Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

WAHDATUL ULUM-ISLAMISASI ILMU


DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH WAHDATUL ULUM

D0SEN PENGAMPU: ZUL ASFI ARROYHAN DAULAY, M.E

TAHUN PEMBELAJARAN 2022-2023

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8

1. M.ABIYYU WADI (0506221023)

2, RAISHA SALSABILA (0506222080)

3. SITI NUR HASANAH (0506221037)


PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang memiliki pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan. Allah
SWT telah menciptakan landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui syariat
Islam. Konsep pendidikan dalam Islam adalah sebagai berikut; Pertama, Pendidikan
merupakan kegiatan yang harus memiliki tujuan, sasaran dan target yang jelas; Kedua,
Pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah SWT. Dialah Pencipta fitrah, Pemberi bakat,
Pembuat berbagai sunnah perkembangan, peningkatan, dan interaksi fitrah, sebagaimana
Allah pun mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan dan
kebahagiaan; Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui
peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan perkembangan anak, dan;
Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.

Islam sebagimana terbukti melalui sumber utamanya, al-Quran dan al-hadist, memberi
penilaian yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Al-Quran (35:28), misalnya mengikhtiraf
para ilmuan sebagai golongan yang bertakwa kepada Allah. Al-Quran juga (29::43)
menegaskan bahwa seseorang tidak akan mampu memahami ayat Allah dan tidak mungkin
menjadi orang berakal kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu dijanjikan Allah
derajat dan kedudukan yang baik (58:11). Walau bagaimanapun Al-Quran (17:85, 12:76)
memberi amaran keras supaya para ilmuan tidak dikuasai oleh sifat angkuh, lantaran ilmu
tidak terbatas dan tidak juga bersifat statik. Sedikit saja daripada ilmu Allah yang dapat di
ambil oleh akliah manusia dan di atas semua irang yang berilmu ada lagi orang Yang Maha
Berilmu, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT.

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ISLAMISASI ILMU

Dalam bahasa arab, istilah islamisasi ilmu dikenal dengan “Islamiyyat al ma’rifat” dan dalam
bahasa inggris disebut dengan “Islamization of knowledge”. Islamisasi merupakan istiah
yang mendeskripsikan berbagai usaha dan pendekatan antar etika islam dengan berbagai
bidang pemikiran modern. M. Zainuddin menyimpulkan bahwa Islamisasi pengetahuan pada
dasarnya adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi Barat terhadap realitas
dan kemudian menggantikannya dengan pandangan Islam. (M. Zainuddin, Filsafat Ilmu:
Persfektif Pemikian Islam, Hal. 160).

Islamisasi Ilmu Pengetahuan merupakan pengertian kata perkata dari Islamisasi, ilmu dan
pengetahuan. Sedangkan pengertian dari gabungan ketiga kata tersebut; sebagaimana
menurut AI-Faruqi dalam bukunya Budi Handrianto; menyebutkan bahwa Islamisasi ilmu
pengetahuan (Islamization of knowladge) merupakan usaha untuk mengacukan kembali ilmu,
yaitu untuk mendefenisikan kembali, menyusun ulang data, memikirkan kembali argument
dan rasionalisasi, menilai kembali tujuan dan melakukannya secara sistimatis untuk
memperkaya visi dan perjuangan Islam.

Dari pengertian Islamisasi pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa Islamisasi dilakukan
dalam upaya membangun kembali semangat umat Islam dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan melalui kebebasan penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional, empirik dan
filosofis dengan tetap merujuk kepada kandungan Al- Quran dan Sunnah Nabi. Sehingga
umat Islam akan bangkit dan maju menyusul ketinggalan dari umat lain, khususnya Barat.

B. ISLAMISASI ILMU

Fenomena terkait dengan pekembangan ilmu pengetahuan begitu pesat. Ditandai oleh
munculnya ilmu-ilmu pengetahuan yang baru. Fenomena ini memunculkan sebuah dampak
yang begitu besar bagi umat muslim. Sebab ilmu pengetahuan mengalami disintegrasi atau
dikotomi, jika bukannya, mengalami ‘percekcokan dengan sumbernya’ akibat desakan
sekularisasi dan wawasan sebagian para ilmuan muslim yang dikotomis dan materialistik.
Disintegrasi itu diperparah oleh sikap peniruan dan replikasi umat Islam dalam pendidikan
kebagian dunia yang jauh dari nilai-nilai tawhid.

UINSU sebagai universitas Islam yang mengembangkan ilmu pengetahuan, bukan hanya
ilmu-ilmu keislaman (Islamic Studies) tetapi juga ilmu pengetahuan Islam (Islamic Science);
bukan hanya ilmu untuk ilmu tetapi juga untuk pengembangan peradaban, maka reintegrasi
ilmu merupakan keniscayaan. Integrasi ilmu yang dimaksudkan dirumuskan dalam term
‘Wahdatul ‘Ulûm’.

Wahdatul ‘Ulûm’ yang dimaksud adalah visi, konsepsi, dan paradigma keilmuan yang--
walaupun dikembangkan sejumlah bidang ilmu dalam bentuk departemen atau fakultas,
program studi, dan mata kuliah--memiliki kaitan kesatuan sebagai ilmu yang diyakini
merupakan pemberian Tuhan. Wahdatul ulum (unity of knowledge) digali dari khazanah
islam dan dunia modern. Kata wahdah, akar katanya wahada dipilih sebagai konsep tauhid.
Sementara kata al-'ulum jamak dari al'im yang artinya pengetahuan.

Ada dua model yang digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di universitas Islam.
Yakni yang pertama, dengan cara mengislamkan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada maupun
yang sedang berkembang. Yang kedua, dengan cara mengilmukan Islam atau universitas
islam integratif. Pada model pertama ilmu ilmu keislaman (islamic studies) dikembangakan
sementara ilmu pengetahuan islam (islamic science) hanya dipelajari melalui mata kuliah
agama saja. Pada model kedua, mengembangkan dan menetapkan mata kuliah agama islam
sebagai ilmu yang rabbaniyah (ilmu pengetahuan yang berasal dari Tuhan dan pengembangan
serta penerapannya ditujukan sebagai pengabdian kepada Tuhan).

C. LANGKAH-LANGKAH ISLAMISASI ILMU

untuk mempermudah perkembangan Islamisasi ilmu pengetahuan adalah melalui 12 langkah


sistematis yaitu;

1.Penguasaan disiplin ilmu moderen: penguraian kategoris. Disiplin ilmu dalam tingkat
kemajuannya sekarang di Barat harus dipisah-pisahkan menjadi kategori-kategori, prinsip-
prinsip, metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-tema.

2.Survei disiplin ilmu. Semua disiplin ilmu harus disurvei dan di esei-esei harus ditulis dalam
bentuk bagan mengenai asal-usul dan perkembangannya beserta pertumbuhan
metodologisnya, perluasan cakrawala wawasannya dan tak lupa membangun pemikiran yang
diberikan oleh para tokoh utamanya.

3.Penguasaan terhadap khazanah Il mu. Khazanah Islam harus dikuasai dengan cara yang
sama. Tetapi disini, apa yang diperlukan adalah antologi- antologi mengenai warisan pemikir
muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu.

4.Penguasaan terhadap khazanah Islam untuk tahap analisa. Jika antologi- antologi telah
disiapkan, khazanah pemikir Islam harus dianalisa dari perspektif masalah-masalah masa
kini.

5.Penentuan relevansi spesifik untuk setiap disiplin ilmu. Relevensi dapat ditetapkan dengan
mengajukan tiga persoalan. Pertama, apa yang telah disumbangkan oleh Islam, Kedua,
seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil- hasil yang telah diperoleh oleh
disiplin modren tersebut. Ketiga, apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit
diperhatikan atau sama sekali tidak diperhatikan oleh khazanah Islam, kearah mana kaum
muslim harus mengusahakan untuk mengisi kekurangan itu.

6.Penilaian kritis terhadap disiplin moderen. Jika relevensi Islam telah disusun, maka ia harus
dinilai dan dianalisa dari titik pijak Islam.

7.Penilaian krisis terhadap khazanah Islam. Sumbangan khazanah Islam untuk setiap bidang
kegiatan manusia harus dianalisa dan relevansi kontemporernya harus dirumuskan.

8.Penilaian krisis terhadap khazanah Islam. Suatu studi sistematis harus dibuat tentang
masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, inteltektual, kultural, moral dan spiritual dari kaum
muslim.

9.Survei mengenai problem-problem umat manusia. Suatu studi yang sama, kali ini
difokuskan pada seluruh umat manusia, harus dilaksanakan.

10.Analisa kreatif dan sintesa. Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap melakukan
sintesa antara khazanah- khazanah Islam dan disiplin moderen, serta untuk menjembatani
jurang kemandekan berabad-abad.

11.Merumuskan kembali disiplin-disiplin ilmu dalam kerangka kerja (framework) Islam.

12.Penyebarluasan ilmu pengetahuan yang sudah diIslamkan.

D. TUJUAN ISLAMISASI ILMU

Dalam menjalankan proses islamisasi ilmu pengetahuan ini, ada beberapa tujuan yang akan
dicapai yaitu:

1. Ilmiah dan objektif. Untuk senatiasa mengembangkan pemikiran ilmiah dan objektif.

2. Tawhidi. Landasan ini mengisyaratkan bahwa dalam merumuskan, mngedepankan, dan


menerapkan ilmunya senantiasa mendekatkan diri (taqqarub) kepada Allah.

3. Khilafah. Selalu bertekad agar ilmu yang dimilikinya berfungsi untuk memakmurkan bumi
dan membahagiakan manusia, serta membangun peradaban sebagai tugas isti'mar-nya.

4. Akhlaqi. Harus memiliki moral yang tinggi, moralitas yang berlandaskan pada kesadaran
diri secara otonom (bersifat objektif), bukan heteronom (subjektif).
5. Hadhari. dimaksudkan untuk meningkatkan peran umat Islam dalam peradaban dunia,
kondisi umat Islam kontemporer, tantangan-tantangan yang dihadapinya, dan berbagai
alternatif yang dapat dijadikan umat sebagai acuan dalam membangun kualitas mereka dan
meningkatkan perannya dalam peradaban dunia di masa yang akan datang.

6. Sumuli. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan harus bersifat holistik, dengan


menggunakan pendekatan transdisipliner, secara sistematis dan saintifik menggunakan
tinjauan dan pendekatan semua bidang ilmu yang terkait seperti sosiologi, antropologi,
sejarah, ekonomi, politik, futurologi, etnologi dan lain lain.

E. PERSFEKTIF ISLAMISASI ILMU

Al-Faruqi berpendapat bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan ini dilakukan dengan cara
menjadikan konsep tauhid sebagai pondasi dalam ilmu pengetahuan. Berikut merupakan
esensi tauhid yang digambarkan Al-Faruqi dalam ilmu pengetahuan:

(a)Tauhid / Keesaan Allah. Al-Faruqi ini berpandangan bahwa suatu yang esa atau
mengandung unsur ketuhanan yang satu merupakan esensi dari segalanya.

(b)Integrasi kebenaran Islam dan kebenaran ilmu pengetahuan. Menurut Al-Faruqi,


kebenaran dalam Islam haruslah di integrasikan pada nilai-nilai kebenaran ilmu pengetahuan.

Dalam kaitannya dengan tauhid yang bersumber Al-Quran dan hadis sebagai sumber
pertama, tidak ada yang menolak bahwa tauhid adalah dasar utama dalam islam yang
menegaskan tentang keberadaan Tuhan sebagai pusat orientasi hidup manusia dan seluruh
makhluk di alam ini. Dengan merujuk kepada Al-Faruqi, ada lima kesatuan yang menjadi
prinsip dari tauhid yaitu:

1. Kesatuan tuhan

2. Kesatuan alam

3. Kesatuan kebenaran

4. Kesatuan hidup

5. Kesatuan umat manusia


Kendatipun disadari bahwa integrasi dengan basis tauhid-nya, bahwa ilmu itu bersumber dari
Allah sang pemilik ilmu, konsep ini perlu dijelas dan dipertegas. Oleh sebab itu, dipandang
perlu untuk menggunakan satu istilah yang lebih tegas dan pada sisi lain dirasa cukup islami.
Istilah itu adalah wahdatul ulum. Paralel dengan istilah itu adalah wahdatul wujud, wahdatul
adyan dan lain sebagainya.

F. PENGARUH GAGASAN ISLAMISASI ILMU

Adapun pengaruh gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ada yang merupakan pengaruh positif
dan ada yang negatif, yaitu:

1. Adanya ilmuan muslim yang mengatakan bahwa gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan
muncul sebagai reaksi adanya konsep dikhotomi antaravagama dan ilmu pengetahuan yang
dimasukkan masyarakat Barat dan budaya masyarakat modern.

2. Selanjutnya dengan munculnya ide islamisasi ilmu pengetahuan maka mengakibatkan


pertentangan diantara ilmuan kita.

3. Yang menjadi pengaruh positifnya adalah melalui islamisasi ilmu pengetahuan munculnya
ilmu-ilmu dan juga perekonomian yang islami, seperti ilmu kedokteran yang islami, Bank
Syari`ah,Sekolah yang islami dsb

4. Dengan gagasan islamisasi sains tersebut maka sains dapat memproduk teknologi yang
ramah lingkungan. Teknologi bisa serasi dengan maqasid syariah dan bukan dengan nafsu
manusia.

5. Gagasan atau gerakan Islamisasi Ilmu Pengetahuan menggugah hati kaum muslimin untuk
sadar dengan keadannya, karena islamisasi ssains merupakan salah satu upaya menjawab
tantangan modernitas yang melanda umat Islam.

KESIMPULAN

Dengan memahaami penjelasan dan uraian diatas dapat disimpulan bahwa Islamisasi Ilmu
Pengetahuan adalah upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi Barat terhadap
realitas dan kemudian menggantikannya dengan pandangan Islam, perlu ditindaklanjuti
karena sesuai dengan konsep, prinsip metodologi yang jelas yaitu berlandaskan ketauhidan
dan keimanan serta memiliki tujuan ilmiah, khilafah, akhlaqi, hadhari, dan sumuli Sehingga
perlu adanya pembaharuan salah satunya adalah di bidang pendidikan. Dimana pendidikan
kita harus diarahkan pada keimanan yang merupakan core dari gagasan tersebut yang
menyebutkan lima kesatuan yaitu kesatuan tuhan, kesatuan alam semesta, kesatuan kebenaran
dan pengetahuan, kesatuan kehidupan dan kesatuan kemanusiaan..

Anda mungkin juga menyukai