat ar-Ra‟du ayat 11
nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.” Jika kita sadar akan kekurangan kita dan memiliki kemauan
untuk berubah agar menjadi lebih baik maka jika Allah mengizinkan kita akan
Kenyataan ini tidak hanya dirasakan oleh dua negara yang disebut
Natsir dalam pidatonya, tetapi telah dirasakan dan disadari oleh berbagai
negara di dunia ini, termasuk negara Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat
bangsa.
Natsir yang mengaku berguru politik pada H. Agus Salim dan Syeikh
Ahmad Surkati, ternyata memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah,
Natsir mulai tertarik pada pergerakan Islam dan belajar politik di perkumpulan
Jong Islamieten Bond (JIB), sebuah organisasi pemuda Islam yang anggotanya
adalah pelajar-pelajar bumi putera yang belajar di sekolah Belanda. Organisasi ini
63
mendapat pengaruh intelektual dari Haji Agus Salim 71. Haji Agus Salim
merupakan salah satu tokoh Sarekat Islam sedangkan Syeikh Ahmad Surkati
berpolitiknya.
Perhatian Natsir terhadap dunia pendidikan yang besar dapat kita lihat
kemajuan bangsa ini, terlebih pendidikan dasar sebagai pondasi yang kokoh
bagi generasi yang akan menggantikan generasi saat ini. Dengan pengetahuan
yang beliau miliki, mampu mengilustrasikan dengan baik dan mudah diterima
yang konkrit bagaimana pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi
sebaliknya sebuah bangsa juga dapat tenggelam dalam kebodohan yang semua
71
Thohir Luth. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. opcit, hlm.94
72
Muhammad Natsir. Capita Selecta. (Jakarta: Bulan Bintang. 1954), hlm 82.
64
spiritual dan sikap sosial juga tidak boleh ditinggalkan dalam proses
pendidikan tersebut.
pendidik agar dapat mengembangkan potensi jasmani dan rohani peserta didik
mental. Selanjutnya agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik
dan produktif, maka perlu dibina dan diberikan bimbingan. Dalam hubungan
ini pendidikan memegang peranan yang amat penting 75. Terutama Pendidikan
memiliki mental yang kuat untuk menghadapi kehidupan yang akan dilalui
oleh mereka.
kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Kita sulit membayangkan dalam benak,
jika ada suatu kegiatan tanpa memiliki kejelasan tujuan. Hal itu bisa
pendidikan yaitu76:
75
Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997), hlm.
35.
76
Ahmad D Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: PT. Al-Ma’arif.
1989), hlm. 45.
66
yaitu77:
direncanakan jika tidak ada salah satu dari kedua hal tersebut. Tujuan
pendidikan kita tidak dapat dipisahkan dari tujuan hidup kita sendiri karena
keduanya adalah sama. Tujuan dari pendidikan adalah tujuan hidup, M. Natsir
menjelaskan dengan mengutip ayat dalam Al-Qur‟an surah Adz Dzariat ayat
56:
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
Tujuan hidup setiap muslim telah ada dalam al-Qur‟an yaitu hanya
77
Muhammad Natsir. Capita Selecta. opcit, hlm 54.
67
mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan. Selain itu,
memiliki makna yang sangat luas, yang mencakup ibadah khusus (hablum
min Allah) dan ibadah umum (hablum min al-khalqiah) melalui aktivitas yang
dan ketundukan manusia kepada semua perintah Ilahi yang membawa kepada
kejayaan duniawi dan kemenangan ukhrawi, serta menjauhkan diri dari segala
hal tersebut merupakan kebutuhan bagi manusia sendiri dan bukan karena
makhluk. Hal tersebut dapat dikatakan juga bahwa menjadi hamba Allah
hamba Allah ialah orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah, sebagai
78
Ramayulis dan Syamsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. opcit, hlm. 307
68
Tuhannya, seperti yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah: 177 yang artinya:
kemenangan hidup dunia dan akhirat, setiap individu harus didukung dengan
dapat membuat posisi seseorang menjadi terhormat, baik di sisi Allah maupun
firman Allah:
َو ِمَن ٱلَّن اِس َو ٱلَّد َو ٓاِّب َو ٱَأْلْن َٰع ِم ُم ْخ َت ِلٌف َأْلَٰو ُنُهۥ َك َٰذ ِلَك ۗ ِإَّن َم ا َي ْخ َش ى ٱَهَّلل ِم ْن ِع َباِدِه
79
Muhammad Natsir. Capita Selecta. opcit, hlm 57.
69
salah satu tujuan dari pendidikan yang diinginkan Islam. Menurut Natsir,
sekitarnya, dan
yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Potensi tersebut dapat tumbuh dan
berkembang secara dinamis, baik ke arah yang positif maupun ke arah yang
yang baik. Sedangkan hasil yang ingin dicapai adalah terbentuknya manusia
ٌَو َمْن َش َك َر َفِإ َّنَم ا َيْش ُك ُر ِلَنْف ِس ِه ۖ َو َمْن َك َف َر َفِإ َّن َر ِّبي َغ ِنٌّي َك ِر يم
Artinya: “Dan Barangsiapa yang bersyukur, maka Sesungguhnya Dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang
ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".
kemenangan dirinya dengan arti yang seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh
manusia, itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan
80
Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997), hlm.
50.
71
b. Kurikulum Pendidikan
Ehrenfest, beliau merupakan seorang yang terpelajar yang diberi gelar Guru
Besar dalam Ilmu Fisika di Amsterdam. Ia berasal dari keluarga yang baik dan
orang yang baik pula, tak pernah terdengar melakukan perbuatan tercela.
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Setelah diselidiki dari surat yang
karena nafsu belaka, tetapi merupakan hal yang telah dipikirkan sejak lama82.
81
Ramayulis dan Syamsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. opcit, hlm. 307
82
Muh. Natsir. Islam dan Akal Merdeka. (Yogyakarta: Sega Arsy. 2015), hlm. 14.
72
sejak kecil tidak pernah dikenalkan kepada Tuhan. Pendidikan yang demikian
dapat tidak harus menjadi dasar bagi tiap-tiap pendidikan yang hendak
diberikan kepada generasi yang kita latih, jikalau kita sebagai guru ataupun
sebagai ibu bapak, betul-betul cinta kepada anak-anak yang telah dipetaruhkan
Allah kepada kita itu. Meninggalkan dasar ini berarti melakukan suatu
kelalaian yang amat besar, yang tidak kurang besar bahayanya daripada
sempurnakan makan dan minumnya dan telah kita cukupkan pakaian dan
perhiasannya serta sudah kita lengkapkan pula ilmu pengetahuan untuk bekal
hidupnya. Semua ini tak ada artinya apabila ketinggalan memberikan dasar
menjadi dasar utama dalam pendidikan atau lebih khususnya pendidikan Islam
atau mengakui keesaan Tuhan maka manusia tidak akan memiliki keraguan
dalam jiwanya karena mengetahui bahwa hanya kepada Tuhan lah tempat
bergantungnya.
ketika Luqman berkata kepada anaknya yang sedang dididik: “Hai anakku,
83
Ibid
73
Kulah kembalimu”84.
memisahkan persoalan dunia dari urusan akhirat. Sebab dalam ajaran Al-
untuk kehidupan di akhirat kelak. Hal ini didasari firman Allah dalam surat
Al-Qashash (28:77) yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
Natsir dalam hal ini merupakan pendidikan integral. Pendidikan yang tidak
memisahkan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama, tetapi dengan
menjadikan kedua ilmu tersebut agar menjadi utuh atau satu kesatuan yang
pemisah antara ilmu umum dan ilmu agama karena pada hakikatnya keduanya
berasal dari Allah dan sama-sama dibutuhkan bagi peserta didik dalam
Dalam hal materi pendidikan, antara ilmu umum dan ilmu agama tidak
ada yang lebih penting karena keduanya sama pentingnya dalam pelaksanaan
pendidikan. Semua adalah ilmu Allah, tidak bias jika dibatasi sebab saling
yang lebih luas, tetapi juga tidak boleh meninggalkan bahasa negeri sendiri. M.
Natsir mengatakan: “Soal bahasa adalah salah satu soal ketjerdasan bangsa
jang terpenting! Bahasa-ibu, bahasa kita sendiri, adalah mendjadi sjarat bagi
berdiri tegaknja kebudajaan kita. Akan tetapi kebudajaan jang hidup tidak
tjukup hanja dengan tinggal berdiri tegak sadja. Ia perlu tumbuh, bertambah,
berubah, bergerak, „dinamis‟, kata orang sekarang. Dan untuk ini perlu
tambahan „air‟ jang mendjadi sjarat hidupnja. Tidak ada kebudajaan djadi
hidup baik, apabila ia dikurung dan diikat menurut tradisi berbilang abad.
Jika kita dapat memahami bahasa dari kebudayaan atau Negara yang
lain, maka kita akan dapat berkomunikasi dengan bangsa tersebut. Begitu pula
dari bangsa lain, kita akan dapat memperoleh informasi atau pengetahuan
kuning atau hitamnya warna kulit, tetapi bergantung kepada ada atau tidaknya
menjadikan mereka layak atau tidaknya menduduki tempat yang mulia di atas
dunia ini87.
sekalipun itu berasal dari Barat, sebab Barat dan Timur itu kepunyaan Allah.
Oleh karena itu, seorang pendidik dalam Islam tidak usah membesar-besarkan
antagonisme (pertentangan) antara Barat dan Timur. Islam itu bukan anti
Barat dan Pro Timur, khususnya dalam pendidikan. Islam hanya mengenal
antagonisme antara haq dan bathil. Inilah salah satu point terpenting dari
86
Muhammad Natsir. Capita Selecta. opcit, hlm 103.
87
Muhammad Natsir. Capita Selecta. opcit, hlm 78.
76
pemikiran Natsir terutama dalam melihat sifat keuniversalan ajaran Islam dan
Islam88.
pendidikan bagi seluruh warga negara tanpa melihat latar belakang suku, ras,
agama, adat, dan budaya dari peserta didik. Itu semua karena kita seluruh
Natsir meyakini bahwa Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang
Tuhan dengan tujuan agar jiwanya tumbuh dan berkembang sesuai dengan
dengan metode yang tepat dan efektif dengan kata-kata yang menyejukkan
88
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan
Mohammad Natsir. op,cit, hlm. 214
77
dan menimbulkan kesan yang dalam serta senantiasa diingat oleh peserta
didik89.
Dengan cara itu, peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami
apa yang disampaikan oleh pendidik. Akan tetapi, bukan hanya penyampaian
saja yang dapat menjadi faktor keberhasilan dalam pendidikan. Hal-hal yang
digambarkan sebelumnya tidak saja sebatas materi yang harus relevan dengan
tuntutan kebutuhan umat yang berlandaskan tauhid dalam arti luas, akan tetapi
yang di terapkanya sangat variatif sesuai dengan kondisi dan tujuan yang akan
1) Metode Cerita
akidah seperti yang diterapkan oleh Mohammad Natsir itu sangat tepat
89
Ramayulis dan Syamsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. opcit, hlm. 309
78
cerita90.
peserta didik lebih mudah memahami apa yang ingin disampaikan kepada
mereka. Dengan metode ini, pendidik akan menjadi pusat perhatian ketika
disampaikan.
2) Metode keteladanan
90
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan
Mohammad Natsir. Op.cit, hlm. 235
91
Abdurrahman Saleh Abdullah. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur‟an.
(Jakarta: PT. Rineka Putra. 2005), hlm. 209.
79
pendidikan apalagi dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, salah satu
persyaratan yang menjadi prinsip bagi Natsir yang mesti dimiliki pendidik
Jika kita lihat pada zaman sekarang atau bahkan sejak dahulu,
manusia cenderung memiliki sifat imitasi atau senang meniru orang lain.
pendidik juga menjadi figur yang menjadi contoh atau teladan bagi peserta
92
Saidan. Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan
Mohammad Natsir. Op.cit, hlm. 237
80
melalui teladan dan contoh perbuatan secara langsung. Dan yang tak kalah
jejak-jejak kebaikan93.
a. Tujuan Pendidikan
manusia. sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia
pendidikan. Namun, ini tidaklah bermakna bahwa dua komponen yang lain itu
tidak penting94.
dari pendidikan, atau dalam hal ini dapat dikatakan “belajar”. Setiap kegiatan
93
An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat.
(Jakarta: Gema Insani Press. 1995), hlm. 268.
94
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru. 2004), 47
81
manusia dimulai dari membuka mata mengawali hari hingga tidur kembali
sangat berhubungan dengan belajar, bahwa setiap hal baru yang kita temukan,
kita lihat dan kita lakukan, tanpa kita sadari kita sedang belajar. Belajar
memahami apa yang kita lihat, merasakan apa yang kita sentuh,
mendengarkan hal yang belum pernah kita dengar serta mengucapkan apa
yang tidak pernah kita ucapkan. Semua itu adalah bagian dari pendidikan.
bermakna: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
dalam Islam. Begitu juga ayat Al-Qur’an (2:30) yang bermakna : “Ingatlah
bumi”. Jadi segala usaha untuk membentuk watak manusia sebagai khalifah di
berorientasi dunia akhirat. Untuk trasfer of value ini perlu ada nilai yang
dimiliki oleh pendidik sebagai pelaku atau subyek dan juga ilmu itu sendiri
95
Ibid, hlm. 48
82
didasarkan pada al-Qur‟an sebagai sumber dasar dan pokok dari berbagai
tahap, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Yang dimaksud dengan tujuan
merata dan lebih dekat dari tujuan tertinggi, tetapi kurang khusus jika
tertentu, atau pada tahap pendidikan tertentu, atau pada jenis pendidikan
tertentu, atau pada masa dan umur tertentu. Sedangkan pada tujuan umum dan
tokoh pendidikan yang hidup pada masa pemerintahan Abd. Nasser yang
96
Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam: Ibnu
Sina, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Hasan Al-Banna, Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy‟ari, Hamka, Basiuni Imran,
Hasan Langgulung, Azyumardi Azra. Op.cit, hlm. 272
97
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. Op.cit, 51
83
sederetan nama yang tidak boleh dilupakan oleh para cendekiawan Arab
tahun 1897 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1981. Al-Abrasyi dalam
sebenarnya.
98
Moh. Athiyah Al Abrasyi. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. (Jakarta: Bulan
Bintang. 1974), hlm. 2
84
atas.
pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, roh di
nilai-nilai ideal Islam yang diwujudkan dalam pribadi anak didik. Oleh
karena itu tujuan akhir itu harus meliputi semua aspek yang terintegrasi
tujuan akhir pendidikan Islam pada dasarnya sejajar dengan tujuan hidup
Islam”100.
99
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. Op.cit, 55
100
Abdul Kholiq,dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Tokoh Klasik dan Kontemporer.
Op.cit, hlm. 47.
86
akhlak yang baik sehingga dapat memiliki hubungan sosial yang baik pula
a) Fitrah
b) Roh
c) Kebebasan kemauan
d) Aqal
101
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. Op.cit, hlm. 29
87
besarnya adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang
perasaannya103.
Tuhan itulah yang disebut „ibadah. Jadi kalau tujuan kejadian manusia
b. Kurikulum Pendidikan
berasal dari bahasa latin “curriculum” yang berarti suatu kursus, terutama
103
Zakiah Daradjat,. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. (Jakarta: CV.
Ruhama. 1993), hlm. 95
104
Hsan Langgulung. Kreativitas dan Pendidikan Islam. (Jakarta: PT. Pustaka Al- Husna.
1991), hlm. 363
89
pendidikan”105.
dan menyeluruh, yang merupakan sumber kurikulum pada zaman modern ini,
maka kurikulum itu mempunyai empat unsur atau aspek utama, yaitu106:
dalam kurikulum.
Atau dengan kata lain yang lebih ringkas lagi kurikulum pada
105
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. (Jakarta: Al Husna Zikra. 2002), hlm.
241
106
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. Op.cit, hlm. 29
90
proses islamisasi ilmu terhadap salah satu komponen dalam pendidikan Islam
selama ini telah kehilangan makna dan jauh dari tujuan pendidikan yang
diharapkan. Menurutnya proses islamisasi ilmu tidak hanya fokus pada segi
ilmu pengetahuan saja, tetapi juga meliputi tiga komponen kurikulum yakni
107
Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam:
Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Hasan Al-Banna,
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy‟ari, Hamka, Basiuni
Imran, Hasan Langgulung, Azyumardi Azra. Op.cit, hlm. 278
108
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. Op.cit, hlm. 32
109
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. op.cit, hlm. 296
91
pembebasan manusia, pertama dari tradisi magis, mitos, animis, dan faham
manusia sesuai yang digariskan dalam Islam. Beberapa hal yang melekat
dalam diri manusia sendiri yang sering disebut tradisi ataupun kebiasaan
seperti adat umat manusia sebelum Islam datang perlu untuk di-Islamisasi.
berkembang, dan jika terus seperti itu akan mengendalikan sifat manusia itu
sendiri.
110
Syed Muhammad Naquib Al-Attas,. 1996. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Jakarta:
Mizan. 1996), hlm. 95
92
yang bertumpu pada suatu pandangan dunia yang bersifat materialistis dan
aspek manusia: badan, jiwa, akal dan rohnya. Sedangkan dari segi
dengan kepribadiannya: jasad, jiwa, akal dan roh yang berkaitan secara
organik dan berbaur satu dengan yang lain sehingga apabila terjadi
111
Abudin Nata. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam: Isu-isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2013), hlm. 126
112
Hasan Langgulung. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. (Jakarta: PT. Pustaka
Al-Husna. 1988), hlm. 142.
93
sulit yang diberikan secara terus menerus dan antara materi yang satu
menolak unsur yang datang dari luar selama tidak bertentangan dengan
karena dalam Islam tidak ada etnisitas, hanya takwa dan iman yang
Metode bermakna cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tiga aspek pokok yang berkaitan dengan seorang guru yang
keadaan fitrah yang baik, sudah tentu kepercayaan akan baiknya fitrah
kebenaran, tetapi menjaga jiwa dari dosa dan fikiran dari kesalahan".
pendidikan Islam dari zaman dahulu lagi yang memang ada bukti-
ketentraman itu adalah salah satu kebutuhan asas dari segi psikologi,
apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketiga aspek ini berjalan serentak dalam
adalah jalan untuk mencapai tujuan. Jadi jalan itu bermacam-macam, begitu
115
Ibid, hlm. 274
98
juga dengan metode. Tidak ada metode terbaik untuk segala pengajaran.
Mungkin ada yang baik untuk mata pelajaran tertentudan oleh guru tertentu
tetapi belum tentu untuk mata pelajaran dan guru yang berbeda.
Di dalam pendidikan agama Islam terdiri dari beberapa unsur baik dari
akhlak yang merupakan salah satu aspek afektif dalam pendidikan agama
Islam tidak dapat diajarkan hanya dengan metode kognitif seperti ceramah.
pengajaran itu sangat kondisional dan situasional, artinya seorang guru bisa
1) Metode ceramah
2) Metode tanya jawab
3) Metode diskusi
4) Metode pemberian tugas belajar(resitasi)
5) Metode demonstrasi dan eksperimen
6) Metode kelompok
7) Metode sosio drama dan bermain peran
8) Metode karya wisata
9) Metode drill
10) Metode team teaching
materi yang akan diajarkan dengan waktu yang ditentukan. Selain itu, untuk
memotivasi para peserta didik dan mencegah hal yang tidak diinginkan dalam
pembelajaran perlu adanya apresiasi dan hukuman sebagai salah satu cara agar
tentang Pendidikan
116
Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam. op.cit, hlm. 74
99
yang diberikan kepada peserta didik, akan tetapi juga dari segi rohaninya
kedua segi tersebut pada hakikatnya adalah suatu cara yang digunakan agar
didik sehingga dapat dikatakan menjadi manusia yang utuh baik jasmani
maupun rohani.
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil salah satu
hal terpenting dalam pendidikan yang tidak boleh diabaikan, yaitu mengenai
tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri. Dari uraian pengertian pendidikan
didik, akan tetapi mereka belum bisa untuk mengerti sepenuhnya. Maka tugas
dari pendidik yaitu agar membimbing dan mengarahkan agar peserta didik
akhirat.
untuk melalui kehidupan yang akan dijalani. Maka tidak salah jika dalam
pandangan M. Natsir tujuan dari pendidikan itu adalah tujuan hidup dari setiap
dari ayat Al-Qur‟an surat Adz-Dzariat(56) yang artinya “...dan Aku tidak
ayat tersebut dapat terlihat jelas apa yang menjadi tujuan penciptaan manusia
atau tujuan hidup manusia itu sendiri, Yaitu agar setiap makhluk menyembah
surat Al-Baqarah ayat 177 bahwa seorang hamba adalah yang beriman kepada
ilmu dan salah satu jalan mendapatkan ilmu adalah melalui pendidikan.
101
Dengan melihat sejarah bahwa Natsir yang hidup dari masa awal
merupakan warisan dari para penjajah, maka beliau ingin mengubah orientasi
pendidikan yang bisa dibilang sekuler tersebut agar dapat terintegrasi dengan
pendidikan Islam. Oleh karena itu, Natsir merumuskan tujuan dari pendidikan
akhlak sebagai seorang hamba Allah yang senantiasa patuh dan taat dengan
segala yang diperintahkan Allah SWT serta sebisa mungkin menghindari dan
berusaha menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah SWT. selain itu, peserta
generasi setelahnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu alat
didik secara berkelanjutan atau tidak hanya pada satu generasi saja.
102
juga merupakan salah satu alat membentuk kepribadian peserta didik dengan
nilai-nilai karakter baik yang diajarkan secara langsung oleh pendidik melalui
peran yang besar. Hal tersebut dikarenakan oleh pola pikir peserta didik yang
tujuan pendidikan Islam menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan khusus lebih kepada memperdalam apa yang dijabarkan dalam tujuan
umum. Meskipun kedua tujuan tersebut memiliki konteks yang berbeda, akan
tetapi pada hakikatnya memiliki substansi yang sama yaitu tujuan tertinggi
dari pendidikan Islam itu sendiri. Secara ringkas, tujuan pendidikan Islam
sebagai khalifah yang menyembah hanya kepada Allah. Maka dari itu
Islam menyiapkan peserta didik dari segi sosiologis untuk dapat hidup dalam
sosial yang tidak dapat hidup seorang diri, di sinilah fungsi pendidikan yang
mengasah sikap sosial dari peserta didik. Lebih lanjut bahwa peserta didik
oleh Hasan Langgulung adalah membentuk peserta didik menjadi khalifatullah fil
dikatakan sebagai pemimpin diantara makhluk yang lain karena Allah SWT
menjadi apa yang dicita-citakan pendidikan Islam yaitu sebagai khalifah, maka
peserta didik harus siap dari segi keagamaan termasuk di dalamnya adalah
diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam dari Hasan Langgulung lebih mudah
pendidikan Islam lebih umum. Akan tetapi, terdapat persamaan dari kedua
pemikiran ini yaitu bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadikan
104
dari peserta didik itu sendiri. Selain itu, pendidikan Islam yang diinginkan
rezeki baginya.
bahwa tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum seperti yang
karena hal tersebut merupakan sistem dari sekularisme barat. Untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam seperti yang diinginkan perlu adanya integrasi antara
dengan potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan begitu, akan tertanam
kehidupannya.
105
keharusan karena jika dilihat dalam sudut pandang agama, Islam memiliki
tersebut pada intinya bermuara pada ketauhidan makhluk kepada Allah SWT.
makhluk, manusia seharusnya sadar bahwa dia tidak memiliki daya dan upaya
selain daya dan upaya yang telah Allah berikan. Allah merupakan segalanya
bagi manusia, termasuk tempat bergantung dan berserah diri karena pada
hakikatnya apa yang ada pada diri manusia bukanlah milik manusia itu, akan
yang belum pernah didapatkan dari para ahli di seluruh dunia akan lebih
adalah proses komunikasi yang terjalin antara pendidik dan peserta didik,
106
dengan orang dari budaya yang lain atau daerah yang lain, bahkan negara di
perencanaan program pendidikan bagi peserta didik yang dibuat dan diawasi
oleh sekolah secara penuh untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Hal ini berarti bahwa setiap kegiatan pendidikan yang diselenggarakan telah
itu, perlu adanya pembaruan dan pengembangan kurikulum pada setiap saat
dari Sang Pencipta ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. Akan tetapi secara garis
besar sumber ilmu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu yang berasal dari
wahyu dan akal atau yang selanjutnya dinamakan pengetahuan abadi dan
berasal dari Al-Qur‟an dan Hadis. Kedua sumber ilmu tersebut merupakan
sumber ilmu yang akan terus digunakan sepanjang hidup manusia bahkan
Hal ini menjadi perhatian karena tidak sesuai dengan konsepsi Islam
matematika, biologi, fisika dan kimia menjadi dasar dalam pendidikan kita.
Agar sesuai dengan konsepsi Islam, maka selain ilmu-ilmu pengetahuan yang
tidak boleh meninggalkan salah satunya, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu
manusia.
materialistis dan relavistis atau dapat diartikan sebagai sifat yang memandang
108
realitas sebagai sesuatu yang bermakna secara material bagi manusia. Sifat-
sifat tersebut tidak mengakui sesuatu yang tidak bermateri sebagai suatu
pada ajaran Islam yang membuat manusia mengenali dan mengakui posisi
masing-masing baik itu yang bermateri maupun yang tidak dalam realitasnya.
menjawab respon tersebut. Dalam hal ini beliau mengaitkan dengan isi
umum dan ilmu agama. Hal itu dikarenakan menurut konsepsi Islam agar
kurikulum itu bersifat Islam haruslah konsep Islam berpadu dengan mata
kembali kurikulum yang telah kehilangan jiwa Islamnya agar kembali sejalan
dari dasar-dasar kurikulum itu sendiri agar sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diinginkan. Hal ini berarti proses Islamisasi ilmu tidak hanya dilakukan
mampu menyentuh seluruh potensi peserta didik dan seluruh aspek kehidupan
bahwa tidak ada pemisahan atau dikotomi ilmu pengetahuan dengan ilmu
Natsir menginginkan agar ilmu agama bisa memiliki tempat dalam dunia
pendidikan sehingga tidak semakin terbawa oleh arus sekularisme dengan cara
segi materi pendidikan saja, tetapi juga seluruh aspek kurikulum. Disamping
konsep Islam.
dan tujuan yang ingin dicapai. Metode yang digunakan adalah metode cerita
dan metode keteladanan. Metode cerita merupakan metode yang lazim dan
telah sejak dulu digunakan oleh para pendidik dalam proses pembelajaran.
Metode ini dinilai masih menjadi metode yang efektif untuk keberhasilan
tindakan dan ucapan yang mengarah pada kebaikan karena pada dasarnya
secara langsung maupun tidak langsung setiap sikap, tindakan dan ucapan
yang bersifat teknis saja seperti dalam proses pembelajaran di kelas, akan
tetapi juga yang bersifat di luar teknis seperti dalam kehidupan sehari-hari.
jauh berbeda dengan metode yang digunakan para ahli pendidikan Islam.
simulasi dan lain sebagainya dengan menggunakan sesuai dengan waktu dan
tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek yang lain seperti tujuan pendidikan
111
Islam sendiri dan tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai dengan hasil dari
Tetapi untuk mencegah peserta didik yang tidak disiplin dalam proses
lebih terfokus pada pendidik sehingga figur pendidik sangat berperan besar
digunakan, tetapi harus memperhatikan dari segi tujuan pendidikan Islam itu
adanya tindakan dari hasil pendidikan berupa ganjaran sebagai motivasi dalam
buruk.
sosial historis atau dapat dikatakan kondisi sosial yang melingkupi. Kedua
tidak jauh berbeda dari Natsir. Akan tetapi, beliau menghabiskan pendidikan
tingginya di luar negeri, sehingga pola pikir yang muncul dari Langgulung
adalah dari kacamata yang lebih luas dengan melihat pendidikan Islam di
berkompeten dan gigih dalam upaya melihat dan mencari kosepsi ilmu
dalam bidang filsafat dan sejarah ilmu, serta merupakan sosok yang otoritatif
untuk berbicara tentang perjumpaan antara tradisi dan modernitas, Timur dan
117
Asfa Widiyanto. Konstruk Ilmu Pengetahuan dan Signifikansinya Dalam Upaya
Restorasi Pendidikan Islam. (Salatiga: LP2M Press IAIN Salatiga. 2015), hlm. 4
113
ilmu tersebut merupakan hal yang urgen karena bisa dijadikan dasar untuk
seperti tujuan pendidikan Islam, menurut Natsir, mengacu dan mengarah pada
totalitas manusia yang mencakup aspek rasional, moral dan spiritual. Metode
Islam mencakup ilmu-ilmu naqli dan ilmu-ilmu aqli yang diberikan secara
dalam sosok hakim. Peserta didik diharapkan tidak lepas dari akar tradisinya,
118
Ibid, hlm. 73
119
Ibid, hlm. 74
114
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut:
oleh Natsir adalah menjadikan peserta didik sebagai hamba yang bertakwa
115
kesuksesan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka
antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu agama. Kedua ilmu tersebut
pembelajaran.
ilmu umum dan ilmu agama sehingga akan tercapai tujuan pendidikan
3. Persamaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pada aspek tujuan
dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dan tindakan dari hasil
pembelajaran.
B. Saran
1. Banyak aspek yang dapat ditelaah dari kedua tokoh pemikir pendidikan
dalam penelitian ini. Yang dapat penulis lakukan dalam penelitian ini
yang lain.
3. Kepada para praktisi pendidikan pada umumnya dan kepada penulis pada
DAFTAR BACAAN
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press.
118
Daradjat, Zakiah. 1993. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
CV. RUHAMA.
Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-
Psikologi. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna.
______. 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21. Jakarta: PT. Pustaka
Al-Husna.
______. 1991. Kreativitas dan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Pustaka Al- Husna.
______. 2004. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru.
Luth, Thohir. 1999. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta: Gema Insani
Press.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.