TRILOGI EPISTEMOLOGI
Oleh:
Kelompok 3
Muhammad bagir alkaff (2244012952)
Muhammad alhamid (2244012951)
Suroso (2244012953)
Aida zulfatur rohmma (2244012957)
Fauziyah yaminy (2244012971)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan banyak nikmat
sehingga kami dapat menyusun Resume Makalah Filsafat Pendidikan Islam ini dengan baik.
Resume Makalah ini bejudul TRILOGI EPISTEMOLOGI MUHAMMAD ABED AL-
JABIRI
Resume Makalah ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai
pihak di antaranya;
- Dr. M. Nafiur Rofiq, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dalam penyusunan Resume Makalah ini, kami menyadari bahwa hasil interviewini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata, semoga Makalah Filsafat Pendidikan Islam ini dapat memberikan manfaat
untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
B. Pengertian Epistimologi 4
A. Kesimpulan 9
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu
dasar epistemologi berbeda dari satu peradaban dengan yang lain. Perbedaan titik tekan
pemikiran manusia secara utuh. Pandangan dunia manusia akan terpengaruh bahkan
dibentuk oleh konsepsinya tentang epistemologi. Oleh karena itu perlu pengembangan
empirisme dalam satu keutuhan dimensi yang bermuatan spiritualitas dan moralitas.
Sehingga diharapkan epistemologi Islami akan lahir dan memberi jawab atas kegelisahan
umat dewasa ini. Sehubungan dengan masalah tersebut maka di sini akan dibahas tentang
epistemologi Islam yang digagas oleh Muhammad Abid al-Jabiri, seorang pemikir yang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Al Jabiri lahir di Figuig atau Fejij (Pekik) bagian tenggara Maroko tahun 1936.
agama, lalu ke sekolah swasta nasionalis ( Madrasah hurrah wathaniyah) yang didirikan
oleh gerakan kemerdekaan. Sejak tahun 1951–1963 ia menghabiskan waktu dua tahun
Jabiri mendapatkan gelar diploma dari sekolah tinggi Arab dalam bidang science (ilmu
Pada tahun 1967 beliau menyelesaikan ujian Negara dengan tesisnya yang
Berjudul, “The Philosophy of History of Ibn Khaldun” , (filsafat al-tarikh ‘inda Ibn
Doktornya pada almamater yang sama pada tahun 1970, dengan disertasi berjudul “Fikr
kebudayaan dan pemikiran Islam. Namun, dalam hal ini dia membatasi diri hanya padaa
Islam-Arab. Selain itu Ia juga membatasi diri pada persoalan epistemologi, yakni
Proyek al-Jabiri yang sangat monumental adalah Naqd al-‘Aql al-‘Arabi (kritik nalar
arab).
3
Dalam buku tersebut al-Jabiri menjelaskan, bahwa apa yang dikatakan oleh teks
ketegangan antara beberapa jenis nalar yang muncul saat itu. Dan ini penting bagi Al-
Jabiri yang ingin menjadikan teks tersebut sebagai titik tolak bagi kemunculan apa yang
disebutnya sebagai nalar bayani, ‘irfani dan burhani. Kritik nalar Arab ini terrbagi atas
dua seri, seri pertama yang berjudul “Takwin al-‘Aql al-‘Arabi”, Muhammad Abid al-
bayani, ‘irfani, dan burhani, termasuk interaksi diantara ketiga nalar tersebut beserta
menyingkap struktur internal masing-masing ketiga nalar ini, lengkap dengan segenap
basis epistemologinya.Kelebihan seri kedua ini terletak pada konklusi yang diberikan
al-Jabiri pada bagian akhir, Tentu banyak argument yang dikerahkan oleh al-Jabiri
konservatisme tersebut.
B. Pengertian Epistimologi
Pengetahuan ( knowledge), dan “logos ” berarti teori. Oleh sebab itu, epistemologi
sebagai cabang dari flsafat yang secara khusus membahas tentang teori ilmu
Pengetahuan dimana istilah epistemologi ini pertama kali muncul dan di populerkan
oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 kemudian dikembangkan oleh para Filosof abad
modern seperti Rene Descartes, David Hume, John Locke, Spinoza, Immanuel Kant
dan lain-lain. Lebih jauh, The Liang Gie mengutip dari The encyclopedia of philosophy
4
menguraikan “Epistemologi sebagai cabang filsafat Yang bersangkutan dengan sifat
dasar dan ruang lingkup pengetahuan, praanggapan dan dasar-dasarnya serta realibilitas
of Education diartikan sebagai “collection of facts, values, information, etto which man
dengan tiga masalah yang meliputi: Pertama, filsafat mencoba menguak dan mencari
itu.
1. Metode Bayan
kekuatan yang menentukan orientasi orang yang mencari pengetahuan dalam medan
kognitif bayani tanpa disadarinya dan tanpa bisa mengambil pilihan lain.
Kumpulan prinsip dasar dan prosedur ini bisa kita reduksikan dalam tiga
5
2. Metode irfani
dan prosedur yang membangun dunia berpikir gnostik dalam peradaban Arab, dengan
dua
tren penalaran bayani. Hanya saja dia melihat pasangan ini secara terbalik, artinya
menjadikan makna sebagai asal dan kata sebagai cabang. Kedua, mengabdi dan
menggali manfaat dari politik secara bersamaan, baik secara eksplisit maupun implisit,
model penalaran bayani. Al-Jabiri sangat kritis dalam melihat mekanisme berpikir
irfani ini.
Menurut al-Jabiri, apa yang dianut dan di ajarkan dalam tradisi irfani pada
tingkat elit dan terpelajar, serupa dengan yang dianut kalangan musyrik mekah pada
3. Metode burhani
Metode burhani adalah dunia pengetahuan filsafat dan sains yang diderivasikan
dari gerakan tranlasi buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, teristimewa karya-karya
Aristoteles. Karena penerjemahan buku-buku itu dilatari oleh kehendak politik untuk
mendukung penalaran burhani melawan serbuan penalaran irfani, maka tidak heran
kalau dalam praktiknya latar belakang ini mempunyai pengaruh dominan. Tak
pelak, terjadilah hubungan yang sangat erat antara keduanya dalam dataran
6
Proses akulturasi tren ini ke dalam peradaban Arab menurut perspektif
(intelllegible atau al-ma’qulat) yang sejajar dengan pasangan pertama dalam model
penalaran bayani. Kedua, berkaitan secara khusus dengan pola pandang, yaitu dengan
Bagi kalangan yang mengkaji filsafat dan pemikirinan, al Jabiri adalah sosok
yang dikagumi dan tokoh yang menginspirasi mereka dalam dunia pemikiran. Bahkan
buku-bukunya menjadi salah satu buku rujukan utama dalam kajian mereka. Namun
tidak berarti bahwa pemikiran al-Jabiri ini diamini oleh semua kalangan. Ada beberapa
tokoh yang keberatan dengan ide-ide al-Jabiri yang dituangkan dalam karya-karyanya.
Beliau adalah salah seorang Pemikir Islam dan anggota Lembaga Riset Islam
yang Mulia) ._ Diantara perkara yang dibantah oleh Dr. Imaroh adalah
pernyataan al Jabiri bahwa Isra’ Mi’raj adalah hanya mimpi, Al Quran tidak
lebih istimewa dari kebenaran Taurat dan Injil baik sumbernya maupun isinya,
dll
7
Beliau menulis buku dengan judul _al-Akhtha’ al’Tarikhiyyah wa al
3. Tarabisi
Beliau adalah penulis buku Naqd Naqd al-‘Aql al-‘Arabi, yang hampir seluruh
pertama yang mengasaskan proyek Kritik Akal Arab ini. Tarabisi kemudian
yang mendalam dengan memakan waktu hampir delapan tahun, Tarabisi sampai
kepada kesimpulan bahwa ide Jabiri tidak orisinil dan bahkan secara implisit
sumber rujukan ideidenya, meskipun secara jelas ide itu berasal dari orang lain.
Jabiri, kata Tarabisi, sering memplintir tulisan orang lain–secara sadar atau
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Al-Jabiri adalah seorang pemikir yang berasal dari Figuig atau Fejij (Pekik)
bagian tenggara Maroko tahun 1936. al Jabiri mendapatkan gelar diploma dari
sekolah tinggi Arab dalam bidang science (ilmu pengetahuan). Tahun 1958 al
tuduhan makar terhadap Negara, Pada tahun 1967 beliau menyelesaikan ujian
pada tahun 1970, dengan disertasi berjudul “Fikr Ibn Khaldun al-Asabiyyah wa
9
Yunani yaitu: “ episteme ” berarti pengetahuan ( knowledge), dan “logos ”
berarti teori. Oleh sebab itu, epistemologi sebagai cabang dari flsafat yang
epistemologi ini pertama kali muncul dan dipopulerkan oleh J.F. Ferrier pada
tahun 1854 kemudian dikembangkan oleh para filosof abad modern seperti Rene
Descartes, David Hume, John Locke, Spinoza, Immanuel Kant dan lainlain.
terminology bayan mempunyai dua arti: (1) sebagai aturan penafsiran wacana,
(2) sebagai syarat-syarat memproduksi wacana. Adapun Irfan dari kata dasar
adanya olah ruhani yang dilakukan atas dasar cinta. Sementara itu alburhan
berarti argumen yang jelas. Bahasa latinnya berarti demonstration yang berarti
sesuatu.
10
B. Saran
Menyikapi tentang hal itu, maka kita sebagai seorang pemikir muslim harus bijak
dalam menyikapinya. Kita harus mempunyai pijakan yang jelas. Dalam menyikapi
sebuah ide, pemikiran dan ucapan kita harus berpijak pada kaidah yang telah
“Setiap orang bisa diambil dari ucapannya dan ditolak kecuali (perkataan) pemilik
Senada dengan perkataan Imam Malik, apa yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, beliau
berkata:
Artinya berarti, yang baik dan sejalan dengan al Qur’an dan Sunnah, serta
ijma’ para ulama’ kita ambil dan yang tidak sesuai kita tolak. Sehingga kita tidak
hemat penulis sebenarnya bukan hal baru dalam dunia keilmuan islam. Al Jabiri
aplikasikan sesuai dengan fungsinya dalam kerangka berfikir kita. Namun menurut
hemat penulis harus disesuaikan juga dengan pemikiran para ulama-ulama klasik
yang terpercaya. Sehingga cara berfikir kita tidak hanya menyusuaikan dengan
metode tersebut namun juga terarah dan tidak membabi buta. Wallâhu A’lam
11
DAFTAR PUSTAKA
Khudori Soleh, M. Abid Al-Jabiri Model Epistemologi Islam, dalam, A. Khudori Soleh, (edt),
Abu Bakar, “Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Ilmu dalam Perspektif Islam”, Himmah:
Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, Vol. III, Edisi 06 Jan-April 2002
Adian Husaini dan Nirwan Syafrin, “Hermeneutika Pemikir Kontemporer: Kasus Nasr Hamid
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Suatu Pengantar), Yayasan Piara, Bandung,
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Alih Bahasa Soejono Soemargono, Tiara Wacana,
Muhammad Abed al Jabiri, Kritik Kontemporer Atas Filsafat Arab-Islam. Terj Moch Nur
Muhammad Abed al JAbiri, Formasi Nalar Arab;Kritik Tradisi menuju pembebasan dan
2003, cet I. Muhammad Abed Al-Jabiri, Binyah al-‘Aql al-‘Arabi, (Beirut: al-Markaz
Terj, Ahmad Baso, (Yogyakarta: LKiS, 2000). Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, Takwin al-
‘Aql al-‘Arabi, (Beirut: al-Markaz alTsaqafi al-Arabi, 1991). Muhammad Aunul Abied
12
Shah dan Sulaiman Mappiase, “Kritik Akal Arab: Pendekatan Epistemologis terhadap
Nirwan Syafrin, “Kritik terhadap ‘Kritik Akal Islam’ Al-Jabiri”, dalam Jurnal ISLAMIA,
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Rake Sarasin, Edisi I, Cet. II, Yogyakarta,
Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. I, 2001
Reynold A. Nicholson, Tasawuf Menguak Cinta Ilahi, terj. A. Nashir Budiman (Jakarta:
Rajawali, 1987) The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu , Liberty, Yogyakarta, Cet. V,
2000
http://vb.tafsir.net/tafsir25527
13