Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas rutin


Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Elga Novira Rizkinta, M.Pd

Disusun Oleh:

FAUZIAH SIAGIAN

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA

SUMATERA UTARA

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyusun makalah untuk
dapat menyelesaikan tugas CBR ini tepat pada waktunya.
Pembuatan CBR bertujuan sebagai tugas individu pada mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam. Penulis menulis dengan pemikiran bahwa penulisan Critical Book
Report ini tidak harus melakukan ringkasan pada satu buku maupun artikel yang akan
dikritisi, melainkan melakukan analisis pada setiap unsur dari artikel yang akan di
kritisi. Critical Book Report ini membahas tentang analisis kritisi penulis pada satu
artikel tentang peningkatan aktivitas pembelajaran. Mengenai penjelasan lebih lanjut
dipaparkan dalam bagian pembahasan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan
terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Batubara, 26 Mei 2022

Fauziah Siagian
BAB I
PENDAHULUAN

Identitas Buku
IDENTITAS BUKU I

Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam


Penerbit : HIJRI Pustaka Utama
Penulis : Prof.Dr.Syafaruddin,Mpd dkk
Tahun Terbit : 2017
Tebal Halaman : 192

IDENTITAS BUKU 2

Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam


Tahun Terbit : Desember 2011
Penulis : Soleha dan Rada
Editor : Subardi dan Yusra Jamali
Desain Sampul : Tim Alfabeta
Penerbit : Alfabeta
Alamat Penerbit : Bandung
Jumlah Halaman : 142 halaman, 6 bab
Cetakan : Ke-1
No.ISBN : 978-602-9328-60-8
BAB II
PEMBAHASAN

BUKU PERTAMA
Bab I
Tauhid sebagai landasan ilmu, islam yang memberikan kedudukan yang tinggi
kepada akal manusia, Pendapat-pendapat pakar islam sebagai agama memiliki ajaran-
ajaran yang bersumber dari Allah SWT untuk keperluan masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai rasul, Dimensi keilmuan pendidikan islam yang menerangkan
Allah adalah pendidik yang Maha Agung bagi Manusia. Dia maha pengasih dan maha
penyayang kepada semua mahluk-Nya. Ilmu pendidikan islam dan guru professional, umat
islam yang saat ini telah terlanda penyakit jumud dan penyakit kemunduran atau penyakit
dekadensi, atheism, faham-faham hokum rimba,dengan label kemajuan.
Obat penyembuhan semua penyakit ini dapat diperoleh dari ajaran islam, bila
dipahami cahaya ilmu dan perkembangannya (Al-Djamali,1993:13). Pendidikan sebagai
suatu sistem, sistem yang berarti suatu kesatuan dari komponen-komponen yang masing
masing berdiri sendiri tetapi saling terikat satu dengan yang lain, sehingga terbentuk suatu
kebetulan yang utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Bab II
Konsep dasar ilmu pendidikan islam yang didalamnya akan menjabarkan defenisi
pendidikan islam secara menjabar, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.
Dengan kata lain, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode
tertentu secara sistematis, logis dan objektif. Dasar dan tujuan pendidikan islam yang
menjelaskan sumber utama ajaran islam yang disebutkan adalah al-qur’an sebagai
pedoman hidup umat islam. Dan dasar-dasar ideal pendidikan islam yang dikembangkan
dalam pemahaman para ulama dalam bentuk al-qur’an, sunnah nabi saw, kata-kata sahabat
nabi, kemaslahatan masyarakat, nilai-nilai dan adat-istiadat masyarakat (urf), dan hasil
pemikiran muslim (ijtihad).
Bab III
Anak didik, pendidikan dan aspek pendidikan islam yang menjelaskan didalamnya
defenisi Peserta didik yang berarti adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Pendidik dalam
perspektif islam, Pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Aspek aspek pendidikan islam terbagi atas pendidikan keimanan, pendidikan akhlak,
pendidikan intelektual dalam islam, dan pendidikan sosial dalam islam.
Bab IV
Pada mulanya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olahraga, yang berasal dari
bahasa latin. Secara istilah, kurikulum berarti a running course or race course especially a
chariot race curse (Nasution,1988:9). Pada bab ini terdapat defenisi kurikulum yang
banyak dipaparkan. Dan didalam bab ini terdapat Peranan dan fungsi kurikulum yang
dijelaskan secara detail dalam isi bab ini terdapat Peranan konservatif, Peranan kreatif,
Peranan kritis dan penilaian. Dan juga terdapat fungsi kurikulum yang telah dikemukakan
dalam isi buku yaitu Fungsi penyesuaian, Fungsi keterpaduan, Fungsi perbedaan, Fungsi
persiapan, Fungsi pemilihan dan Fungsi diagnostic.
Bab V
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang berfungsi mendukung tercapainya
tujuan pendidik. Secara sederhana alat pendidikan dipahami bahwa alat yang terkait
dengan perlengkapan dalam pelaksanaan pendidikan. Disekolah misalnya, alat yang
berupa buku teks, alat praga, alat klasikal diantaranya white board,papan tulis dan kapur
tulis. Orang yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan islam adalah orang tua dan
guru. Keberadaan guru adalah berperan sebagai manajer dalam pengorganisasian didalam
kelas. Dengan demikian guru bertanggung jawab pembelajaran didalam kelas.

Bab VI
Pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sebagai suatu proses, tidak hanya
berlangsung pada suatu saat, melainkan harus berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan. Dari sinilah kemudian muncul istilah pendidikan seumur hidup (life
long education), dan ada juga yang menyebutkan dengan pendidikan terus-menerus
(continuing education). (Ramayulis, 2004:255).
Pendidikan prantal (Tarbiyah Qabil Al-Wiladah) : Masa Pra Konsepsi dan Masa
Pasca Konsepsi. Pendidikan pasca natal (Tarbiyah Ba’da Al-wiladah) : Pendidikan bayi,
Pendidikan Kanak-kanak, Pendidikan anak-anak, Pendidikan remaja dan Pendidikan
dewasa.
Bab VII
Eksistensi keluarga, keluarga adalah salah satu unit sosial yang sangat menentukan
masa depan anak. Karena dalam keluarga, setiap anak pertama kali mendapat
perlindungan, perhatian, bimbingan dan pendidikan yang mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya. Keluarga adalah suatu struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam
keluarga mempunyai ikatan baik karena hubungan darah maupun karena pernikahan yang
menyebabkan adanya rasa saling harap yang sesuai dengan ajaran islam, memiliki
kekuatan hukum dan memiliki ikatan bathin (Al-Ati,1984:29).
BUKU KEDUA
BAB I : PERKEMBANGAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h.1)
Perkembangan pendidikan dewasa ini mengalami krisis, disebabkan ada dua
orientasi yang berbeda yakni pendidikan umum dan pendidikan islam. Namun dalam
islam universal dan tidak mengenal dikonomi ilmu pengetahuan. Dalam situasi kritis
para ilmuwan islam terus mencari solusi dari problematika pendidikan. Salah satu
usahanya ialah lahirnya Konsep pendidikan Pendidikan Islam yang mandiri, dengan
harapan mampu melahirkan konsep yang ideal dan realistic serta dapat memenuhi
kebutuhan sesuai dengan tuntutan zaman dalam dunia pendidikan Islam.

B. Perkembangan Ilmu Pendidikan Islam. (h.2-5)


Sebenarnya sejak adanya Fakultas Tarbiyah IAIN Pendidikan Islam sudah
dijadikan salah satu bahan kajian, namun pengembangan serius terhadap Ilmu
Pendidikan Islam baru dijadikan Mata Kuliah dalam kurikulum Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidik sejak Bulan Oktober 1993 setelah diadakan Musyawarah Nasional
Ilmu Pendidikan Islam di Ciawi Bogor dmulaiian Agama Islam. Kemudian pada
Tahun 1995 munculah Jurusan Kependidikan Islam (KI) lengkap dengan silabusnya.
Menurut Ahmad Tafsir pengembangan Ilmu Pendidikan Islam mulai serius
dikembangan sejak Oktober 1993, bahkan sepanjang tahun 1994 – 1996 banyak sekali
dilakukan seminar nasional yang membicarakan Ilmu Pendidikan Islam. Hasilnya
dapat tersusun sebuak buku yang diproduk oleh Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam
(ASPI) yang membicarakan landasan filosofis, paradigm, metodologi, model
penelitian dan peta penelitian. Kesemuanya itu digunakan dalam pengembangan Ilmu
Pendidikan Islam. (Priatna 2004:39).
Perkembangan Ilmu Pendidikan Islam Menurut Nung Muhajir adalah filsafat yang
digunakan haruslah filsafat yang mengakui secara ekplisit kebenaran etik yang
diwujudkan berupa nilai. Karena filsafat seperti ini memuat idalisme, realism,
khususnya realism metafisik (Tafsir 1994:23). Disamping itu perlu ada paradigm yang
dapat digunakan dengan cara mengambil teori yang ada lantas dikonultasikan kepada
wahyu Tuhan , atau diistilahkan dengan “Induksi konsultasi” (Tafsir 1994:24-25).
Cara Islamisasi Ilmu Pendidikan Barat dengan menggunakan realism-metafisik dan
paradigm induksi konsultasi dengan memilih tiga cara yaitu :
1. Merevisi teori yang sudah ada.
Mengganti teori lama yang dianggap tidak lagi sesuai dengan kondisi sekarang
dengan teori baru.
2. Membuat teori baru.
Ada dua cara pengembangan Ilmu pendidikan Islam yakni : Cara deduksi, dan
Cara induksi-konsultasi.

C. Pengertian dan Batasan Ilmu Pendidikan Islam. (h.5-7)


Ilmu pendidikan islam merupakan ilmu pengetahuan praktis; ilmu pengetahuan
rohani. Batasan ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang mengkaji pandangan islam
tentang pendidikan dengan menafsirkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
islam dan mengkomunikasikan secara timbale balik dengan fenomena sosial dalam
situasi pendidikan kontemporer.
D. Tujuan Mempelajari Ilmu Pendidikan Islam (h.7)
Tujuan mempelajari Ilmu Pendidikan Islam antara lain :
1. Untuk mengetahui problema-problema dan isu-isu baru komponen.
2. Untuk merekontruksi Sistem Pendidikan Islam dengan paradigm baru yang
sesuai dengan ajaran Islam.
3. Untuk merefleksikan pertautan nilai-nilai transcendental Ilahi dengan realitas
kependidikan.
4. Untuk mencerahkan situasi Ilmu Pendidikan Islam

E. Urgensi Ilmu Pendidikan Islam (h.8)


Urgensi Ilmu Pendidikan Islam antara lain :
1. Sebagai usaha untuk membentuk pribadi manusia.
2. Merupakan proses ikhtiar secara paedagogis untuk mengembangkan hidup
anak didik ke arah kedewasaan/ kematangan.
3. Mempunyai arti fungsional dan actual dalam diri manusia untuk
tercapainya tujuan hidup bahagia dunia dan akhirat.

F. Fungsi Ilmu Pendidikan Islam (h.9).


Ilmu Pendidikan Islam mempunyai fungsi, yaitu :
1. Ingin melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan islam agar
menjadi kenyataan.
2. Memberikan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala
aspeknya bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam.
3. Menjadi pengoreksi kekurangan teori-teori ilmu Pendidikan Islam
BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h.11-15)
Islam sebagai agama menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat
vital. Pernyataan ini didukung dengan lima ayat pertama yang diwahyukan Allah
SWT dalam Surat Al ‘laq. Hal ini diakui Malik Fajar bahwa hubungan Islam
dengan pendidikan bagaikan dua keping mata sisi uang artinya, Islam dan
pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar, baik secara
ontologism, efistimonologi maupun aksiologi (Fajar 1999:27).
B. Pengertian Pendidikan Islam. (h.15-24)
Ada tiga istilah yang umum yang digunakan dalam Pendidikan Islam
yakni, al-t’lim, al-tarbiyah dan al-ta’dib. Ketiga makna tersebut mempunyai
pengertian tersendiri dalam pendidik.
Terma al-tarbiyah, sangat luas cakupannya meliputi semua aspek
pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, baik dari aspek jasmani
maupun rohani, secara harmonis dan integral. Sehingga esesnsi tarbiyah
mengandung makna yaitu proses aktualisasi sesuatu yang dilakukan secara
bertahap dan terencana sampai pada batas kesempurnaan (kedewasaan).
Terma ta’lim digunakan oleh Abdul Fatah Jalal menjelaskan bahwa ta’lim
secara implicit juga menanamkan aspek afektif, karena pengetian ta’lim sangat
ditekankan pada prilaku yang baik (Nizar 2001:86).
Ibnu Mansur dalam bukunya Lisan al ‘arab Juz 9, mengemukakan bahwa
ta’lim adalah pengajaran yang bersifat pemberian, penyampaian, pengertian,
pengetahuan serta keterampilan. Penunjukan kata ta’lim pendidikan sesuai dengan
Firman Allah QS. Albaqoroh: 31.
C. Sumber dan Dasar pendidikan Islam. (h.24-38)
Kata Dasar dalam Bahasa (Arab; Asas, Inggris; foundation, Perancis,
Latin; fundamentum). Secara etimologi berarti; alas, fundamen, pokok atau
pangkal sesuatu pendapat, ajaran, aturan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pendidikan
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1991:211).
Secara terminologi dasar mengandung arti sebagai sumber adanya sesuatu dan
proposisi paling umum dan makna yang paling luas yang dijadikan sumber ilmu
pengetahuan, ajaran, atau hukum. (Aly 1999:19-30).
D. Tujuan Pendidikan Islam. (h. 39-45)
Tujuan pendidikan Islam tidak lepas kaitannya dengan eksistensi hidup
manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi ini. Menurut Abdurrahman an-
Nawawi ada empat tujuan umumnya yaitu :
1. Pendidikan akal dan persiapan pikiran.
2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak didik.
3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik
mereka sebaik-baiknya.
4. Berusaha untuk menyeimbangkan segala kekuatan dan kesedian-kesediaan
manusia (Asyaf 1986:418-419).

E. Fungsi Pendidikan Islam. (h.45-49)


Dengan demikian fungsi pendidikan Islam dapat mengembangkan dan
mengarahkan manusia agar mampu mengembangkan amanah dari Allah, yakni
menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi ini, baik sebagai hamba Allah
yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan maupun sebagai khalifah Allah
di muka bumi ini. Yang menyangkut tugas kholifah terhadap diri sendiri, rumah
tangga, masyarakat serta alam sekitarnya (Muhaimin 2002:24).

BAB III
GURU DAN SERTIFIKASI
A. Pendahuluan. (h.61-63)
Guru adalah actor utama dalam praksis pendidikan. Guru adalah salah satu
komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas dan
kualifikasi guru dalam proses belajar mengajar, hal ini terjadi pada pendidikan
dasar hingga pendidikan tinggi. Dalam menghadapi persaingan globalisasi, guru
dituntut bersaing dengan pekerja professional lainnya.
Problematika yang dihadapi pendidikan Islam saat ini adalah masih
banyaknya para guru yang mengajar di sekolah-sekolah tidak berdasarkan pada
kualifikasi dan kompetensi dasar, atau bidang keahlian pada mata pelajaran yang
diajarkan, karena dalam proses pembelajaran mereka hanya menekankan pada
materi pelajaran sementara teknik dan metode mengajar cenderung diabaikan,
sehingga akhirnya kegiatan belajar mengajar menjadi vakum dan monoton
sehingga guru kehabisan bahan materi pelajaran dan siswa tidak memiliki
kemampuan atau keterampilan yang sangat diharapkan.

B. Guru dalam Pandangan Pendidikan Islam. (h.63-65)


Guru dalam literatur kependidikan Islam biasa disebut sebagai ustadz,
mu’alim, murabby, mursyid, mudarris dan mu’addib (Muhaimin 2003:209). Dari
hasil telaahan terhadap istilah-istilah dan makna guru ditemukan bahwa guru
adalah orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai komitmen terhadap profeisonalitas, yakni melekat pada dirinya
sikap dedikatif.
2. Mempunyai komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta
sikap continuous improvement.
3. Mengusai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinya
dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan prktisnya, atau sekaligus
melakukan transfer ilmu
4. pengetahuan, internalisasi serta amaliah(implementasi).

C. Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar. (h.65-72)


Tugas pokok seorang guru adalah mengajar dan mendidik. Mengajar
mengacu pada pemberian pengetahuan dan melatih keterampilan dalam melakukan
sesuatu sedangkan mendidik mengacu pada upaya membina kepribadian dan
karakter anak didik dengan nilai-nilai tertentu, sehingga nilai-nilai tersebut
mewarnai kehidupannya dalam bentuk prilaku dan pola hidup sebagai manusia
yang berakhlak, tindakan dan fungsi seorang guru yang harus dilakukan sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan bahan yang mau diajarkan.
2. Mempersiapkan alat-alat peraga/ praktikum yang akan digunakan.
3. Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar.
4. Mempelajari keteladanan siswa, mengetahi kelemahan dan kelebihan siswa.
5. Mempelajari pengetahuan awal siswa Selama Proses Pembelajaran dan
lainnya.
BAB IV
KURIKULUM ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h. 83-84)
Kurikulum merupakan inti dari sekolah yang ditawarkan pada public, dengan
dukungan sember daya manusianya. Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk
mencapai pendidikannya, dalam kaitannya sebagai alat untuk mencapai tujuan, maka
kurikulum harus memiliki dua sifat, yaitu anticipatory dan refortorial. Hal ini berarti
kurikulum harus dapat meramalkan kejadian di masa mendatang. Bahkan kurikulum
boleh dikata sebagai jantungnya pendidikan, karena dengan kurikulum sekolah dapat
menggambarkan dan merumuskan kualifikasi dan kompetensi outcome dari program
pendidikannya, dan dengan kurikulum pulalah, sekolah merancang upaya-upaya untuk
mencapai kompetensi.
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam. (h. 84-89)
Kurikulum dalam pendidikan Islam di kenal dengan kata “Manhaj” yang berarti
jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik (Nasution
1993:9).
Kurikulum mempunyai empat unsur atau aspek utama, yaitu :
1. Tujuan dan obyektif yang ingin dicapai oleh pendidikan.
2. Pengetahuan dan Informasi, data. Aktivitas, dan pengalaman yang membentuk
kurikulum itu.
3. Metode atau cara mengajar yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan dan
mendorong murid belajar dan membawa mereka kea rah yang dikehendaki oleh
kurikulum.
4. Metode atau cara mengajar yang digunakan dalam mengukur dan
menilaikurikulum serta hasil pembelajaran pendidikan yang dirancang dalam
kurikulum (Langulung : 241)

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. (h. 90-95)


Prinsip-prinsip yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam menurut
Al-Syaibany adalah :
1. Pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-nialainya.
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan
kurikulum.
3. Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum.
4. Berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan peserta
didik.
5. Pemeliharaan perbedaan-perbedaan individu diantara peserta didik dalam bakat-
bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan, dan masalah-
maslahnya.
6. Prinsip perkembangan dan perubahan.
7. Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang
terkandung dalam kurikulum.

BAB V
METODE PEMBELAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h. 105-106)
Model pembelajaran yang semakin berkembang di abad 21 ini, khususnya di
Indonesia dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi, maka beragam model
pembelajaran yang diaplikasikan oleh guru sebuah keniscayaan. Hal ini bertujuan
untuk mempercepat penguasaan kompetensi oleh peserta didik setelah mempelajari
suatu mata pelajaran. Untuk itu diperlukan berbagai model pembelajaran yang
memberikan kontribusi penting bagi kurikulum berbasis kompetensi.

B. Pengertian Metode Pembelajaran. (h. 106-110)


Metologi berasal dari Bahasa Yunani; Metha (dibalik atau dibelakang). Hodos
berarti melalui, melewati atau berarti jalan. Cara atau (thariqoh, arab) dan logos yang
berarti ilmu atau science, sedang metodologi berarti ilmu mengenai berbagai cara atau
jalan yang ditempuh untuk sampai ke tujuan. Pembelajaran berasal dari kata
instruction (dalam Bahasa Yunani in tructus, intrucre) yang berarti menyampaikan
pikiran. Jadi arti Intructional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah
secara bermakna melalui pembelajaran.
Maka metode pembelajaran berarti berbagai cara atau seperangkat cara atau jalan
yang dilakukan, ditempuh guru secara sistematis melakukan upaya pembelajaran
yang telah diolah sehingga menjadi milik peserta didik. Metode pembelajaran
diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan yang mengarahkan
perkembangan seseorang, khususnya proses belajar mengajar.
C. Manfaat Metode Pembelajaran. (h. 110-111)
Manfaat metodologi pembelajaran bagi guru yaitu :
Membahas tentang berbagai prinsip dan teknik-teknik serta pendekatan pengajaran
yang digunakan, maka dengan mempelajari metodologi pembelajaran seorang guru
dapat memilih metode mana yang layak untuk dipakai dalam proses belajar mengajar.
Dapat mengetahu dan mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan metode-
metode pembelajaran tersebut. Dengan banyaknya materi dan terbatasnya waktu
untuk menyampaikan materi, maka seorang pendidik dapat merancang dan
mendesain pengajaran.
Dengan mengetahui metodologi pembelajaran, maka seorang guru dapat
memberikan kontribusi pengetahuan kepada peserta didik sebagai calaon guru atau
pendidik.

BAB VI
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Evaluasi. (H. 121-122)
Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evalution; dalam
bahasa Arab : al-Tadir, dalam bahasa Indonesia: penilaian. Sedangkan akar
katanya yaitu : value dalam bahasa Arab al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti
nilai. Secara Harfiyah evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai
penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Adapun menurut Istilah bahwa evaluasi
pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat
diketahui mutu dan hasil-hasilnya (Sudijono 2006:1).
Untuk evaluasi pendidikan Islam Zuhairini dkk (1981:139) mengemukakan
yaitu suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam
pendidikan Islam.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam. (h. 122-124)
M. Athiyah al-abrasyi menyebutkan tujuan evalusi pendidikan yang dikutip
oleh Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir (2006:211) adalah untuk mengetahui
kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih kebaranian dan
mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan , dan
mengetahui tingkat perubahan prilakunya.
C. Prinsip-prinsip Evaluasi. (124-125)
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila
dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu :
Prinsip Keseluruhan (al-Kalam, al-Tamam). Prinsip Kesinambungan
(Istimrar), Prinsip Objektivitas (Maudlu’yyah) (Sudijono 2006 dan Mujib dan
Mudzakkir 2000:213)
D. Sasaran Evaluasi. (h. 125-126)
Menurut A Thabrani ada tiga sasaran pokok dalam evaluasi, yaitu : Segi
Tingkah Laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian,
keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar mengajar Segi Pendidikan,
artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar
mengajar. Segi-segi yang menyangkut proses belajar mengajar dan mengajar itu
sendiri, yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberikan penilaian secara
obyektif dari guru. Seab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan
baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid (2000: 218)
BAB III
PERBANDINGAN

1. BUKU UTAMA
Kelebihan Buku:
1. Pembahasan yang disampaikan pada buku mudah dipahami.
2. Kelengkapan isi beruntut atau nyambung.
3. Menggunakan kata-kata yang ringan dan mudah dipahami secara tatak
letak atau penyusunan.
4. Pembahasannya diulas secara mendalam.
Kekurangan Buku:
Perlu di sertakan gambar atau animasi dalam menghidupakan suasana
pendidikan itu

1. BUKU KEDUA
Kelebihan Buku:
1. Buku ini sagat bagus karena dapat menambah pengetahuan tentang
bagaimana hakikat pendidikan menurut islam
2. Bahasanya komunikatif
3. Tulisannya rapi dan teratur

Kekurangan Buku:
1. Tata bahasanya masih kurang diperhatikan
2. Bahasa yang terlalu komunikatif jadi agak sulit untuk dipahami
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Pendidikan Islam yang telah dijadikan disiplin ilmu di lingkungan
perguruang Tinggi Islam pada khususnya, dan dalam lingkungan ilmu pengetahuan
pendidikan pada umumnya, masih berada dalam tahap permulaan perkembangan.
Ilmu Pendidikan Islam masih terbuka kepada pemikiran-pemikiran kreatif analitis
para ilmuwan muslim untuk penyempurnaannya lebih lanjut sepanjang pemikiran-
pemikiran tersebyt sejalan atau sejiwa dengan tuntutan nilai Islami yang
terkandung di dalam sumber pokoknya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sebagai disiplin ilmu, Pendidikan Islam mengandung potensi ideal yang
dapat dikembangkan kepada dua arah yaitu menjadi ilmu yang teoritis dan ilmu
yang praktis. Khususnya dalam perkembangan ilmu pendidikan, pemikiran teoritis
yang berlandaskan pada konsepsi, hipotesa dan asumsi yang bernilai pedegogis
mendapatkan tempat yang luas. Krena Ilmu Pendidikan Islam tidak bersikap
kaku terhadap pemikiran-pemikiran baru dari manapun datangnya, baik pemikiran
yang aspiratif dari kedua sumber pokoknya maupun dari ide-ide yang non Islami
yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pandangan dari kedua sumber
pokok tersebut.
Berkaitan antara ilmu pendidikan teoritis dengan yang praktis nampak jelas
dalam proses oprasionalisasi kependidikan Islam. Ilmu pendidikan Islam teoritis
dan praktis saling mengembangkan sehingga teori-teori kependidikan yang
ditetapkan oleh para ilmuawan pendidikan Islam baru memiliki validitasnya jika
telah teruji kebenarannya dalam praktek (pengalaman ).
Demikianlah seterusnya sehingga terjadi siklus yang berkesinambungan
dalam proses perkembangannya. Siklus yang demikian itulah yang
menjadikan Ilmu Pendidikan Islam tidak akan mengalami stagnasi perkembangan,
yang sekaligus menjadi ciri khas dari dinamika ilmu pengetahuan yang akademis.

B. Saran
Setelah meriview kedua CBR ini maka penulis dapat memberikan saran
bahwa kedua penelitian ini hendaknya dilanjuti oleh penelitian agar hasil yang di
dapatkan akan konkrit.

Anda mungkin juga menyukai