Anda di halaman 1dari 16

RESUME MAKALAH

TRILOGI EPISTEMOLOGI

MUHAMMAD ABED AL-JABARI

Oleh:
Kelompok 3
Muhammad bagir alkaff (2244012952)
Muhammad alhamid (2244012951)
Suroso (2244012953)
Aida zulfatur rohmma (2244012957)
Fauziyah yaminy (2244012971)

Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam


Dosen Pengampu:
M. Nafiur Rofiq, S.Pd., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS AL FALAH ASSUNNIYYAH
KENCONG – JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan banyak nikmat
sehingga kami dapat menyusun Resume Makalah Filsafat Pendidikan Islam ini dengan baik.
Resume Makalah ini bejudul TRILOGI EPISTEMOLOGI MUHAMMAD ABED AL-
JABIRI

Resume Makalah ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai
pihak di antaranya;

- Dr. M. Nafiur Rofiq, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dalam penyusunan Resume Makalah ini, kami menyadari bahwa hasil interviewini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Akhir kata, semoga Makalah Filsafat Pendidikan Islam ini dapat memberikan manfaat
untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Jember, Maret 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Biografi Muhammad Abed al Jabiri 3

B. Pengertian Epistimologi 4

C. Tata Kerja Trilogi Epistimologi Al-Jabiri (Bayani, Irfani dan Burhani) 5

D. Tanggapan beberapa Tokoh terhadap Trilogi Epistimologi Al-Jabiri 7

BAB III PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu

pengetahuan. Dalam dunia pemikiran, epistemologi menempati posisi penting, sebab ia

menentukan corak pemikiran dan pernyataan kebenaran yang dihasilkannya. Bangunan

dasar epistemologi berbeda dari satu peradaban dengan yang lain. Perbedaan titik tekan

dalam epistemologi memang besar sekali pengaruhnya dalam konstruksi bangunan

pemikiran manusia secara utuh. Pandangan dunia manusia akan terpengaruh bahkan

dibentuk oleh konsepsinya tentang epistemologi. Oleh karena itu perlu pengembangan

empirisme dalam satu keutuhan dimensi yang bermuatan spiritualitas dan moralitas.

Sehingga diharapkan epistemologi Islami akan lahir dan memberi jawab atas kegelisahan

umat dewasa ini. Sehubungan dengan masalah tersebut maka di sini akan dibahas tentang

epistemologi Islam yang digagas oleh Muhammad Abid al-Jabiri, seorang pemikir yang

kini banyak dirujuk oleh para pemikir islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah biografi singkat al Jabiri?

2. Apa pengertian Epistimologi?

3. Apa saja Trilogi Epistimologi al Jabiri dan apa pengertian masing-masing?

4. Bagaimana tanggapan beberapa tokoh terhadap Trilogi Epistimologi al Jabiri?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mendiskripsikan biografi singkat al Jabiri

2. Mendiskripsikan pengertian Epistimologi

3. Mendiskripsikan Trilogi Epistimologi al Jabiri dan pengertian masing-masing

4. Mengungkap tanggapan beberapa tokoh terhadap Trilogi Epistimologi al Jabiri

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Abed al Jabiri

Al Jabiri lahir di Figuig atau Fejij (Pekik) bagian tenggara Maroko tahun 1936.

Masa pendidikannya ia tempuh di kotanya sendiri, mulanya ia dikirim ke sekolah

agama, lalu ke sekolah swasta nasionalis ( Madrasah hurrah wathaniyah) yang didirikan

oleh gerakan kemerdekaan. Sejak tahun 1951–1963 ia menghabiskan waktu dua tahun

di sekolah lanjutan negeri (setingkat SMA) di Casablanca. Setelah Maroko merdeka, al

Jabiri mendapatkan gelar diploma dari sekolah tinggi Arab dalam bidang science (ilmu

pengetahuan). Tahun 1958 al Jabiri melanjutkan studinya dan berniat untuk

memperdalam Filsafat di Universitas Damaskus di Syiria, satu tahun kemudian ia

pindah ke Universitas Rabat yang saat itu baru didirikan.

Pada tahun 1967 beliau menyelesaikan ujian Negara dengan tesisnya yang

Berjudul, “The Philosophy of History of Ibn Khaldun” , (filsafat al-tarikh ‘inda Ibn

Khaldun dibawah bimbingan M. Aziz Lahbabi). dan menyelesaikan program

Doktornya pada almamater yang sama pada tahun 1970, dengan disertasi berjudul “Fikr

Ibn Khaldun al-Asabiyyah wa ad-daulah: Ma’alim Nazariyyah Khalduniyyah fi at-

Tarikh al-Islami” (Pemikiran Ibn Khaldun. Asabiyah dan Negara: Rambu-Rambu

Paradigmatik Pemikiran Ibn Khaldun dalam Sejarah Islam).

Berdasarkan metode yang digagasnya, al-Jabiri mulai meneliti tentang

kebudayaan dan pemikiran Islam. Namun, dalam hal ini dia membatasi diri hanya padaa

Islam-Arab. Selain itu Ia juga membatasi diri pada persoalan epistemologi, yakni

mekanisme berfikir yang mendominasi kebudayaan Arab dalam babak-babak tertentu.

Proyek al-Jabiri yang sangat monumental adalah Naqd al-‘Aql al-‘Arabi (kritik nalar

arab).

3
Dalam buku tersebut al-Jabiri menjelaskan, bahwa apa yang dikatakan oleh teks

dan apa yang tidak dikatakan (not-said), dalam pandangannya, merefleksikan

ketegangan antara beberapa jenis nalar yang muncul saat itu. Dan ini penting bagi Al-

Jabiri yang ingin menjadikan teks tersebut sebagai titik tolak bagi kemunculan apa yang

disebutnya sebagai nalar bayani, ‘irfani dan burhani. Kritik nalar Arab ini terrbagi atas

dua seri, seri pertama yang berjudul “Takwin al-‘Aql al-‘Arabi”, Muhammad Abid al-

Jabiri mengkonsentrasikan analisisnya pada proses-proses histories, baik

epistemologis, maupun ideologis, yang memungkinkan terbentuknya nalar-nalar

bayani, ‘irfani, dan burhani, termasuk interaksi diantara ketiga nalar tersebut beserta

kritis-kritis yang menyertainya.

Sementara pada Bunyah al-‘Alq al-Arabi,10 seri yang kedua, ia berupaya

menyingkap struktur internal masing-masing ketiga nalar ini, lengkap dengan segenap

basis epistemologinya.Kelebihan seri kedua ini terletak pada konklusi yang diberikan

al-Jabiri pada bagian akhir, Tentu banyak argument yang dikerahkan oleh al-Jabiri

untuk menunjukkan asal-usul dan factor-faktor apa saja yang mendorong

konservatisme tersebut.

B. Pengertian Epistimologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: “ episteme ” berarti

Pengetahuan ( knowledge), dan “logos ” berarti teori. Oleh sebab itu, epistemologi

sebagai cabang dari flsafat yang secara khusus membahas tentang teori ilmu

Pengetahuan dimana istilah epistemologi ini pertama kali muncul dan di populerkan

oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 kemudian dikembangkan oleh para Filosof abad

modern seperti Rene Descartes, David Hume, John Locke, Spinoza, Immanuel Kant

dan lain-lain. Lebih jauh, The Liang Gie mengutip dari The encyclopedia of philosophy

4
menguraikan “Epistemologi sebagai cabang filsafat Yang bersangkutan dengan sifat

dasar dan ruang lingkup pengetahuan, praanggapan dan dasar-dasarnya serta realibilitas

umum dari tuntutan akan pengetahuan”.

Secara sederhana pengetahuan ( epistemology) dalam International dictionary

of Education diartikan sebagai “collection of facts, values, information, etto which man

has access throught study, intuition or experience”.Maksudnya, pengetahuan

merupakan kumpulan fakta-fakta, nilai, keterangan, dan sebagainya yang diperoleh

manusia melalui penelaan, intuisi, dan pengalaman.

Oleh karena itu, epistemologi sebagai cabang filsafat pengetahuan berhubungan

dengan tiga masalah yang meliputi: Pertama, filsafat mencoba menguak dan mencari

hakekat kebenaran. Kedua, metode, yaitu mengantarkan manusia untuk memperoleh

pengetahuan. Ketiga, sistem, bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan

itu.

C. Tata Kerja Trilogi Epistimologi Al-Jabiri (Bayani, Irfani dan Burhani)

1. Metode Bayan

sebagai epistemologi, bayan adalah kumpulan prinsip dasar, ketentuan dan

kekuatan yang menentukan orientasi orang yang mencari pengetahuan dalam medan

kognitif bayani tanpa disadarinya dan tanpa bisa mengambil pilihan lain.

Kumpulan prinsip dasar dan prosedur ini bisa kita reduksikan dalam tiga

pasangan epistemologis dominan; kata/makna, prinsipium/cabang

dan, substantial/accidens. Pasangan yang pertama dan kedua menentukan titik

tolak pemikiran dan metodologinya, sedangkan yang ketiga membangun

perspektif berpikir dan mempengaruhinya.

5
2. Metode irfani

Adapun dari perspektif epistemologis, irfan merupakan prinsip dasar, konsep

dan prosedur yang membangun dunia berpikir gnostik dalam peradaban Arab, dengan

dua

porosnya. Pertama, penggalian bahasa dengan menggunakan pasangan

epistemologis makna eksoteris/esoteris yang sejajar dengan padanan kata/makna dan

tren penalaran bayani. Hanya saja dia melihat pasangan ini secara terbalik, artinya

menjadikan makna sebagai asal dan kata sebagai cabang. Kedua, mengabdi dan

menggali manfaat dari politik secara bersamaan, baik secara eksplisit maupun implisit,

dengan menggunakan pasangan epistemologis kewalian/kenabian yang paralel dengan

pasangan epistemologis prinsipium cabang dan pasangan substantia/accidens dalam

model penalaran bayani. Al-Jabiri sangat kritis dalam melihat mekanisme berpikir

irfani ini.

Menurut al-Jabiri, apa yang dianut dan di ajarkan dalam tradisi irfani pada

tingkat elit dan terpelajar, serupa dengan yang dianut kalangan musyrik mekah pada

dataran awam dan primitifnya.

3. Metode burhani

Metode burhani adalah dunia pengetahuan filsafat dan sains yang diderivasikan

dari gerakan tranlasi buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, teristimewa karya-karya

Aristoteles. Karena penerjemahan buku-buku itu dilatari oleh kehendak politik untuk

mendukung penalaran burhani melawan serbuan penalaran irfani, maka tidak heran

kalau dalam praktiknya latar belakang ini mempunyai pengaruh dominan. Tak

pelak, terjadilah hubungan yang sangat erat antara keduanya dalam dataran

pemikiran baik teolog maupun filsafat.

6
Proses akulturasi tren ini ke dalam peradaban Arab menurut perspektif

epistemologinya, mengikuti dua poros berikut. Pertama, dalam kaitannya dengan

metodologi, yaitu dengan menggunakan pasangan epistemologis kata-kata

(intelllegible atau al-ma’qulat) yang sejajar dengan pasangan pertama dalam model

penalaran bayani. Kedua, berkaitan secara khusus dengan pola pandang, yaitu dengan

menggunakan pasangan epistemologis principium/cabang dan pasangan

substantia/accidens dalam model penalaran bayani.

D. Tanggapan beberapa Tokoh terhadap Trilogi Epistimologi Al-Jabiri

Bagi kalangan yang mengkaji filsafat dan pemikirinan, al Jabiri adalah sosok

yang dikagumi dan tokoh yang menginspirasi mereka dalam dunia pemikiran. Bahkan

buku-bukunya menjadi salah satu buku rujukan utama dalam kajian mereka. Namun

tidak berarti bahwa pemikiran al-Jabiri ini diamini oleh semua kalangan. Ada beberapa

tokoh yang keberatan dengan ide-ide al-Jabiri yang dituangkan dalam karya-karyanya.

Diantara tokoh yang dimaksud adalah

1. Dr. Muhammad ‘ Imaroh

Beliau adalah salah seorang Pemikir Islam dan anggota Lembaga Riset Islam

Al Azhar. Beliau menulis sebuah buku yang khusus membantah terhadap

pemikiran-pemikiran al-Jabiri. Buku itu berjudul _Rad iftiroat al Jabiri ‘an al

Qur’an al Karim (Bantahan kebohongan-kebohongan al-Jabiri tentang al Qur’an

yang Mulia) ._ Diantara perkara yang dibantah oleh Dr. Imaroh adalah

pernyataan al Jabiri bahwa Isra’ Mi’raj adalah hanya mimpi, Al Quran tidak

lebih istimewa dari kebenaran Taurat dan Injil baik sumbernya maupun isinya,

dll

2. Dr. Khalid Kabir Ilal.

7
Beliau menulis buku dengan judul _al-Akhtha’ al’Tarikhiyyah wa al

Manhajiyyah fi Muallafat Muhammad Arkoun wa Muhammad Abid alJabiri (

Kesalahan-kesalahan Sejarah Dan Metodologi Dalam Karangan-Karangan

Muhammad Arkoun Dan Muhammad Abid Al-Jabiri_ ). Dalam bukunya ini,

Khalid menjadikan pembahasannya dalam lima fasal.

3. Tarabisi

Beliau adalah penulis buku Naqd Naqd al-‘Aql al-‘Arabi, yang hampir seluruh

isinya mempreteli dan “menelanjangi” orisinalitas Jabiri. Di bagian pertama

saja Tarabisi dengan terang-terangan mengatakan bahwa Jabiri bukanlah orang

pertama yang mengasaskan proyek Kritik Akal Arab ini. Tarabisi kemudian

merujuk tulisan Zaki Najib Mahmud yang berjudul al-‘Aql al-‘Arabi

Yatadahwar di majalah Ruz al-Yusuf tahun 1977. Setelah melakukan kajian

yang mendalam dengan memakan waktu hampir delapan tahun, Tarabisi sampai

kepada kesimpulan bahwa ide Jabiri tidak orisinil dan bahkan secara implisit

Tarabisi menyebut Jabiri telah melakukan plagiat, karena tidak menyebutkan

sumber rujukan ideidenya, meskipun secara jelas ide itu berasal dari orang lain.

Jabiri, kata Tarabisi, sering memplintir tulisan orang lain–secara sadar atau

tidak–sesuai dengan keinginannya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa:

1. Al-Jabiri adalah seorang pemikir yang berasal dari Figuig atau Fejij (Pekik)

bagian tenggara Maroko tahun 1936. al Jabiri mendapatkan gelar diploma dari

sekolah tinggi Arab dalam bidang science (ilmu pengetahuan). Tahun 1958 al

Jabiri melanjutkan studinya di Universitas Damaskus di Syiria. Satu tahun

kemudian ia pindah ke Universitas Rabat. Tahun 1963 ia masuk penjara dengan

tuduhan makar terhadap Negara, Pada tahun 1967 beliau menyelesaikan ujian

Negara dengan tesisnya yang berjudul, “The Philosophy of History of Ibn

Khaldun” , (filsafat al-tarikh ‘inda Ibn Khaldun dibawah bimbingan M. Aziz

Lahbabi). Dan menyelesaikan program doktornya pada almamater yang sama

pada tahun 1970, dengan disertasi berjudul “Fikr Ibn Khaldun al-Asabiyyah wa

ad-Daulah: Ma’alim Nazariyyah Khalduniyyah fi at-Tarikh al-Islami”

(Pemikiran Ibn Khaldun. Asabiyah dan Negara: RambuRambu Paradigmatik

Pemikiran Ibn Khaldun dalam Sejarah Islam). Diantara karya-karyanya Takwim

al-’Aql al-’Arabi, Bunya al-’Aql-’Arabi, al-A’ql alSiyasi-’Arabi, al-’Aq al-

Akhalqi al Arabiyyah, Dirasah Taahliliyah Naqdiyyah li Nuzum al-Qiyam fi al-

Thaqafah al-Arabiyyah. Karya terpentingnya yang termasuk al-Turath wa al

Hadatshah, Ishkaliyyah al Fikr al-’Arabi alMua’asir, Tahafual al-thafut intisaran

li ruh al-Ilmiyyah wa ta’sisan li akhlaqiyat al-Hiwar.

2. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: “ episteme ” berarti pengetahuan

( knowledge), dan “logos ” berarti teori. Epistemologi berasal dari bahasa

9
Yunani yaitu: “ episteme ” berarti pengetahuan ( knowledge), dan “logos ”

berarti teori. Oleh sebab itu, epistemologi sebagai cabang dari flsafat yang

secara khusus membahas tentang teori ilmu pengetahuan. Dimana istilah

epistemologi ini pertama kali muncul dan dipopulerkan oleh J.F. Ferrier pada

tahun 1854 kemudian dikembangkan oleh para filosof abad modern seperti Rene

Descartes, David Hume, John Locke, Spinoza, Immanuel Kant dan lainlain.

Epistemologi sebagai cabang filsafat pengetahuan berhubungan dengan tiga

masalah yang meliputi: Pertama, filsafat mencoba menguak dan mencari

hakekat kebenaran. Kedua, metode, yaitu mengantarkan manusia untuk

memperoleh pengetahuan. Ketiga, sistem, bertujuan memperoleh realitas

kebenaran pengetahuan itu.

3. Secara etimologi, Bayan berarti penjelasan (eksplanasi). Sedangkan secara

terminology bayan mempunyai dua arti: (1) sebagai aturan penafsiran wacana,

(2) sebagai syarat-syarat memproduksi wacana. Adapun Irfan dari kata dasar

bahasa Arab ‘arafah semakna dengan makrifat berarti pengetahuan. Secara

terminologis, irfan bisa diartikan sebagai pengungkapan atas pengetahuan yang

diperoleh lewat penyinaran hakikat oleh Tuhan kepada hambaNya setelah

adanya olah ruhani yang dilakukan atas dasar cinta. Sementara itu alburhan

berarti argumen yang jelas. Bahasa latinnya berarti demonstration yang berarti

al-isyarah (isyarat/tanda), al-washf (sifat), al-bayan (penjelasan), al-idzhar

(menampakkam). Secara umum ia berarti pembuktian untuk membenarkan

sesuatu.

10
B. Saran

Bagaimanapun Pemikiran al Jabiri yang tertuang dalam Kritik Nalar

Arabnya banyak menimbulkan pro dan kontra dikalaangan kaum muslimin.

Menyikapi tentang hal itu, maka kita sebagai seorang pemikir muslim harus bijak

dalam menyikapinya. Kita harus mempunyai pijakan yang jelas. Dalam menyikapi

sebuah ide, pemikiran dan ucapan kita harus berpijak pada kaidah yang telah

diletakkan para ulama, seperti yang dikatakan oleh Imam Malik :

‫كل أحد يؤخذ من قوله ويرد إال صاحب هذا القبر‬

“Setiap orang bisa diambil dari ucapannya dan ditolak kecuali (perkataan) pemilik

kuburan ini (Rasulullah)”

Senada dengan perkataan Imam Malik, apa yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, beliau

berkata:

‫ما من أحد إال يؤخذ من قوله ويدع‬

“Setiap orang bisa diambil dari ucapannya dan ditolak”

Artinya berarti, yang baik dan sejalan dengan al Qur’an dan Sunnah, serta

ijma’ para ulama’ kita ambil dan yang tidak sesuai kita tolak. Sehingga kita tidak

membabi buta dalam mengadopsi sebuah pendapat atau pemikiran.

Terkait dengan trilogi epistimologi yang ditawarkan al Jabiri, menurut

hemat penulis sebenarnya bukan hal baru dalam dunia keilmuan islam. Al Jabiri

hanya mengklasifikasi ke tiga hal tersebut. Ke tiga-tiganya harus bisa kita

aplikasikan sesuai dengan fungsinya dalam kerangka berfikir kita. Namun menurut

hemat penulis harus disesuaikan juga dengan pemikiran para ulama-ulama klasik

yang terpercaya. Sehingga cara berfikir kita tidak hanya menyusuaikan dengan

metode tersebut namun juga terarah dan tidak membabi buta. Wallâhu A’lam

11
DAFTAR PUSTAKA

Khudori Soleh, M. Abid Al-Jabiri Model Epistemologi Islam, dalam, A. Khudori Soleh, (edt),

Pemikiran Islam Kontemporer, (Yogyakarta: Jendela, 2003)

Abu Bakar, “Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu dalam Perspektif Islam”, Himmah:

Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. III, Edisi 06 Jan-April 2002

Adian Husaini dan Nirwan Syafrin, “Hermeneutika Pemikir Kontemporer: Kasus Nasr Hamid

Abu Zaid Dan Mohammad Abid al-Jabiri,”

Al-Sakhawi, Abdurrahman, al Maqoshid al Hasanah fi Bayani katsir min al Ahadits al

Musytahiroh ‘ala al Alsinah, Juz I, al Maktabah al Syamilah.

Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Suatu Pengantar), Yayasan Piara, Bandung,

Cet. III, 1997

Dr. Khalid Kabir Ilal, al-Akhtha’Tarikhiyyah wa Manhajiyyah fi Muallafat Muhammad Arkoun

wa Muhammad Abid al-Jabiri, (al-Jazair: Dar al-Muhtasib, 2008), cet.ke-2, juz. II

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Alih Bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana,

Yogyakarta, Cet. I, 1998

Muhammad Abed al Jabiri, Kritik Kontemporer Atas Filsafat Arab-Islam. Terj Moch Nur

Ikhwan,Yogyakarta: Islamika, 2003, cet I.

Muhammad Abed al JAbiri, Formasi Nalar Arab;Kritik Tradisi menuju pembebasan dan

PluralismeWacana Intereligius, terj Imam Khoiri, Yogyakarta: IRCISOD, 2003, cet I.

Muhammad Abed al Jabiri, Syuro, Tradisi, Partikularitas, Universalitas, Yogyakarta: LKiS,

2003, cet I. Muhammad Abed Al-Jabiri, Binyah al-‘Aql al-‘Arabi, (Beirut: al-Markaz

alTsaqafi al-Arabi, 1991). Muhammad Abed Al Jabiri, Post Tradisionalisme Islam,

Terj, Ahmad Baso, (Yogyakarta: LKiS, 2000). Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, Takwin al-

‘Aql al-‘Arabi, (Beirut: al-Markaz alTsaqafi al-Arabi, 1991). Muhammad Aunul Abied

12
Shah dan Sulaiman Mappiase, “Kritik Akal Arab: Pendekatan Epistemologis terhadap

Trilogi Kritik Al-Jabiri”,

Miska Muhammad Amī n, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, UI

Press, Jakarta, 1983

Nirwan Syafrin, “Kritik terhadap ‘Kritik Akal Islam’ Al-Jabiri”, dalam Jurnal ISLAMIA,

(Edisi kedua, tahun 1, Juni-Agustus 2004)

Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Rake Sarasin, Edisi I, Cet. II, Yogyakarta,

Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, 2001

Reynold A. Nicholson, Tasawuf Menguak Cinta Ilahi, terj. A. Nashir Budiman (Jakarta:

Rajawali, 1987) The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu , Liberty, Yogyakarta, Cet. V,

2000

Sholihah, “Pemikiran Epistemologi al-Gazali”, Jurnal Penelitian Walisongo, Pusat Penelitian

IAIN Walisongo, Semarang, Edisi 17, 2001.

Thoyibi, Filsafat Ilmu: Hakekat dan Sejarah Perkembangannya, Muhammadiyah Universty

Press, Surakarta, Cet. I, 1994.

Zulkarnain, “Pemikiran Kontemporer Muhammad Abid Al-Jabiri.”

http://vb.tafsir.net/tafsir25527

13

Anda mungkin juga menyukai