Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 14

Volume 06 No. 01, Januari - Juni 2021


p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X

Pemikiran Syed Muhammad. Naquib Al-Attas Terhadap Pendidikan di Era


Modern

Syed Muhammad's thoughts. Naquib Al-Attas on Education in the Modern

Rafiyanti Paramitha Nanu


rafiyantinanu@gmail.com | Universitas Sunan Kalijaga

Abstrak

Pemikiran pendidikan menurut Muhammad Naquib al-Attas. Pemikiran Naquib


cukup unik sebab selain dilandaskannya pada nilai-nilai yang terkandung dalam
Islam, ia juga melakukan analisis bahasa dalam memahami perkembangan
pendidikan Islam. Konsep pendidikan islam tidak pernah berhenti untuk di
bicarakan, bahkan juga bukan suatu bahasan yang kuno untuk di perbincangkan,
mengingat zaman semakin berkembang dan selalu berubah di tambah lagi dengan
arus modern yang condong pada paham liberal dan sekuler, sehingga pemikiran
para ilmuwan perlu dikaitkan dengan konsep pendidikan hari ini. Syed Naquib Al-
Attas adalah ilmuwan muslim Indonesia yang pemikirannya memberikan kontribusi
besar dalam pendidikan islam. Naquib Al-Attas bila dilacak silsilah keluarganya
masih sampai kepada Hussein, cucu Nabi Muhammad saw. Ada tiga term dalam
pendidikan dalam pandangan Naquib, yaitu tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Namun,
pemikiran Naquib Al-Attas tentang pendidikan islam identik dengan ta’dib, karena
didalam ta’dib menurut Naquib bermaka adannya suatu pengajaran, pengetahuan,
dan pendidikan dengan merumuskan kurikulum pendidikan islam yang
menggambarkan adab manusia dan hakikatnya. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui konsep pendidikan islam dan pemikiran pendidikan islam
yang di gagas oleh Naquib Al-Attas. Penelitian ini menggunakan metode
kepustakaan (library research) dan studi analisis dengan tujuan untuk mengetahui
pemikiran Naquib Al-Attas (sketsa biografinya, konsep pemikiran pendidikan
islam).

Kata Kunci: Pemikiran Pendidikan, M. Naquib Al-Attas


Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 15

Abstrak

Educational thinking according to Muhammad Naquib al-Attas. Naquib's thinking


is quite unique because in addition to being based on the values contained in Islam,
he also conducts language analysis in understanding the development of Islamic
education. The concept of Islamic education never ceases to be talked about, nor is
it even an old-fashioned topic for discussion, given the times are increasingly
evolving and always changing plus the modern currents leaning towards liberal and
secular understandings, so the minds of scientists need to be linked to the concept
education today. Syed Naquib Al-Attas is an Indonesian Muslim scientist whose
thoughts contribute greatly to Islamic education. Naquib Al-Attas when traced his
family tree still reaches Hussein, grandson of the Prophet Muhammad PBUH.
There are three terms in education in Naquib's view, namely tarbiyah, ta'lim, and
ta'dib. However, Naquib Al-Attas's thinking about Islamic education is identical to
ta'dib, because in ta'dib according to Naquib means there is a teaching, knowledge,
and education by formulating an Islamic education curriculum that describes
humanity and its nature. The purpose of this research is to find out the concept of
Islamic education and Islamic education thought which was initiated by Naquib Al-
Attas. This research uses the method of library (library research) and analysis
studies with the aim to find out the thoughts of Naquib Al-Attas (biographical
sketches, Islamic educational thought concepts).

Keywords: Educational Thought, M. Naquib Al-Attas

PENDAHULUAN yang selalu dinamis, agar peserta


didik tidak hanya berorientasi pada

P
endidikan merupakan
kebahagiaan hidup setelah mati,
bagian penting dalam
tetapi juga kebahagiaan hidup di
kehidupan manusia.
dunia ini.
Pendidikan Islam dengan berbagai
Pendidikan islam memang selalu
coraknya berorientasi memberikan
menarik untuk di bicarakan dan di kaji,
bekal kepada manusia untuk
walaupun tema tersebut sebenarnya
mencapai kebahagiaan dunia dan
telah banyak diangkat dan di kaji oleh
akhirat. Oleh karena itu, semestinya
beberapa tokoh pemikir pendidikan
pendidikan Islam selalu
islam. Pendidikan islam banyak
diperbaharui dalam rangka
mengalami berbagai pergeseran makna
merespon perkembangan zaman
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 16

yang sesuai dengan konteks perubahan yang ada ke dalam konteks pergumulan
masyarakat dan zaman. pemikiran sekarang yang jauh lebih
Syed Muhammad Naquib Al- dialektik.
Attas menganaslisis bahwa yang Pendidikan Islam tentunya
menjadi penyebab kemunduran kaum banyak mengalami pergeseran makna
muslimin adalah bersumber dari yang sesuai dengan perubahan suatu
kelalaian mereka dalam merumuskan konteks kemasyarakatan dan zaman.
dan mengembangkan rencana Bahkan Syed Muhammad Naquib al-
pendidikan yang sistematis berdasarkan Attas menganalisis bahwa yang menjadi
prinsip-prinsip islam secara penyebab kemunduran dan degenerasi
terkordinasikan dan juga terpadu. kaum muslimin justru bersumber dari
Kajian tentang konsep kelalaian mereka dalam merumuskan
pendidikan Islam memang menarik dan mengembangkan rencana
didiskusikan dan dibahas secara pendidikan yang sistematis berdasarkan
mendalam, walaupun hal itu beberapa prinsip-prinsip Islam secara
kali telah diangkat menjadi tema kajian terkoordinasikan dan terpadu (Al-Attas,
oleh beberapa tokoh pemikir. Di 1981)
hadapan dunia akademis, tema-tema Oleh karenanya para pemikir
seperti itu terkesan sudah “sangat pendidikan islam memiliki beragam
sering”, namun dinamika pemikiran pendapat mengenai pendidikan islam
intelektual selalu tidak pernah puas dan sesuai dengan latar belakang di
final akan kajian yang serupa. milikinya itu. Naquib Al-Attas
Memusatkan seputar kajian konsep merupakan pemikir kontemporer yang
pendidikan Islam dan Islamisasi pemikirannya relevan dengan keadaan
pengetahuan dilatar belakangi oleh rasa saat ini tentang apa yang di maksud
keingintahuan akan sebuah pemahaman dengan pendidikan islam, di karenakan
yang relatif komprehensif, mendalam, pendidikan islam telah mengalami
kontemplatif serta berusaha pergeseran makna sehingga di perlukan
mengelaborasi pemikiran-pemikiran penyegaran kembali. Dengan demikian,
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 17

dalam makalah kali ini akan kita bahas 3. Sumber Data


seperti apa konsep pendidikan islam Dalam penelitian ini data
yang digagas oleh Naquib A-Attas. primer yang digunakan adalah data
yang bersumber dari buku-buku
METODE PENELITIAN
karangan Syed Muhammad naquib
1. Jenis Penelitian
al-Attas seperti: The Concept of
Jenis penelitian yang
Education in Islam: A Framework
digunakan dalam penelitian ini
for an Islamic Philosophy of
merupakan penelitian kepustakaan
Education, Islam and Secularism,
(library research) dengan metode
Islam and the Philosophy of
penelitian kualitatif yang bersifat
Science, Aims and Objectives of
deskriptif dalam usaha untuk
Islamic Education.
mengungkap suatu masalah atau
4. Teknik Pengumpulan data
peristiwa sebagaimana adanya.
Adapun teknik pengumpulan
2. Pendekatan Penelitian data dalam penelitian ini
Pendekatan yang dipakai dalam menggunakan metode dokumentasi.
penelitian ini menggunakan Maksudnya adalah pengumpulan
pendekatan pragmatik, yaitu data dengan melihat dan
pendekatan yang memandang karya menyeleksi dokumen-dokumen
sastra sebagai sarana untuk yang dibuat oleh subjek penelitian
menyampaikan tujuan tertentu atau orang lain (Herdiansyah, 2010)
kepada pembaca. Tujuan tersebut Mendokumentasikan data dari
dapat berupa politik, pendidikan, berbagai literatur mulai dari buku-
agama maupun tujuan lain. Pada buku karangan Syed Muhammad
tahap tertentu pendekatan naquib al-Attas, artikel, makalah,
pragmatik memiliki hubungan yang jurnal, internet dan hasil-hasil
cukup dekat dengan sosiologi, yaitu penelitian yang berkaitan dengan
dalam pembicaraan mengenai objek penelitian yang dapat
masyarakat pembaca.
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 18

memberikan informasi terhadap keselarasan satu sama lain.


penelitian ini. Keselarasan ini disandarkan
5. Teknik Analisis Data kepada pendapat tokoh lain,
Teknik analisis data yang terhadap tema dan pemikiran
digunakan ialah content analysis yang dikemukakan tokoh
(analisis isi), di mana pernah (Zubair, 1990)
dijelaskan oleh Weber, content
HASIL DAN PEMBAHASAN
analysis adalah suatu metodologi
1. Konsep Pendidikan Islam Naquib
penelitian yang memanfaatkan
Al-Attas
seperangkat prosedur untuk
Menurut Syed Muhammad Naquib
menarik kesimpulan yang sahih dari
al-Attas, pendidikan khas Islam
sebuah buku atau dokumen. (Robert
merupakan pengenalan dan pengakuan,
Philip Weber, 1986) Selanjutnya
yang secara berangsur-angsur
data diolah dengan langkah-langkah
ditanamkan di dalam diri manusia,
analisis sebagai berikut:
mengenai tempat-tempat yang tepat dari
a. Deskripsi, yaitu menguraikan
segala sesuatu ke dalam tatanan
secara teratur uraian konsep
penciptaan sedemikian rupa sehingga
tokoh (sudarto, 2002)
membimbing ke arah pengenalan dan
b. Interpretasi, yaitu memahami
pengakuan akan kedudukan Tuhan yang
pemikiran tokoh yang diteliti
tepat dalam tatanan wujud dan
untuk kemudian diketengahkan
kepribadian (Al-Attas S. M., 1994)
dengan pendapat tokoh lain
Ringkasnya pendidikan adalah suatu
sesuai dengan tema yang sama
proses penanaman pengenalan dan
sebagai sebuah perbandingan
pengakuan ke dalam diri manusia dalam
c. Koherensi intern, yaitu
rangka membimbing manusia kepada
memberikan interpretasi dari
pengenalan dan pengakuan akan
pemikiran tokoh tersebut,
kedudukan Tuhan. Artinya di sini Syed
konsep-konsep dan aspek-aspek
Muhammad Naquib al-Attas memaknai
pemikirannya dilihat menurut
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 19

konsep pendidikan secara substantif tidak cukup representatif untuk


mengarahkan manusia untuk mengakui pendidikan tetap telah berlaku salah
akan Tuhannya. Dengan demikian kaprah. Kata ta’dib lebih tepat untuk
pendidikan yang baik adalah pendidikan pendidikan dan proses pendidikan, sebab
yang seharusnya menjadikan manusia ta’dib lebih luas cakupannya, meliputi
kembali kepada Tuhannya dalam segala unsur pengetahuan (ilm-ma’arif),
aktivitas kehidupannya. pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan
Konsep kunci dalam pendidikan, (tarbiyah).
menurut al-Attas adalah ta’dib. Kata Istilah tarbiyah yang berlaku selama
ta’dib yang berakar dari kata adab ini harus diuji secara kritis, pernyataan
berarti pembinaan yang khas berlaku yang membela relevansi istilah tarbiyah
pada manusia. Adab ialah disiplin tubuh, untuk pendidikan dengan mengutip Q.S.
jiwa dan ruh, disiplin yang menegaskan al-Isra’ ayat 24, menurut al-Attas kurang
pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat. Kata rabba dalam ayat tersebut
tepat dalam hubungannya dengan tidak berarti pendidikan, tetapi kasih
kemampuan dan potensi jasmaniah, sayang. Ia tetap menempatkan ta’dib
intelektual dan rohaniah; pengenalan untuk pendidikan dan proses pendidikan,
dan pengakuan akan kenyataan bahwa menurutnya pendidikan ialah peresapan
ilmu dan wujud ditata secara hierarkis dan penanaman adab pada manusia yang
sesuai dengan berbagai tingkat (maratib) mana prosesnya disebut ta’dib
dan derajatnya (darajat) (Al-Attas S. M., Alasan al-Attas cenderung
1994) lebih memakai ta’dib daripada
Bagi Syed Muhammad Naquib al- istilah tarbiyah maupun ta’lim
Attas, sebagaimana pandangannya adalah karena adab berkaitan erat
tentang pentingnya bahasa, kesalahan dengan ilmu. Ilmu tidak bisa
semantik dalam memahami konsep diajarkan dan ditularkan kepada
pendidikan dan proses pendidikan anak didik kecuali orang tersebut
mengakibatkan kesalahan isi, maksud memiliki adab yang tepat terhadap
dan tujuan pendidikan. Istilah tarbiyah ilmu pengetahuan dan berbagai
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 20

bidang. Sementara bila dicermati daripada pengetahuan (ilmu),


lebih mendalam, jika konsep sedangkan dalam konsep ta’dib
pendidikan Islam hanya terbatas lebih ditonjolkan pada pengetahuan
pada tarbiyah atau ta’lim ini, telah (ilm) daripada kasih sayang
dirasuki oleh pandangan hidup (rahmah). Secara konseptualnya,
Barat yang melandaskan nilai-nilai ta’dib telah meliputi unsur-unsur
dualisme, sekulerisme, humanisme pengetahuan (ilm), pengajaran
dan sofisme sehingga nilai-nilai (ta’lim) dan pengetahuan yang baik
adab semakin menjadi kabur dan (tarbiyah), sehingga tidak perlu
semakin jauh dari nilai-nilai hikmah digunakan istilah tarbiyah, ta’lim,
Ilahiyah. Kekaburan makna adab atau ta’dib secara sendiri-sendiri
atau kehancuran adab itu, menjadi untuk menyebut konsep pendidikan
sebab utama dari kezaliman, Islam. Karena itu, ta’dib merupakan
kebodohan dan kegilaan. Hal istilah yang paling tepat dan cermat
senada dengan apa yang untuk menunjukkan pendidikan
dikemukakan oleh Abdurrahman dalam arti Islam (Al-Attas S. M.,
an-Nahlawi bahwa konsep 1994)
pendidikan Barat yang cenderung 2. Tujuan Pendidikan Islam
didasarkan pada paham sekuler Jika kita berbicara tentang tujuan
memisahkan dimensi agamis dalam pendidikan, maka tidak bisa dilepaskan
tatanannya sehingga pada dari pembahasan tentang manusia,
praktiknya konsep pendidikan Barat sebab pada hakikatnya yang menjadi
adalah suatu upaya pemberian objek dan sekaligus subjek dalam
kebebasan mutlak untuk pendidikan adalah manusia itu sendiri.
mempertinggi Inti persoalan yang Namun dalam hal ini, penulis tidak akan
membedakan antara tarbiyah dan membahas konsep Al-Attas tentang
ta’dib adalah bahwa dalam konsep manusia secara detail. Sebelum
tarbiyah secara kualitatif lebih mengarah pada tujuan pendidikan islam,
ditonjolkan kasih sayang (rahmah) perlu kita singgung terlebih dahulu
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 21

konsep tujuan pendidikan, yaitu proses Tujuan pendidikan Islam


atau usaha pendidikan untuk bukanlah membina dan
mencapainya baik pada tingkah laku mengembangkan warga negara yang
individu dan kehidupan pribadinya sempurna sebagaimana ditekankan oleh
ataupun dalam masyarakat dan alam pemikir-pemikir Barat, seperti Plato,
sekitarnnya. melainkan lebih penting dari itu, adalah
Seharusnya tujuan pendidikan membina manusia yang sempurna, dan
dalam Islam dapat diarahkan untuk pada tujuan inilah pendidikan itu
membentuk dan menghasilkan manusia- seharusnya diarahkan. Namun Syed
manusia yang baik (Al-Attas S. M., Ains Muhammad Naquib al-Attas juga
and Objective Of Islamic Educations, mengatakan bahwa Islam pun bisa
1997) Lebih jauh menurut al-Attas menerima ide pembentukan warga
bahwa tujuan mencari ilmu adalah untuk negara yang baik sebagai tujuan
menanamkan kebaikan ataupun keadilan pendidikan (yang dimaksud warga
dalam diri manusia sebagai seorang negara adalah warga negara kerajaan
manusia dan individu, bukan hanya Tuhan), yang memungkinkannya
sebagai seorang warga negara ataupun menjadi manusia yang baik. Menurut
anggota masyarakat, yang perlu Syed Muhammad Naquib al-Attas
ditekankan (dalam pendidikan) adalah perhatian penuh terhadap individu
nilai manusia sebagai manusia sejati, merupakan sesuatu yang sangat penting
sebagai warga kota, sebagai warga sebab tujuan tertinggi dan perhatian
negara dalam kerajaannya yang mikro, terakhir etika dalam perspektif Islam
sebagai sesuatu yang bersifat spiritual, adalah individu itu sendiri. Karena
dengan demikian yang ditekankan itu posisinya sebagai agen moral, menurut
bukanlah nilai manusia sebagai entitas Islam, manusialah yang kelak akan
fisik yang diukur dalam konteks diberi pahala atau azab pada hari
pragmatis dan utilitarian berdasarkan perhitungan
kegunaannya bagi negara, masyarakat Dengan demikian, berbicara
dan dunia. tujuan pendidikan islam berarti
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 22

berbicara tentang nilai-nilai yang Sifat utama yang harus ada pada
bercorak islam. Dalam hal ini, Al-Attas diri pendidik adalah niat yang lurus dan
memformulasikan tujuan pendidikan teladan.Niat yang lurus adalah
islam dengan menitikberatkan pada menjalankan tugas/amanah semata-mata
pembentukkan aspek pribadi individu, sebagai ibadah kepada Allah.Sementara
tetapi tidak mengabaikan terbentuknya sikap teladan akan menghasilkan asumsi
sebuah masyarakat yang ideal. Karena positif bagi peserta didik dari pendidik.
masyarakat terdiri dari perorangan, Pendidikan Islam ditempuh
maka membuat setiap orang atau dengan landasan dan sumber yang jelas,
sebagian besar diantaranya menjadi yang pemahaman dan penafsiran serta
orang-orang baik, berarti pula pada penjelasannya membutuhkan ilmu
menghasilkan masyarakat yang baik pengetahuan yang benar-benar
(Al-Attas S. M., Ains and Objective Of otoritatif.Al- Qur’an sendiri menyerukan
Islamic Educations, 1997) manusia untuk menyerahkan amanah
Oleh karena itulah seharusnya kepada yang otoritatif dibidangnya.Oleh
sistem pendidikan islam mampu karena itu, peran seorang guru dianggap
merefleksikan ilmu pengetahuan dan sangat penting dalam membantu peserta
perilaku Rasulullah saw serta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
berkewajiban menampilkan keteladanan yang diharapkannya (Al-Attas S. M.,
Rasulullah semaksimal mungkin sesuai The Concept Of Educations Islam Terj.
dengan potensi masing-masing agar Haidar Bagi Konsep Pendidikan dalam
pendidikan islam mampu mewujudkan Islam, 1988)
insan kamil bercirikan universalis Pendidik harus berpegang pada
dengan wawasan dan otoritatif dalam asas utamanya sebagai pengemban
ilmu pengetahuan atau dengan kata lain amanah yang menuntun arah dan tujuan
manusia yang mencerminkan pribadi yang hendak dicapai.Sesuai dengan
Rasulullah saw. tujuan pendidikan yang diformulasikan
3. Subjek Didik Al- Attas, ta’dib ialah pembentukan
a. Pendidik Akhlak. Maka pendidik harus terlebih
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 23

dahulu menjadi sosok teladan yang memperhatikan kualitas/mutu


patut, berwibawa, dan taat pada perintah seorang guru atau lembaga
Allah SWT. pendidikan yang akan
b. Peserta didik mengantarkannya untuk mencapai
Peserta didik hendaklah tujuan tersebut agar tidak lepas dari
tidak tergesa-gesa dalam belajar, hakikat utama pembelajaran, yakni
tetapi perlu menyiapkan waktu mencapai derajat Insan Kamil.
untuk mencari guru yang terbaik Disini tergambar bahwa seorang
pada bidang yang digemarinya. pendidik terhadap peserta didik
Sangat penting juga bagi pencari merupakan motivator (pendorong),
ilmu untuk mencari guru yang reinforce (pemberdaya), dan
memiliki reputasi yang tinggi untuk instructor (pelatih) yang
memperoleh gelar tertentu. Al- mengarahkan peserta didik
Ghazali mengingatkan agar peserta c. Kurikulum Pendidikan Islam

didik tidak merasa sombong, namun Pembahasan Naquib Al-


tetap menghargai mereka yang telah Attas mengenai kurikulum
membantu dalam mencapai pendidikan berangkat dari
kebijaksanaan, kesuksesan dan pandangan bahwa manusia bersifat
kebahagiaan dan tidak hanya dualistik atau memiliki dua unsur
memandang mereka yang terkenal yaitu jasmani dan ruhani, maka
(Al-Attas S. M., Konsep Pendidikan ilmu juga dibagi kedalam dua
dalam Islam: Suatu Rangka Pikir kategori, yaitu: Pertama. Ilmu
Pembnaan Filsafat Pendidikan pemberian Allah (melalui wahyu),
Islam, 1994) dan Kedua, ilmu pencapaian yang
Jadi, peserta didik bebas di peroleh melalui usaha
untuk menentukan kepada siapa dan pengamatan, pengalaman, riset
dimana ia ingin menggali ilmu yang manusi. Naquib Al-Attas
diinginkanya, namun dengan mengatakan dua ilmu tersebut
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 24

adalah: fardu ‘ain (ilmu agama) keseimbangan antara dimensi


yang terdiri dari Qur’an, sunnah, sebagai hamba Allah dan
syari’at, teologi, metafisika islam, khalifatullah. Sementara nilai dasar
dan ilmu bahasa. Sedangkan fardu akan memberikan makna terhadap
kifayahnya adalah ilmu sosial, ilmu suatu proses sebagai pengabdian
kemanusiaan, ilmu terapan, ilmu kepada Tuhan. Pemahaman nilai
teknologi, sejarah daan sebagainya dasar ini semestinya menjadi
(Iqbal, 2013) Aspek ilmu inti (fardu perhatian setiap penyelenggara
‘ain) di jadikan sebagai nilai dasar pendidikan islam, sehingga
bagi pengembangan aspek harapannya adalah nantinya peserta
selanjutnya. Jika aspek keilmuan di didik dapat menjadi manusia yang
kembangkan berlandaskan aspek unggul secara intelektual maupun
ilmu inti, maka ilmu pengetahuan spiritualnya (Sanaky, 2003)
disini akan menjadi media dalam
d. Metode Pendidikan
memahami Tuhan dalam bentuk
Dalam memecahakan
kelakuan ketundukan pada
problematika yang ada pada
peraturan Tuhan (Surahim, 2005)
pendidikan islam, ada beberapa
Apa yang di gagas oleh
Metode yang dapat di gunakan,
Naquib tersebut merupakan ijtihad
yaitu sebagaimana berikut
intelektual untuk mewujudkan suatu
(Hasibuan, 2015)
system pendidikan islam yang
1) Metode Spekulatif dan
bertempu pada nilai-nilai
Kontemplatif dalam filsafat
keislaman, yang mana nilai
islam di sebut dengan
pendidikan islam terletak pada
tafakkur, yaitu berfikir secara
keseimbangan pribadi yang utuh
mendalam untuk mendapatkan
melalui pendidikan yang
kebenaran tentang hakikat
menyangkut kejiwaan, intelektual,
sesuatu yang difikirkan.
akal, perasaan, yang kemudian
membentuk pada diri manusia
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 25

2) Pendekatan normatif Sekulerisasi yang melibatkan tiga


(syar’iyah), yaitu mencari dan komponen terpadu, “penolakan
menetapkan aturan dalam unsur transenden dalam alam
kehidupan nyata, dengan semesta, memisahkan agama dari
menetapkan apa yang boleh politik dan nilai yang tidak mutlak
dan yang tidak menurut atau relatif. bukan saja bertentangan
syari’at islam. dengan fitrah manusia, yang
3) Pendekatan historis, yaitu merupakan tasawur (world view)
mengambil pelajaran dari Islam, tetapi juga memutuskan ilmu
peristiwa masa lalu. dari pondasinya dan
4) Pendekatan komprehensif dan mengalihkannya dari tujuannya
keterpaduan antara sumber yang hakiki. Dari sini dapat dilihat
naqliah, aqliah, dan imaniah, bahwa kekeliruan ilmu, akibat
yaitu kebenaran yang di yakini bercampur aduknya konsep ilmu
bahwa kebenaran itu adalah yang ditawarkan oleh Islam dan
kebenaran yang tidak Barat. Karena pada dasarnya
mendatangkan keraguan. . konsep Barat bukan melahirkan
4. Pendidikan Naquib Al-Attas di keharmonisan kebaikan dan
Era Modern keadilan, melainkan sebaliknya.
Di samping perencanaan yang Pendidikan berdasarkan
buruk dan cara penanganan yang pendapat Naquib Al-Attas adalah
salah, keadaan yang menimpa dunia penyemaian dan penanaman adab
pendidikan dewasa ini bersumber dalam diri seseorang. Oleh karena
dari kekacauan intelektual dan itu, tujuan diadakannya proses
hilangnya identitas kebudayaan pendidikan adaalah untuk
yang disebabkan oleh pengaruh menanamkan adab kedalam diri
program sekulerisasi. Pemikiran ini seorang individu, sehingga
mempengaruhi konsep, penafsiran seseorang mempunyai adab. Di
dan makna ilmu sendiri. dalam Al Qur’an telah ditegaskan
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 26

bahwa contoh ideal orang yang adanya hirarki ilmu berdasarkan


beradab adalah Nabi Muhammad kriteria tingkat keluhuran dan
saw, yang oleh kebanyakan kemuliaan, yang
ilmuwan muslim di kenal dengan memungkinkan mengenal dan
manusia sempurna (insan kamil). mengakui bahwa seseorang
Naquib Al-Attas yang pengetahuannya
memberikan beberapa kriteria berdasarkan wahyu jauh lebih
manusia beradab yang menuntut luhur dan mulia daripada hanya
hadirnya adab dalam kehidupan berdasarkan akal.
manusia, sebagaimana di uraikan Memanfaatkan dan meletakkan
berikut: segala sesuatu yang berada
a. Mengakui bahwa manusia dialam semsta ini pada
terdiri dari dua unsur, yaitu akal tempatnya yang benar, baik
dan sifat kebinatangan. Keyika konteksnya sebagai tanda-tanda
akal bisa menguasai dan kebesaran Tuhan, sebagai
mengontrol sifat sumber ilmu pengetahuan
kebinatangannya, maka orang maupun sebagai sesuatu yang
itu telah menjadi manusia yang bermanfaat bagi kehidupan
beradab karena ia telah berlaku manusia. Itulah manusia berdab
adil terhadap dirinya. dalam konteks hubungan
b. Menerapkan atau mematuhi manusia dengan alam.
norma etika dalam tatanan Pendidkan merupakan
sosial, dan berada dalam proses yang panjang untuk
posisinya yang benar sesuai mengaktualisasikan seluruh potensi
dengan kedudukannya baik diri manusia. Proses dalam
dalam keluarga ataupun menumbuhkembangkan potensi diri
masyarakat. manusia telah ditawarkan oleh
c. Menerapkan disiplin intelektual sistem ajaran islam, yang pada
yang mengenal dan mengakui akhirnya menjadikan manusia
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 27

menajalankan tugasnya sebagai rasional, intelektual, dan filsafa


khalifatullah. Oleh karena itulah, (Nizat, 2009)
tujuan pendidikan islam dan Dapat dianalisis bahwa
merupakan cerminan dari tujuan pemikiran pendidikan Naquib Al-
hidup manusia, dalam pandangan Attas adalah mengarah pada
Al-Attas adalah mengajarkan dan pendidikan islam dengan corak
memperkenalkan adab kepada moral religious yang tetap menjaga
manusia. Sehingga pada akhirnya keseimbangan dan keterpaduan
seorang terdidik adalah orang yang sistem pendidikan sebagaimana
mempunyai pengetahuan tentang tersirat dalam konsep ta’dib yang
kebenaran dan eksistensinya. Orang menurutnya telah mencakup tentang
yang mengetahui dan menyadari konsep ilmu dan amal. Jikalau adab
posisinya di alam ini, akan sampai merupakan prasyarat dalam
pada pemahaman posisinya sebagai penularan ilmu pengetahuan,
seorang hamba Allah. sebaliknya rusaknya ilmu
Paradigm pendidikan yang pengetahuan dapat di lacak dari
ditawarkan Naquib Al-Attas rusaknya adab. Kerancuan dalam
menghendaki agar terealisasikannya berfikir, korupsi ilmu pengetahuan
sistem pendidikan terpadu adalah akibat dari rusaknya adab.
sebagaimana tertuang dalam tujuan Imbas dari kerusakan tersebut
pendidikan yang dirumuskannya, adalah menghambat masyarakat
yang mana tampak bahwa Al-Attas dalam melahirkan pemimpin yang
mengintegrasikan ilmu dalam berkualitas di segala lapisan, atau
sistem pendidikan islam. Hal bahkan memaksa masyarakat
tersebut berarti bahwa pendidikan melahirkan pemimpin yang
islam harus menghadirkan dan cenderung menghancurkan
mengajarkan dalam proses masyarakat daripada
pendidikannya tidak hanya ilmu- membangunnya. Hal tersebut
ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu karena lembaga pendidikan yang
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 28

telah kehilangan konsep adab PENUTUP


(Hasibuan, 2015) M. Naquib Al-Attas adalah
Dalam UU No. 20 Tahun ilmuan muslim kontemporer dalam
2003 tentang sistem pendidikan bidang pendidikan yang memiliki
nasional di sebutkan dengan gagasan cemerlang yang dapat di
gamblasng bahwa pendidikan jadikan referensi dalam membuat
bertujuan untuk mengembangkan format pendidikan. Dalam
potensi peserta didik agar menjadi pandanga Al-Attas, pendidikan
manusia yang beriman dan islam merupakan ekuivalensi dari
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha term al-ta’dib yang menurutnnya
Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, cocok di pergunakan sebagai istilah
kreatif, mandiri, dan menjadi warga dalam pendidikan islam, karena
Negara yang demokratis, serta konsep ta’diblah yang diajarkan
bertanggung jawab. Berangkat dari Nabi Muhammad kepada umatnya
tujuan pendiidkan nasional tersebut, apada masa dahulu. Al-Attas
jika nilai adab benar-benar di mengatakan bahwa orang yang
terapkan secara komprehensif pada terpelajar adalah orang baik. “Baik”
sistem pendidikan nasional, maka yang dimaksud dalam hal ini adalah
yakin dan percaya tujuan adab dalam arti menyeluruh yang
pendidikan sebgaimana dimaksud meliputi kehidupan material dan
akan tercapai. Kenyataan yang spiritual seseorang, yang berusaha
tampak hari ini, penerapan nilai menanamkan kualitas kebaikan
adab dalam sistem pendidikan yang di terimanya, sehingga orang
nasional belum maksimal. Tujuan yang terpelajar adalah mereka yang
pendidikan nasional yang telah di mempunyai adab dengan
rumuskan semestinya dapat menjadi mengamalkan ilmunya dalam
tolak ukur dalam mengembangkan bersikap dan bertingkah laku.
pendidikan.
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 02 2020| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X | 29

DAFTAR PUSTAKA Khudori Soleh. (2013). Filsafat Islam


Abdullah Saeed. (2014). Pemikiran dari Klasik Hingga Konteporer.
Islam : Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta: Baitul Hikmah Hal 304.
Press. Moh, N. (1985). Metode Penelitian.
Al-Attas, S. M. (1981). Islam dan Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sekularisme, terj. Karsidjo. Nizat, R. d. (2009). Filsafat Pendidikan
bandung: Pustaka. Islam: Telah Sistem Pendidikan
Al-Attas, S. M. (1988). The Concept Of dan Pemikiran Para Tokohnya .
Educations Islam Terj. Haidar Yogyakarta: Kalam Mulia.
Bagi Konsep Pendidikan dalam Ratna, N. K. (2011). Teori, Metode, dan
Islam. Bandung: Mizan. Teknik Penelitian Sastra dan
Al-Attas, S. M. (1994). Konsep Strukturalistik Hingga
Pendidikan dalam Islam: Suatu
Postruktualisme, Perspektif
Rangka Pikir Pembnaan Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: Wacana Naratif. Yogyakarta:
Mizan. Pustaka Pelajar.
Al-Attas, S. M. (1997). Ains and
Robert Philip Weber. (1986). Basic
Objective Of Islamic Educations.
Content Analysis. Beverly Hills:
London: Hodder&Stoughton.
Sage Pbulications.
Hadari Nawawi. (1993). Metode
Sanaky, H. (2003). Paradigma
Penelitian Bidang Sosial,.
Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Yogyakarta: Gadja Mada
Safiria Insania.
University Press.
sudarto. (2002). Metodologi Penelitian
Hasibuan, A. A. (2015). Filsafat
Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo.
Pendidikan Islam Tinjauan
Surahim, U. A. (2005). Fungsi Ganda
Pemikiran Naquib Al-Attas dan
Lembaga Pendidikan Islam.
RELEVANSI dengan Pendidikan
Yogyakarta: Safiria Insania.
di Indonesia. Malang: UIN
Zed, M. (2004). Metode Penelitian
Maliki Press.
Kepustakaan. Yogyakarta:
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi
Yayasan Obor Indonesia.
Penelitisn Kualitatif. Jakarta:
Zubair, A. B. (1990). Metodologi
Salemba Humanika.
Penelitian Filsafat. Yogyakarta:
Iqbal, A. M. (2013). Pemikiran
Kanisius.
Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai