Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

CORAK TAFSIR ADABI IJTIMA’I


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Madzahib Tafsir
Dosen Pengampu :
Dr. Moh. Thoriquddin, LC, M. HI
NIP : 197303062006041001

Disusun Oleh:

Ahmad Fauzan Noor (192400)


Chodijah Asy Syarifah (19240044)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARIAH

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah menjalankan siang
menjadi malam, menggantikan panasnya trik matahari dengan cahaya redup sang
rembulan, yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan dan merampungkan tugas makalah dengan sebaik sebaik
nya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
besar Nabi Muhammad SAW. Yang rela mengorbankan jiwa raganya, putih
tulangnya, dan tetesan darah yang mengalir dari tubuhnya menjadi saksi atas
keperkasaan perjuangannya.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt. Atas limpahan nikmat sehat-nya
baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran. Sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah “Madzahib Tafsir’
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengahrapkan kritik serta saran dari pendengar untuk makalah ini, agar makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kuliah Madzahib Tafsir yang telah membimbing dan
mengajarkan kami.
Demikian makalah ini kami buat agar dapat menjadi makalah yang bermanfaat
bagi pendengar khususnya penulis sendiri.

Malang, 16 November 2021

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat berkembang pesat, juga
berpengaruh kuat pada perkembangan tafsir al-Qur‟an. Banyak sekali
kitab-kitab tafsir yang bermunculan dengan keinginan untuk menjaga
eksistensi al-Qur‟an sebagai pedoman kehidupan. Hal ini jugaberimplikasi
kepada munculnya perbagai metode dan pendekatan di dalam memahami
al-Qur’an. Munculnya berbagai metode dan pendekatan tersebut tidak lain
merupakan usaha (ijtihad) untuk menjadikan al-Qur’an kontekstual,
dinamis seiring dengan perkembangan zaman, sehingga al-Qur’an dapat
menjawab problem-problem kemanusiaan.
Salah satu pendekatan yang digunakan di dalam memahami al-
Qur’an adalah pendekatan sains (saintific approach). Pendekatan sains
adalah pendekatan yang digunakan untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an
melalui perspektif sains atau ilmu pengetahuan. Implikasi dari pendekatan
ini akan melahirkan tafsir-tafsir yang mengandung muatan sains atau ilmu
pengetahuan, biasanya tafsir yang menggunakan pendekatan sains masuk
dalam kategori tafsir ilmi.Biasanya kitab tafsir yang memuat hal ini adalah
tafsir al-jawahir fi al-Qur’an al-Karim karya Tantawi Jauhari. Adapun
corak penafsiran yang berorientasi pada sastra budaya kemasyarakatan
adalah tafsir al-adabi al-Ijtima’.
Sehubungan dengan tafsir al-ijtima’i munculah seorang pemimpin
yang memberikan seruan seruan untuk membangkitkan umat Islam
kembali, yaitu Jamaluddin al-Afghani. Murid pertamanya yang mengikuti
jejaknya ialah Syaikh Muhammad Abduh. Dia yang mengajar
pembaharuan dalam berbagai prinsip dan pengertian Islam. Ia
menghubungkan ajaran-ajaran agama dengan kehidupan modern, dan
membuktikan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan dengan
peradaban, kehidupan modern serta apa yang bernama kemajuan. Maka
dari itulah lahirlah kitab-kitab tafsir yang tidak memberikan perhatian dari
segi dan sisi-sisi kajian seperti nahwu, istilah-istilah dalam balaghah,

1
bahasa dan lain-lain. Perhatian pokok dari kitab-kitab tafsir ini adalah
memfungsikan al-Qur’an sebagai kitab hidayah dengan cara yang sesuai
dengan ayat-ayat al-Qur’an dan makna-maknanya yang bernilai tinggi,
yaitu memberi peringatan dan kabar gembira. Oleh karena itu tafsir yang
bermanfaat bagi umat Islam adalah tafsir yang menjelaskan al-Qur’an dari
segi bahwa ia adalah kitab yang berisi ajaran-ajaran agama yang
menunjukkan kepada manusia cara untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Corak ataupun model penafsiran tersebut dikenal dengan nama al-
Laun al-Adaby al-Ijtima’i. Dan salah satu kitab tafsir yang bercorak
seperti ini adalah tafsir al-Manar yang merupakan hasil karya dari dua
tokoh yang mempunyai hubungan guru dan murid, yaitu Syaikh
Muhammad Abduh dan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan latar belakang muncul corak tafsir adabi
ijtima’i?
2. Bagaimana karakteristik corak tafsir adabi ijtima’i?
3. Siapa tokoh-tokoh corak tafsir adabi ijtima’i?
4. Apa kelebihan dan kekurangan corak tafsir adabi ijtima’i?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian dan latar belakang muncul corak tafsir adabi
ijtima’i.
2. Untuk Mengetahui karakteristik corak tafsir adabi ijtima’i.
3. Untuk Mengetahui tokoh-tokoh corak tafsir adabi ijtima’i
4. Untuk Mengetahui kelebihan dan kekurangan corak tafsir adabi ijtima’i.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Latar Belakang Muncul Corak Tafsir Adabi Ijtima’i

B. Karakteristik Corak Tafsir Adabi Ijtima’i

C. Tokoh-Tokoh Corak Tafsir Adabi Ijtima’i


Corak tafsir adabi ijtima’i merupakan salah satu corak tafsir yang
tergolong corak tafsir era modern. Meskipun dalam kitab-kitab tafsir
klasik nilai-nilai sosial masyarakat sudah ada, namun corak tasfir adabi
ijtima’i mulai nampak dan memberikan efektivitas serta pengaruh terhadap
masyarakat pada saat Muhammad Abduh merintis sekolah tafsir (madrasat
al-tafsir) yang berada dibawah naungannya. Muhammad Abduh menilai
bahwasannya karya tafsir klasik pada fase awal cenderung fanatik terhadap
suatu madzhab dan golongan yang dianut oleh sang Mufassir. Dan tafsir
klasik juga dinilai cenderung berkepanjangan dalam memasukkan kajian
bahasa dan cabang-cabang ilmu pengetahuan (kaidah nahwu, shorof, dan
lain-lain). Sehingga Muhammad Abduh memiliki inisiatif untuk
mengajarkan dan menyampaikan tafsir al-Qur’an dengan menggunakanv
metode dan corak baru kepada murid-muridnya. Jadi, dapat dikatakan
bahwa kemunculan corak adabi ijtima’i dalam bidang tafsir dimulai pada
akhir abad XIII M, yang dipelopori oleh Muhammad Abduh.1
Apa yang telah dirintis oleh Muhammad Abduh ini, kemudian
dilanjutkan oleh salah satu muridnya yang bernama Muhammad Rasyid
Ridha dengan menulis sebuah karya tafsir yang bernama tafsir al-Manar.
Pada masa berikutnya dilanjutkan oleh Muhammad Mustafa al-Maraghi.
Hal tersebut dibuktikan dengan gaya penulisan pada kitab tafsir al-
Maraghi karangannya, dalam tafsir tersebut dapat dilihat dengan jelas
bahwa beliau mengikuti metode atau manhaj yang digunakan oleh
Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha.

1
Kusroni, “Mengenal Tafsir Tahlili Ijtihadi Corak Adabi Ijtima’i”, FIkrah, vol.10 no. 1(2016): 126

3
D. Kelebihan dan Kekurangan Corak Tafsir Adabi Ijtima’i
1. Kelebihan
a. Disebabkan tafsir ini berangkat dari semangat bebas dalam
menggunakan akal pikiran, maka corak tafsir ini jauh dari
pengaruh unsur-unsur fanatisme madzhab-madzhab tertentu, jauh
dari pengaruh israiliyyat, dusta khurafat, serta hadis-hadis dha’if
dan maudhu’;
b. Tafsir ini tidak mengungkit-ungkit permasalahan yang samar
(mustasybihat) dalam al-Qur’an, dan tidak menjelaskan juz’iyyat;
c. Dalam menafsirkan sebuah ayat, mufassir bukan hanya terfokus
pada aspek balaghah yang ada, namun juga mengkaitkan makna
yang terkandung dengan keadaan sosial yang ada;
d. Pemilihan bahasa yang sesuai dengan kondisi perkembangan umat
modern yakni lugas dan tidak berbelit, sehingga mudah untuk
dipahami oleh siapa saja.
2. Kekurangan
a. Terlalu bebas dalam menggunakan logika, sehingga cenderung
adanya pemikiran, ajaran atau aqidah mu’tazilah;
b. Cenderung mudah menganggap suatu hadis sebagai hadis yang
dho’if dan maudhu’, meskipun hadis tersebut kadang berada
didalam kitab Shahih Bukhari Muslim.2

2
Abd. Ghafir, “Sekilas Mengenal At-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i”, Al-Ahkam, vol. 1 no. 1(2016): 32

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
(PAU)
Corak tafsir adabi ijtima’i merupakan salah satu corak tafsir yang
tergolong corak tafsir era modern, corak ini dirintis untuk pertama kalinya
oleh Muhammad Abduh. Yang kemudian dilanjutkan oleh Muhammad
Rasyid Ridho pada karya tafsirnya Al-Manar, dan pada masa berikutnya
corak ini juga dikembangkan oleh Muhammad Mustafa al-Maraghi pada
karya tafsirnya tafsir Al-Maraghi.
Adapun untuk kelebihan dan kekurangan dari corak tafsir adabi ijtima’,
yaitu:
a) Kelebihan : jauh dari pengaruh unsur-unsur fanatisme madzhab-
madzhab tertentu, jauh dari pengaruh israiliyyat, dusta khurafat,
serta hadis-hadis dha’if dan maudhu’, dan mudah dipahami oleh
semua lapisan masyarakat;
b) Kekurangan : cenderung adanya pemikiran, ajaran atau aqidah
mu’tazilah, mudah menganggap suatu hadis sebagai hadis yang
dho’if dan maudhu’.

B. Saran
Kami sadar atas banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah kami.
Maka kritik dan saran pembaca sangat kami butuhkan. Tetapi di balik
kekurangan makalah ini, semoga para pembaca bisa mendapatkan ilmu
baru.

5
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’ân al-Karîm.

Ghafir, Abd. “Sekilas Mengenal At-Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i”. Al-Ahkam, vol. 1 no.
1(2016): 32

Kusroni. “Mengenal Tafsir Tahlili Ijtihadi Corak Adabi Ijtima’i”. Fikrah, vol.10 no.
1(2016): 126

Anda mungkin juga menyukai