Anda di halaman 1dari 19

Makalah Perkembangan pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin

DOSEN PEMBIMBING

Haryuni haryati, M.pd

DISUSUN OLEH : ( Kelompok 5 )

1. Asmaul Husna
2. Abdul Majid
3. Abdul Aziz
4. Usamah Saiful Jabbar
5. Nilna Amanina

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL KIFAYAH RIAU


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Segala puja dan puji semoga tetap senantiasa dipanjatkan kepada kehadiran Allah
Subhanaahu wata’aala yang telah memberikan kita beribu-ribu nikmat, salah satunya nikmat
kesehatan sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Perkembangan pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada baginda Rasulullah Shallalahu
alaihi wasallam , para sahabat dan keluarga serta para pengikutnya sampai di hari kiamat,
terutama bagi para Mujtahid yang senantiasa menuangkan hasil pemikiran mereka untuk
kemaslahatan umat Islam.

kami menyadari masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan


makalah ini. Namun, berkat kerja sama dari seluruh anggota kelompok akhirnya makalah ini
dapat kami selesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Haryuni haryati, M.Pd selaku dosen pembimbing serta teman-
teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Akhir kata, kami selaku penulis berharap makalah kami ini dapat berguna bagi pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Pekanbaru, Februari 2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pendidikan merupakan kunci utama bagi suatu negara untuk unggul dalam persaingan
global. pendidikan dianggap sebagai bidang yang paling strategis untuk mewujudkan
kesejahteraan nasional. Sumber daya manusia yang tinggi merupakan prasyarat terbentuknya
peradaban yang tinggi. Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling pokok yang harus di
penuhi oleh setiap individu, golongan bahkan negara.

Pendidikan islam {al tarbiyah al Islamiyah} adalah usaha untuk menyiapkan manusia
agar hidup dengan sempurna dan Bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur
pikirannya, halus perasaanya, mahir dalam pekerjaanya, manis tutur katanya baik lisan maupun
tulisan.

Pendidikan Islam dimulai sejak Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diangkat
menjadi Rasul di Makkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Sejarah pendidikan Islam pada
masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam terbagi dua periode, yaitu Makkah dan
Madinah. Pada masa nabi, negara islam meliputi seluruh jazirah arab dan Pendidikan islam
berpusat di Madinah. Pada periode Makkah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam lebih
menitik beratkan pada pembinaan moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang
bermukim di Makkah. Pada periode Madinah, Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wasallam
melakukan pembinaan dibidang social dan politik. Disinilah pendidikan Islam mulai
berkembang.

Al qur’an dan Hadist merupakan sumber utama dalam Pendidikan islam khususnya
Pendidikan agama yang di harapkan dapat memberikan petunjuk dan membimbing manusia
kejalan yang lurus sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu Pendidikan sangat di butuhkan oleh
setiap individu manusia.

3
Setelah Rasulullah wafat kekuasaan pemerintahan islam dipegang oleh khulafaurrasyidin
dan wilayah islam telah meluas di luar jazirah arab. Para khalifah ini memusatkan perhatiannya
kepada Pendidikan, syiarnya agama dan kokohnya negara islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan khulafaur rasyidin?


2. Bagaimana konsep Pendidikan agama islam?
3. Bagaimana sejarah Pendidikan pada masa khulafaur urasyidin?
4. Dimana pusat lemabaga Pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan di tulisnya makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian khulafaur rasyidin
2. Mengetahui konsep Pendidikan agama islam
3. Mengetahui sejarah Pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
4. Mengetahui pusat Pendidikan pada masa khulafaur rasyidin
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan, yaitu
memberikan gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan
permasalahan melalui literature buku-buku yang tersedia, tidak lupa penulis
mengambil literature dari internet.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata yakni Khulafa’ dan Ar Rasyidin. Khulafa’
berarti jama’ dari khalifah yang memiliki arti “pengganti”, sedangkan kata Ar- Rasyidin yaitu
“mendapat petunjuk.” Jadi Khulafaur Rasyidin adalah para pengganti yang mendapat petunjuk.

Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi Muhammad wafat untuk
menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama, kepala pemerintahan,
dan pemimpin umat. Adapun tugas kenabiannya tidak bisa digantikan. Allah SWT. berfirman
dalam Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 40:

‫ماكان محمد أباأحد من رجالكم ولكن رسول اللهو خاتم النبين وكان هللا بكل شيء عليما‬

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.

Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang sangat arif dan bijaksana. Mereka adalah
keempat sahabat nabi yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslimin setelah Nabi Muhammad
SAW wafat. Yaitu :

1. Khalifah Abu Bakar as-Siddiq (11-13 H/632-634 M)


2. Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
3. Khalifah Usman bin Affan (23-35 H/644-656)
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)

Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan


konsensus bersama umat Islam

B. Konsep Pendidikan Islam

Konsep pendidikan menurut Ibnu Sina bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki seseorang ke arah yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi
pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar

5
dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.

Sedangkan konsep pendidikan modern, yaitu pendidikan yang menyentuh setiap aspek
kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah.
Pendidikan disyaratkan oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi
belajar dan efektif tidaknya cara mengajar.

Menurut Ahmad Arifin, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian


muslim berkarakter Islam yang diimplementasikan dalam perilaku sosial sebagaimana misi
diutusnya Nabi Muhammad SAW. Artinya pendidikan Islam tidak hanya bertujuan kepada dunia
saja, ataupun akhirat saja. Dalam pendidikan Islam harus ada simultanitas tujuan pendidikan
Islam kepada dunia dan akhirat.

Menurut pendapat Fazlur Rahman, tujuan pendidikan dalam pandangan Al-qur’an adalah
untuk mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
seluruh ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu dengan kepribadian kreatifnya.
Sumber dan dasar pendidikan Islam dikemukakan tiga dasar utama yaitu 1). Alquran, 2). As-
Sunnah, 3). Ijtihad. Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan Islam yang telah dijelaskan di
awal, maka fungsi pendidikan Islam adalah memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber
daya manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yaitu manusia berkualitas
sesuai dengan pandangan Islam.

C. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin


 Masa Khulafaur Rasyidin Abu Bakar As-Siddiq (11-13 H/632-634M).

Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Kemudian rasul menggantinya dengan nama
Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Abu Bakar Asshidiq merupakan
sahabat Rasulullah SAW yang lahir pada tahun 573 Masehi. Ayah beliau bernama Abu Kuhafah
(Ustman) yang berasal dari kaum Quraisy. Sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair
Salamah. Abu Bakar diberi gelar Asshiddiq karena amat segera membenarkan Rasul dalam
berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa isra’ mi’raj. Beliau Sering kali mendampingi

6
Rasulullah SAW di saat-saat penting. Abu Bakar As-Siddiq, Khalifah Islam pertama yang
dilantik oleh seluruh komunitas muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW.

Pada saat Abu Bakar diangkat sebagai khalifah menggantikan kedudukan Rasulullah
SAW, beliau berpidato yang isinya kurang lebih sebagai berikut:
“Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal
aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik,
bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskan aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan,
dan kedustaan adalah suatu penghianatan. Orang yang lemah di antara kamu adalah orang
yang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang kuat di antara kamu adalah
lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, InsyaAllah. Janganlah salah seorang dari kamu
meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah
akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak mentaati Allah dan Rasulnya, sekali-kali janganlah kamu
mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu.”1

Masa awal kekhalifahan Abu Bakar, diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad,
orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak
yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam awam untuk
menyimpang dari ajaran Islam.
Abu Bakar mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam
penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah Saw
dan para hafiz al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khatab menyarankan kepada Abu Bakar
untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam merealisasikan saran tersebut, Abu Bakar
mengutus Zait bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang masih tersebar di
beberapa tempat.
Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa khalifah Abu Bakar Asshidiq hampi sama
dengan pendidikan Islam yang dilaksanakan pada masa Rasulullah Saw, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya.2 Dari segi materi pendidikan islam, terdiri atas:3
1
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm 70.
2
Samsul Nizar (ed), Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 46.
3
Ibid, hlm. 45.

7
1. Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib
disembah adalah Allah SWT.
2. Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun dalam
bertetangga, bergaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya.
3. Pendidikan ibadah, seperti pelaksanaan shalat, puasa, zakat, dan haji.
4. Pendidikan kesehatan, seperti kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan
didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Walaupun lembaga pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar masih seperti lembaga
pendidikan pada masa Rasulullah, akan tetapi dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak
mengalami perkembangan. Adapun lembaga-lembaga tersebut meliputi:4
1. Kutab
Kutab/ maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis.
Maka kutab/ maktab adalah tempat menulis, atau tempat di mana dilangsungkannya kegiatan
tulis menulis.5 Pada mulanya, pendidikan kutab berlangsung di rumah-rumah para guru. Akan
tetapi, setelah agama mulai berkembang secara luas, institusi kutab pun mengalami
perkembangan yang cukup berarti, sehingga ada yang mampu menyediakan fasilitas asrama dan
akomodasi bagi para muridnya.6
2. Masjid
Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak-anak tamat belajar pada
kutab. Di masjid ini ada dua tingkat pendidikan, yaitu pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Yang membedakan antara kedua tingkatan tersebut adalah bahwa pada tingkat menengah,
gurunya belum mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya
adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman
yang diakui oleh masyarakat.7
Menurut Ahamd Syalabi, Lembaga untuk belajar membaca, menulis ini disebut dengan
Kuttab. Kuttab merupakan lembaga Pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama
Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar

4
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Isam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi Pendidikan Islam
dari Era Nabi Saw sampai Ulama Nusantara, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 56.
5
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 89.
6
Baharuddin, dkk, Dikotomi Pendidikan Islam: Historisitas dan Implikasi pada Masyarakat Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 211.
7
Ramayulis, Sejarah Pendidikan ........, hlm. 57.

8
dan pusat pembelajaran pada masa itu adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai para
pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat.
Metode yang di gunakan pada masa abu bakar yaitu :

a. Membaca dan menulis


b. Menghafal AL-Quran
c. Mempelajari pokok-pokok ajaran islam dengan praktik, seperti cara wudhu, sholat
dan sebagainya.

 Masa Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M)


Khalifah kedua dalam Islam juga adalah orang kedua dari kalangan Khulafaur Rasyidin, ia
merupakan salah satu diantara tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam. Ia terkenal dengan tekad
dan kehendaknya yang sangat kuat, cekatan, dan karakternya yang berterus terang. Sebelum
menjadi khalifah, ia dikenal sebagai pribadi yang keras dan tidak mengenal kompromi dan
bahkan kejam. Di bawah pemerintahannya imperum Islam meluas dengan kecepatan yang luar
biasa. Dapat dikatakan bahwa orang terbesar pengaruhnya setelah Nabi dalam membentuk
pemerintahan Islam dan menegaskan coraknya adalah Umar bin Khattab.

Pada masa kepemimpinan Umar bin Khatab, situasi politik dalam keadaan stabil. 8 Banyak
terjadi penaklukan wilayah yang semula kafir, menjadi wilayah-wilayah Islam. Bahkan Persia
dan Romawi yang kala itu merupakan dua kerajaan adidaya, tunduk di bawah pemerintahan
Islam.9

Umar bin Khatab menjalankan semua aktivitas dan kebijaksanaannya dengan adil. Ia
tidak melihat satu orang pun yang punya kelebihan di atas yang lain, kecuali karena taqwa. Yang
mengagumkan, ia pun hanya menempatkan dirinya sebagai bagian dari umat Islam, yang justru
dibebani untuk melayani mereka. Ia memposisikan dirinya sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan dan keadaan mereka. Ia memberikan perlakuan yang sama baik
saat menghadapi raja ataupun pekerja biasa. Ia akan bersikap sama kepada pembantu dan
majikan.10

8
Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama
RI, 2005), hlm. 24.
9
Ibrahim Al-Quraibi, Tarikh Khulafa’, (Jakarta: Qisthi Press, 2009), hlm. 409.
10
Ibid.

9
Meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kehidupan masyarakat dalam
segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki keterampilan
dan keahlian. Meluasnya kekuasaan Islam mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah
besar. Mereka yang baru menganut agama Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-
sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu
agama dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah menuntut
ilmu agama Islam inilah yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin
ilmu keagamaan.11
1. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khatab sama dengan masa Abu Bakar
Asshidiq. Akan tetapi, dari segi kemajuan lembaga, masa Umar bin Khatab mengalami kemajuan
pesat, sebab kondisi pemerintahannya dalam keadaan stabil dan aman. Hal ini menyebabkan
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, dan juga terbentuknya pusat-pusat pendidikan di
berbagai kota.
Pendidikan pada masa Umar berada di bawah pengaturan Gubernur. Di samping itu,
kemajuan dalam bidang pendidikan juga terdapat kemajuan di berbagai bidang, seperti pos
pengiriman surat, kepolisian, baitul mal, dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada
waktu itu diambilkan dari hasil yang dikelola daerah yang ditaklukkan dan dari baitul mal.12
2. Materi Pendidikan
Materi pendidikan pada masa Umar bin Khatab adalah materi pada kutab masa Abu
Bakar. Di samping itu, materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa mata pelajaran dan
keterampilan. Ketika Umar bin Khatab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada
pendidik agar anak-anak diajarkan: (1) berenang; (2) mengendarai unta; (3) memanah; dan (4)
membaca dan menghafal syair-syair. Adapun materi pendidikan pada tingkat menengah dan
tinggi terdiri dari al-qur’an dan tafsirnya, hadist dan mengumpulkannya, serta fiqh.13
Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa Arab juga sudah mulai nampak, orang yang
baru masuk Islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar dan memahami pengetahuan Islam.
Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
3. Pendidik

11
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam .........., hlm. 58.
12
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam ........., hlm. 58.
13
Ibid, hlm. 59.

10
Pada masa khalifah Umar, yang menjadi pendidik adalah beliau sendiri, serta guru-guru
yang beliau angkat. Umar merupakan seorang pendidik yang sering melakukan penyuluhan
pendidikan di Kota Madinah. Beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-
pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan
tersebut. Beliau juga menunjuk di antara sahabat-sahabat menjadi pendidik ke daerah yang baru
ditaklukkan tersebut, seperti Abdurrahman In Ma’qal dan Imran Ibn al-Haim di Basyrah,
Abdurrahman Ibn Ghannam di Syiria, dan Hasan Ibn Abi Jabalah di Mesir.14
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pendidikan juga tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya, Pola penddidikan dimasa ini mengalami perkembangan. Khalifah saat itu sering
mengadakan penyuluhan (pendidikan) di kota Madinah. Beliau juga menerapkan pendidikan di
Masjid-masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan. Mereka bukan hanya bertugas mengajarkan al-Quran, akan tetapi juga dibidang
Fiqih. Adapun tenaga pengajar sebagian besar adalah para sahabat yang senior, antara lain
Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin al-Hasyim (di Bashrah), Abdurrahman bin Ghanam (di
Syiria), Hasan bin Abi Jabalah (di Mesir).15 
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan Gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi
kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal, dan sebagainya. Adapun
sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan
dari baitulmal.16
Pada masa khalifah Umar sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan
memiliki pengaruh besar, dan pendidikan Islam terpusatkan di Madinah sehingga kota tersebut
pada waktu itu menjadi pusat keilmuan Islam. Meluasnya kekuasaan Islam mendorong
kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru menganut Islam ingin
menimba ilmu keagamaan dari sahabat yang menerima langsung dari Nabi SAW. Khususnya
menyangkut Hadist Rosul yang merupakan salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan
hanya dalam ingatan para sahabat.
Materi pendidiakan islam yang diajarkan pada masa khulafaur rasyidin sebelum masa

14
Ibid.
15
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta; Prenada Media, 2008), hal. 47.
16
http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-rasyidin.html  diakses tanggal 30
september 2018

11
Umar bin khattab, untuk Pendidikan dasar:
a. Membaca dan menulis.
b. Membaca dan menghafal al-qur’an.
c. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu, shalat, shoum, dan sebagainya.
Ketika Umar bin khattab diangkat menjadi khalifah ia menginstruksikan kepada
penduduk agar anak-anak diajari
a. Mengendarai unta,
b. Memanah, membaca
c. Menghafal syair-syair yang mudah dan pribahasa.
Sedangakan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya.
b. Hadis dan pengumpulannya.
c. Fiqh.
Politik kepemimpinannya melihat umat berkedudukan sama. Bahkan Umar sangat
mungkin mendahulukan anak yang masih kecil, jika anak tersebut punya ilmu dan kecerdasan.
Sebaliknya, ia akan mengakhirkan orang besar, karena ia tak punya ilmu pengetahuan.17

 Masa Khulaur Rasyidin Usman bin Affan (23-35 H/644-656 M)


Usman bin Affan, nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah.
dari suku Quraisy. Beliau memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar dan menjadi salah seorang
sahabat dekat Nabi SAW. Usman ibn Affan terkenal sebagai orang yang berbudi pekerti luhur,
sangat pemalu, dermawan, lemah lembut, penuh kasih sayang, pemaaf, selalu berprasangka baik,
bersikap toleransi, paling baik bergaul dengan orang lain, lapang dada lagi sabar, paling kuat
menjaga hubungan kekerabatan dan terlalu lemah serta tunduk kepada keluarga. Beliau sangat
kaya tetapi berlaku sederhana dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan
Islam.
Pada masa khalifah Utsman bin affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan yang telah ada. Namun,
ada sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh
dan dekat dengan Rosulullah yang tidak di perbolehkan meninggalkan Madinah di masa Umar,

17
Ibid.

12
di beri kelonggaran untuk keluar daan menetap di daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini
sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah. Sehingga para peserta
didik lebih mudah dalam menuntut dan belajar ilmu.
Khalifah utsman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang ada, namun begitu ada
usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang berpengaruh bagi pendidikan islam,
yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al quran. Penyalinan ini terjadi karena adanya
perselisihan dalam bacaan. Berdasarkan hal ini, khalifah Utsman memerintahkan kepada tim
untuk penyalinan tersebut, adapun tim tersebut adalah Zaid bin tsabit,Abdullah bin zubair, Zaid
bin as dan Abdurrahman bin harits.
Bila terjadi pertikaian bacaan,maka harus di ambil pedoman kepada dialeg suku quraisy,
sebab Al Quran ini di turunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan quraisy. Zaid bin
tsabit bukanlah orang quraisy ,sedangkan ketiganya adalah orang quraisy.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini di serahkan pada umat itu sendiri,
artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri
melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
Adapun objek pendidikan pada masa itu terdiri dari:
Orang dewasa dan atau Anak- anak yang baru masuk Islam. Baik orang tuanya telah lama
memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam. Orang dewasa atau orang tua yang telah lama
memeluk Islam Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan
mendalaminya, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara
menyamaratakan semua objek tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapi dan sistematis,
disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta didiknya.
Adapun metode yang digunakan adalah:
a. Golongan pertama menggunakan metode ceramah dengan mengemukakan contoh
- contoh dan peragaan, seperti Shalat,Wudhu dan sebagainya.
b. Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan.
c. Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, tanya jawab.
d. Golongan keempat menggunakan metode pengajaran pada golongan ini lebih
bersifat pematangan dan pendalaman Mata pelajaran yang di berikan.
Ada 3 fase dalam pendidikan dan pengajarannya:

13
a. Fase pembinaan ; memberikan kesempatan agar terdidik memperoleh kemantapan
iman.
b. Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud .agar
mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik-
baiknya dalam kehidupan sehari- hari.
c. Fase pembelajaran: ada pelajaran-pelajaran lain yang diberikan untuk penunjang
pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan tata
bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.
Pada masa khalifah Utsman bin affan tidak banyak terjadi perkembangan kalau
dibandingkan dengan masa kekhalifahan umar bin khattab,sebab pada masa khalifah utsman
urusan pendidikan di serahkan pada rakyat. Dan apabila di lihat dari segi kondisi pemerintahan
utsman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidasenangan mereka
terhadap kebijakan utsman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

 Masa Khulafaur Rasyidin Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661m)


Khalifah keempat khulafaur Rasyidin juga sepupu dan sekaligus menantu Nabi
Muhammad SAW. Ali ibnu Abi Thalib Keturunan Bani Hasyim ini lahir di Mekah tahun 603 M.
Beliau adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan remaja. Sepeninggal Usman,
sebagian kaum muslimin menginginkan Ali bin Abi Thalib naik menjadi khalifah keempat, pada
mulanya Ali menolak, tapi akhirnya mau menerima setelah mendapat desakan dari sebagian
kaum muslimin.
Dari sejak awal kekuasaannya kekhalifahan Ali selalu diselimuti pemberontakan, salah
satunya peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) bersama Talhah dan Abdullah bin Zubair yang
berambisi menduduki jabatan khalifah, peperangan diantara mereka disebut dengan perang Jamal
(Unta) karena Aishyah menggunakan kendaraan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain sehingga
masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Muawiyah
sebagai gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaan Ali, Ali terpaksa
harus menghadapi peperangan lagi melawan Muawiyah dan pendukungnya yang terjadi perang
Shiffin. Tentara Ali sudah hampir pasti dapat mengalahkan tentara Muawiyah, akhirnya
Muawiyah mengambil siasat untuk mengadakan takhim, penyelesaian dengan adil dan damai.

14
Semula Ali menolak, tetapi atas desakan sebagian tentaranya ia menerima juga, namun takhim
malah menimbulkan kekacauan Karena Muawiyah bersifat curang. Dengan takhim Muawiyah
berhasil mengalahkan Ali dan akhirnya mendirikan pemerintah tandingan di Damaskus.
Sementara itu sebagian tentara Ali menentang keputusan dengan cara takhim karena tidak
setuju mereka meninggalkan Ali, mereka membentuk kelompok sendiri sebagai kelompok
Khawarij, Golongan ini selalu merongrong kewibawaan kekuasaan Ali sampai akhirnya beliau
mati terbunuh seperti yang dialami Utsman.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa,kegiatan pendidikan islam mendapat
hambatan dan gangguan, pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab
keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat
islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan
masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber
pada al-qur’an dan hadis Nabi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada zaman empat khalifah
belum berkembang seperti masa-masa sesudahnya, pelaksananya tidak jauh berbeda dengan
masa nabi yang menekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber
pada Al-Qur’an dan Hadist nabi, hal ini disebabkan oleh kosentrasi umat Islam dan terjadinya
pergolakan politik, khususnya dimasa Ali bin Abi Thalib.
Pada masa pemerintahan yang tidak stabil selama enam tahun ini pendidikan islam
mendapat hambatan dikarenakan khalifah sendiri tidak sempat memikirkannya terlalu sibuk
untuk menyelesaikan permasalah politik dan pemberontakan yang disebabkan oleh kebijakan
Khalifah yang memecat gubernur-gubernur yang diangkat oleh khalifah sebelumnya namun
kebijakan tersebut ditolak dan bahkan banyak yang tidak mengakui kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib. Dengan begitu, berarti pola pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa-masa
sebelumnya yang sudah berjalan.

D. Pusat Lembaga Pendidikan Islam.

Adapun lembaga lembaga pendidikan pada masa khulafaur rasyidin selain lembaga
kuttab dan masjid adalah :

1. Madrasah Makkah

15
Guru pertamanya yaitu Mu’az bin Jabal,  ia mengajarkan agama islam dan mana yang
halal dan mana yang haram dalam islam. Kemudian khalifah abdul malik bin marwan, abdullah
bin abbas, pergi ke mekkah dan mengajar di masjidil haram, ia mengajarkan tafsir, fiqh dan
sastra, dan dialah yang membangun madrasah mekkah yang termahsyur di seluruh negara islam.
Kemudian digantikan murid-muridnya tabi’in yaitu mujahid bin jabar yang termahsyur
meriwayatkan tafsir al qur’an dari ibn abbas. Athak bin abu rabah yang termahsyur dalam ilmu
fiqh terutama dalam manasik haji. Thawus bin kaisan,yaitu seorang fukaha dan mufti.

2. Madrasah Madinah

Disinilah tempat  sahabat-sahabat nabi saw dan ulama-ulama yang termahsyur seperti
Umar bin khattab, Ali bin abi thalib, Zaid bin sabit, Abdullah bin umar bin khattab, mereka
bekerja sebagai guru, Zaid bin sabit adalah ahli qiraat dan ahli fiqh, terutama dalam faraid.
Abdullah bin umar adalah ahli hadits, ia mengumpulkan hadits-hadits serta menuliskanya,
kemudian meriwayatkanya kepada murid-muridnya. Setelah mereka wafat maka digantikan oleh
murid-muridnya yaitu Said bin Al Musaiyab yaitu murid Zaid bin sabit. Urwah bin Az Zubair bin
Al awam. Dan madrasah madinah ini melahirkan imam malik bin anas, imam madinah.

3. Madrasah Basrah

Ulama yang termahsyur disisni adalah Abu Musa Al Asy’ari yang ahli dalam fiqh dan
hadits dan ahli Qur’an, dan Annas bin Malik yang termahsyur di ahli hadits. Madrasah Basrah ini
melahirkan Al Hasan Basry yang ahli dalam fiqh, taswauf, dan ia tidak hanya mengajarkan
pelajaran kepada murid-muridnya tapi menceritakan kisah-kisah, dan Ibn Sirin ia belajar kepada
zaid bin sabit, ia ahli hadis dan fiqh. Mereka hidup di masa umayyah nanti. 

4. Madrasah Kuffah

Ulama yang tinggal disini adalah Ali bin abi thalib dan Abdullah bin mas’ud, pekerjaan
ali diirak adalah soal politik dan peperangan ia tidak sempat mengajarkan pendidikan, sedangkan
abdullah bin mas’ud mengajarkan al Qur’an dan ilmu agama, tafsir dan fiqh. Dan dia diutus ke
kuffah untuk menjadi guru oleh umar bin khattab, dan ia melahirkan enam ulama besar seperti al
qamah, al aswad, masruq, ubaidah, al haris, dan amr, dan mereka menggantikan abdullah untuk
menjadi guru di kuffah, mereka bukan saja belajar dikuffah tapi mereka pergi kemadinah belajar
dengan umar bin khattab,ali bin abi thalib, abdullah bin abbas, mu’az bin jabal dan lain-lain.
16
5. Madrasah Damsyik

Disini umar mengirimkan tiga orang guru agama yaitu : Mu’az bin jabal, Ubadah dan
Abdul dardak, mereka mendirikan madrasah agama di syam. Dan mereka mengajarkan al Qur’an
dan ilmu agama pada tiga tempat yaitu : abud-dardak di damasyik, mu’az bin jabal di palestina,
dan ubadah di hims. Kemudian mereka digantikan oleh ulama –ulama seperti umar bin abdul
aziz dan lain-lain.

6. Madrasah Fistat ( Mesir )

Mesir telah menjadi pusat ilmu-ilmu agama, dan ulama yang pertama kali mendirukanya
adalah Abdullah bin amr bin al’as, ia ahli dengan kata yang sebenarnya karena ia tidak hanya
mendengar hadits dari nabi tapi hadits tersebut dituliskanya dalam catatanya, sehingga ia tidak
lupa jika ia meriwayatkan hadits kepada murid-muridnya. Kemudian setelah Abdullah bin amar
yang termahsyur di madrasah mesir adalah Yazid bin abu habib an nuby. Dan ia yang mula-mula
menyiarkan fiqh yang halal dan haram dalam islam, kemudian setelah dia tekenal Abdullah bin
abu ja’far bin rabi’ah.18

Jadi ulama-ulama yang besar terus meluas seiring dengan berkembangnya agama islam,
dan merekalah yang mendirikan madrasah-madrasah pada tiap-tiap kota, diantara mereka yang
termahsyur adalah : Abdullah bin umar di Madinah, Abdullah bin mas’ud di kuffah, Abdullah bin
Abbas di Makkah, Abdullah bin amr bin al ash di mesir.  

18
Syamsul Nizar Hlm. 51

17
KESIMPULAN

Khalifah Khulafaur Rasyidin Yakni: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman ibn Affan,
dan Ali Bin Abi Thalib yang merupakan khalifah pengganti Rasulullah Muhammad dengan
semangat untuk menyebarkan Islam mereka berusaha keras dengan menyerang daerah- daerah
yang tidak mau masuk Islam. Walaupun menghadapi rintangan yang sangat berat namun
semangat mereka tidak pernah hilang. Justru dengan adanya rintangan itulah umat Islam menjadi
lebih bersemangat dalam menyebarkan agama Islam.
Penyebaran Islam pada masa Khulafaur Rasyidin ini bergerak di berbagai bidang, baik
dari segi Kekuasaan, Politik, Ekonomi maupun Pendidikan. Sementara sebagai bukti
keberhasilan dibidang pendidikan pada masa Khalifah Khulafaur Rasyidin adalah adanya
Mushaf Al-Qur’an yang dikenal dengan Mushaf Utsmani, adanya Ilmu Nahwu yang
diperuntukkan orang-orang Islam selain Arab, dan adanya Majlis Khalifah yang digunakan untuk
Belajar Umat Islam. Selain itu sebagai bukti keberhasilan Khalifah Khulafaur Rasyidin dibidang
pendidikan adalah munculnya Majlis Khalifah yang sudah tersebar di daerah sekitar Makkah dan
Madinah. Inilah diantara keberhasilan para Khalifah Rasyidin pada waktu itu.
Dan pembiayaan pendidika diambil dari baitul mal pada masa umar bin khattab dan
masih berlangsung sampai ali bin abi thalib, karena perkembangan pendidikan masih seperti itu
sampai kepada khalifah ali. Dan masalah evaluasi pada murid yaitu dengan menghafalkan
pelajaran yang diberikan dan apabila sudah pandai membaca dan menulis dan menghafalkan al
qur’an baru pindah ke masjid atau tempat tingkat tinggi untuk belajar tafsir dan lain-lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah Hanun,Sejarah Peradapan Islam , Jakarta:Wacana Ilmu ,2001


Baharuddin, dkk, Dikotomi Pendidikan Islam: Historisitas dan Implikasi pada Masyarakat
Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Islam, Bandung:  Angkasa, 1983
Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2005)
Nizar Syamsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Prenada Media, 2008
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Isam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi
Pendidikan Islam dari Era Nabi Saw sampai Ulama Nusantara, (Jakarta: Kalam Mulia,
2012)
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
http://itarizki.blogspot.com/2011/04/pendidikan-masa-khulafaur-rasyidin.html  diakses tanggal
30 september 2018

19

Anda mungkin juga menyukai