Disusun oleh
1. Fajar Yusuf (2110010064)
2. Muhammad Rifqiyannor (2110010595)
Fakultas Teknik Informasi Program studi S1 Teknik Informatika
Tahun ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR
puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teknik Komunikasi
Manusia Prasejarah" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran
Sejarah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah inI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Muhammad Iqbal
Di zaman era modern ini, tampaknya masyarakat islam tertinggal jauh dengan
masyarakta non muslim di Negara barat. Hal ini disebabkan masyarakat islam
tampaknya kurang semangat didalam mencari suatu pengaetahuan baru. Hal ini
buktikannya dengan adanya kemandekan dalam dunia ijtihad. Masyarakat sekarang
dienakkan dengan produk-produk teknologi dari Barat dan malas dalam mencari suatu
pengetahuan. Keadaan seperti ini haruslah diubah salah satunya adalah dengan
mengetahui sejarah tokoh-tokoh islam seperti mengetahui tokoh dalam filsafat islam
yang dapat kita contoh bagaimana para tokoh tersebut menggunakan pemikirannya
demi mencari suatu pengetahuan yang belum ada sebelumnya.
Kemudian dengan kita mengetahui salah satu tokoh filsafat islam kita juga
diharapkan dapat memperkuat keimanan kita dengan jalan mempelajari hakikat
ketuhanan, manusia, dan alam semesta sehingga dengan rasa iman yang kuat kita tidak
mengalami goyah keimanan dalam hati umat islam seperti juga yang terjadi pada era
sekarang yang umat islam rela unutk keluar dari agamanya karena hal-hal yang sepele.
Salah satu tokoh filsaafat yang akan kita pelajari dalam makalah ini adalah tentang
filsafat Muhammad Iqbal mengenai riwayatnya, karya-karyanya dan tentang hasil
pemikiran dari kegiatan filsafatnya. Di zaman era modern ini, tampaknya masyarakat
islam tertinggal jauh dengan masyarakta non muslim di Negara barat. Hal ini
disebabkan masyarakat islam tampaknya kurang semangat didalam mencari suatu
pengaetahuan baru. Hal ini buktikannya dengan adanya kemandekan dalam dunia
ijtihad. Masyarakat sekarang dienakkan dengan produk-produk teknologi dari Barat dan
malas dalam mencari suatu pengetahuan. Keadaan seperti ini haruslah diubah salah
satunya adalah dengan mengetahui sejarah tokoh-tokoh islam seperti mengetahui tokoh
dalam filsafat islam yang dapat kita contoh bagaimana para tokoh tersebut
menggunakan pemikirannya demi mencari suatu pengetahuan yang belum ada
sebelumnya.
Kemudian dengan kita mengetahui salah satu tokoh filsafat islam kita juga
diharapkan dapat memperkuat keimanan kita dengan jalan mempelajari hakikat
ketuhanan, manusia, dan alam semesta sehingga dengan rasa iman yang kuat kita tidak
mengalami goyah keimanan dalam hati umat islam seperti juga yang terjadi pada era
sekarang yang umat islam rela unutk keluar dari agamanya karena hal-hal yang sepele.
Salah satu tokoh filsaafat yang akan kita pelajari dalam makalah ini adalah tentang
filsafat Muhammad Iqbal mengenai riwayatnya, karya-karyanya dan tentang hasil
pemikiran dari kegiatan filsafatnya.
Kemudian dengan kita mengetahui salah satu tokoh filsafat islam kita juga diharapkan
dapat memperkuat keimanan kita dengan jalan mempelajari hakikat ketuhanan,
manusia, dan alam semesta sehingga dengan rasa iman yang kuat kita tidak mengalami
goyah keimanan dalam hati umat islam seperti juga yang terjadi pada era sekarang yang
umat islam rela unutk keluar dari agamanya karena hal-hal yang sepele. Salah satu
tokoh filsaafat yang akan kita pelajari dalam makalah ini adalah tentang filsafat
Muhammad Iqbal mengenai riwayatnya, karya-karyanya dan tentang hasil pemikiran
dari kegiatan filsafatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Muhammad Iqbal?
2. Apa saja karya-karya filsafat yang telah ditulis Muhammad Iqbal ?
3. Bagaimana pemikiran -pemikiran filsafat Muhammad Iqbal ?
4. Pengertian Pendidikan Menurut Isamil Raji Al-Faruqi
5. Tujuan Pendidikan Menurut Ismail Raji Al-Faruqi
6. Kurikulum dan materi Menurut Ismail Raji Al-Faruqi
C. Tujuan Penulisan.
Dalam penulisan makalah ini adalah agar kita dapat lebih menetahui salah
satu tokoh filsuf islam, dengan mengetahui tokoh filsuf islam tersebut kita
diharapkan dapat mencontoh dan kita dapat mengembangkan pemikiran
tersebut demi tercapainya kemajuan umat islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1985 ia pergi ke Lahore, salah satu kota di India yang menjadi pusat
kebudayaan, pengetahuan, dan seni. Di kota ini ia bergabung dengan perhimpunan
sastrawan yang sering diundang musya;arah, yakni pertemuan-pertemuan di mana para
penyair membacakan sajak-sajaknya. Ini merupakan tradisi yang berkembang di Pakistan
dan India hingga kini. Di kota Lahore ini, sambil menalnjutkan pendidikan sarjananya ia
mengajar fislafat di Government College. Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A.,
kemudian ia mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu
dengan Sir Thomas Arnold ( orientalis Inggris yang terkenal ). yang mengajarkan Filsafat
Islam di College tersebut. Antara keduanya terjalin hubungan intim melebihi hubungan
guru dengan murid, sebagai tertuang dalam kumpulan sajaknya Bang-i- Dara.
Dengan dorongan dan dukungan Arnold, Iqbal menjadi terkenal sebagai salah seorang
pengajar yang berbakat dan penyair di Lahor. Sajak-sajaknya banyak diminati orang. Pada
tahun 1905, ia studi di Cambridge pada R.A. Nicholson, seorang spesialis dalam sufisme,
dan seorang Neo-hegelian, yaitu Jhon M.E. McTaggart, Iqbal kemudian belajar di
Heidelberg das Munich. Di Munich, ia menyelesaikan doktornya pada tahun 1908 dengan
disertasi, The Development of Metaphysics in Persia. ( Disertasi ini kemudian diterbitkan
di London dalam bentuk bukum dan dihadiakan Iqbal kepada gurunya, Sir Thomas Arnold
). Setelah mendapatkan gelar doktor, ia kembali ke Londonuntuk belajar di bidang
keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London.
Selama di Eropa, Iqbal tidak jemu-jemu menemui para ilmuwan untuk mengadakan
berbagai perbincangan tentang persoalan-persoalan keilmuan dan kefilsafatan. Ia juga
memperbincangkan Islam dan peradapannya. Disamping itu, Iqbal memberikan ceramah
dalam berbagai kesempatan tentang Islam. Isi ceramahnya tersebut dipublikasikan dalam
berbagi penrbitan surat kabar. Ternyata setelah menyaksikan langsung dan mengakaji
kebudayaan Barat, ia tidak terpesona oleh gemerlapannya dan daya pikat kebudayaan
terebut. Iqbal tetap concern pada budaya dan kepercayaan.
Pada tahun 1908, Iqbal kembali ke Lohere dan mengajar di Government College
dalam mata kuliah filsafat dan sastra Inggris. Untuk bebrapa tahun, ia sempat menjabat
Dekan Fakultas Kajian-KajianKetmuran dan ketua jurusan Kajian-kajina Filosofis. Selain
tiu, Iqbal juga menjadi anggota dalam komisi-komisi yang meneliti masalah perbaikan
pendidikan di India. Ini semua tidak berlangsung lama. Ia beralih profesi dalm bidang
hukum. Profesi ini digelutinya hingga ia sering sakit tahun 1934, empat tahun sebelum ia
meninggal dunia. Disamping itu, ia meneruskan kegemarannya dalam menulis prosa dan
puisi. Dalam tulisan-tulisannya, Iqbal berusaha mengkombinasikan apa yang dipelajarinya
di Timur dan di barat , serta warisan intelektual Islam untuk menghasilkan reinterpretasi
pemahaman Islam.
Dalam bidang politik Iqbal juga mengambil bagian, bakan menjadi tulang punggung
partai Liga Muslim India. Pada tahun 1926 ia terpilih menjadi anggota Majelis Legislatif
di Punjab, sementara itu kegiatannya di Liga Muslim tidak terhenti. Pada tahun 1930 ia
menjadi presiden Liga Muslim India. Ketika konferensi tahunan Liga Muslim di Allahad
tanggal 29 Desember 1930, Iqbal adalah orang yang pertama kali menyerukan dibaginya
India, sehingga kaum muslimin mempunyai negara otonom, hal itu tidak bertentangan
dengan persatuan umat Islam dan pan-islamis. Dengan pemikiran tersebut, ia dijului
sebagai Bapak Pakistan. Pada tahun 1931 dan 1932, Iqbal mengikuti Konferensi Meja
Bundar di London. Konferensi ini membahas konstitusi baru bagi India. Sepulangnya dari
London, Iqbal menyempatkan untuk singgah di Spayol untuk menyaksikan peniggalan
kaum muslimin. Di Spayol ini, ia menemukan ide-ide baru yang mengubah sajak-
sajaknya, idantara puisinya yang terkenal adalah Di Masjid Cordova. Puisi ini digubah
Iqbal dan diterbitkan dalm Bal-i-Jibril, salah satu karyanya yang terkenal.
Pada tahun 1922, Iqbal mendapat gelar Sir dari pemerintahan Inggris yang diusulkan
oleh wartawan Inggris dengan mengirimkan surat undangan kepada Iqbal. Sebenarnya
Iqbal, tidak mau untuk menghadiri undangan tersebut tetapi dorongan dari
sahaatnya,Mirza Jalaluddin, akhirnya ia mau. Dan sesampai di Inggris, ia juga
mensyaratkan kepada pemerintahan Inggris bahwa ia bersia untuk diberi gelar Sir jika
gurunya yang bernama Mir Hasan diberi gelar Syams al-Uama. Akhirnya pemerintahan
Inggris, setuju walaupun gurunya tersebut tidak terkenal dan belum patut diberi gelar
demikian.
Pada tahun 1935, istrinya Iqbal meninggal, sehingga Iqbal mengalami kesedihan yang
berlarut-larut. Akibat dari kesedihan tersebut Iqbal terkena berbagai penyakit yang
menyebabkan fisiknya melemah. Walaupun fisiknya melemah tetapi Iqbal tetap semangat
dalam menulis pemikiran-pemikirannya dan tidak henti mengubah sajak-sajaknya. Dan
pada tahun 1938 penyakitnya bertambah parah, dan akhirnya ia meninggal pada usia 60
tahun (menurut kalender Masehi) atau 63 tahun ( menurut kalender Hijriyah ). Tepatnya
tanggal 21 April 1938.
b. Ketuhanan
Pemahaman Iqbal tentang Ketuhanan mengalami tiga tahap perkembangan, sesuai
dengan pengalaman yang dilaluinya dari tahap pencarian sampai ke tahap kematangan.
Ketiga tahap itu adalah :
Tahap pertama (dari tahun 1901 sampai kira-kira tahun 1908). Muhammad Iqbal
cenderung sebagai mistisikus-panteistik. Hal itu terlihat pada kekagumannya pada
konsepsi mistik yang berkembang di wilayah Persia, lewat tokoh tasawuf falsafi, seperti
Ibn Arabi. dan pada tahap ini ia meyakini Tuhan sebagai keindahan Abadi,
Keberadaan-Nya tanpa tergantung pada sesuatu dan mendahului segala sesuatu, bahkan
menampakkan diri dalam semuanya itu. Dia menyatakan dirinya di langit dan di bumi,
di matahari dan di bulan, disemua tempat dan keadaan.
Tuhan sebagai keindahan Abadi adalah sumber, esensi, dan ideal segala sesuatu. Tuhan
bersifat universal dan melingkupi segalanya seperti lautan, dan individu adalah seperti
halnya setetes air atau seperti matahari dengan lilin. Pemikirannya yang demikian itu
terpengaruh oleh Plotinus yang mengembangkan pemikiran Plato yang menganggap
bahwa Tuhan sebagai Keindahan Abadi.
Tahap kedua (1908-1920). Pada tahap ini, ia mulai meragukan tentang sifat kekal dari
keindahan dan efisiensinya. Serta kausalitas akhirnya. Sebaliknya, tumbuh keyakinan
akan keabadian cinta, hasrat, dan upaya atau gerak. Dan ia mulai tertarik kepada rumi
(Romawi) yang dijadikan sebagai pembimbing rohaninya. dan Tuhan bukan lagi
dianggap sebagai Keindahan Luar, tetapi sebagai Kemauan Abadi, sementara
Keindahan hanyalah sebagai sifat Tuhan disamping ke-Esa-an Tuhan. Karena itu,
Tuhan itu menjadi asas rohaniah tertinggi dari segala kehidupan.
Tahap ketiga (1920-1938). Jika pada tahap kedua dapat dianggap sebagai tahap
pertumbuhan, maka pada masa ketiga ini dapat dianggap sebagai masa kedewasaan dan
merupakan pengembangan menuju kematangan konsepsi tentang Ketuhanan. Tuhan
adalah” hakikat sebagai suatu keseluruhan”, pada dasarnya bersifat spiritual, dalam arti
suatu individu dan suatu ego. Tegasnya, tuhan adalah ego mutlak, karena Dia meliputi
segalanya, tidak ada sesuatu pun di luar Dia, merupakan sumber segala kehidupan dan
sumber dari mana ego-ego bermula, yang menunjang adanya kehidupan itu. Untuk
menjadi sempurna memerlukan suatu keadaan di mana tak ada bagian organisme yang
terlepas dapat hidup secara terpisah. Dari bagian ini jelas bahwa individu yang
sempurna merupakan unsur paling esensial dalam konsepsi al-Qur’an tentang Tuhan
Am Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus, ( Jakarta : PPA Counsultans, 2010 ), hal. 65-69
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyudin, ( Bandung : Pustaka,
1995 ) hal. 55-96.
Muhammad Shafiq, Mendidik Generasi Baru Muslim, ( Jakarta : Pustaka Pelajar, 2000 ), hal.
33-34.
\
Ismail Raji al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, hal. 33