XIV H.) Kitab Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Fii Dzilal Al-Quran
E-mail: Syauqihifni97@gmail.com
Abstrak
Al-Quran selalu menjadi objek kajian semua orang. Hal itu lantaran Al-Quran
merupakan kitab hidayah, petunjuk bagi mereka yang ingin mentadabburinya.
Seseorang yang ingin mempelajari isi Al-Quran harus terlebih dahulu memahami kata
perkata, ayat per ayat, surat per surat dan hubungan antara ayat dengan ayat maupun
surat dengan surat. Semua itu bisa diketahui manakala ada seorang mufasir
mengungkapkan isi dari Al-Quran. Sehingga mufasirlah yang menentukan arah
pemahaman pembaca. Dewasa ini, di zaman yang modern ini kebutuhan untuk bisa
memahami Al-Quran adalah nomor wahid. Sebab jika seseorang tidak paham isi dari
Al-Quran maka ia akan terjerumus dalam lubang kfesesatan. Formulasi yang
dibangun oleh ulama salaf mengenai gaya penafsiran memang bagus terlebih untuk
menjaga makna Al-Quran sesuai kejadian saat itu (asbab al-nuzul). Akan tetapi
zaman modern ini gaya penafsiran seperti itu kurang diminati, karena sulitnya
memahami isi dengan konteks kehidupan saat ini. Hingga datang inovasi baru dari
para mufasir modern menyesuaikan kebutuhan masyarakat saat ini. Salah dua tokoh
gaya tafsir tersebut ialah al-Maraghi dengan tafsir al-Maraghi dan Sayyid Qutb
dengan tafsir fii dzilal al-Quran.
PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan kitab hidayah. Ia memuat segala undang-undang
kehidupan. Hidayah Al-Quran menyentuh berbagai lini kehidupan manusia. Al-Quran
memposisikan manusia sebagai objek. Sehingga apa yang terkandung di dalamnya
sangat menyentuh kepribadian manusia.
Kandungan Al-Quran bisa diketahui melalui penafsiran mereka yang ahli di
bidang tafsir. Tafsir yang lahir pun bermacam-macam. Hal ini dikarenakan Al-Quran
memiliki cakupan makna yang tak berujung. Sedangkan ulama yang berusaha
menampakkan hidayah quraniyah masih terbatas keilmuannya.
Terdapat beberapa ulama yang menafsiri Al-Quran dengan pendekatan yang
berbeda. Sebagian mereka hanya fokus di bidang bahasa seperti al-Farra’ dengan
kitabnya maaniy al-Quran, Ubaydah dengan tafsirnya majaz al-Quran, Zamakhsyari
dan karyanya berjudul tafsir al-kassyaf dll. Karya mereka diteliti bahkan ditiru oleh
generasi setelahnya semisal al-Bhaidawi, Abu Hayyan al-Andalusy dll.
Ulama lainnya menggunakan persprektif berbeda. Muhammad Abduh pencetus
metode penafsiran menggunakan corak sosial kemasyarakatan. Dilanjutkan oleh
muridnya Rasyid Rido dan disempurnakan oleh al-Maraghi dan Sayyid Qutb.
Al-Maraghi dan Sayyid Qutb merupakan dua ulama dari Mesir. Dengan
latarbelakang hierarki sosial yang berbeda keduanya memiliki watak yang sama,
ketekunan untuk banyak membaca dan meneliti.
Dengan menjadikan fakta sosial sebagai pijakan menafsiri ayat Al-Quran, al-
Maraghi dan Sayyid Qutb mencoba untuk menarik fakta tersebut ke dalam ruang
lingkup ayat.
Makalah ini mencoba menghidangkan kepada pembaca mengenai analisis
terhadap metodologi kepenulisan tafsir corak kemasyarakatan karya ulama di atas,
serta kevalidan kitab-kitab tersebut.
1. Tafsir Al-Maraghi
Profil Ahmad Musthafa Al-Maraghi
Al-Maraghi memiliki nama lengkap Ahmad Musthafa bin Musthafa bin
Muhammad bin Abdul Mun’im al-Maraghi. Ia lahir tahun 1883 M/ 1300 H, di kota
Maraghah provinsi Suhag, Kairo, Mesir.
Keluarga al-Maraghi merupakan keluarga intelektual. Ia berasal dari keluarga
yang tekun dan ulet di bidang intelektual dan perhakiman. Hal itu dibuktikan dengan
1
banyaknya keluarganya yang menjadi ulama dan berada di pengadilan tinggi di
Mesir.
Sejak kecil ia terbiasa belajar di sekolah dan fokus mempelajari Al-Quran.
Ketekunan tersebut lantas membuatnya dapat menghafal Al-Quran sebelum
menginjak umur 13 tahun.
Aḥmad Mustafā al-Maraghi berasal dari kalangan ulama yang taat dan mengusai
berbagai bidang ilmu agama. Hal ini dapat dibuktikan bahwa 5 dari 7 orang
saudaranya dan 4 dari 8 orang putra laki-laki Syekh Mustafā al-Maraghi (ayah
Ahmad Mustafā al-Maraghi) adalah ulama besar yang cukup terkenal. Di antara
saudaranya yang menjadi ulama-ulama besar seperti:
a. Syekh Muhammad Mustafā al-Maraghi yang pernah menjadi Grand Syekh al-Azhar
dua periode; tahun 1928-1930 dan 1935-1945
b. Syekh Abd al-Azīz al-Maraghi, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar
dan Imam Raja Faruq.
c. Syekh ‘Abdullah Mustafā al-Maraghi, Inspektur Umum pada Universitas Al-Azhar
penelitian dan pengembangan Universitas Al-Azhar.
d. Syekh Abu al-Wafa Mustafā al-Maraghi, Sekretaris Badan penelitian dan
pengembangan Universitas Al-Azhar.
e. Muḥammad ‘Aziz Ahmad al-Maraghi, Hakim di Kairo.
f. Aḥmad Ḥamid al-Maraghi, Hakim dan Penasehat Menteri Kehakiman di Kairo.
g. ‘Asim Aḥmad al-Maraghi, Hakim di Kuwait dan di Pengadilan Tinggi Kairo.
h. Aḥmad Miḥdat al-Maraghi, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil Menteri
Kehakiman di Kairo.1
Karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi
a. Hidayah al-Talib
b. Mursyid al-Tullab
c. Al-Mujaz fii al-Adab al-Arabi
d. Al-Mujaz fii Ulum al-Ushul
1
Fitrothin, METODOLOGI DAN KARAKTERISTIK PENAFSIRAN AHMAD MUSTAFA AL
MARAGHI DALAM KITAB TAFSIR AL MARAGHI (Kajian Atas QS. Al Hujurat Ayat: 9), Al Furqan:
Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Volume 1 Nomor 2 Desember 2018.
2
e. Risalah Itsbat Ru’yah al-Hilal fii Radamdhan
f. Buhut al-Ara’
g. Tahdzib al-Tauhid
h. Al-Tafsir al-Kamil li al-Quran al-Karim atau Tafsir al-Maraghi
Banyak yang salah paham tentang siapa penulis tafsir al-Maraghi. Hal ini
dikarenakan Muhammad Musthafa al-Maraghi (saudara Ahmad Musthafa al-
Maraghi) merupakan seorang mufasir juga. Sebagai mufasir, Muhammad Musthafa
juga melahirkan karya tafsir, hanya saja ia tidak meninggalkan karya tafsir Al-Qur’an
secara menyeluruh. Ia hanya berhasil menulis tafsir beberapa bagian Al- Qur’an,
seperti surah Al-Hujurat dan lain-lain, salah satunya berjudul Al-Durus Al-Diniyah.
Menurut Abd. Mun’im al-Namr, Muhammad Mustafa Al-Maraghi hanya menulis
tafsir surat Al-Hujurat, tafsir surat Al-Hadid, dan beberapa ayat dari surat Luqman
dan Al-Asr.2
Tafsir al-Maraghi lebih identik dengan corak al-adabi al-ijtimai. Corak tafsir
ini berusaha memahami Alquran dengan cara memahami ungkapan-ungkapan
Alquran secara teliti, selanjutnya menjelaskan makna yang dimaksud oleh Al-Quran
tersebut dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian langkah berikutnya
2
Abd. Mun’im al-Namr, ‘Ilm at-Tafsir (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1985), h. 141.
3
Nashiruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 24-27.
3
penafsir berusaha mencari benangmerah atas redaksi Al-Quran yang tengah dikaji
dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada.4 Adapun pencetus pertama
corak ini ialah Muhammad Abduh. Kemudian dilanjut oleh sahabat dan murid-
muridnya Muhammad Rasyid Ridha berlanjut hingga Muhammad Musthafa al-
Maraghi dan Ahmad Musthafa al-Maraghi.
Bila dibandingkan dengan kitab-kitab tafsir lain, baik sebelum maupun setelah
Tafsir Al-Maraghi, termasuk Tafsir al-Manar yang dipandang modern, ternyata Tafsir
Al-Maraghi mempunyai metode penulisan tersendiri yang membuatnya berbeda
dengan tafsir-tafsir tersebut. Sedang coraknya sama dengan corak Tafsir Al-Maraghi
Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-
Karim karya Mahmud Syalthut, dan Tafsir al-Wadih karya Muhammad Mahmud
Hijazi semuanya menggunakan corak adab ijtima’i.
4
Muhammad Husen aż-Zahabi, al Tafsir wa al Mufassirūn, Jilid 3 (Mesir: Dar al-Kitan al-Arabi, 1381
H/1962M), 213.
5
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1992), h. 20.
6
Ibid., 17-21.
4
4. Asbab al-nuzul jika terdapat riwayat yang shahih
5. Mengesampingkan istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
6. Gaya bahasa yang mudah dicerna oleh alam fikiran saat ini
7. Pesatnya sarana komunikasi di masa modern
8. Seleksi terhadap kisah yang terdapat di dalam kitab tafsir
9. Jumlah jilid tafsir yang sengaja dibuat menjadi 30 jilid. Setiap jilid terdiri dari satu
juz Alquran. Untuk cetakan yang pertama. Adapun cetakan selanjutnya, jumlah
jilidnya beragam. 10 jilid ataupun 15 jilid.
7
Hery Noer Aly, Terjemah tafsir Al-Maraghi, (Bandung: Toha Putra, 2000), h. 333.
8
QS Al-Ma’un (107), 1-2.
9
Hery, op.cit., 333.
5
terpuji kepada seorang yatim. Orang yang berlaku demikian termasuk kategori para
pendusta agama.
10
QS Al-Nur (24), 31.
11
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Tafsir, 235.
6
Maka janganlah mereka memandang aurat laki-laki dan aurat perempuan yang
tidak dihalalkan (antara pusar dan lutut). Demikian pula jika mereka memandang
selain itu dengan dorongan syahwat, maka hukumnya haram, tetapi jika tanpa
dorongan syahwat, maka tidak haram. Namun demikian, menahan pandangan
terhadap laki-laki asing adalah lebih baik bagi mereka.12
Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi, perhiasan yang biasa nampak dan tidak
mungkin disembunyikan itu seperti halnya cincin, celak mata, dan lipstik. Maka
dalam hal ini mereka tidak mendapatkan siksaan. Lain halnya jika mereka
menampakkan perhiasan yang harus disembunyikan seperti gelang tangan, gelang
kaki, kalung, mahkota, selempang dan anting-anting, karena semua perhiasan ini
terletak pada bagian tubuh (betis, leher, kepala, dada, dan telinga) yang tidak halal
untuk dipandang, kecuali oleh orang-orang yang dikecualikan dalam ayat ini.13
12
Ahmad Mustafa Almaraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 18 (Semarang: Pt Karya Toha Putra,
2012), h. 139.
13
Ibid., 140.
7
2. Tafsir Fii Dzilal Al-Quran
Nama lengkap Sayyid Quthb adalah Sayyid Quthb Ibrahim Husain Syadzili.
Ia lahir pada tanggal 9 Oktober 1906 di Kampung Mausyah, salah satu provinsi
Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang taat
ajaran Islam dan mencintai al-Qur’an. Ia merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara,
yang terdiri dari tiga perempuan dan dua lelaki. 14
Namun jumlah sesungguhnya
saudara kandungnya berjumlah tujuh orang, tetapi dua orang telah meninggal dunia
ketika masih kecil.15
8
Di sekolah, Sayyid kecil fokus untuk menghafal Al-Quran. Setiap tahun ia
mampu menghafal 10 juz. Selama menghafal ia tidak menemukan halangan sama
sekali dari negara. Ia berkesimpulan bahwa negara tidak sedang memerangi Al-
Quran. Pasca menghafal, ia tidak melanjutkan studinya untuk mempelajari Al-Quran
dan bermanfaat untuk khalayak ramai.18
Sayyid Qutb adalah seorang sufi. Ia merupakan pribadi yang gemar terhadap
buku bacaan bernuansa tasawuf. Sejak kecil ia sudah mengumpulkan kitab-kitab
tersebut. Ada sekitar 25 judul kitab yang dikumpulkan oleh Sayyid Qutb. Kitab-kitab
tersebut diantaranya: burdah, sirah Ibrahim al-dasuqi, al-sayyid al-badawi, Abdul
Qadir Al-Jailani, dalail al-khairat, dan doa nisf sya’ban.
Selain tasawuf, Sayyid Qutb menyukai ilmu sihir. Ia memiliki buku sihir Abu
Ma’syar al-Falaki dan buku syamhors, kitab tentang raja jin. Ia tidak hanya
mempelajari kedua buku tersebut melainkan juga mempraktekannya. Sayyid Qutb
merupakan seorang dukun yang menjadi acuan para wanita dan pria muda, meskipun
usianya yang masih muda. Ia tidak mematok harga untuk pekerjaannya tersebut.
18
Ali bin Yahya Al-Haddadi, Safhat Muhimmah Min Hayati Sayyid Qutb. Tk: Tp. Tth. 5.
9
Pasca naiknya Abdul Nasir menjadi pemimpin tertinggi Mesir, ia ingin
membuat sistem pemerintahan sekuler-nasionalis. Hal ini bertolakbelakang dengan
keinginan Qutb yang ingin menjadikan sistem pemerintahan Mesir menjadi Islami.
10
b. Corak Tafsir bi Al-Ma’tsur
Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa terdapat empat macam tafsir bi
al-ma’tsur:
1. Menafsiri Al-Quran dengan Al-Quran
2. Menafsiri Al-Quran dengan sunnah nabi Muhammad SAW
3. Menafsiri Al-Quran dengan perkataan sahabat
4. Menafsiri Al-Quran dengan perkataan tabiin
c. Contoh Tafsir bi Al-Ma’tsur dalam kitab fii dzilal Al-Quran
Dijelaskan dalam tafsirnya di surat Yusuf. Bahwa kedamaian hati yang
dialami oleh para nabi merupakan kunci kesanggupan mereka untuk melewati
segala bentuk cobaan. Termasuk cobaan yang datang kepada Yusuf AS.
Kemudian arti kedamaian berbeda dengan keimanan. Keimanan lantas tidak
selalu menjadikan seseorang damai. Sehingga ketika kita melihat keimanan
para nabi, hal itu tidak dibarengi oleh rasa damai. Oleh sebab itu meskipun
mereka beriman kepada Allah, mereka masih meminta beberapa bukti untuk
mendamaikan hati mereka. Termasuk terhadap apa yang dialami nabi Yusuf.
Qutb berpandangan bahwa Yusuf bisa melewati cobaan Tuhannya karena ada
tuma’ninah (kedamaian) dalam hatinya.
Hal ini diperkuat oleh ayat lain. Ketika nabi Ibrahim ingin
meneguhkan hatinya bahwa ia beriman kepada Allah tetapi keimanannya
belum disanding dengan rasa puas, maka ia meminta agar diperlihatkan hal
yang dapat menghilangkan keganjalan di hatinya. Yaitu diperlihatkan
bagaimana Allah menghidupkan suatu mayat.
ة في املوازين++ + +يرات العميق++ + +ا من التغ++ + +ا وراءه++ + +وم- اهرة++ + +ذه الظ++ + +وال تتجلى ه “
،نين++ +ع س++ +ري بض++ +ود القهق++ + إال حين نع،ديق++ +ف الص++ +اعر في نفس يوس++ +والقيم واملش
11
ان++ إن اإليم.ه++د رب++ذكره عن++أن ي- اج++ه ن++و يظن أن++وه- ك++اقي املل++ف يوصي س++د يوس++لنج
و يالبس++كب في القلب وه++تي تنس++ة ال++ الطمأنين.ة++ذه هي الطمأنين++ ولكن ه،ان++و اإليم++ه
+ة+ الطمأنين.ه فعال++ام عيني++در أم++ذا الق++ق ه++ف يتحق++رى كي++و ي++ وه.ه++در هللا في جريان++ق
يي++ف تح++ (رب أرني كي:ه++ول لرب++و يق++ وه،الم++ه الس++راهيم علي++ده إب++ا ج++ان يطلبه++تي ك++ال
عر+ا يش++ة م++ه يعلم حقيق+ ورب- ول+ (أولم تؤمن ؟)فيق- :وربه يعلم- املوتى) فيسأله ربه
Redaksinya:
.ه+زون ب+ وهم يواجهون بأن كل سوء يعملونه يج، ومن ثم ارتجفت نفوسهم “
ً
أن. يزتهم++ +انت م++ +ذه ك++ + وه، ها++ + فعال ويالمس+ة+ +ه العاقب++ +ذي يواج++ +هم كال++ +ارتجفت نفوس
21
QS Al-Baqarah (2), 260.
22
Fii Dzilal Al-Quran, 59-60.
12
ً
ا++ ال كأنه. ا++أنهم فيه++اعرهم ك++ا فعال بمش++وا فيه++ ويعيش، و++ذا النح++رة على ه++وا اآلخ++يحس
23
.آتية ال ريب فيها فحسب! ومن ثم كانت رجفتهم املزلزلة لهذا الوعيد األكيد
ول++ال لهم رس++لمين فق++ك على املس++ق ذل++ه )ش++ز ب++وءا يج++ل س++( من يعم : زلت++ملا ن : ال++ق
وكة++ تى الش++ ح. ارة++ لم كف++ ه املس++ اب ب++ ا يص++ ل م++ إن في ك++ اربوا ف++ ددوا وق++ " س : ] هللا ص
24
.يشاكها والنكبة ينكبها
ل++ان ك++ود واطمئن++ة العه++ات ورعاي++ة األمان++ة إال بتأدي++اة الجماع++تقيم حي++ا تس++وم
ة واألمن++ ير الثق++ ة لتوف++ تركة الذروري++ اة املش++ ية للحي++ دة األساس++ ذه القاع++ ا إلى ه++ من فيه
+.واالطمئنان
23
Ibid., Jilid 2. 763.
24
Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Daar Ihya Al-Turats, Tth), Jilid 4. 1993.
25
Ahmad Muhammad Syakir, Al-Baits Al-Hatsits Syarhu Ikhishari Ulum Al-Hadits. Tk: Tp., Tth.,
141.
13
Asma berpendapat bahwa penafsiran Sayyid Qutb di atas merujuk hadis
riwayat Anas bin Malik:26
Tidak ada iman dalam diri seorang yang tdiak amanah, dan tidak ada
agama dalam diri seorang yang tdiak menepati janji.27
berpengetahuan. 29
26
Asma, Manhaj Sayyid Qutb fii Dzilal Al-Quran, disertasi fakultas dakwah dan ushuluddin
universitas ummul quro, 1416 H.
27
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, 2001), Jilid 19, 376.
28
Sayyid Qutb, 63.
29
QS Yusuf (12), 55.
14
e. Penilaian Para Ulama Terhadap Tafsir Fi Dzhilal al-Quran
1. Mahdi Fadhulah menilai bahwa Tafsir Fi Zhilalil Qur’an merupakan kitab
tafsir “terobosan penafsiran yang sederhana”.30
2. Subhi Shalih mengatakan bahwa Tafsir Fi Zhilalil Qur’an merupakan
kitab tafsir yang lebih banyak bersifat pengarahan dariapada pengajaran
dan Jansen menilai bahwa tafsir Sayyid Qutb hampir bukan merupakan
tafsir al-Qur’an namun lebih merupakan kumpulan khutbah-khutbah
keagamaan (Chirzin, 2001).
3. Yusof Al-Azym mengatakan bahwa Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: TafsirFi
Zhilalil Qur’an wajar dianggap sebagai suatu pembukaan Rabbani yang
diilhamkan Allah kepada penulisnya. Beliau telah dianugerahkan matahati
yang peka yang mampu menangkap pengertian, gagasan dan fikiran yang
halus yang belum pernah didapat oleh penulis tafsir lain”.
4. Saleh Abdul Fatah Al-Khalidi berpendapat bahwa “Sayyid Qutb dalam
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dianggap sebagai mujadid di dalam dunia tafsir
karena beliau telah menambah berbagai pengertian, fikiran dan pandangan
tarbiyah yang melebihi tafsir-tafsir sebelum ini” (Aliyah, 2013).
5. Usamah Sayyid Al-Azhari dan Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa tafsir
Fii Dzilal Al-Quran merupakan sumber dari pemikiran radikal.31
Kesimpulan
Kitab tafsir al-Maraghi dan fii dzilal al-Quran merupakan karya tafsir
monumental di abad ke 14. Dengan karakteristik dan corak tersendiri, penulisnya
berhasil menyempurnakan gebrakan tafsir yang dicetuskan Muhammad Abduh.
Dengan latarbelakang yang berbeda keduanya memiliki sisi islah (perbaikan) yang
30
Shalah Abd Fatah al- Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilalil Qur’an, (Surakarta: Era
Intermedia, 2001), hlm. 17-20.
31
Sayyid Mahmud Al-Azhari, Al-Haqqu Al-Mubin, (Abu Dhabi: Daar Al-Faqih, 2015), 18.
15
sama, yaitu demi perbaikan yang signifikan terhadap hierarki sosial. Keduanya juga
mengkolaborasikan antara naql dengan akal. Al-Maraghi dalam tafsirnya
membedakan antara makna ijmali (global) dan makna tahlili (analisis). Hal ini untuk
memudahkan pembaca memahami konteks saat turunnya ayat tersebut, kemudian
diejawantahkan ke dalam fakta sosial dewasa ini, sehingga pembaca dapat berenang
di samudera makna dan hikmah ayat Al-Quran. Hal itu senafas dengan Sayyid Qutb,
yang menarik ayat Al-Quran bukan untuk pembenaran terhadap realitas saat ini.
Melainkan agar Al-Quran bisa mengerem dan menjadi undang-undang kehidupan
saat ini.
Daftar Pustaka
Aly, Hery Noer. Terjemah tafsir Al-Maraghi. Bandung: Toha Putra. 2000.
Azhari (al), Sayyid Mahmud. Al-Haqqu Al-Mubin. Abu Dhabi: Daar Al-Faqih. 2015.
Haddadi (al), Ali bin Yahya. Safhat Muhimmah Min Hayati Sayyid Qutb. Tk: Tp. Tth.
Hajjaj (al), Muslim bin. Shahih Muslim. Beirut: Daar Ihya Al-Turats. Tth. Jilid 4.
1993.
Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin. Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal. (Beirut:
Muassasah Al-Risalah. 2001. Jilid 19.
16
Khalidi (al), Shalah Abd Fatah. Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilalil Qur’an.
Surakarta: Era Intermedia. 2001.
Maraghi (al), Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar al-Ma’rifah. 1992.
Maraghi (al), Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 18. Semarang: Pt
Karya Toha Putra. 2012
Namr (al). Abd. Mun’im, ‘Ilm at-Tafsir. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1985
Qutb, Sayyid. Fi Zilalil- Qur’an. Ter. Drs. As’ad dkk. Jakarta: Gema Insani Press.
1992. Jilid 12.
Zahabi (al), Muhammad Husein. al Tafsir wa al Mufassirūn. Jilid 3. Mesir: Dar al-
Kitan al-Arabi. 1962M.
17