Oleh :
Al ANSARI
000303512022
PROGRAM PASCARASJANA
MAKASSAR
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai kurikulum utama dan Rasulullah sendiri berperan sebagai guru dalam
hadis berkembang dengan dimasukkannya ilmu-ilmu baru yang berasal dari luar
Jazirah Arab yang telah mengalami kontak dengan Islam baik dalam bentuk
keilmuan dari keilmuan klasik ke keilmuan modern. Akan tetapi generasi umat
karena ternyata mereka mau mempelajari dan meniru tradisi keilmuan yang
dimiliki oleh umat Islam masa klasik dan mampu mengembangkannya lebih
lanjut.
2
sampai dengan masa kontemporer atau modern menjadi sesuatu yang sangat
Al Qabisi dan Ibnu Maskawaih dan agar diketahui umat Islam pada umumnya dan
bidang pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Pendidikan Islam ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qabisi
1. Riwayat Hidupnya
Nama Lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Khalaf al-
Qabisi, lahir pada bulan Rajab 324 H/13 Mei 936 Untuk itu sangat penting
dilakukan penelitian terhadap konsep pendidikan Ibn Qayyim agar diketahui umat
Islam pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya sehingga menambah
pernah merantau ke negara – negara Timur Tengah pada tahun 353 H/936 M
selama 5 tahun, kemudian ke negeri asalnya dan meninggal tanggal 3 Rabi’ul 403
H/23 Oktober 1012 M. Menurut al-Qadhi’iyah. Abu Hasan bukan berasal dari
kabiah al-Qabisi, maa ia diberi gelar al-Qabisi, demikian pula pendapat al-Shafdi.
Iskandariyah, dia juga pernah berguru kepada ulama – ulama terkenal di Afrika.
Ulama seperti Abul Abbas al-Ibyani, Abul Hasan bin Masrur al-Abul Hasan bin
Masrur al-Dibaghi dan Abu Abdillah bin Masrur al-‘Assaali, memperdalam Ilmu
Selanjutnya ketika berada di Qaeruan, ia belajar ilmu fiqh kepada ulama mazhab
Maliki yang berkembang di daerah itu, sehingga disamping sebagai ulama hadits,
ia juga dikenal sebagai ulama fiqh pada zamannya. Keahliannya normatif, dan
corak pemikiran ini juga nampak pada konsep pendidikan yang dirumuskannya
4
adalam salah satu karyanya, yaitu Abwal al-Muta’alliumin wa Ahkam Al
Muta’allimin wa Muta’allimin.
2. Konsep Pendidikannya
orang tua dan dimulai pertama kali dirumah. Sedangkan pendidikan anak di
kemudian diajar menulis, bahwu, bahasa Arab, ilmu hitung, bahwu, bahasa Arab,
Ilmu hitung, Syair dan kisah – kisah Arab yang berlangsung sejak pagi hingga
sore dari, dan diwaktu Zhuhur anak pulang untuk makan siang/istirahat. Proses ini
ayat berulang kali, kemudian diikuti oleh anak secara berulang – ulang, kemudian
masing – masing anak diberi batu tulis untuk menuliskan apa yang telah dihafal
pada hari itu, dan keesokan harinya anak harus menunjukkan tulisan ayat tersebut
kepada guru, setelah itu, dihapus untuk ditulisi lagi ayat – ayat yang dihafal pada
hari berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis
menjadi syarat mutlak dalam belajar al-Qur’an. Apabila anak telah lalai atau
diberikan peringatan keras dan terakhir diberikan pukulan apabila masih berbuat
kesalahan, sebaikanya apabila anak sukses dalam belajar khatam al-Qur’an anak
dan perdagangan, hal ini dimaksudkan sebagai bekal anak untum mencari nafkah
5
dari materi yang diberikan pada lembaga Kuttab di atas, tergambar kurikulum
versi al – Qabisi yang harus ditempuh anak, yang harus ditempuh anak, yang
kandungan ayat – ayat al-Qur’an seperti shalat dan do’a, dan kurikulum Ikhtiyari
(tidak wajib) yang meliputi ilmu hitung, ilmu nahwu, bahasa Arab, syair dan kisah
dicampur dengan murid perempuan, bahkan muri yang sejenis kelaminpun tidak
boleh bercampur antara anak yang belum dewasa dengan anak yang sudah dewasa
(baligh), kecuali diyakini bahwa anak yang sudah dewasa tidak akan merusak
B. Ibnu Miskawaih
1. Riwayat Hidupnya
Ibnu Ya’kub Ibnu Miskawaih, lahir pada tahun 320 H/932 M di Rayy, Persia, dan
2000 :5), menurut Busyairi Madjidi, ia lahir tahun 330 H dan meninggal tahun
421 H. Ibnu Miskawaih hidup pada zaman daulal Bani Buwaihi, pernah belajar
sejarah, fulsafat dan kimia, akrab dengan para penguasa dan ilmuwan pada masa
sekertaris, pustakawan dan pendidikan anak para pemuka dinasti Buwaihi yang
6
sebagaian besar bermazhab Syi’ah. Disamping itu ia juga dikenal sebagai
sejarawan besar, sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahliannya dalam
berbagai bidang ilmu tersebut, terlihat dalam berbagai karya tulisnya, baik berupa
buka maupun artikel sebanyak 41 buah yang menurut Ahmad Amin tidak lepas
dari kepentingan filsafat akhlak, antara lain Tahzib al-Akhlak, al-Fauz al-
al-Aql. Keahliannya dalam bidang akhlak ini, tergambar lebih lanjut dalam konsep
2. Konsep Pendidikannya
susila, berwatak, berbudi pekerti mulia, sehingga diperoleh kebahagiaan sejati dan
sempurna. Peribadi susila, berwatak, berbudi pekerti mulia, dan perilaku luhu
lahir dari jiwa atau watak yang baik. Untuk memperoleh watak yang baik,
diperlukan pendidikan ia menolak pendapat bagaian ahli pada zaman dulu yang
menyatakan bahwa watak manusia itu tidak dapat dididik, karena watak itu
bersifat alami. Akhlak merupakan hal yang sangat esensi dalam kehidupan
tanpa berpikir dan ragu. Bidang akhlak termasuk salah satu yang mendasari
adalah syari'at sebagai faktor penentu sebagai penentu pendidikan karakter untuk
7
memperoleh sebuah kebahagiaan. Konsep kedua adalah psikologi sebagai
aktual dilandasi dari pemikirannya terhadap manusia yang kondisi fitrahnya tidak
Pertama, adanya motivasi untuk selalu berlatih membiasakan diri dan menahan
diri. Kedua, segala pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman orang lain sebagai
bentuk cermin bagi dirinya. Kedua metode ini menjadi prioritas dalam pandangan
ibn Miskawih untuk mencapai akhlaqul karimah. Pada periode klasik Ibnu
Maskawaih adalah salah satu pemikir Islam yang sangat terkenal dengan teori
yang terdiri dari dua kutub yang sangat ekstrim, yaitu kontradiksi berupa sebuah
dua kutub yang saling berlawanan menjadi sifat yang berada pada posisi tengah
dengan sifat kepribadian atau karakter Islam karena misi Nabi Muhammad SAW
diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan etika manusia. Bangunan teori ibnu
1
Abidin, Z.. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Tapis, 14(02), 2012,
270–290.
8
“jalan tengah”. Doktrin ini sudah sangat dikenal para filosof sebelum Ibnu
Maskawaih dengan istilah The Doctrine of the Mean atau The Golden Mean
seperti di daratan China yang dikenal dengan doktrin jalan tengah melalui filosof
(427-347SM), dan Aristoteles (384-322 SM) dan filosof Muslim seperti al-Kindi
dan Ibnu Sina juga memiliki pandangan tentang doktrin jalan tengah.2
Menurut Ibn Miskawaih dalam Jiwa manusia ada 3 macam yaitu jiwa
alBahamiyyat (jiwa bernafsu), jiwa alGhadabiyyat (jiwa pemarah), dan jiwa al-
adalah kebijaksanaan (alhikmat/ wisdom). Dan posisi tengah dari gabungan semua
jiwa itu adalah keadilan/ keseimbangan (al- ‘adalat/justice). 3 Dalam hal ini ia
berbeda pendapat dengan Ibnu Sina, tetapi setuju dengan Aristoteles. AlGhazali
sependapat dengan Ibnu Sina bahwa keadilan hanya mempunyai satu lawan
makna, yakni aniaya (al-jaur). Sehubungan dengan itu, keadilan menurut Ibnu
standarisasi bagi kehidupan manusia. Posisi tengah yang sebenarnya (alwasath al-
haqiqi) adalah satu, yakni disebut keutamaan (al-fadilat). Yang satu ini disebut
2
Mahmud, Abdul Halim, al-Tafkir alFalsafi fi al-Islam, (Beirut: Dar al- KitabalUlbnani, 1982), h.
320; Nur, C. M.. Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu Maskawaih (Interpretasi terhadap Makna al-
Wasath dalamal-Quran). Jurnal Al-Mu‘ashirah, 9(1), 2012, p 60–67.
3
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa That hir al-Araq, Beirut: Dar al- Maktabah 1398 H;
Maghfiroh, Muliatul,. Pendidikan Akhlak Menurut Kitab Tahzib Al-Akhlaq Karya Ibnu
Miskawaih. Journal Tadris. 2016. 11 (2), 207- 218
4
Nur Hamim. Pendidikan Akhlak: Komparasi Konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih Dan Al-
Ghazali. Ulu Muna Jurnal Studi Keislaman, ........40
9
juga garis lurus (alkhathath al-mustaqim). Karena pokok keutamaan ada empat
moral berdasarkan nilai mulia, kolaborasi antara studi filsafat teoritis dan panduan
praktis, di mana bagian pendidikan dan pengajaran lebih menonjol. Dalam hal ini
Ibn Miskwaih lebih berpihak pada pendekatan solusi. Pertama, degradasi moral
Urgensi pendidikan bagi bagi anak dan orang dewasa. Ketiga, dibutuhkannya
seperti hubungan orang tua dengan anaknya. Kelima, Dibutuhkan teman yang
untuk membangun jiwa menjadi sehat dan tidak mudanya terkontaminasi dengan
5
Taufiq Harahap, M. (2017). Communication Ethics Ibn Miskawaih And Its Relevance To The
Solving Of Moral Problems In Indonesia. Ijlres -International Journal on Language, Research and
Education Studies. 2017, 1(1), 119-129
10
Berikut ini pokok-pokok pemikiran Ibnu Maskawaih dalam menanamkan
perbuatan yang dipilihnya bersifat baik atau salah. Implikasi dari paradigma
AHikmah berada pada posisi posisi pertengahan atau golden mean yaitu
pada diri manusia ketika nafsu di bimbing oleh jiwa alNathiqat sehingga
6
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa That hir al-Araq, ...... 1398 H
7
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa That hir al-Araq, ..... 1398 H
11
untuk melakukan perbuatan yang benar.8 Sebagai langkah awal dalam
Ibnu Maskawaih.
Maskawaih akan muncul pada diri manusia pada saat mampu menggabungkan
Para filsuf sepakat Konsep bahwa keadilan ini tidak merupakan sebuah
Kemampuan kognitif, hasil belajar, sikap dan pengalaman adalah manifestasi hasil
motivasi penemuan konsep diri bagi peserta didik. Bagi Ibn Maskawaih agama
harus dijadikan dasar utama dalam pelaksanaan pendidikan etika dan moral pada
diri anak. Pemikiran ini didasarkan pada kecenderungan Ibn Miskawaih dalam
pendidikan etika dimulai dari implementasi pendidikan agama pada usia dini.10
8
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa That hir al-Araq, ........ 1398 H
9
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa That hir al-Araq, ........ 1398 H
10
Rosif. Dialektika Pendidikan Etika Dalam Islam ( Analisis Pemikiran Ibnu Maskawaih ). Jurnal
Pendidikan Agama Islam, III(2), 2015, p 393–417.
12
dari pendidikan keluraga maka sesungguhnya orang tersebut sudah meletakkan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
dikemukakan oleh kedua tokoh di atas, dapat ditenungkan kembali oleh para
dalam otak anak didik (aspek kognitif) dan amal (aspek psikomotorik), dimana
kedua aspek yang terakhir ini dirasakan sangat kurang atau hampir terabaikan,
padahal budaya – budaya baru yang tidak mendidik bahkan merusak moral, telah
14
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z.. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Tapis,
14(02), 2012, 270–290.
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlak wa That hir al-Araq, Beirut: Dar al- Maktabah
1398 H; Maghfiroh, Muliatul,. Pendidikan Akhlak Menurut Kitab Tahzib
Al-Akhlaq Karya Ibnu Miskawaih. Journal Tadris. 2016. 11 (2), 207- 218
15