Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Konsep Risiko

Risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak dinginkan sehingga

risiko hanya terkait dengan situasi yang tidak memungkinkan munculnya hasil

negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil

negatif (Basyaib, 2007). Menurut Aziz (2009), risiko adalah kemungkinan

kejadian yang menimbulkan kerugian. Setiap usaha pasti mengandung risiko,

termasuk dalam agribisnis. Risiko dalam agribisnis diantaranya adalah risiko

dalam hal produk dimana produk agribisnis tersebut gagal panen, rendahnya

kualitas produk dan produk tersebut tidak dapat dijual, risiko karena kelangkaan

bahan baku, risiko dalam hal teknologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat

pertanian serta terjadinya pencurian terhadap mesin dan alat-alat pertanian. Selain

itu, risiko yang mungkin terjadi dalam dunia agribisnis adalah terjadinya risiko

kredit macet.

Risiko menurut Djohanputro (2008), terkait dengan keadaan adanya

ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif, menurut

Kountur (2008) ada tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap risiko,

yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan

kemungkinan, bisa terjadi bisa tidak, (3) jika sampai terjadi maka akan

menimbulkan kerugian.

11
12

2.1.2. Analisis Risiko

Analisis risiko menurut Hanafi (2006) berhubungan dengan teori

pengambilan keputusan (decision theory). Individu diasumsikan untuk bertindak

rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Jika dilihat dari sikap pembuat

keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori

menurut Hanafi (2006) yaitu sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan

yang akan diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat kuputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikkan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau

menaikkan keuntungan yang diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikkan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan

keuntungan yang diharapkan.

Menurut Kountur (2006), perusahaan yang mengelola risikonya dengan

baik akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain: (a) dapat meningkatkan

laba perusahaan, (b) memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan

oleh peristiwa-peristiwa luar biasa dan (c) memperlancar pencapaian tujuan.

Sehingga Hanafi (2006), mengatakan bahwa secara alamiah setiap orang atau
13

organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan

sistem atau mekanisme pengelolaan risiko yang bertujuan untuk menghindari

perusahaan dari kerugian dan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pentingnya

pengelolaan risiko dalam kaitannya antara risiko dan tingkat keuntungan,

menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat

keuntungan, semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang

diharapkan, jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan, maka organisasi

tersebut harus menaikkan risikonya.

Menurut Anderson et al. (1995) dalam Ridwan (2006), terdapat beberapa

ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard

deviation) dan koefisien variasi (coefficientvariation). Standard deviation

diperoleh dari akar kuadrat nilai variance sedangkan coefficient variation

diperoleh dari rasio antara standard deviation dengan expected return. Beberapa

kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat

dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya menurut Kountur (2008) dalam

Ridwan (2006) penyebab timbulnya risiko ialah akibat yang ditimbulkan,

Aktivitas yang dilakukan atau kejadian yang terjadi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, risiko biasanya berhubungan

dengan produksi, pasar dan pemasaran, kelembagaan dan finansial. Jenis-Jenis

risiko yang dihadapi pengusaha khususnya petani menurut Harwood dkk (1999)

dalam Purwanti (2015) seperti berikut:


14

a. Risiko Produksi

Risiko produksi terjadi diindikasikan oleh adanya ketidaksesuaian antara

produksi yang dihasilkan dengan produksi yang sudah diperkirakan sebelumnya.

Risiko produksi terjadi jika hasil yang diperoleh oleh sebuah usaha lebih rendah

jika dibandingkan dengan hasil yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Risiko

produksi yang dihadapi peternakan biasanya bersumber dari serangan hama

penyakit, perubahan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia dan lain-

lain.

b. Risiko Pasar atau Harga

Risiko pasar adalah salah satu risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan

agribisnis khususnya yang bergerak di bidang budidaya tanaman musiman. Risiko

pasar atau harga disebabkan oleh adanya perubahan harga output dan juga harga

input setelah produksi sudah dijalankan. Jangka waktu produksi produk-produk

pertanian yang cukup panjang menyebabkan perubahan-perubahan harga sering

terjadi. Posisi pelaku usaha yang harus mengikuti harga pasar menyebabkan

petani tidak memiliki kendali akan harga yang berlaku di pasar.

c. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan merupakan risiko yang disebabkan oleh munculnya

kebijakan-kebijakan yang membuat perusahaan kesulitan dalam memproduksi dan

memasarkan produknya. Risiko kelembagaan juga dapat mempengaruhi harga

hasil pertanian dan juga harga input pertanian. Perubahan kebijakan dan peraturan

sangat berpengaruh pada sektor pertanian. Risiko kelembagaan dapat memberi

dampak pada risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko keuangan.
15

d. Risiko Finansial

Risiko finansial terjadi karena adanya kejadian yang berhubungan dengan

finansial dimana kejadiannya tidak sesuai dengan yang direncanakan. Contoh dari

risiko finansial adalah adanya piutang tak tertagih, perubahan biaya secara tiba-

tiba, peningkatan suku bunga secara tiba-tiba juga dapat menjadi sumber

terjadinya risiko keuangan, dan lain-lain.

e. Risiko Sumberdaya Manusia

Risiko sumberdaya manusia adalah kejadian yang menyebabkan

sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak bekerja dengan optimal. Risiko

suberdaya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya yang bekerja

dalam suatu kegiatan usaha kususnya pertanian. Risiko sumberdaya manusia

sangat erat kaitannya dengan produksi sehingga dapat mempengaruhi risiko

produksi yang dihadapi oleh perusahaan.

2.1.3. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang

bagaimana suatu organisasi mampu menerapkan ukuran dalam memetakan

berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan

manajemen secara komprehensif dan sistematis menurut Ilham (2010).

Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi dapat

bertahan dan mengoptimalkan risiko menurut Hanafi (2009). Untuk menangani

risiko diperlukan strategi pencegahan risiko agar dapat ditangani dengan baik.

Manajemen risiko tidak bertujuan untuk meningkatkan expected return akan tetapi
16

untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Menurut Kountur (2004)

sistematika pengelolaan risiko dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Proses Output

Identifikasi Risiko Daftar Risiko

Evaluasi Pengukuran Risiko 1. Peta Risiko


2. Status Risiko

Penanganan Risiko Penanganan


Risiko

Gambar 2.1 Proses Pengelolaan Risiko.


Sumber: (Kountur 2004).

Menurut Kountur (2008) dalam memanage sebuah risiko khususnya risiko

produksi tahapan yang perlu dilakukan adalah:

a. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko dilakukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan

dalam manajemen risiko. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran

probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Metode yang

digunakan dalam pengukuran risiko ada bermacam-macam. Beberapa peneliti

menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation dalam

pengukuran risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko

melakukan metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan

menggunakan distribusi normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran


17

risiko dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak

kerugian yang dapat disebabkan.

b. Pemetaan Risiko

Pemetaan risiko dilakukan berdasarkan hasil dari prioritas risiko. Prioritas

risiko ditentukan atas dasar hasil perkalian antara probabilitas dan dampak yang

terjadi akibat oleh suatu risiko tertentu. Adapun gambar peta risiko disajikan pada

Gambar 2.2 sebagai berikut:

Besar Kuadran 1 Kuadran 2


Probabilitias (%)

Kuadran 3 Kuadran 4

Kecil

Kecil Besar
Dampak (Rp)

Gambar 2.2 Peta Risiko.


Sumber: (Kountur 2008).

Kuadran 1 merupakan kuadran dimana risiko memiliki probabilitas yang

tinggi, akan tetapi dampak yang ditimbulkan kecil. Kuadran 2 merupakan risiko

yang memiliki probabilitas yang tinggi dan dampak yang disebabkan juga tinggi.

Pemetaan risiko pada kuadran 3 adalah risiko yang memiliki probabilitas yang

kecil dan dampak yang disebabkan juga kecil. Kuadran 4 merupakan kuadran

dimana risiko memiliki probabilitas yang kecil akan tetapi dampak yang

disebabkan besar.

2.1.4. Penanganan Risiko


18

Menurut Darmawi (2005), penanganan risiko adalah suatu usaha untuk

mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan

perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Menurut Kountur (2008) terdapat dua strategi dalam menangani risiko, yaitu:

1. Preventif

Preventif merupakan salah satu strategi yang dapat digunakanan dalam

pengendalian risiko. Preventif bertujuan untuk mengurangi probabilitas dari

sebuah risiko. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber-sumber

risiko yang memiliki probabilitas besar. Sumber-sumber risiko yang berada pada

kuadran satu dan dua merupakan sumber risiko yang membutuhkan penanganan

preventif. Strategi preventif dilakukan agar sumber-sumber risiko yang berada

pada kuadran satu dan dua bergeser ke kuadran tiga dan empat. Pergeseran

sumber-sumber risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Besar Kuadran 1 Kuadran 2


Probabilitias (%)

Kuadran 3 Kuadran 4

Kecil

Kecil Besar
Dampak (Rp)

Gambar 2.3 Peta Preventif Risiko.


Sumber: Kountur (2008).

Sebuah perusahaan dapat melakukan pencegahan agar risiko tidak terjadi.

Pencegahan dapat dilakukan melalui:


19

a. Perbaikan sistem.

b. Perbaikan dan mengembangkan sumberdaya manusia.

c. Memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Penanganan risiko dilakukan agar dampak yang disebabkan oleh risiko

tersebut tidak terlalu besar. Selain dengan pencegahan, penanganan risiko juga

dapat dilakukan dengan melakukan tindakan agar dampak yang disebabkan oleh

risiko tidak terlalu besar. Mitigasi merupakan strategi yang dapat digunakan untuk

mengurangi dampak dari sebuah risiko. Mitigasi dapat dilakukan untuk

menangani sumber-sumber risiko yang memberi dampak besar. Sumber-sumber

risiko yang memiliki dampak besar adalah sumber risiko yang berada pada

kuadran dua dan kuadran empat. Menurut Simanjuntak (2013) ada beberapa cara

mitigasi yang dapat dilakukanuntuk mengurangi dampak dari risiko antara lain:

a. Diversifikasi

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian yang

disebabkan oleh risiko adalah dengan cara menempatkan aset di beberapa

tempat/unit usaha agar risiko tidak menyebabkan aset perusahaan habis.

Namun demikian, dalam melakukan diversifikasi perusahaan sebaiknya

melakukan usaha yang masih berhubungan dengan bisnis utama. Hal ini

dilakukan karena pembukaan usaha baru membutuhkan dana yang sangat

besar. Alasan lain dari pemilihan usaha dalam diversifikasi adalah harus

disesuaikan dengan SDM (sumber daya manusia) yang dimiliki perusahaan.

b. Penggabungan (Merger)
20

Pola lain dalam penanganan risiko adalah dengan cara menggabungkan

perusahaan dengan pihak perusahaan lain. Merger adalah penggabungan

badan usaha dengan cara mengambil alih secara langsung kekayaan bersih

(net asset) satu atau lebih perusahaan oleh perusahaan lain. Perusahaan yang

mengambil alih kekayaan bersih perusahaan lain tetap mempertahankan

identitasnya dan melanjutkan usaha sebagai satu kesatuan ekonomi yang lebih

besar. Merger dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam

menghadapi risiko yang dapat dihadapi perusahaan tersebut.

c. Integrasi Vertikal (Vertical Integration)

Menurut Harwood et al (1999), salah satu strategi untuk mengatasi risiko

dengan pertanian adalah dengan integrasi vertikal. Integrasi vertikal adalah

dengan mendistribusikan output dari sebuah unit bisnis menjadi input bagi

unit bisnis lainnya. Contoh penerapan integrasi vertikal adalah petani yang

menghasilkan jagung menggunakan hasil panen mereka untuk menjadi pakan

pagi ternak yang mereka miliki. Integrasi vertikal tersebut dapat menghindari

kedua unit bisnis tersebut dari risiko harga output dan juga risiko harga input.

d. Kontrak Produksi (Production Contracts)

Menurut Harwood et al (1999) kontrak produksi dapat mengurangi risiko

yang dihadapi oleh perusahaan khususnya risiko produksi. Kontrak produksi

mewajibkan pemberi kontrak (perusahaan yang akan menjadi pembeli produk

yang diproduksi) melakukan kontrol pada proses produksi dari komoditas

atau produk tersebut. selain melakukan kontrol pada proses produksi, pada

sistem kerjasama kontrak produksi mengharuskan pihak pemberi kontrak


21

menyediakan input bagi perusahaan. Sehingga dengan demikian input yang

diperoleh oleh petani lebih berkualitas.

e. Kontrak Pemasaran (Marketing Contracts)

Risiko harga merupakan risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan yang

menghasilkan komoditi pertanian kususnya komoditi yang bersifat musiman

Menurut Harwood et al (1999), strategi yang dapat dilakukan untuk

menghindari kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko harga adalah

dengan melakukan kontrak pemasaran. Kontrak pemasaran adalah perjanjian

tertulis antara produsen atau petani dengan pembeli dimana perjanjian

tersebut dibuat sebelum panen.

f. Asuransi

Asuransi tidak dapat mengurangi probabiltas sebuah risiko. Asuransi

adalah cara pengurangan dampak risiko dengan mengalihkan dampak risiko

tersebut kepada pihak lain. Dampak risiko yang akan ditanggung oleh

perusahaan akan berkurang karena adanya pihak lain dalam hal ini

perusahaan asuransi yang akan menanggung sebagian dari kerugian sebagai

dampak risiko. Mitigasi diharapkan dapat menggeser sumber-sumber risiko

yang memiliki dampak diatas batas normal yaitu sumber-sumber risiko yang

berada pada kuadran dua dan empat ke kuadran satu dan tiga. Pergeseran

sumber-sumber risiko dengan adanya strategi mitigasi dapat dilihat pada

Gambar 2.4.

Kuadran 1 Kuadran 2
Besar
Probabilitias (%)

Kuadran 3 Kuadran 4
22

Kecil

Kecil Besar
Dampak (Rp)

Gambar 2.4 Peta Mitigasi Risiko,


Sumber: (Kountur 2008).

2.2. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Amelia (2012), terdapat tiga sumber risiko produksi,

yaitu ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca. Sumber

risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas tertinggi

yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan sumber risiko produksi serangan penyakit

memiliki tingkat probabilitas terendah yaitu sebesar 11,9 persen. Sumber risiko

produksi kondisi cuaca memberikan dampak kerugian maksimal yang paling

tinggi yaitu sebesar Rp 4.434.955,00. sedangkan sumber risiko produksi ayam

broiler yang afkir memberikan dampak kerugian maksimal yang paling rendah

yaitu sebesar Rp 1.245.319,00. Alternatif manajemen risiko produksi yang

diusulkan bagi peternakan ayam broiler berdasarkan analisis tingkat risiko

produksi adalah dengan memeriksa kualitas air, mencampurkan probiotik pada air

minum ayam broiler, dan tidak membiarkan kotoran ayam broiler menumpuk

terlalu lama.

Menurut penelitian yang dilakukan Purwanti (2015), terdapat empat

macam sumber risiko yang mempengaruhi produksi peternakan ayam broiler


23

bermitra dan mandiri yaitu: 1) penyakit 2) perubahan suhu ayam 3) kualitas DOC

kurang baik serta 4) predator. Dari ketiga peternakan mitra, sumber risiko karena

penyakit menimbulkan probabilitas dan dampak paling besar, sedangkan sumber

risiko karena predator menimbulkan probabilitas dan dampak paling kecil, dengan

tingkat probabilitas pada masing-masing sumber risiko setiap peternak berbeda-

beda, sedangkan untuk peternakan mandiri, sumber risiko penyakit menimbulkan

probabilitas dan dampak paling besar, sedangkan sumber risiko yang

menimbulkan probabilitas dan dampak paling kecil adalah sumber risiko karena

kualitas DOC kurang baik.

Menurut penelitian Priyambada (2013), menyatakan bahwa, 1) Sumber

risiko yang terjadi pada budidaya peternakan ayam broiler yaitu ada serangan

penyakit, perubahan cuaca, hama dan rendahnya kualitas DOC. Sumber risiko

produksi yang dominan jika dilihat berdasarkan probabilitas yaitu penyakit

sebesar 46 %, cuaca 44 %, rendahnya kualitas DOC 39 % dan hama sebesar 15 %.

2) Berdasarkan dampak, dampak terbesar berasal dari sumber risiko yang paling

dominan berasal dari serangan penyakit yaitu Rp 15.628.053. Dampak yang

terbesar kedua yaitu risiko yang bersumber dari perubahan cuaca yaitu sebesar

Rp 12.825.893. Dampak yang ketiga sumber risiko yang berasal dari rendahnya

kualitas DOC sebesar Rp 809.413. dan yang terakhir berasal dari hama yaitu

Rp 502.718. serta 3) Alternatif untuk menanggulangi sumber risiko yang terjadi

pada budidaya pembesaran ayam broiler yaitu startegi preventif dengan cara

melakukan seleksi awal pemilihan DOC yang berkualitas, memberikan

multivitamin, pihak perusahaan inti memberikan informasi kepada petani


24

mengenai ramalan cuaca, memberikan minuman mengandung jahe, memasang

alat pengukur suhu udara, membersihkan kandang dan alatalat produksi, dan

memberikan jenis vaksin.

Menurut penelitian Vinanda (2016) menyatakan bahwa, 1) Hasil analisis

fungsi risiko pada usahaternak ayam broiler mandiri dan mitra menunjukkan

bahwa usahaternak ayam broiler peternak mandiri relatif lebih berisiko

dibandingkan dengan usahaternak ayam broiler peternak mitra. Faktor penentu

risiko produksi pada usahaternak ayam broiler peternak mandiri yang

berpengaruh nyata adalah tenaga kerja dan jenis kandang. Input tenaga kerja

bersifat risk increasing, sedangkan jenis kandang bersifat risk reducing. Faktor

penentu risiko produksi usahaternak ayam broiler peternak mitra yang

berpengaruh nyata adalah vaksin dan tenaga kerja. 2) Risiko harga yang dihadapi

peternak mandiri jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan risiko harga yang

diterima oleh peternak mitra. 3) Preferensi risiko peternak pola mandiri terhadap

keseluruhan penggunaan input adalah risk averse atau cenderung menghindari

risiko.

Menurut penelitian Simanjuntak (2013) menyatakan bahwa Risiko

produksi ayam ras pedaging pada peternakan di Kecamatan Pamijahan

diindikasikan dengan adanya mortalitas pada setiap periode produksi. Mortalitas

ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan disebabkan oleh cuaca, hama dan

predator, penyakit dan gangguan lingkungan. Masing-masing sumber risiko

produksi pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan memiliki

probabilitas dan dampak yang berbeda-beda. Berdasarkan probabilitas, sumber


25

risiko yang memiliki probabilitas terbesar adalah sumber risiko hama dan

predator. Dampak terbesar disebabkan oleh sumber risiko penyakit. Sedangkan

sumber risiko yang memiliki probabilitas dan dampak terkecil adalah gangguan

lingkungan. Urutan sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging di

Kecamatan Pamijahan berdasarkan statusnya adalah penyakit, cuaca, hama dan

predator serta gangguan lingkungan. Status risiko menunjukkan urutan prioritas

sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan.

Urutan prioritas tersebut sangat penting dalam penetapan strategi mengurangi

probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko.

Anda mungkin juga menyukai