Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Pemikiran Tafsir Modern
dan Kontemporer
Disusun Oleh :
Kelompok 8
SAMARINDA
2022
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Abid Al-Jabiri ............................................... 3
B. Karya-Karya Abid Al-Jabiri ........................................................... 4
C. Corak dan Akar Pemikiran Al-Jabiri .............................................. 6
D. Metode dan Praktek Penafsirannya ................................................. 6
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Salman Alfarisi, “Tafsir Surah al-Ikhlas Berbasis Tartib Nuzuli: Studi Karya Tafsir M.
Abid al-Jabiri”, Journal of Qur’an and Hadis Studies, Vol. 1 No. 1, 2020.
1
representasi karya tafsir kontemporer yang dalam beberapa hal punya
kepentingan-kepentingan yang berbeda dari karya-karya tafsir pada umumnya.2
Tulisan ini mencoba untuk mengurai karya tafsir al-Jabiri dari kacamata
epistemologi tafsir, sebuah pendekatan yang digunakan untuk menelaah sebuah
karya tafsir sebagai produk pemikiran yang meliputi dasar-dasar teoretis
pengetahuan tentang tafsir, bagaimana tatacara, teknik, atau prosedur dalam
menghasilkan karya tafsir yang meliputi sumber dan metode penafsiran.3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dari Abid Al-Jabiri?
2. Apa saja karya-karya dari Abid Al-Jabiri?
3. Bagaimana corak dan akar pemikiran dari Abid Al-Jabiri?
4. Bagaimana metode dan praktik penafsiran dari Abid Al-Jabiri?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi dari Abid Al-Jabiri.
2. Untuk mengetahui karya-karya dari Abid Al-Jabiri.
3. Untuk mengetahui corak dan akar pemikiran dari Abid Al-Jabiri.
4. Untuk mengetahui metode dan praktik penafsiran dari Abid Al-Jabiri.
2
Salman Alfarisi, “Tafsir Surah al-Ikhlas Berbasis Tartib Nuzuli: Studi Karya Tafsir M.
Abid al-Jabiri”, Journal of Qur’an and Hadis Studies, Vol. 1 No. 1, 2020.
3
Salman Alfarisi, “Tafsir Surah al-Ikhlas Berbasis Tartib Nuzuli: Studi Karya Tafsir M.
Abid al-Jabiri”, Journal of Qur’an and Hadis Studies, Vol. 1 No. 1, 2020.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Wardatun Nadhiroh, “Fahm Al-Qur’an Al-Hakim; Tafsir Kronologis Ala Muhammad
Abid Al-Jabiri,” Ilmu Ushuluddin 15, no. 1 (2016).
5
Wikipedia, “Mohammed Abed Al-Jabri,” Wikipedia project, 2022,
https://en.wikipedia.org/wiki/Mohammed_Abed_al-Jabri.
6
Ahmad Fawaid, “KRITIK ATAS KRITIK EPISTEMOLOGI TAFSIR M. ABIED AL
JABIRI: Studi Kritis Atas Madkhal ila al Quran al Karim”, Ulul Albab Vol, 16, No. 2, 2015.
7
Nurliana Damanik, “Muhammad Abid Al-Jabiri,” Al- Hikmah Jurnal Theosofi Dan
Peradaban Islam 1, no. 2 (2019), h, 1–197.
3
Beliau telah aktif mengajar sedari tahun 1964 di sekolah menengah dalam
bidang filsafat dan pendidikan nasional. Kebanyakan dari karya beliau ini
berorientasi pada pencerahan pemikiran Arab-Islam, utamanya dalam bidang
epistimologi Arab. Al-Jabiri juga terlibat dalam aktivitas politik. Ia bergabung
dengan Mehdi B. Barka, pemimpin partai sayap kiri partai istiqlal.8 Kemudian
semenjak tahun 1971 beliau telah aktif menulis dalam berbagai bidang keilmuan.
Bagi beliau aktif dalam dunia akademisi sama sekali bukan penghalang untuk
bergabung serta aktif sebagai aktivis politik yang berideologi sosoal. Hal ini dapat
dibuktikan dengan bergabungnya beliau dalam USPF (Union Sosialiste des
Forces Popolaires) sebagai biro keungan. Berdasarkan ketokohan inilah beliau
dianggap sebagai seorang tokoh filsof kontemporer yang sangat melekat dengan
tradisi islam klasik, dan tradisi post-strukturalisme Prancis.9
Al-Jabiri telah menghasilkan berpuluh karya tulis, baik yang berupa artikel
koran, majalah atau berbentuk buku dengan berbagai jurusan ilmu, politik,
filsafat atau sosial. Buku pertamanya adalah Nahwu wal Turast kemudian al-
Khitab al-‘Arabi al Mua’sir Dirasah Naqdiyyah Tahliyyah, kedua buku ini
memang sengaja dipersiapkan oleh Al-jabiri sebagai pengantar bukunya ‘Naqd
al-al’ Aql al-‘Arabi’ (kritik nalar Arab). Kritik nalar Arab tersebut adalah proyek
Al-Jabiri yang sangat monumental.10
Karya lainnya yang telah diterbitkan Takwim al-‘Aql al-‘Arabi, Bunya al-
‘Aql-‘Arabi, al-A’ql al-Siyasi-‘Arabi, al-‘Aq al-Akhalqi al Arabiyyah, Dirasah
Taahliliyah Naqdiyyah li Nuzum al-Qiyam fi al-Thaqafah al-Arabiyyah, al-
Turath wa al Hadatshah, Ishkaliyyah al Fikr al-‘Arabi al-Mua’asir, Tahafual al-
thafut intisaran li ruh al-Ilmiyyah wa ta’sisan li akhlaqiyat al-Hiwar, Qadaya al-
8
Yuliana Jamaluddin, “NIKAH MUT’AH PERSPEKTIF TAFSIR NUZULI AL-JABIRI”.
9
Muhammad Julkarnain, “Fragmentasi Tafsir Surah Al- ‘Alaq Berbasis Kronologi (studi
Atas Fahm Al-Qur’an Al-Hakim: Al-Tafsir Al-Wadhih Hasb Tartib Al-Nuzulkarya Muhammad
’Abid Al-Jabiri),” RELIGIA 18, no. 2 (2015), h, 129–61.
10
Yandi Hafizallah dan Muhammad Abdul Wafa, “Pemikiran Muhammad Abed Al-Jabiri
terhadap Nalar Arab”, Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan, Vol. 10, no. 1
(2019).
4
Fikr al ‘Mu’asir Al’awlamah, Sira’ al-Hadarat, al-Wahdah ila al-Ahklaq, al-
Tasamuh, al-Dimaqratiyyah.
Buku terakhir yang coba dikembangkan olehnya adalah Madkhal ila al-
Qur’ani yang berbicara seputar diskursus al-Qur’an. Pada tahap awal buku ini
lebih dimaksudkan untuk memperkenalkan al-Qur’an dengan deskripsi, yang
dalam pengakuan al-Jabiri, dapat diterima baik oleh orang-orang islam sendiri
maupun kalangan non muslim. Diskursus Qur’ani yang mulai digelutinya
dengan kitab tersebut mendorongnya untuk menulis tafsir al-Qur’an secara
sistematis didasarkan atas kronologi pewahyuan. Tafsir tersebut diberi judul
Fahm al-Qur’an, al-Tafsir Wadlih hasb Tartib al-nuzul yang terbit pada tahun
5
2008. Selain beberapa karya yang sudah disebutkan, masih banyak lagi karya-
karya yang sudah dihasilkan dari buah pemikiran Muhammad Abid al-Jabiri.11
Mulai dari lunturnya kekaguman beliau terhadap Karl Marx, dan mulai
berpindah fokus bacaan tentang Ibnu Khaldun, ia mulai membanding-
bandingkan efektifitas pendekatan terhadap kajian sejarah keislaman melalui
perspektif Marxian dengan khaldunian. Yang kemudian diteruskan dengan
menulis Al-Ashabiyyah Wa al-Daulah Haula Fikr Ibnu Khaldun.
11
Aulanni’am, “METODE PENAFSIRAN KONTEMPORER ABID AL-JABIRI”, Jurnal
Ulunnuha, Vol. 10 No. 1, Juni 2021.
6
Adapun metode penulisan yang dipakai oleh al-Jabiri dalam kitab tafsirnya
ini, tersistematika sebagai berikut:
1. Terdiri atas 3 jilid (qasam). Jilid 1 dan 2 mencakup surat-surat yang turun di
Makkah (makkiyah). Surat-surat ini terbagi dalam 6 marhalah; 3 marhalah
untuk masing-masing jilid. Sementara itu, jilid 3 khusus memuat surat yang
turun di Madinah (madaniyyah), dan di sini al-Jabiri tidak menjelaskan ada
berapa marhalah di dalamnya.
2. Pada setiap jilidnya, terdapat mukaddimah “utama”. Mukaddimah ini
dibubuhkan sebagai gambaran umum isi yang akan dibahas dalam jilid
tersebut.
3. Pada setiap marhalahnya, beliau awali dengan istihlal yang berisi tentang
keterkaitan antar surat pada tiap-tiap marhalah, kepada siapa surat-surat
tersebut ditujukan (mukhatab) dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
Kemudian pada bagian akhir dari marhalah, beliau memberikan penjelasan
secara global tema yang terkandung dari setiap marhalah yang telah
dipaparkannya, yang beliau sebut dengan istilah istithrad.
4. Pada setiap surat yang hendak dibahas, beliau menyertakan taqdim
(pendahuluan), hawamisy (catatan kaki/footnote) dan ta’liq
(komentar/kritik). Adapun yang dipaparkan dalam taqdim ialah berkisar pada
makna surat, historisitas ayat-ayat dalam surat tersebut diturunkan
(bersumber dari hadits dan kitab-kitab tafsir yang masyhur ex: al-Thabari, al-
Zamakhsyari dll), dan terkadang disampaikan alasan surat tersebut diletakkan
di urutan mana (dalam tartib mushaf). Sementara pada hawamisy-nya
berisikan penjelasan-penjelasan tambahan baik berupa ta'liqat ataupun
catatan yang berada di bagian footnote-nya, dengan tujuan memberikan
pemahaman yang lain nan “baru” bagi pembaca dengan menunjukkan
pendapat lain/sumber rujukan. Dan di bagian ta’liqnya berisi penjelasan
tambahan terkait surat yang sedang ditafsirkan. Selain itu, terkadang berisi
penjelasan dari para penafsir lain diikuti dengan penjelasan dari al-Jabiri,
sumber-sumber hadits dan ayat-ayat lain yang terkait yang dikutip, untuk
7
dikorelasikan satu sama lain, sehingga membentuk penjelasan yang
menyeluruh (syumul).
5. Al-Jabiri juga memberikan catatan pelengkap pada setiap kata atau beberapa
susunan kata dalam ayat al-Qur’an, sehingga pembaca dapat memahami
seutuhnya ayat-ayat tersebut.
Berikut ini adalah contoh penafsiran Muhammad ‘Abid al-Jabiri, berkaitan
dengan surat Al-Alaq ayat 1-5:
Menurut al-Jabiri dalam ta’liq kitab tafsirnya, kandungan kelima ayat dalam
surat al-Alaq tersebut adalah menetapkan kaidah islam dengan memfokuskan
kepada dua dasar: yaitu menciptakan dan mengajarkan. Pertama,
menghubungkan keduanya dengan satu sentral, yakni satu tokoh manusia.
Yang dimaksud disini adalah Nabi Muhammad sendiri. Kemudian yang
kedua mengaitkannya dengan data-data pengalaman sehari-hari manusia.
Sebagaimana yang dipahami dari bunyi firman-Nya. Yang mengajar
(manusia) dengan perantara Qolam.
Ayat ini dipahami al-Jabiri dengan:
“Wahai Muhammad, bertabarruklah dengan Nama Tuhanmu, dan
ketahuilah bahwa Tuhanmu yang menurunkan wahyu kepadamu ini adalah
Tuhan yang menciptakanmu dari darah yang ada dalam rahim ibumu, dan
yang dicampur oleh air sperma ayahmu. Ketahuilah juga, bahwa Dia sendiri-
lah yang mengajarkan dengan perantara ‘qalam’ dan mengajarkan
kepadamu hal-hal yang belum kamu ketahui.”
8
Terkait dengan pertanyaan mengenai hubungan antara “penciptaan dari
segumpal darah”, dan “mengajarkan dengan perantara Qalam”? dalam
pandangan al-Jabiri jawabannya harus dibatasi pola pikir pada masa
kenabian. Artinya, periode arab ketika itu. Berdasarkan hal ini, kemudian al-
Jabiri menawarkan jawaban atas pertanyaan tersebut:
“…. Sebagaimana Tuhanmu menciptakan manusia dari setetes darah yang
mengeras, Dia menjadikan menulis dan membaca sebagai perantara untuk
mengajari manusia. Hubungan antara “Bacalah” dan “Qolam” ini, serta antara
membaca dan menulis, dijelaskan oleh Hadits Nabi Saw. tentang dimana
beliau pertama kali mendapatkan wahyu, beliau bersabda: “Jibril datang
kepadaku ketika aku sedang tidur (bermimpi) dengan membawa sebuah
bejana yang terbuat dari dibaj (pakaian perisa yang terhias) yan didalamnya
terdapat kitab, lalu dia berkata: ‘bacalah!’, nabi bersabda: ‘aku tidak bisa
membaca’ (dalam riwayat lain ‘apa yang harus kubaca’ dan ‘aku tidak bisa
membaca’).” Perkataan Nabi Saw. ini bahwa Jibril datang dengan membawa
dibaj yang ada didalamnya terdapat kitab, mengandung dua makna,
adakalanya Jibril menghendaki Muhammad membaca kitab tersebut, dan ada
kalanya Jibril datang membawakan sebuah kitab yakni dengan wahyu yang
awalnya akan disebut dengan “al-Kitab”. Dalam dua kemungkinan ini wahyu
yang akan diturunkan kepada Muhammad inilah yang dimaksud dengan
“yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam”. Dia mengajarkan
kepada manusia tentang apa yang tidak ia ketahui seperti yang sudah
dinyatakan sebelumnya. Berpijak pada hal ini, khitab dari kelima ayat ini
semuanya mengarah kepada diri Muhammad, bahwa Tuhanmu yang
menciptakan dari segumpal darah adalah dia yang memuliakanmu dengan
wahyu yang dengan wahyu tersebut kamu menjadi tahu apa yang belum kamu
ketahui.12
12
Aulanni’am, “METODE PENAFSIRAN KONTEMPORER ABID AL-JABIRI”, Jurnal
Ulunnuha, Vol. 10 No. 1, Juni 2021.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dari makalah yang telah kami
buat, baik terutama dari segi pembahasan maupun penyampaian materi. Maka,
kami memohon saran serta kritik dari pembaca agar kami dapat
menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Wikipedia. “Mohammed Abed Al-Jabri.” Wikipedia
project,2022.
https://en.wikipedia.org/wiki/Mohammed_Abed_al-
Jabri.
https://ahmadbinhanbal.com/biografi-dan-pemikiran-
muhammad-abid-al-jabiri/
12