Anda di halaman 1dari 6

Disertasi ini berusaha mengungkapkan gagasan-gagasan Mulla Sadra dalam persoalan eskatologi

dengan prinsip-prinsip yang membangun gagasan tersebut dan upayanya dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan eskatologi yang telah menyebabkan konlik yang dalam antara iloso dan
teolog. Usaha ini dilakukan dengan mengkaji sumber utama dari Mulla Sadra. yaitu karyanya at
i/vab atMvta`ti,,ab fi at..fr at.qti,,ab atarba`ab.
!ada akhirnya kajian ini menyimpulkan bahwa pandangan eskatologi yang digagas Mulla
Sadra adalah pandangan eskatologi yang di dasari argumentasi rasional dan berkesesuaian dengan
doktrin teologis dan hasil intuiti irani sehingga pandangan eskatologi yang di gagas Mulla Sadra
mampu memberikan solusi bagi persoalan-persoalan eskatologi yang terjadi.
Apa yang dihasilkan melalui disertasi ini membantah pandangan : 1. Sibawaihi yang
menyatakan : Kuatnya patri bangunan pemikiran eskatologi ini dalam lingkungan Islam, tampaknya,
dalam asumsi penulis, memiliki akar dan hubungan langsung dengan sosok besar al-Ghazal. \akni,
pada Abad !ertengahan, ketika terjadi kontroersi pemikiran antara para ilsu fata.ifab) dan para
teolog vvta/attivvv), tokoh ini muncul, lalu meruntuhkan konsepsi-konsepsi eskatologi terutama
konsepsi para ilsu` ,./atotogi .tCbati aav atvr Rabvav, \ogyakarta, 2004, hal.13, 2. Jane
Idelman Smith and \Vone \azbeck laddad yang menyatakan bahwa Kajian eskatologi setelah al-
Ghazal hanya bersiat literal` , Jane Idelman Smith and \Vone \azbeck laddad, 1be .tavic
|vaer.tavaivg of Deatb ava Re.vrretiov, Lnglish : Oxord Uniersity !ress, 2002 hal. 62, 3. lazlur
Rahman : .walaupun pada akhirnya ia ,Mulla Sadra, memberikan solusinya sendiri yang secara
identik, atau nyaris, sama dengan salah satu alternati-alternati tersebut. Misalnya, ketika ia menolak,
dalam pembahasan tentang eskatologi, solusi-solusi al-Ghazal. !adahal, solusinya sendiri nyaris tidak
dapat dibedakan dari solusi yang ditawarkan al-Ghazal tentang kebangkitan jasmani sebagai tatanan
badan-citra` ,1be Pbito.ob, of Mvtta baara, New \ork, State Uniersity o New \ork, Albany, 195.
p. 11,
RLSUML DISLR1ASI
PANDANGAN LSKA1OLOGI MULLA SADRA
Kekeliruan utama pandangan pemikir muslim modern yang beranggapan bahwa kajian eskatologi
merupakan kajian yang telah baku dan berakhir di tangan tokoh besar Muhammad al-Ghazali.,1,
,450-505 l, adalah kekeliruan yang telah memberikan eek hilangnya kajian serius di dunia modern
tentang metaisika akhirat.
Secara umum di abad pertengahan kajian eskatologi, terintegrasi di dalam ilsaat sebagai bagian
dari upaya para iloso muslim untuk membuktikan keberlangsungan eksistensi jiwa pasca kematian
dan upaya pembuktian secara ilosois tentang keberadaan kehidupan akhirat. Sumbangan besar yang
diberikan para iloso muslim tersebut bukan hanya terbatas pada wilayah keyakinan keberagamaan
akan tetapi pada pengetahuan yang lebih mendalam berkaitan dengan substansi jiwa. Ibn Sina ,30-
428 l, yang merupakan tokoh pendiri madrasah ilsaat !eripatetik Ma.,i,,ab) maupun Syaykh
Isyraq ,549-58 l, tokoh utama pendiri ilsaat Iluminasi .,raqi,,ab), telah mencurahkan perhatian
serius dalam bidang ini sehingga melahirkan pandangan-pandangan mendalam berkaitan dengan
keadaan jiwa pasca kematian.
Anggapan akan kebakuan kajian eskatologi dan memasukkan eskatologi hanya pada wilayah
sempit teologi adalah sebuah reduksi terhadap salah satu di antara warisan ilmiah yang spekulati.
Sedikitnya sumbangan pemikir muslim modern terhadap psikologi modern yang cenderung
materialistis adalah karena rendahnya kajian ilmiah di dunia islam berkaitan dengan persoalan jiwa
dan keabadian jiwa pasca kehancuran raga.
Di dunia modern menurut Mulyadhi Kartanegara jiwa masih berada hanya pada tataran
neurologis. Bahkan Mulyadhi memberikan kritik dengan menyebut psikologi modern sebagai braiv
ba.ea .,cbotog, bahwa menurutnya jika jiwa tidak lebih sebagai bagian neurologis dan suatu saat otak
manusia tersebut mengalami kehancuran maka tidak akan ada bagian yang surie dari kehidupan
manusia tersebut. ,2,
!andangan psikologi modern yang seperti ini bertentangan sekali dengan apa yang ditawarkan
agama bagi kehidupan manusia. Agama tidak hanya sebuah rangkaian peribadatan akan tetapi
pandangan dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada dalam bentuk material juga memiliki
dimensi ruhaniah, bahkan dimensi ruhaniah inilah yang paling dominan dan hakiki mempengaruhi
realitas material.
Agama memberikan keyakinan kepada manusia bahwa keselamatan kehidupan manusia dalam
tahap jangka panjang hanya terjadi jika manusia memiliki kesadaran terhadap kehidupan ruhaninya
dan mengolah alam semesta dalam upaya untuk meningkatkan kualitas ruhaniah bukan
mengekploitasi semesta hanya untuk kepentingan material sesaat.
Kesadaran seperti ini hanya akan dapat di apresiasi sekiranya kajian eskatologi yang jauh lebih luas
dari pemaknaan terhadap doktrin-doktrin agama yang bersiat literal ,3, dapat dihidupkan kembali
sehingga dapat memberikan sumbangan mendasar pada pandangan psikologi modern.
Lskatologi berasal dari kata .catov yang secara hariah dimaknai doktrin tentang akhir, sebuah
doktrin yang membahas tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup
manusia, seperti , kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitan kembali, pangadilan akhir,
surga-neraka dan lain sebagainya,4,. Karenanya di dalam membicarakan persoalan eskatologi,
persoalan mendasar yang juga menjadi pembicaraan adalah keberadaan Ruh atau Jiwa pada diri
manusia dan bagaimana Ruh atau Jiwa dapat terus ada selama kematian terjadi. lal ini merupakan
doktrin prinsip pada semua agama yang sama sekali tidak disentuh pada psikologi dunia modern.
Dalam istilah Islam Lskatologi dikenal dengan sebutan Ma`a, secara khusus al-1atazan
memaknai Ma`a sebagai berikut :
Merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah kembalinya sesuatu kepada apa
yang ada sebelumnya dan yang dimaksud ini adalah kembalinya keberadaan setelah kehancuran, atau
kembalinya bagian-bagian tubuh kepada penyatuan setelah keterpisahan, kepada kehidupan setelah
kematian, ruh kepada tubuh setelah terpisah, sedangkan kebangkitan ruhani murni sebagaimana
pandangan para iloso bermakna kembalinya ruh kepada asalnya yang nonmaterial dari keterikatan
dengan tubuh material dan penggunaan alat-alat isik atau keterlepasan terhadap kegelapan yang
menyelimutinya. ,5,
Al-Qur`an sebagai sumber utama Islam menegaskan prinsip keyakinan ini sebagai berikut :
ahai manusia, jika kamu merasa ragu tentang kebangkitan, ketahuilah bahwa sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna dan yang belum sempurna bentuknya, agar Kami
menjelaskan hal itu pada kamu. Kami jadikan dalam rahim yang Kami inginkan dalam kurun waktu
yang sudah ditentukan, lantas Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian ,menopang kamu,
sampai kamu mencapai kedewasaan. Dan diantara kamu ada yang diwaatkan dan adapula yang
diberi umur panjang sampai pikun, agar ia tidak lagi mengetahui apa yang diketahuinya dulu. Dan
kamu lihat bumi ini kerontang, kemudian tatkala Kami turunkan air di atasnya maka hiduplah bumi
ini dan tumbuh suburlah beraneka tumbuhan yang indah. \ang demikian itu disebabkan Allah Maha
Benar ataqq). Dialah yang menghidupkan segala yang mati. Dialah yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Sesungguhnya hari kiamat pasti datang -tak ada keraguan padanya- ketika 1uhan akan
membangkitkan semua orang di dalam kubur. ,6,.
!rinsip eskatologi menjadi satu bagian dari prinsip keimanan di dalam Islam, tanpa keyakinan
tentang prinsip ini maka batallah keimanan seseorang terhadap Islam, namun demikian prinsip ini
menjadi sebuah diskursus yang sangat panjang di dalam Islam bukan berkaitan terhadap dasar
keberadaannya akan tetapi berkaitan dengan pembuktian ilosois terhadap pandangan eskatologi ini
serta bagaimana bentuk kehidupan yang akan muncul pasca kematian tersebut.
Diskursus tentang pandangan ini terjadi terutama pada dua wilayah kajian ilmiah islam, Ilmu
Kalam dan lilsaat.,, Dalam Ilmu Kalam pembicaraan pada umumnya berkisar pada argumentasi
tentang kebangkitan, Kematian, Barzakh, Surga-Neraka, Kebahagiaan dan penderitaan, Keabadian di
akhirat, Kebangkitan jasmani dan Syaaat. Sedangkan pada ilsaat, pembicaraan tentang kebangkitan
meliputi ruang yang lebih luas, bukan hanya dalam persoalan yang telah disebutkan di atas, akan
tetapi juga meliputi masalah ruh, jiwa dan jasmani, bentuk keterikatan antara ruh, jiwa dan jasmani,
kemustahilan kebangkitan setelah ketiadaan `aab atMa`avv) dan sebagainya. ,8,.
lilsaat dan Kalam menjadi dua khazanah Islam yang cukup signiikan dalam menopang
peradaban Islam, tidak jarang argumentasi ilosois digunakan Kalam dalam upaya membuktikan
kebenaran doktrin-doktrin Islam, tidak jarang pula lilsaat khususnya lilsaat Islam mendapatkan
inspirasi dari ilmu Kalam dalam menjawab persoalan ilsaat. Akan tetapi kedua cabang ilmu ini
seringkali melahirkan dua kebenaran yang berbeda, dan tentu saja pada akhirnya menimbulkan
konlik. !ara 1eolog tentu beranggapan bahwa kebenaran yang bertentangan dengan doktrin-doktrin
wahyu adalah kesesatan sedangkan liloso beranggapan bahwa kebenaran yang tidak rasional perlu
diinterpretasi ulang. Dua khazanah ilmiah yang berbeda ini pada satu masa mengalami benturan yang
cukup dahsyat terutama dalam membicarakan persoalan eskatologi.
!uncak benturan tersebut terjadi ketika secara terbuka al-Ghazal menyerang keyakinan para
iloso lewat bukunya 1abfvt atat.iffab) dan Ibn Rusyd ,520-595 l, menyerang balik serangan
al-Ghazal ini dengan bukunya 1abfvt at1abfvt ). Di antara persoalan mendasar yang menjadi
pusat serangan al-Ghazal adalah persoalan keyakinan para iloso tentang kebangkitan ruhaniah,
pandangan ini terutama berdasarkan pandangan Ibn Sina. Bagi al-Ghazal keyakinan yang seperti ini
sangat bertentangan dengan prinsip al-Quran yang secara khusus menyebutkan bahwa kebangkitan
manusia tidak hanya jiwa akan tetapi juga meliputi isik. !andangansi eskatologi para iloso ini
menegasikan kekuasaan 1uhan, bukankah 1uhan itu Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk
sekedar menampilkan kembali isik yang telah hancur ataupun mewujudkan yang baru
Sejarah kemudian mencatat eek dari konlik ini yang cukup signiikan. Nurcholis Madjid
menyatakan serangan al-Ghazal hampir sempurna sehingga orang takut berilsaat dan khawatir
dihukum kair ,11,. Konlik tersebut kemudian memunculkan atwa-atwa ekstrem terhadap para
iloso seperti yang dilakukan Ibn Salah,12,. !aling tidak eek yang terasa kemudian, terciptanya
jurang yang cukup dalam antara para 1eolog dengan para liloso disamping pengaruh Imam al-
Ghazal yang semakin dominan di dunia Islam.
Namun demikian sekalipun serangan tehadap ilsaat sangat luar biasa terjadi, pada sebagian
wilayah Islam, ilsaat terus hidup bahkan melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Suhrawardi yang
mendirikan aliran lilsaat Isyraqiyyah dan ilsaat pada akhirnya melahirkan iloso besar yaitu Mulla
Sadra yang mendirikan aliran ilsaat ati/vab atMvta`ti,,ab ).
Kebesaran dan keagungan ilsaat ati/vab atMvta`ti,,ab terutama dalam keberhasilannya
melakukan sintesis terhadap berbagai aliran pemikiran di dunia Islam yang sebelumnya seakan-akan
memiliki paradigma tersendiri dan menghasilkan kebenarannya sendiri-sendiri. !aling tidak ada tiga
aliran pemikiran yang berhasil disintesis Mulla Sadra antara lain , 1asawu, 1eologi dan lilsaat.
.ti/vab atMvta`ti,,ab, magnum opus Mulla Sadra merupakan sintesis dari ketiga corak berikir
tersebut, yaitu : 1eologi dengan karakter dialektikal-polemikal aaaati), ilsaat dengan karakter
demonstratie,burhani, theosopi Illuminastik dan gnostik dengan karakter zawqi ditambah dengan
elemen naqli yang berasal dari al-Qur`an, hadist dan ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi 1halib r.a.
Sebagaimana yang dinyatakan lossein Nasr :
Keluar biasaan Mulla Sadra adalah keberhasilannya melakukan sintesis dan penyatuan terhadap
tiga arus kebenaran utama, antara lain, wahyu, demonstrasi rasional dan penyucian jiwa, yang
membelokkan arah ilsaat menuju illuminasi. Baginya gnostik, ilsaat dan wahyu agama merupakan
elemen harmonisasi yang keharmonisan tersebut bermuara pada pola hidup yang ditampilkannya
sebaik tulisannya. Dia memormulasi sebuah perspekti dalam kerangka demonstrasi rasional ilsaat
sekalipun tidak terbatas pada ilsaat yunani namun juga menjadi sangat erat kaitannya dengan al-
Qur`an, hadis dan pernyataan para Imam, dan kesemuanya menyatu dalam doktrin gnostik sebagai
hasil dari iluminasi yang diterima melalui penyucian diri. Karena itulah mengapa tulisan-tulisan Mulla
Sadra merupakan kombinansi dari pernyataan-pernyataan logika, intuisi gnostik, hadist dan sunnah
Nabi serta ayat-ayat al-Qur`an` ,14,
Sintesis atas ketiga aliran pemikiran ditambah dengan bimbingan hadist-hadist dari Ali bin Abi
1alib di atas yang dilakukan Mulla Sadra telah melahirkan sebuah bangunan ilsaat yang kokoh yang
dinyatakan oleh para ahli tidak semata aksidental saja, melainkan metode alternati, konseptual dan
ontologis,15,. Karenanya bagi sebagian pemikir ilsaat, Mulla Sadra dianggap sebagai puncak eolusi
pemikiran ilsaat sebelumnya.
1ujuan utama ilsaat bagi Mulla Sadra adalah upaya mencapai kesempurnaan hakiki manusia
bukan hanya dalam konteks kehidupan sosial masyarakat, sebagaimana yang terjadi pada ilsaat
sebelumnya terutama pada ilsaat Barat. Karena itu di dalam ilsaatnya, Mulla Sadra menjelaskan
secara spesiik pandangan theodesi dan eskatologi, sebagai sebuah bagian perjalanan ruhani yang
harus dilewati oleh setiap manusia yang hendak menggapai kesempurnaan.
.ti/vab atMvta`ti,,absebagai madrasah ilsaat yang dikembangkan Mulla Sadra di angkat dari
kitab utamanya ati/vab atMvta`ti,,ab fi at..fr at.qti,,ab at.rba`ab ,!uncak kearian dalam
empat tahap perjalanan intelek,. Mulla Sadra menggambarkan bahwa manusia mencapai kearian
tertinggi haruslah melewati empat tahap perjalanan ruhaani ,16, yang semuanya terangkum dalam
rangkaian ilsaat yang dikembangkannya. Lmpat tahap perjalanan tersebut antara lain :
1.!erjalanan pertama , afr viv atKbatq ita ataq ,!erjalanan dari makhluk menuju 1uhan,. !ada
tingkat ini, perjalanan yang dilakukan adalah dengan mengangkat hijab kegelapan dan hijab cahaya
yang membatasi antara seorang hamba dengan 1uhannya. Seorang salik harus melewati stasion-
stasion, mulai dari stasion jiwa, stasion qalb, stasion ruh dan berakhir pada vaq.aa ataq.a. !ada tahap
ini perjalanan ruhani baru dimulai dari pelepasan diri dan bergabung menuju 1uhan. Dalam kajian
ilsaatnya, perjalanan pertama ini adalah gambaran dari upaya salik mengangkat kesadarannya dari
realitas makhluk lewat pembahasan wujud dalam makna umum dan juga tentang hukum-hukum
ketiadaan, entitas, gerakan material dan sustansial serta intelek.
2.!erjalanan kedua : afr bi ataq fi ataq ,!erjalanan bersama 1uhan di dalam 1uhan,. !ada
tahap ini seorang salik memulai tahap kewaliannya, karena wujudnya telah menjadi diri-Nya dan
dengan itu dia melakukan penyempurnaan dalam nama-nama agung 1uhan. 1ingkat ini adalah
tingkat penyempurnaan teologis seorang salik. Dalam konteks ini Mulla Sadra membicarakan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan.
3.!erjalanan ketiga , afr viv ataq ita atKbatq bi ataq ,!erjalanan dari 1uhan menuju Makhluk
bersama 1uhan,. Dalam stasion ini seorang salik menempuh perjalanan dalam .f`t 1uhan,
kesadaran 1uhan telah menjadi kesadarannya dan menempuh perjalanan di antara alam abarvt,
Mata/vt dan ^a.vt serta menyaksikan segala sesuatu yang ada pada alam tersebut melalui pandangan
1uhan. !embicaraan pada tingkat ini meliputi proses penciptaan dan emanasi yang terjadi pada
intelek-intelek.
4. !erjalanan keempat , afr viv atKbatq ita atKbatq bi ataq ,!erjalanan dari makhluk menuju
makhluk bersama 1uhan,. !ada tahap ini perjalanan penyaksian seluruh makhluk dan apa yang
terjadi padanya di dunia dan akhirat serta mengetahui perjalanan kembali menuju Allah dan bentuk
kembalinya serta azab dan nikmat yang akan diberikan Allah pada mereka. Karena itu pembicaraan
Mulla Sadra pada tingkat ini adalah pembicaraan yang berkaitan dengan Lskatologi atau Ma`a yang
akan terjadi pada diri manusia setelah kematiannya dan dengan bukti serta argumentasi rasional ,1,.
Di antara persoalan yang dibicarakan Mulla Sadra dalam ilsaatnya adalah persoalan eskatologi
yang merupakan substansi perjalanan keempat dari ilsaatnya. Mengingat persoalan ini merupakan
persoalan yang telah melahirkan skisma yang cukup dalam antara teologi dan ilsaat serta persoalan
yang dihadapi manusia modern saat ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka pandangan
eskatologi yang dikemukakan Mulla Sadra ini tentulah sangat menarik untuk dikaji lebih jauh
mengingat perannya sebagai sintesis dari berbagai pemikiran terutama antara teologi dan ilsaat dan
hal ini paling tidak akan memberikan jawaban yang lebih akumulati terhadap keyakinan ummat
Islam tentang prinsip Ma`a atau kebangkitan kembali dan sekaligus menjadi bukti argumentati bagi
persoalan yang dihadapi manusia modern.
Disertasi ini memetakan kembali pandangan eskatologi yang digagas Mulla Sadra dengan beragam
prinsip yang menopangnya, juga beragam persoalan yang terkait dengan kajian eskatologi seperti :
!ersoalan Jiwa, Reinkarnasi, Kebangkitan Jasmani dan pandangan Mulla Sadra terhadap pandangan
eskatologi sebelumnya serta pemaknaan yang dilakukan Mulla Sadra terhadap peristiwa-peristiwa
eskatologis.
Karena corak utama ilsaat ati/vab atMvta`ti,,ab yang dikembangkan Mulla Sadra merupakan
sintesis dari beragam corak pemikiran islam maka warna tersebut terlihat jelas dalam pandangan
eskatologinya, sebuah pandangan yang didasari demonstrasi rasional, sekaligus menawarkan gagasan-
gagasan yang berkesesuain dengan doktrin agama dan pemaknaan-pemaknaan yang bersiat
metaoris irfavi).

Anda mungkin juga menyukai