Anda di halaman 1dari 18

Menelaah Kritis kitab-kitab Tafsir Corak Sosial Kemasyarakatan (Pra Abad

XIV H.) Kitab Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Fii Dzilal Al-Quran

Achmad Syauqi Hifni | 02040522005

E-mail: Syauqihifni97@gmail.com

Abstrak

Al-Quran selalu menjadi objek kajian semua orang. Hal itu lantaran Al-Quran
merupakan kitab hidayah, petunjuk bagi mereka yang ingin mentadabburinya.
Seseorang yang ingin mempelajari isi Al-Quran harus terlebih dahulu memahami kata
perkata, ayat per ayat, surat per surat dan hubungan antara ayat dengan ayat maupun
surat dengan surat. Semua itu bisa diketahui manakala ada seorang mufasir
mengungkapkan isi dari Al-Quran. Sehingga mufasirlah yang menentukan arah
pemahaman pembaca. Dewasa ini, di zaman yang modern ini kebutuhan untuk bisa
memahami Al-Quran adalah nomor wahid. Sebab jika seseorang tidak paham isi dari
Al-Quran maka ia akan terjerumus dalam lubang kfesesatan. Formulasi yang
dibangun oleh ulama salaf mengenai gaya penafsiran memang bagus terlebih untuk
menjaga makna Al-Quran sesuai kejadian saat itu (asbab al-nuzul). Akan tetapi
zaman modern ini gaya penafsiran seperti itu kurang diminati, karena sulitnya
memahami isi dengan konteks kehidupan saat ini. Hingga datang inovasi baru dari
para mufasir modern menyesuaikan kebutuhan masyarakat saat ini. Salah dua tokoh
gaya tafsir tersebut ialah al-Maraghi dengan tafsir al-Maraghi dan Sayyid Qutb
dengan tafsir fii dzilal al-Quran.

Keywords: Tafsir, Sosial Kemasyarakatan, Al-Maraghi, Sayyid Qutb

PENDAHULUAN
Al-Quran merupakan kitab hidayah. Ia memuat segala undang-undang
kehidupan. Hidayah Al-Quran menyentuh berbagai lini kehidupan manusia. Al-Quran
memposisikan manusia sebagai objek. Sehingga apa yang terkandung di dalamnya
sangat menyentuh kepribadian manusia.
Kandungan Al-Quran bisa diketahui melalui penafsiran mereka yang ahli di
bidang tafsir. Tafsir yang lahir pun bermacam-macam. Hal ini dikarenakan Al-Quran
memiliki cakupan makna yang tak berujung. Sedangkan ulama yang berusaha
menampakkan hidayah quraniyah masih terbatas keilmuannya.
Terdapat beberapa ulama yang menafsiri Al-Quran dengan pendekatan yang
berbeda. Sebagian mereka hanya fokus di bidang bahasa seperti al-Farra’ dengan
kitabnya maaniy al-Quran, Ubaydah dengan tafsirnya majaz al-Quran, Zamakhsyari
dan karyanya berjudul tafsir al-kassyaf dll. Karya mereka diteliti bahkan ditiru oleh
generasi setelahnya semisal al-Bhaidawi, Abu Hayyan al-Andalusy dll.
Ulama lainnya menggunakan persprektif berbeda. Muhammad Abduh pencetus
metode penafsiran menggunakan corak sosial kemasyarakatan. Dilanjutkan oleh
muridnya Rasyid Rido dan disempurnakan oleh al-Maraghi dan Sayyid Qutb.
Al-Maraghi dan Sayyid Qutb merupakan dua ulama dari Mesir. Dengan
latarbelakang hierarki sosial yang berbeda keduanya memiliki watak yang sama,
ketekunan untuk banyak membaca dan meneliti.
Dengan menjadikan fakta sosial sebagai pijakan menafsiri ayat Al-Quran, al-
Maraghi dan Sayyid Qutb mencoba untuk menarik fakta tersebut ke dalam ruang
lingkup ayat.
Makalah ini mencoba menghidangkan kepada pembaca mengenai analisis
terhadap metodologi kepenulisan tafsir corak kemasyarakatan karya ulama di atas,
serta kevalidan kitab-kitab tersebut.
1. Tafsir Al-Maraghi
Profil Ahmad Musthafa Al-Maraghi
Al-Maraghi memiliki nama lengkap Ahmad Musthafa bin Musthafa bin
Muhammad bin Abdul Mun’im al-Maraghi. Ia lahir tahun 1883 M/ 1300 H, di kota
Maraghah provinsi Suhag, Kairo, Mesir.
Keluarga al-Maraghi merupakan keluarga intelektual. Ia berasal dari keluarga
yang tekun dan ulet di bidang intelektual dan perhakiman. Hal itu dibuktikan dengan

1
banyaknya keluarganya yang menjadi ulama dan berada di pengadilan tinggi di
Mesir.
Sejak kecil ia terbiasa belajar di sekolah dan fokus mempelajari Al-Quran.
Ketekunan tersebut lantas membuatnya dapat menghafal Al-Quran sebelum
menginjak umur 13 tahun.
Aḥmad Mustafā al-Maraghi berasal dari kalangan ulama yang taat dan mengusai
berbagai bidang ilmu agama. Hal ini dapat dibuktikan bahwa 5 dari 7 orang
saudaranya dan 4 dari 8 orang putra laki-laki Syekh Mustafā al-Maraghi (ayah
Ahmad Mustafā al-Maraghi) adalah ulama besar yang cukup terkenal. Di antara
saudaranya yang menjadi ulama-ulama besar seperti:
a. Syekh Muhammad Mustafā al-Maraghi yang pernah menjadi Grand Syekh al-Azhar
dua periode; tahun 1928-1930 dan 1935-1945
b. Syekh Abd al-Azīz al-Maraghi, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar
dan Imam Raja Faruq.
c. Syekh ‘Abdullah Mustafā al-Maraghi, Inspektur Umum pada Universitas Al-Azhar
penelitian dan pengembangan Universitas Al-Azhar.
d. Syekh Abu al-Wafa Mustafā al-Maraghi, Sekretaris Badan penelitian dan
pengembangan Universitas Al-Azhar.
e. Muḥammad ‘Aziz Ahmad al-Maraghi, Hakim di Kairo.
f. Aḥmad Ḥamid al-Maraghi, Hakim dan Penasehat Menteri Kehakiman di Kairo.
g. ‘Asim Aḥmad al-Maraghi, Hakim di Kuwait dan di Pengadilan Tinggi Kairo.
h. Aḥmad Miḥdat al-Maraghi, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil Menteri
Kehakiman di Kairo.1
Karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi
a. Hidayah al-Talib
b. Mursyid al-Tullab
c. Al-Mujaz fii al-Adab al-Arabi
d. Al-Mujaz fii Ulum al-Ushul
1
Fitrothin, METODOLOGI DAN KARAKTERISTIK PENAFSIRAN AHMAD MUSTAFA AL
MARAGHI DALAM KITAB TAFSIR AL MARAGHI (Kajian Atas QS. Al Hujurat Ayat: 9), Al Furqan:
Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Volume 1 Nomor 2 Desember 2018.

2
e. Risalah Itsbat Ru’yah al-Hilal fii Radamdhan
f. Buhut al-Ara’
g. Tahdzib al-Tauhid
h. Al-Tafsir al-Kamil li al-Quran al-Karim atau Tafsir al-Maraghi

Banyak yang salah paham tentang siapa penulis tafsir al-Maraghi. Hal ini
dikarenakan Muhammad Musthafa al-Maraghi (saudara Ahmad Musthafa al-
Maraghi) merupakan seorang mufasir juga. Sebagai mufasir, Muhammad Musthafa
juga melahirkan karya tafsir, hanya saja ia tidak meninggalkan karya tafsir Al-Qur’an
secara menyeluruh. Ia hanya berhasil menulis tafsir beberapa bagian Al- Qur’an,
seperti surah Al-Hujurat dan lain-lain, salah satunya berjudul Al-Durus Al-Diniyah.
Menurut Abd. Mun’im al-Namr, Muhammad Mustafa Al-Maraghi hanya menulis
tafsir surat Al-Hujurat, tafsir surat Al-Hadid, dan beberapa ayat dari surat Luqman
dan Al-Asr.2

Metodologi Al-Maraghi di Kitab Tafsirnya

Al-Maraghi menggunakan metode tahlili (analisis) dalam kitab tafsirnya.


Karena di dalam tafsirnya, ia menafsiri ayat per ayat dan surat per surat sesuai dengan
urutan mushaf (tartib mushafi).

Dari sisi metodologi, Al-Maraghi bisa disebut telah mengembangkan metode


baru. Bagi sebagian pengamat tafsir, Al-Maraghi adalah mufasir yang pertama kali
memperkenalkan metode tafsir yang memisahkan antara uraian global dan uraian
rincian, sehingga penjelasan ayat-ayat di dalamnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu
ma’naijmali dan ma’natahlili.3

Tafsir al-Maraghi lebih identik dengan corak al-adabi al-ijtimai. Corak tafsir
ini berusaha memahami Alquran dengan cara memahami ungkapan-ungkapan
Alquran secara teliti, selanjutnya menjelaskan makna yang dimaksud oleh Al-Quran
tersebut dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian langkah berikutnya

2
Abd. Mun’im al-Namr, ‘Ilm at-Tafsir (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1985), h. 141.
3
Nashiruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 24-27.

3
penafsir berusaha mencari benangmerah atas redaksi Al-Quran yang tengah dikaji
dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada.4 Adapun pencetus pertama
corak ini ialah Muhammad Abduh. Kemudian dilanjut oleh sahabat dan murid-
muridnya Muhammad Rasyid Ridha berlanjut hingga Muhammad Musthafa al-
Maraghi dan Ahmad Musthafa al-Maraghi.

Bila dibandingkan dengan kitab-kitab tafsir lain, baik sebelum maupun setelah
Tafsir Al-Maraghi, termasuk Tafsir al-Manar yang dipandang modern, ternyata Tafsir
Al-Maraghi mempunyai metode penulisan tersendiri yang membuatnya berbeda
dengan tafsir-tafsir tersebut. Sedang coraknya sama dengan corak Tafsir Al-Maraghi
Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-
Karim karya Mahmud Syalthut, dan Tafsir al-Wadih karya Muhammad Mahmud
Hijazi semuanya menggunakan corak adab ijtima’i.

Sedangkan Abdullah Syahatah menilai Tafsir al-Maraghi termasuk dalam


kitab tafsir yang dipandangnya berbobot dan bermutu tinggi bersama tafsir lain
seperti Tafsir al-Manar, Tafsir al-Qasimi, Tafsir al- Qur’an al-Karim karya Mahmud
Syalthut, Tafsir Muhammad al-Madani, dan Fizilal al-Qur’an karya Sayyid Quthb

Tujuan utama hingga al-Maraghi menulis tafsir adalah kebanyakan orang


enggan membaca kitab-kitab tafsir yang ada. Karena kitab tafsir tersebut sangat sulit
difahami, bahkan diwarnai dengan berbagai istilah yang hanya bisa difahami oleh
orang-orang yang membidangi ilmu tersebut.5

Berdasar latarbelakang tersebut al-Maraghi menulis tafsirnya dengan beberapa


metode.6 Yaitu:

1. Menyampaikan ayat di awal pembahasan.


2. Menjelaskan kata perkata
3. Pengertian ayat secara ijmal (global)

4
Muhammad Husen aż-Zahabi, al Tafsir wa al Mufassirūn, Jilid 3 (Mesir: Dar al-Kitan al-Arabi, 1381
H/1962M), 213.
5
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1992), h. 20.
6
Ibid., 17-21.

4
4. Asbab al-nuzul jika terdapat riwayat yang shahih
5. Mengesampingkan istilah-istilah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
6. Gaya bahasa yang mudah dicerna oleh alam fikiran saat ini
7. Pesatnya sarana komunikasi di masa modern
8. Seleksi terhadap kisah yang terdapat di dalam kitab tafsir
9. Jumlah jilid tafsir yang sengaja dibuat menjadi 30 jilid. Setiap jilid terdiri dari satu
juz Alquran. Untuk cetakan yang pertama. Adapun cetakan selanjutnya, jumlah
jilidnya beragam. 10 jilid ataupun 15 jilid.

Contoh Nilai Sosial dalam Perspektif Kitab Tafsir Al-Maraghi

1. Pentingnya penanganan dan pengelolaan anak yatim


Al-maraghi menjelaskan jika Sekiranya engkau tidak mengetahui orang yang
dikatakan sebagai pendusta Agama tersebut, maka hendaklah engkau ketahui sifat
sifatnya, Yaitu: orang yang menghardik anak yatim, orang yang mendustakan agama
ialah orang yang menolak anak yatim dan menghardiknya secara kasar ketika anak
yatim itu datang meminta sesuatu dari padanya, karena memandang hina pada anak
yatim itu dan ketakaburan yang ada pada dirinya. 7 Kesimpulan tersebut ia dapatkan
setelah mentadabburi surat al-Ma’un ayat 1-2.
ْ َّ َٰ ّ ‫َا َر َء ْي َت َّالذ ْي ُي َك ّذ ُب ب‬
8
)2(‫) فذ ِل َك ال ِذ ْي َي ُد ُّع ال َي ِت ْي َم‬1( ‫الد ْي ِن‬
ِ ِ ِ ِ
yadu’u adalah fi’il mudari’ dari fi’il madzi da’aa yang berakar kata dari huruf
dal dan a’in berarti menolak atau mengusir dengan keras-keras. Kata yatim berasal
dari kata yatama yang berarti diremehkan di kalangan sesama manusia karena tidak
memiliki ayah, juga berarti menjadi yatim, tidak beribu atau tidak berayah.9

Dari pemaparan di atas, bisa digeneralisasikan bahwa mereka yang


menghardik seorang yatim adalah mereka yang menganiaya, membuat kekacauan
kepada kehidupan anak yatim sehingga ia tidak merasa aman, melakukan sikap tak

7
Hery Noer Aly, Terjemah tafsir Al-Maraghi, (Bandung: Toha Putra, 2000), h. 333.

8
QS Al-Ma’un (107), 1-2.
9
Hery, op.cit., 333.

5
terpuji kepada seorang yatim. Orang yang berlaku demikian termasuk kategori para
pendusta agama.

2. Menutup Aurat dalam Ayat Al-Quran Perskpektif Tafsir Al-Maraghi

Allah berfirman: “Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah


mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kurudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuanperempuan islam, atau
budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat perempuan. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”10

Dalam ayat di atas ditegaskan untuk menutup seluruh perhiasan, tidak


memperlihatkan sedikitpun di antaranya, kepada laki-laki yang bukan muhrim,
kecuali perhiasan yang tampak tanpa kesengajaan itu dari mereka, maka mereka
tidak dihukum karena ketidak sengajaan itu jika mereka segera menutupnya. Rahasia
didahulukannya (perintah) menundukan pandangan daripada memelihara kemaluan
adalah karena pandangan itu merupakan kontak pertama yang kemudian
menggerakan hati yang menuju kepada zina. karena bencana yang diakibatkan oleh
pandangan itu sangat berat dan banyak sekali dan hampir tak dapat ditanggulangi
karena pandangan merupakan gerbang yang menggetarkan hati dan indra-indra
lainnya.11

10
QS Al-Nur (24), 31.
11
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Tafsir, 235.

6
Maka janganlah mereka memandang aurat laki-laki dan aurat perempuan yang
tidak dihalalkan (antara pusar dan lutut). Demikian pula jika mereka memandang
selain itu dengan dorongan syahwat, maka hukumnya haram, tetapi jika tanpa
dorongan syahwat, maka tidak haram. Namun demikian, menahan pandangan
terhadap laki-laki asing adalah lebih baik bagi mereka.12

Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi, perhiasan yang biasa nampak dan tidak
mungkin disembunyikan itu seperti halnya cincin, celak mata, dan lipstik. Maka
dalam hal ini mereka tidak mendapatkan siksaan. Lain halnya jika mereka
menampakkan perhiasan yang harus disembunyikan seperti gelang tangan, gelang
kaki, kalung, mahkota, selempang dan anting-anting, karena semua perhiasan ini
terletak pada bagian tubuh (betis, leher, kepala, dada, dan telinga) yang tidak halal
untuk dipandang, kecuali oleh orang-orang yang dikecualikan dalam ayat ini.13

12
Ahmad Mustafa Almaraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 18 (Semarang: Pt Karya Toha Putra,
2012), h. 139.
13
Ibid., 140.

7
2. Tafsir Fii Dzilal Al-Quran

Profil Sayyid Qutb

Nama lengkap Sayyid Quthb adalah Sayyid Quthb Ibrahim Husain Syadzili.
Ia lahir pada tanggal 9 Oktober 1906 di Kampung Mausyah, salah satu provinsi
Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang taat
ajaran Islam dan mencintai al-Qur’an. Ia merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara,
yang terdiri dari tiga perempuan dan dua lelaki. 14
Namun jumlah sesungguhnya
saudara kandungnya berjumlah tujuh orang, tetapi dua orang telah meninggal dunia
ketika masih kecil.15

Sayyid Qutb kecil tumbuh di lingkungan agamis yang masih memelihara


tradisi bidah. Seperti membacakan surat Al-Fatihah kepada keluarga yang sudah
meninggal setiap malam setelah salat isya.16 Ia dan keluarganya juga terbiasa dengan
melaksanakan perayaan khatmi Al-Quran di rumahnya, terkhusus di bulan ramadan.17

Sejak kecil Sayyid Qutb sudah menghafal Al-Quran. Ia menghafal Al-Quran


dilatarbelakangi keinginannya untuk membuktikan sesuatu. Saat itu para pengajar Al-
Quran dipecat dari pekerjaannya. Kemudian mereka menyebarkan berita bahwa
negara ingin menghilangkan Al-Quran. Lantas mereka meminta penduduk setempat
untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya di sekolah milik negara. Tetapi
menyekolahkan mereka di tempat guru ngaji. Sebagian penduduk mengamini
perkataan guru ngaji tersebut. Tak terkecuali ayah Sayyid Qutb.

Di hari pertama mengenyam pendidikan di tempat yang baru, Sayyid Qutb


tidak menemukan hal yang istimewa sama sekali di sana. Sehingga ia memutuskan
untuk kembali ke sekolah lamanya.
14
Sayyid Quthb, Fi Zilalil- Qur’an, Ter. Drs. As’ad dkk, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), Jilid 12,
hlm. 386.
15
Shalah Abd Fatah al- Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilalil Qur’an, (Surakarta: Era
Intermedia, 2001), hlm. 26.
16
Ibid, 36.
17
Ibid, 35.

8
Di sekolah, Sayyid kecil fokus untuk menghafal Al-Quran. Setiap tahun ia
mampu menghafal 10 juz. Selama menghafal ia tidak menemukan halangan sama
sekali dari negara. Ia berkesimpulan bahwa negara tidak sedang memerangi Al-
Quran. Pasca menghafal, ia tidak melanjutkan studinya untuk mempelajari Al-Quran
dan bermanfaat untuk khalayak ramai.18

Sayyid Qutb adalah seorang sufi. Ia merupakan pribadi yang gemar terhadap
buku bacaan bernuansa tasawuf. Sejak kecil ia sudah mengumpulkan kitab-kitab
tersebut. Ada sekitar 25 judul kitab yang dikumpulkan oleh Sayyid Qutb. Kitab-kitab
tersebut diantaranya: burdah, sirah Ibrahim al-dasuqi, al-sayyid al-badawi, Abdul
Qadir Al-Jailani, dalail al-khairat, dan doa nisf sya’ban.

Selain tasawuf, Sayyid Qutb menyukai ilmu sihir. Ia memiliki buku sihir Abu
Ma’syar al-Falaki dan buku syamhors, kitab tentang raja jin. Ia tidak hanya
mempelajari kedua buku tersebut melainkan juga mempraktekannya. Sayyid Qutb
merupakan seorang dukun yang menjadi acuan para wanita dan pria muda, meskipun
usianya yang masih muda. Ia tidak mematok harga untuk pekerjaannya tersebut.

Ketika menginjak dewasa, Sayyid Qutb berkelana ke Kairo. Di sana ia mulai


skeptis segala sesuatu, tidak langsung percaya terhadap doktrin, dan meragukan
agama. Ia juga mulai masuk ke dunia baru, dunia perpolitikan. Ia memilih partai wafd
untuk menjadi kendaraan politiknya hingga berumur 40 tahun. Selain iu ia juga fokus
belajar sastra, dan ilmu debat. Sayyid Qutb memiliki daya pikir yang kuat, analilis
yang tajam dan tepat.

Ia getol mengkritik permasalahan sosial di masyarakat. Kemudian ia juga


turut menumbangkan Raja Faruq pada kudeta tahun 1950. Dengan menggandeng
Jamal Abdul Nasir ia melalui Ikhwanul Muslimin ingin menggaungkan terbangunnya
sistem pemerintahan Islam.

18
Ali bin Yahya Al-Haddadi, Safhat Muhimmah Min Hayati Sayyid Qutb. Tk: Tp. Tth. 5.

9
Pasca naiknya Abdul Nasir menjadi pemimpin tertinggi Mesir, ia ingin
membuat sistem pemerintahan sekuler-nasionalis. Hal ini bertolakbelakang dengan
keinginan Qutb yang ingin menjadikan sistem pemerintahan Mesir menjadi Islami.

Selain melebarkan sayap di kancah perpolitikan, ia juga terjun di bidang


Pendidikan dan aktif menulis di majalah-majalah. Bermodalkan ilmu yang ia dapat
dari Fakultas Darul Ulum, Ia mengajarkan Al-Quran dari sisi linguisik dan sastranya.
Ia mengajar selama 6 tahun pasca menjadi alumni dari Darul Ulum. Setelah itu
karirnya melejit menjadi karyawan di kementrian informatika selama 8 tahun.

Tidak kenyang dengan sistem pendidikan lokal, ia melanjutkan pendidikannya


di Amerika. Di sana ia mewakili Mesir untuk dapat menimba ilmu dari sistem
pendidikan di salah satu universitas di Amerika selama 2 tahun.

Setelah menelaah sistem Pendidikan di Amerika, ia berkesimpulan bahwa


sistem pendidikan di sana sama sekali tidak membuatnya takjub. Bahkan ia
menyatakan bahwa sistem di sana tidak sesuai dengan sistem pendidikan Islam.

Sayyid Qutb memiliki beberapa karya. Diantaranya Tiflun min al-qaryah


bercerita tentang asam manis kehidupan Qutb, Al-Madinah Al-Mashurah tentang
cerita fiksi, ia juga menulis tentang kritik sastra dan politik, karya berisi nila-nilai
keislaman seperti Maalim fii Al-Thariq, juga karya monumentalnya Fii Dzilal AL-
Quran.

Metode Sayyid Qutb Dalam Kitabnya “Fii Dzilal Al-Quran”

a. Menggunakan Pendekatan Tafsir bi Al-Ma’tsur


Tafsir bi al-ma’tsur merupakan nama lain dari tafsir bi al-manqul.19 Yaitu
menafsirkan ayat Al-Quran dengan ayat Al-Quran itu sendiri yang
mengandung penjelasan dan perincian dari ayat yang sedang ditafsirkan,
menggunakan sesuatu yang bersumber dari nabi Muhammad SAW, para
sahabat dan tabiin yang berisi penjelas terhadap makna dari ayat Al-Quran.20
19
Ibrahim Muhammad Al-JArmiy, Mu’jam Ulum Al-Quran, (Damaskus; Daar al-Qalam, 2001), 100.
20
Mahmud Al-Naqrasyi Sayyid Ali, Manahij Al-Mufassirin, jilid I, (Suhag; Maktabah Al-
Nahdlah1987), 15.

10
b. Corak Tafsir bi Al-Ma’tsur
Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa terdapat empat macam tafsir bi
al-ma’tsur:
1. Menafsiri Al-Quran dengan Al-Quran
2. Menafsiri Al-Quran dengan sunnah nabi Muhammad SAW
3. Menafsiri Al-Quran dengan perkataan sahabat
4. Menafsiri Al-Quran dengan perkataan tabiin
c. Contoh Tafsir bi Al-Ma’tsur dalam kitab fii dzilal Al-Quran
Dijelaskan dalam tafsirnya di surat Yusuf. Bahwa kedamaian hati yang
dialami oleh para nabi merupakan kunci kesanggupan mereka untuk melewati
segala bentuk cobaan. Termasuk cobaan yang datang kepada Yusuf AS.
Kemudian arti kedamaian berbeda dengan keimanan. Keimanan lantas tidak
selalu menjadikan seseorang damai. Sehingga ketika kita melihat keimanan
para nabi, hal itu tidak dibarengi oleh rasa damai. Oleh sebab itu meskipun
mereka beriman kepada Allah, mereka masih meminta beberapa bukti untuk
mendamaikan hati mereka. Termasuk terhadap apa yang dialami nabi Yusuf.
Qutb berpandangan bahwa Yusuf bisa melewati cobaan Tuhannya karena ada
tuma’ninah (kedamaian) dalam hatinya.
Hal ini diperkuat oleh ayat lain. Ketika nabi Ibrahim ingin
meneguhkan hatinya bahwa ia beriman kepada Allah tetapi keimanannya
belum disanding dengan rasa puas, maka ia meminta agar diperlihatkan hal
yang dapat menghilangkan keganjalan di hatinya. Yaitu diperlihatkan
bagaimana Allah menghidupkan suatu mayat.

Adapun redaksi tafsir Sayyid Qutb menganai permasalahan ini sebagai


berikut:

‫ة في املوازين‬++ + +‫يرات العميق‬++ + +‫ا من التغ‬++ + +‫ا وراءه‬++ + +‫وم‬- ‫اهرة‬++ + +‫ذه الظ‬++ + +‫وال تتجلى ه‬ “

،‫نين‬++ +‫ع س‬++ +‫ري بض‬++ +‫ود القهق‬++ +‫ إال حين نع‬،‫ديق‬++ +‫ف الص‬++ +‫اعر في نفس يوس‬++ +‫والقيم واملش‬

11
‫ان‬++‫ إن اإليم‬.‫ه‬++‫د رب‬++‫ذكره عن‬++‫أن ي‬- ‫اج‬++‫ه ن‬++‫و يظن أن‬++‫وه‬- ‫ك‬++‫اقي املل‬++‫ف يوصي س‬++‫د يوس‬++‫لنج‬

‫و يالبس‬++‫كب في القلب وه‬++‫تي تنس‬++‫ة ال‬++‫ الطمأنين‬.‫ة‬++‫ذه هي الطمأنين‬++‫ ولكن ه‬،‫ان‬++‫و اإليم‬++‫ه‬

+‫ة‬+ ‫ الطمأنين‬.‫ه فعال‬++‫ام عيني‬++‫در أم‬++‫ذا الق‬++‫ق ه‬++‫ف يتحق‬++‫رى كي‬++‫و ي‬++‫ وه‬.‫ه‬++‫در هللا في جريان‬++‫ق‬

‫يي‬++‫ف تح‬++‫ (رب أرني كي‬:‫ه‬++‫ول لرب‬++‫و يق‬++‫ وه‬،‫الم‬++‫ه الس‬++‫راهيم علي‬++‫ده إب‬++‫ا ج‬++‫ان يطلبه‬++‫تي ك‬++‫ال‬

‫عر‬+‫ا يش‬++‫ة م‬++‫ه يعلم حقيق‬+‫ ورب‬- ‫ول‬+‫ (أولم تؤمن ؟)فيق‬- :‫وربه يعلم‬- ‫املوتى) فيسأله ربه‬

”. )‫ (بلى ! ولكن ليطمئن قلبي‬:- ‫وما يقول‬


22 21

Sayyid Qutb juga kerap menggunakan hadis nabi dalam


tafsirnya. Contohnya mengenai tafsir surat Al-Nisa ayat 123. Bahwa orang
mukmin ketakutan kala ayat ini turun. Ketakutan mereka lahir bukan karena
merasa hari kiamat pasti datang tetapi juga lantaran mereka masih
mempertimbangkan akhirat. Mereka merasa akan benar-benar hidup dan abadi
di dalamnya. Sehingga jika mereka melakukan perbuatan buruk, akan semakin
menjauhkan mereka dari surga. Hal itu yang membedakan orang mukmin
dengan kafir. Orang mukmin akan mengingat akhirat kala mereka melakukan
keburukan.

Kemudian Sayyid Qutb memasukan beberapa hadis. Salah satunya


hadis tentang dihapusnya dosa seseorang yang ditimpa musibah bahkan ketika
ia tertusuk oleh duri sekalipun.

Redaksinya:

.‫ه‬+‫زون ب‬+‫ وهم يواجهون بأن كل سوء يعملونه يج‬، ‫ومن ثم ارتجفت نفوسهم‬ “ 

ً
‫ أن‬. ‫يزتهم‬++ +‫انت م‬++ +‫ذه ك‬++ +‫ وه‬، ‫ها‬++ +‫ فعال ويالمس‬+‫ة‬+ +‫ه العاقب‬++ +‫ذي يواج‬++ +‫هم كال‬++ +‫ارتجفت نفوس‬

21
QS Al-Baqarah (2), 260.
22
Fii Dzilal Al-Quran, 59-60.

12
ً
‫ا‬++‫ ال كأنه‬. ‫ا‬++‫أنهم فيه‬++‫اعرهم ك‬++‫ا فعال بمش‬++‫وا فيه‬++‫ ويعيش‬، ‫و‬++‫ذا النح‬++‫رة على ه‬++‫وا اآلخ‬++‫يحس‬
23
.‫آتية ال ريب فيها فحسب! ومن ثم كانت رجفتهم املزلزلة لهذا الوعيد األكيد‬

‫ول‬++‫ال لهم رس‬++‫لمين فق‬++‫ك على املس‬++‫ق ذل‬++‫ه )ش‬++‫ز ب‬++‫وءا يج‬++‫ل س‬++‫( من يعم‬ : ‫زلت‬++‫ملا ن‬ : ‫ال‬++‫ق‬

‫وكة‬++ ‫تى الش‬++ ‫ ح‬. ‫ارة‬++ ‫لم كف‬++ ‫ه املس‬++ ‫اب ب‬++ ‫ا يص‬++ ‫ل م‬++ ‫إن في ك‬++ ‫اربوا ف‬++ ‫ددوا وق‬++ ‫" س‬ : ] ‫هللا ص‬
24
.‫يشاكها والنكبة ينكبها‬

Perbedaan corak tafsir fii dzilal al-quran dengan tafsir pendahulunya


ialah Sayyid Qutb tidak memasukkan sanad hadis ke dalam tafsirnya. Ia
bahkan menginterpretasi Ayat Al-Quran dengan makna hadis. Hal ini boleh
menurut para pakar hadis.25 Contohnya ketika Qutb menafsiri surat al-
Mukminun ayat 8.
َ ‫ين ُه ْم َأِل َٰم َٰنته ْم َو َع ْهده ْم َٰر ُع‬
‫ون‬ َ ‫َو َّٱلذ‬
ِ ِ ِِ ِ

Sayyid berkata: kelompok yang selamat bertanggungjawab terhadap


amanahnya secara umum, bertanggungjawab atas janjinya kepada Allah serta
sesuatu yang berupa akibat dari menaati-Nya. Ayat di atas keumumannya
mencakup seluruh amanah. Sedangkan sifat di sini hanya untuk orang
Mukmin saja. Kemudian lanjut Sayyid:

‫ل‬++‫ان ك‬++‫ود واطمئن‬++‫ة العه‬++‫ات ورعاي‬++‫ة األمان‬++‫ة إال بتأدي‬++‫اة الجماع‬++‫تقيم حي‬++‫ا تس‬++‫وم‬

‫ة واألمن‬++ ‫ير الثق‬++ ‫ة لتوف‬++ ‫تركة الذروري‬++ ‫اة املش‬++ ‫ية للحي‬++ ‫دة األساس‬++ ‫ذه القاع‬++ ‫ا إلى ه‬++ ‫من فيه‬

+.‫واالطمئنان‬

23
Ibid., Jilid 2. 763.
24
Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (Beirut: Daar Ihya Al-Turats, Tth), Jilid 4. 1993.
25
Ahmad Muhammad Syakir, Al-Baits Al-Hatsits Syarhu Ikhishari Ulum Al-Hadits. Tk: Tp., Tth.,
141.

13
Asma berpendapat bahwa penafsiran Sayyid Qutb di atas merujuk hadis
riwayat Anas bin Malik:26

ُ‫ َوالَ ِد ْيـنَ لِ َم ْن الَ َع ْه َد لَـه‬،ُ‫الَ ِإيْـ َمانَ لِ َم ْن الَ َأ َمانَـةَ لَه‬ 

Tidak ada iman dalam diri seorang yang tdiak amanah, dan tidak ada
agama dalam diri seorang yang tdiak menepati janji.27

Asma berkesimpulan bahwa pendapat Sayyid Qutb adalah hasil


pemahamannya terhadap hadis tersebut.

d. Menjadikan Pesan-pesan Tersirat dalam Al-Quran Sebagai Perbaikan


Sosial
Keistimewaan kitab fii dzilal Al-Quran ialah kesesuaiannya dengan
zaman. Sayyid Qutb menjadikan Al-Quran sebagai kritik sosial, seraya
mendakwahkan kembalinya masyarakat Muslim saat ini kepada undang-
undang asas mereka yaitu Al-Quran.
Sayyid Qutb lebih menjadikan Al-Quran sebagai hikmah untuk
menghadapi realitas saat ini. Ia mengajak para pengampu kebijakan,
cendekiawan untuk menyucikan diri lantas melawan masyarakat “jahiliyah”
dan menjadikan mereka menjadi masyarakat islami. Ia terilhami oleh ayat
dalam Al-Quran:28
‫يم‬
ٌ َ ّ
ٌ ‫يظ َع ِل‬ ‫ض ِإ ِني ح ِف‬ ‫ر‬ْ ‫اج َع ْلني َع َلى َخ َزآِئ ن اَأل‬ َ ‫َق‬
ْ ‫ال‬
ِ ِ ِ

Dia (Yusuf) berkata, “jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir);


karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan

berpengetahuan. 29

26
Asma, Manhaj Sayyid Qutb fii Dzilal Al-Quran, disertasi fakultas dakwah dan ushuluddin
universitas ummul quro, 1416 H.
27
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassasah Al-
Risalah, 2001), Jilid 19, 376.
28
Sayyid Qutb, 63.
29
QS Yusuf (12), 55.

14
e. Penilaian Para Ulama Terhadap Tafsir Fi Dzhilal al-Quran
1. Mahdi Fadhulah menilai bahwa Tafsir Fi Zhilalil Qur’an merupakan kitab
tafsir “terobosan penafsiran yang sederhana”.30
2. Subhi Shalih mengatakan bahwa Tafsir Fi Zhilalil Qur’an merupakan
kitab tafsir yang lebih banyak bersifat pengarahan dariapada pengajaran
dan Jansen menilai bahwa tafsir Sayyid Qutb hampir bukan merupakan
tafsir al-Qur’an namun lebih merupakan kumpulan khutbah-khutbah
keagamaan (Chirzin, 2001).
3. Yusof Al-Azym mengatakan bahwa Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: TafsirFi
Zhilalil Qur’an wajar dianggap sebagai suatu pembukaan Rabbani yang
diilhamkan Allah kepada penulisnya. Beliau telah dianugerahkan matahati
yang peka yang mampu menangkap pengertian, gagasan dan fikiran yang
halus yang belum pernah didapat oleh penulis tafsir lain”.
4. Saleh Abdul Fatah Al-Khalidi berpendapat bahwa “Sayyid Qutb dalam
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dianggap sebagai mujadid di dalam dunia tafsir
karena beliau telah menambah berbagai pengertian, fikiran dan pandangan
tarbiyah yang melebihi tafsir-tafsir sebelum ini” (Aliyah, 2013).
5. Usamah Sayyid Al-Azhari dan Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa tafsir
Fii Dzilal Al-Quran merupakan sumber dari pemikiran radikal.31

Kesimpulan

Kitab tafsir al-Maraghi dan fii dzilal al-Quran merupakan karya tafsir
monumental di abad ke 14. Dengan karakteristik dan corak tersendiri, penulisnya
berhasil menyempurnakan gebrakan tafsir yang dicetuskan Muhammad Abduh.
Dengan latarbelakang yang berbeda keduanya memiliki sisi islah (perbaikan) yang

30
Shalah Abd Fatah al- Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilalil Qur’an, (Surakarta: Era
Intermedia, 2001), hlm. 17-20.
31
Sayyid Mahmud Al-Azhari, Al-Haqqu Al-Mubin, (Abu Dhabi: Daar Al-Faqih, 2015), 18.

15
sama, yaitu demi perbaikan yang signifikan terhadap hierarki sosial. Keduanya juga
mengkolaborasikan antara naql dengan akal. Al-Maraghi dalam tafsirnya
membedakan antara makna ijmali (global) dan makna tahlili (analisis). Hal ini untuk
memudahkan pembaca memahami konteks saat turunnya ayat tersebut, kemudian
diejawantahkan ke dalam fakta sosial dewasa ini, sehingga pembaca dapat berenang
di samudera makna dan hikmah ayat Al-Quran. Hal itu senafas dengan Sayyid Qutb,
yang menarik ayat Al-Quran bukan untuk pembenaran terhadap realitas saat ini.
Melainkan agar Al-Quran bisa mengerem dan menjadi undang-undang kehidupan
saat ini.

Daftar Pustaka

Ali, Mahmud Al-Naqrasyi Sayyid. Manahij Al-Mufassirin. (Suhag; Maktabah Al-


Nahdlah1987. jilid I.

Aly, Hery Noer. Terjemah tafsir Al-Maraghi. Bandung: Toha Putra. 2000.

Asma. Manhaj Sayyid Qutb fii Dzilal Al-Quran. Tk: Tp.1416 H.

Azhari (al), Sayyid Mahmud. Al-Haqqu Al-Mubin. Abu Dhabi: Daar Al-Faqih. 2015.

Baidan, Nashiruddin. Metode Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2002.

Fitrothin, Metodologi dan Karakteristik Penafsiran Ahmad Musthafa al-Maraghi


dalam Kitab Tafsir al-Maraghi (Kajian Atas QS. Al Hujurat Ayat: 9), Al
Furqan: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Volume 1 Nomor 2 Desember
2018.

Haddadi (al), Ali bin Yahya. Safhat Muhimmah Min Hayati Sayyid Qutb. Tk: Tp. Tth.

Hajjaj (al), Muslim bin. Shahih Muslim. Beirut: Daar Ihya Al-Turats. Tth. Jilid 4.
1993.

Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin. Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal. (Beirut:
Muassasah Al-Risalah. 2001. Jilid 19.

Jarmiy (al),Ibrahim Muhammad. Mu’jam Ulum Al-Quran. Damaskus; Daar al-Qalam.


2001

16
Khalidi (al), Shalah Abd Fatah. Pengantar Memahami Tafsir Fi Zilalil Qur’an.
Surakarta: Era Intermedia. 2001.

Maraghi (al), Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar al-Ma’rifah. 1992.

Maraghi (al), Ahmad Mustafa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 18. Semarang: Pt
Karya Toha Putra. 2012

Namr (al). Abd. Mun’im, ‘Ilm at-Tafsir. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1985

Qutb, Sayyid. Fi Zilalil- Qur’an. Ter. Drs. As’ad dkk. Jakarta: Gema Insani Press.
1992. Jilid 12.

Shabuni (al), Muhammad Ali. Terjemahan Tafsir. Tk: Tp. Tth.

Syakir, Ahmad Muhammad. Al-Baits Al-Hatsits Syarhu Ikhishari Ulum Al-Hadits.


Tk: Tp., Tth.

Zahabi (al), Muhammad Husein. al Tafsir wa al Mufassirūn. Jilid 3. Mesir: Dar al-
Kitan al-Arabi. 1962M.

17

Anda mungkin juga menyukai