PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
satu lembaga pendidikan terbaik anak benua India ini, Iqbal menekuni sastra serta
filsafat Arab dan Inggris. Ia lulus dengan predikat cumlaude.
Muhammad Iqbal adalah seorang yang kreatif berpuisi. Segala pemikiran dan
perjuangannya terpancar dalam puisinya yang bernafaskan Islam dengan pengolahan
bahasa dan bait syair yang indah. Oleh kerana itu beliau lebih dikenal sebagai sastrawan
besar islam. Antara karya puisinya yang dianggap besar pernah diterbitkan ialah Asrari
Khudi (Rahasia Pribadi), terbit pada tahun 1915, diikuti dengan Rumuz bi Khudi
(Rahasia tidak Mementingkan Diri Sendiri), pada tahun 1917, Fayami Mashriq (Pesan
Untuk Timur), Tulu'ul Islam (Munculnya Islam) dan banyak lagi pada tahun-tahun
berikutnya, bukunya yang dianggap penting ialah Reconstruction of Religious Thought
in Islam (Membina Kembali Cita-Cita Keagamaan Dalam Islam), Develoment of
Methaphysies in Persia : A Contribution to the History of Moslem Philoshopy
(perkembangan metafisika Persia suatu sumbangan untuk sejarah filsafat Islam) dan
sebuah lagi yang tidak dapat disiapkannya kerana sakit tua yang dideritanya ialah The
Reconstruction of Muslim Jurisprudence. Kebanyakan sajak-sajaknya ditulisnya dalam
bahasa Parsi dan Urdu.
Iqbal, penyair dan filsuf Timur, telah mengukir hidupnya sedemikian rupa
hingga akan dikenang umat manusia ratusan tahun yang akan datang, sebab seluruh
karyanya dalam bentuk puisi dan prosa dalam bahasa Urdu, Parsi, dan Inggris telah
terdokumentasi dengan baik. Intelektualisme Iqbal dapat ditinjau dari berbagai
jurusan: puisi, filsafat, hukum, pemikiran Islam, dan kebudayaan dalam makna
sempit.
3
Iqbal mengkritik Ernest Renan yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah
musuh besar Islam. Renan sama sekali salah, kata Iqbal. Musuh Islam yang terbesar
menurut Iqbal adalah gagasan tentang ras (race-idea) yang juga sebenarnya
merupakan musuh terbesar kemanusiaan. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban seluruh
pecinta kemanusiaan untuk berontak melawan hasil temuan setan yang mengerikan
ini.
4
legalitas kehidupan duniawi. Sedangkan kegagalan Kristen adalah dalam
memberikan nilai-nilai kepada pemeliharaan Negara, undang-undang dan organisasi
disebabkan terlalu mementingkan segi ibadah ritual. Dalam kegagalan kedua agama
tersebut, menurut Iqbal, al-Qur’an berada di tengah-tengah dan sama-sama
mengajarkan keseimbangan kedua kehidupan tersebut, tanpa membeda-bedakannya.
Baginya antara politik pemerintahan dan agama tidak ada pemisahan sama sekali.
Inilah yang dikembangkannya dalam merumuskan ide berdirinya Negara Pakistan
yang memisahkan diri dari India yang mayoritas Hindu.
3. Pemikiran tentang Hadith
Sejak dulu hadith memang selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji.
Baik umat Islam maupun kalangan orientalis. Tentu saja maksud dan titik berangkat
dari kajian tersebut berbeda pula. Umat Islam didasarkan pada rasa tanggung jawab
yang begitu besar terhadap ajaran Islam. Sedangkan orientalis mengkajinya hanya
untuk kepentingan ilmiah. Bahkan terkadang hanya untuk mencari kelemahan ajaran
Islam lewat ajaran Islam itu sendiri.
Iqbal memandang bahwa ummat Islam perlu melakukan studi mendalam
terhadap literatur hadith dengan berpedoman langsung kepada Nabi sendiri selaku
orang yang mempunyai otoritas untuk menafsirkan wahyunya. Hal ini sangat besar
faedahnya dalam memahami nilai-nilai hidup dari prinsip-prinsip hukum Islam
sebagaimana yang dikemukakan al-Qur’an.
Iqbal sepakat dengan pendapat Syaikh Waliyullah tentang hadith, yaitu cara
Nabi dalam menyampaikan dakwah Islam dengan memperhatikan kebiasaan, cara-
cara dan keganjilan yang dihadapinya ketika itu. Selain itu juga Nabi sangat
memperhatikan sekali adat istiadat penduduk setempat. Dalam penyampaiannya,
Nabi lebih menekankan pada prinsip-prinsip dasar kehidupan sosial bagi seluruh
umat manusia, tanpa terkait oleh ruang dan waktu. Jadi peraturan-peraturan tersebut
khusus untuk umat yang dihadapi Nabi. Untuk generasi selanjutnya, pelaksanaannya
mengacu pada prinsip kemaslahatan. Dari pandangan ini Iqbal menganggap wajar
saja kalau Abu Hanifah lebih banyak mempergunakan konsep istihsan dari pada
hadits yang masih meragukan kualitasnya. Ini bukan berarti hadith-hadith pada
jamannya belum dikumpulkan, karena Abu Malik dan Az-Zuhri telah membuat
koleksi hadits tiga puluh tahun sebelum Abu Hanifah wafat. Sikap ini diambil Abu
Hanifah karena ia memandang tujuan-tujuan universal hadith daripada koleksi
belaka.
5
4. Pemikiran tentang Ijtihad
Menurut Iqbal, ijtihad adalah “Exert with view to form an independent
judgment on legal question” (bersungguh-sungguh dalam membentuk suatu
keputusan yang bebas untuk menjawab permasalahan hukum). Kalau dipandang,
baik hadith maupun al-Qur’an memang ada rekomendasi tentang ijtihad tersebut.
Disamping ijtihad pribadi, hukum Islam juga memberi rekomendasi keberlakuan
ijtihad kolektif. Ijtihad inilah yang selama berabad-abad dikembangkan dan
dimodifikasi oleh ahli hukum Islam dalam mengantisipasi setiap permasalahan
masyarakat yang muncul sehingga melahirkan aneka ragam pendapat (madzhâb).
Sebagaimana mayoritas ulama, Iqbal membagi ijtihad ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara praktis
hanya terbatas pada pendiri madzhâb-mazhâb saja.
b. Otoritas relatif yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari satu
madzhâb.
c. Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam kasus-kasus
tertentu, dengan tidak terkait pada ketentuan-ketentuan pendiri madzhâb.
Iqbal menggaris bawahi pada derajat yang pertama saja. Menurut Iqbal,
kemungkinan derajat ijtihad ini memang disepakati diterima oleh ulama ahl al-
sunnah, tetapi dalam kenyataannya dipungkiri sendiri sejak berdirinya mazhâb-
mazhâb. Ide ijtihad ini dipagar dengan persyaratan ketat yang hampir tidak mungkin
dipenuhi. Sikap ini, lanjut Iqbal, adalah sangat ganjil dalam suatu sistem hukum al-
Qur’an yang sangat menghargai pandangan dinamis. Akibat ketentuan ketatnya
ijtihad ini, menjadikan hukum Islam selama lima ratus tahun mengalami stagnasi dan
tidak mampu berkembang . Ijtihad yang menjadi konsep dinamis hukum Islam hanya
tinggal sebuah teori-teori mati yang tidak berfungsi dan menjadi kajian-kajian masa
lalu saja. Demikian juga ijma’ hanya menjadi mimpi untuk mengumpulkan ulama,
apalagi dalam konsepnya satu saja ulama yang tidak setuju maka batallah
keberlakuan ijma’ tersebut, hal ini dikarenakan kondisi semakin meluasnya daerah
Islam. Akhirnya kedua konsep ini hanya tinggal teori saja, konsekuensinya, hukum
Islam pun statis tidak berkembang selama beberapa abad.
5. Pemikiran Politiknya
6
Pada tahun 1927, Iqbal berkiprah di arena politik secara aktif dan Ia dipilih
sebagai perwakilan Dewan Punjab selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1930
diangkat menjadi presiden Sidang Tahunan Liga Muslim yang berlangsung di
Allahabad. Dalam kesempatan ini Iqbal mengutarakan ide pembentukan sebuah
negara Islam Pakistan. Ide ini dibentangkan berdasarkan geografi, keagamaan dan
kesejahteraan masyarakat Islam yang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan
masyarakat Hindu. Tujuan membentuk negara islam itu ditegaskan oleh Iqbal dalam
rapat Liga Muslim pada tahun 1930 yang mendapat dukungan dari para anggotanya.
Sejak saat itu ide dan tujuan pembetukan negara Islam tersebut diumumkan secara
resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India.
Disebabkan gagasan ide ini, Iqbal telah diberi julukan sebagai : ‘Bapak Pakistan’.
Daerah-daerah yang diinginkan oleh Iqbal menjadi satu negara Islam India adalah
Punjab, daerah perbatasan Utara Sind dan Balukhistan. Di samping menyuarakan
pembentukan negara Islam Pakistan, Iqbal juga menyeru kepada kebangkitan dan
mempererat persaudaraan Islam sedunia. Bagaimanapun sebagai seorang yang
dilahirkan di Timur, Iqbal tetap mempertahankan dan menyanjung kebudayaan dan
keperibadian Timur yang halus, tinggi dan indah. Tentunya termasuk dalam arti kata
Timur itu ialah hasil budaya masyarakat benua kecil India. Terbentuknya negara
islam Pakistan sebagaimana yang dicita-citakan Muhammad Iqbal dapat tercapai
pada tahun 1947 setelah beliau meninggal dunia.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
semua pihak yaitu jangan puas dengan kemapanan yang sahabat miliki sekarang, itu
hanya tipudaya yang sangat melemahkan pemikiran kita dalam berproses, tidak ada
pengetahuan yang suci di dunia ini, siapapun boleh menyampaikan dan
mengekspresikanakan. Bangunlah dari tidur lamamu sudah waktunya matahari timur
meneranginya.