Anda di halaman 1dari 2

1.

Biografi Muhammad Abed al Jabiri


Al Jabiri lahir di Figuig atau Fejij (Pekik) bagian tenggara Maroko tahun 1936. Masa
pendidikannya ia tempuh di kotanya sendiri, mulanya ia dikirim ke sekolah agama, lalu ke
sekolah swasta nasionalis ( Madrasah hurrah wathaniyah) yang didirikan oleh gerakan
kemerdekaan. Sejak tahun 1951–1963 ia menghabiskan waktu dua tahun di sekolah lanjutan
negeri (setingkat SMA) di Casablanca. Setelah Maroko merdeka, al Jabiri mendapatkan gelar
diploma dari sekolah tinggi Arab dalam bidang science (ilmu pengetahuan).1
Tahun 1958 al Jabiri melanjutkan studinya dan berniat untuk memperdalam Filsafat di
Universitas Damaskus di Syiria, satu tahun kemudian ia pindah ke Universitas Rabat yang
saat itu baru didirikan.
Pada tahun 1967 beliau menyelesaikan ujian Negara dengan tesisnya yang Berjudul, “The
Philosophy of History of Ibn Khaldun” , (filsafat al-tarikh ‘inda Ibn Khaldun dibawah
bimbingan M. Aziz Lahbabi). dan menyelesaikan program Doktornya pada almamater yang
sama pada tahun 1970, dengan disertasi berjudul “Fikr Ibn Khaldun al-Asabiyyah wa ad-
daulah: Ma’alim Nazariyyah Khalduniyyah fi at-Tarikh al-Islami” (Pemikiran Ibn Khaldun.
Asabiyah dan Negara: Rambu-Rambu Paradigmatik Pemikiran Ibn Khaldun dalam Sejarah
Islam).2
Berdasarkan metode yang digagasnya, al-Jabiri mulai meneliti tentang kebudayaan dan
pemikiran Islam. Namun, dalam hal ini dia membatasi diri hanya padaa Islam-Arab. Selain itu
Ia juga membatasi diri pada persoalan epistemologi, yakni mekanisme berfikir yang
mendominasi kebudayaan Arab dalam babak-babak tertentu.3
Proyek al-Jabiri yang sangat monumental adalah Naqd al-‘Aql al-‘Arabi (kritik nalar arab).
Dalam buku tersebut al-Jabiri menjelaskan, bahwa apa yang dikatakan oleh teks dan apa
yang tidak dikatakan (not-said), dalam pandangannya, merefleksikan ketegangan antara
beberapa jenis nalar yang muncul saat itu. Dan ini penting bagi Al-Jabiri yang ingin
menjadikan teks tersebut sebagai titik tolak bagi kemunculan apa yang disebutnya sebagai
nalar bayani, ‘irfani dan burhani. Kritik nalar Arab ini terrbagi atas dua seri, seri pertama
yang berjudul “Takwin al-‘Aql al-‘Arabi”, Muhammad Abid al-Jabiri mengkonsentrasikan
analisisnya pada proses-proses histories, baik epistemologis, maupun ideologis, yang
memungkinkan terbentuknya nalar-nalar bayani, ‘irfani, dan burhani, termasuk interaksi
diantara ketiga nalar tersebut beserta kritis-kritis yang menyertainya.4
Sementara pada Bunyah al-‘Alq al-Arabi,10 seri yang kedua, ia berupaya menyingkap
struktur internal masing-masing ketiga nalar ini, lengkap dengan segenap basis
epistemologinya.Kelebihan seri kedua ini terletak pada konklusi yang diberikan al-Jabiri pada
bagian akhir, Tentu banyak argument yang dikerahkan oleh al-Jabiri untuk menunjukkan
asal-usul dan factor-faktor apa saja yang mendorong konservatisme tersebut.5

2. Pengertian Epistemologi

1
Muhammad Abed al Jabiri, Kritik Kontemporer Atas Filsafat Arab-Islam. Terj Moch Nur Ikhwan,Yogyakarta:
Islamika, 2003, cet I, hlm xviii.
2
Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, Kritik Pemikiran Islam Wacana Baru Filsafat Islam, alih bahasa,
Burhan, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003), dalam pengantar, hlm. Vi-viii.
3
A. Khudori Soleh, M. Abid Al-Jabiri Model Epistemologi Islam, dalam, A. Khudori Soleh, (edt), Pemikiran Islam
Kontemporer, (Yogyakarta: Jendela, 2003), hlm. 232.
4
Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, Takwin al-‘Aql al-‘Arabi, (Beirut: al-Markaz al-Tsaqafi al-Arabi, 1991). Dan telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, Formasi Nalar Arab Kritik Tradis Menuju
Pembebasan dan Pluralisme Wacana Interrelegius, alih bahasa, Imam Khoiri, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003).
5
Muhammad Abed Al Jabiri, Post Tradisionalisme Islam, alih bahasa, Ahmad Baso, (Yogyakarta: LKiS, 2000),
kata pengantar, hlm. Xxviii.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: “ episteme ” berarti Pengetahuan
( knowledge), dan “logos ” berarti teori. Oleh sebab itu, epistemologi sebagai cabang dari
flsafat yang secara khusus membahas tentang teori ilmu Pengetahuan dimana istilah
epistemologi ini pertama kali muncul dan di populerkan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854
kemudian dikembangkan oleh para Filosof abad modern seperti Rene Descartes, David
Hume, John Locke, Spinoza, Immanuel Kant dan lain-lain. Lebih jauh, The Liang Gie mengutip
dari The encyclopedia of philosophy menguraikan “Epistemologi sebagai cabang filsafat Yang
bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan, praanggapan dan dasar-
dasarnya serta realibilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan”.6
Secara sederhana pengetahuan ( epistemology) dalam International dictionary of Education
diartikan sebagai “collection of facts, values, information, etto which man has access
throught study, intuition or experience”.7Maksudnya, pengetahuan merupakan kumpulan
fakta-fakta, nilai, keterangan, dan sebagainya yang diperoleh manusia melalui penelaan,
intuisi, dan pengalaman.
Oleh karena itu, epistemologi sebagai cabang filsafat pengetahuan berhubungan dengan tiga
masalah yang meliputi: Pertama, filsafat mencoba menguak dan mencari hakekat
kebenaran. Kedua, metode, yaitu mengantarkan manusia untuk memperoleh pengetahuan.
Ketiga, sistem, bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan itu.

6
Miska Muhammad Amī n, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, UI Press, Jakarta, 1983,
hlm. 3.
7
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu , Liberty, Yogyakarta, Cet. V, 2000, hlm. 120-122.

Anda mungkin juga menyukai