Anda di halaman 1dari 15

Oleh Kelompok 7 : 4.

Toma Sadikin
1. Muhammad Alfaridzi 5. Ibrahim Aditra
2. Fatih Ibrahim Putra M. 6. Akmad Gozana
3. Febrian Ferdy Pratama 7. Cindi Dwi Yulias S. P.
 Ikhwan al-Shafa’ dikenal dengan persaudaraan suci,
adalah kelompok pemikir Islam yang sangat disayangi
kaum ismailiyyah dan bahkan dianggap bagian dari
mereka.
 Dikenal sebagai sosok filsuf yang semacam hegel
foltaire kant dari timur tengah.
 Disebut sebagai orang yang tertidur di gua adam.
 Identitasnya belum terungkap dengan jelas, namun
diperkurakan berada sekitar abad- 10 atau ke- 11 M.
 Dianggap sebagai pemikir yang singkretsi. Pemikiran
plato dan aristoteles terutama plotinus mengalir dalam
pemikirannya.
 Magnum opus ikhwan safa’ terhimpun dalam
ensiklopedi yang terdiri ddari 52 rilsalah. Membahas
dari musik hingga sihir
 Risalah dibagi dalam 4 bagian utama. 14 matematis, 17
alam, 10 peikologi dan intelektual, 11 metafisik dan
teologi.
 Dalam Rasail, dijelaskan bahwa sebelum mempelajari fisika, logika,
dan ketuhanan maka belajarlah matematika terlebih dahulu.
 Mengikuti paham pythagorean (punya perhatian tersendiri pada
angka tertentu). Misal 4: terdapat 4 musim, 4 arah mata angin, 4
arah angin, 4 cairan dalam manusia. Dan materi dapat dibagi
menjadi 4 jelnis.
 Tuhan menciptakan 4 banyak hal dalam kelompok yang 4-4 . Pada
dasarnya berkaitan atau selaras dengan 4 prinsip spiritual yang
terdiri dari Sang Pencipta, Akal Universal, Jiwa Universal, dan Materi
Pertama.
 Dalam rasail dikemukakan bahwa pithagoras percaya “yang kedua”
menuntut adanya “yang pertama”
 Meski punya perhatian pada angka, berusaha untuk tidak terjebak
seperti pythagorean yang rancukan.
 Ikhwan al-Shafa’ juga menolak konsep reinkarnasi, dan meyakini
surga sebagai balasan.
 Pemikiran Ikhwan al-Shafa’ erat dengan dialog dalam
teks phaedo dan crito.
 Membahas tentang kepahlawanan. Kagum dengan
socrates yang tau cara mati dengan gagah dan berani.
 Pemikiran ini juga disesuaikan dengan doktrin islam.
 Ikhwan al-Shafa’ setuju dengan plato atas Pandangan
bahwa raga pnghalang kesempurnaan jiwa.
 Disisi lain Ikhwan al-Shafa’ Tidak sepakat dengan
meragukan indra seperti Plato, justru menurut mereka
malah dimulai dengan indra, dengan intelek, baru
masuk deduksi logis.
 Rasail didasarkan pada aristotelianisme dan neoplatonisme,
menggunakan doktrin-doktrinnya dan mengubah sesuai
dengan keyakinan Ikhwan al-Shafa’.
 Dalam cerita tentang muhammad: Ikhwan al-Shafa’
mengemukakan “Jika aristoteles masih hidup dan mengetahui
ajaran muhammad maka ia akan masuk islam”.
 Selain sebagai sumber, Arsitoteles juga mempengaruhi
terminologi metafisika. Seperti substansi-aksidensi, materi-
bentuk, potensi-aktualisasi, dan beberapa lainnya contoh :
“ketahuilah bahwa ada dua jenis bentuk (al-ashurah); yang
menyusun (muqawwimah) dan yang menyempurnakan
(mutammimah). Para sarjana menyebut bentuk-bentuk yang
menyusun sebagai substansi (jawahir) dan bentuk yang
menyempurnakan sebagai aksiden (a’radh).
 Emanasi maupun hierarki menjadi istilah kunci neo-
platonik. Hal ini juga tergambar jelas dalam risalah.
 Perbedaanya adalah neoplatonis sederhana, ikhwan
menjelaskan dengan kompleksitas dan kemajemukan.
“Sang pencipta-Akal-Jiwa-Materi pertama-AlamRaga
(substansi material) Mutlak-Bola Langit-Empat Unsur-
Wujud-Wujud Dunia ini (mineral,Tumbuhan, dan
binatang).
 Kajian emanasi dan hirarki mendominasi keseluruhan
teks dalam rasail Ikhwan al-Shafa’.
 Pandangan terhadap tuhan : dengan 2 cara. Tradisional
Quranik sesuai ajaran islam, dan neoplatonistik klasik
seperti kemustahilan-Nya diketahui.
 Orang yang mampu dalam berbagai bidang. Ia belajar mulai dari
sejarah, psikologi, hingga etika.
 Karyanya; sejarah dunia (Tajarib al-Umam) , kumpulan pepatah arab-
persia-yunani (Jawidan Khirad), etika (Tahdhib al-Akhlaq) , psikologi.
 Ibnu Niskawaih dikenal sebagai salah satu tokoh neo-platinisme
 Ada perbedaan mancolok tentang metode belajar filsafat antara
Miskawaih dengan neoplatonik arab. Bahwa pengaruh philosofhical
scients dari myskawaih adalah “dimulai matematika, logika, fisika, dan
metafisika”. Sedangkan neoplatonik arab yang direpresentasikan oleh
al-Farabi dan Ibnu Sina “logika adalah pengantar belajar filsafat”.
 Ia menyatakan eksistensi tuhan dan kesatuannya menggunakan
pemikiran tokoh yunani kuno yang sesuai ajaran para nabi.
 Argumen yang paling ia sukai terhadap eksistensi tuhan adalah
argumen aristotelian tentang pergerakan. Tuhan adalah unmover
mover. Tidak berubah dan berbeda dari entitas lainnya. Bahwa
eksistensi yang paling mutlak adanya adalah creator / Tuhan.
 Menggambarkan asal mula sesuatu dari tuhan melalui
emanasi : “Entitas utama merupakan sumber keberadaan atau
sebagai sebab pertama, dan dinamakan intelek yang aktif.
(kontradiksi dengan neoplatinik arab yang menyebut intelek
aktif sebagai intelek ke 10)-kedua adalah ruh-Ketiga surga”
 Tuhan menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan.
 Substansi dari ruh : mengikuti kemampuannya untuk
menerima bentuk yang berlawanan disaat yang sama. Ia
mengikuti aeistoteles dalam mengemukakannya, terlepas dari
keragaman pembagiannya. Pemahaman tentang ruh adalah
satu kesatuan, karena jika tidak maka akan kesulitan dalam
membedakan berbagai bentuk pemahaman.
 Kontribusi yang paling penting dalam pemikir neoplatonis
adalah bahwa myskawaih mengemukakan teori etika sebagai
salah satu etika yang dibahas dengan sistematis dalam filsafat
islam. (cultivarion of morals atau Tahdhib al-Akhlaq).
 Tujuannya adalah untuk menumbuhkan dalam diri kita sifat-
sifat moral yang membuat kinerja tindakan baik.
 Dalam mencapainya perlu belajar sifat, kesempurnaan,
kekuatan, dan akhir jiwa seperti dalam psikologi.
 Dalam etika ibnu Miskawaih disebutkan Ruh adalah substansi
yang berbeda dari badan.
 Dalam bagian ruh yang berbeda, terdapat bagian yang
rasional (mampu menampung kebenaran atau kepalsuan dan
tidak hanya memahami pemahamannya sendiri tetapi juga
objek yang tepat dari pemahaman )dan bagian sensual.
 kebajikan atau keunggulannya terdiri dari pengejaran
pengetahuan, fungsi esensialnya, serta penghinaan terhadap
apapun yang jasmani atau materiil. kebajikan ini, kemudian,
dapat diukur dengan sejauh mana pengembangan dari apa
yang secara alami menjadi miliknya dan menghindari semua
yang dimiliki oleh tubuh.
 Titik pembeda manusia dengan hewan lain adalah mapunya
menentukan suatu hal yang sukarla dengan refleksi diri
maupun dengan musyawarah.
 Tindakan ini terbagi menjadi 2, baik dan buruk. Tindakan
baik didefinisikan sebagai tindakan yang ditakdirkan oleh
pencipta, dan tindakan jahat didefinisikan sebagai tindakan
yang dilakukan secara sukarela tetapi menghalangi dia untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
 Mengingat tujuan yang ingin dicapai banyak namun dengan
keterbatasan manusia, maka mensyaratkan akan adanya asosiasi untuk
saling membantu dan saling mengasihi. Atau dapat dikatakan mencari
komplement diri untuk menuju sempurnaan.
 Pembagian ruh menurut myskawaih esensinya adalah platonik. Jiwa
dibagi menjadi 3: 1) rasio tempatnya di otak, 2) nafsu tempatnya
diperut, dan 3) hasrat tempatnya di hati
 dari pembagian ini dapat disimpulkan bahwa kebajikan maupun
kejahatan, dapat dibagi menjadi tiga kelompok. ketika bagian rasional
dari jiwa moderat dan merindukan pengetahuan sejati, yang
merupakan objek sejatinya, maka kebajikan, yaitu sains atau
kebijaksanaan, akan terjadi. ketika indria nafsu mencari objeknya
sendiri dalam kesederhanaan dan sesuai dengan arah nalar,
kebajikannya, yang merupakan kesederhanaan dan bersamaan,
kebebasan, akan terjadi. Ketika hasrat dikuasai oleh rasional,
pengendalian diri dan kebajikan yang menyertainya, akan
menghasilkan keberanian.
 Perpaduan yang luar biasa dari konsep kebajikan platonis dan
aristotelian ini tampaknya melanjutkan tradisi tabah dan neo-
platonik yang berusaha untuk merekonsiliasi pengajaran etis
dari plato dan aristoteles.
 miskawayh menggunakan substruktur platonis tidak hanya
untuk skema kebajikan dan kejahatannya yang sesuai, tetapi
untuk doktrin aristotelian tentang mean juga, dan dia
mengeksploitasinya untuk tujuan menentukan sifat kebajikan.
seperti Aristoteles, ia mengamati kebajikan, sebagai tidak
selalu dapat ditentukan, dan kita harus memahami dalam
hubungan dengan kitasebagai agen pelaku dalam konteks
tertentu.
 Kebahagiaan menurut Miskawaih: Kebahagiaan duniawi manusia
terdiri dari menegakkan dominasinya di dunia ini di mana ia
menjadi bagiannya dan mengaturnya sesuai dengan ajaran
kebijaksanaan praktis. Kebahagiaan akhirat terdiri dari kebahagiaan
spiritual yang akan dia rasakan di kehidupan setelahnya bersama
dengan para malaikat dan yang diberkati. Kebahagiaan akhirat lebih
baik daripada kebahagiaan duniawi. Untuk mendukung pandangan
ini, miskawayh mengutip, sebuah bagian yang dimaksudkan berasal
dari risalah aristotelian tentang kebajikan jiwa. Di sini aristoteles
menggambarkan kehidupan kontemplatif sebagai cara untuk
mengambil bagian dalam kehidupan yang saleh, yang pada dasarnya
cenderung ke arah seluruh sifat manusia.
 Miskawayh berhati-hati untuk tidak meremehkan kehidupan
tindakan, yang tidak dapat diwujudkan tanpa barang-barang
eksternal kehidupan dan bantuan teman-teman.
 Kematian menurut Miskawaih: ketakutan terhadap kematian adalah
rasa yang menghinggapi pikiran orang bodoh. Mereka menganggap
bahwa dengan kematian maka akan lenyap sama sekali. Padahal
kematian adalah pintu menuju tahap lain yang erat kaitannya
dengan kesucian dan kebahagiaan.
 Mereka juga menganggap bahwa dengan datangn nya kematian
maka akan menuju pada penderitaan. Padahal jiwa yang telah
terpisah dari jasad telah melewati penderitaan. Sedangkan terhadap
ketakutan hari penghukuman, jelas ketakutan mereka bukanlah
kepmatian, melainkan pada hukuman pembalasan.
 Penyebab utama penyakit jiwa adalah ketidak tahuan. Seperti takut
pada kematian, lantaran ketidaktahuan kefanaan dan mana yang
merupakan kebahagiaan sejati. Miskawaih kemudian
menyimpulkan etika dengan meditasi, diresapi dengan
semangat sokratik, atas seni menghilangkan kesedihan.

Anda mungkin juga menyukai