Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peneitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada suatu
analisis serta konstruksi yang dilakukan dengan secara sistematis. Adapun ciri –
ciri penelitian sebagai berikut :

1. Bersifat Ilmiah.
Maksud dari bersifat ilmiah adalah suatu penelitian harus selalu
mengikuti prosedur serta juga menggunakan bukti yang dapat
meyakinkan didalam bentuk fakta yang diperoleh secara objektif.

2. Bersifat Analitis
Suatu penelitian harus bersifat logis dan sistematis dengan
mengumpulkan dan menggunakan informasi – informasi yang relevan,
berdasarkan data, fakta, dan kenyataan.

2.2 Model Penelitian Ilmu Kalam


a) Pengertian Ilmu Kalam

Secara bahasa, kalam berarti pembicaraan. Maksudnya adalah


pembicaraan yang bernalar dan melibatkan logika. Sedangkan pengertian ilmu
kalam adalah ilmu yang membahas kepercayaan keagamaan ( agama islam) dalam
bukti – bukti yang logis. Ilmu kalam membahas masalah ketuhanan dengan
menggunakan 2 dasar – dasar argumentasi yakni Argumentasi Naqliyah dan
Argumentasi Aqliyah.

Argumentasi Naqliyah merupakan argumentasi yang berasal dari dalil –


dalil Al-Qur’an dan hadist. Sedangkan Argumentasi Aqliyah adalah argumentasi
yang berasal dari pemahaman metode berfikir, logis, filosofis, dan rasional.

2
b) Model Penelitian Ilmu Kalam

Metode penelitian Ilmu Kalam di bagi menjadi dua bagian, yaitu


penelitian dasar atau pemula dan penelitian yang bersifat signifikan atau lanjutan
dari penelitian pemula.

Penelitian Pemula

Penelitian pemula adalah penelitian dasar, yang bersifat membangun ilmu kalam
menjadi suatu disiplin ilmu dengan merujuk pada Al-Qur’an dan hadist serta
berbagai pendapat tentang kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran teologi.
Penelitian pemula yang dilakukan oleh para tokoh Islam bersifat eksploratif
dengan menggunakan pendekatan doktriner dan substansi ajaran.

 Model Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-


Maturidy Al-Samarqandy

Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidy Al-


Samarqandy telah menulis buku teologi berjudul Kitab al-Tauhid. Dalam buku
tersebut dikemukakan riwayat hidup secara singkat dari Al-Maturidy, juga
dikemukakan berbagai masalah hidup yang detail dan rumit di bidang ilmu kalam.

Diantaranya dibahas tentang cacatnya taklid dalam hal beriman, serta kewajiban
mengetahui agama dengan dalil al-sama’ (dalil nakli) dan dalil akli, pembahasan
tentang alam, antrophormisme atau paham jisim pada Tuhan, sifat-sifat Allah,
perbedaan faham diantara manusia tentang cara Allah menciptakan makhluk
hidup, perbuatan makhluk, paham qadariyah, qada dan qadar, masalah keimanan,
serta tidak adanya dispensasi dalam hal islam dan iman.

 Model Thahawiyah

Imam Al-Thahawiyah telah menulis buku berjudul Syarh al-Akidah al-


Thahawiyah. Buku ini secara keseluruhan membahas teologi dikalangan ulama

3
salaf, yaitu ulama yang belum dipengaruhi pemikiran Yunani dan pemikiran
lainnya yang berasal dari luar Islam.

Dalam buku ini antara lain membahas tentang kewajiban mengimani apa yang
dibawa oleh para rasul, kewajiban mengikuti ajaran para rasul, makna tauhid,
tauhid uluhiyah, dan tauhid rububiyah, macam-macam tauhid yang dibawa oleh
rasul, mengenai wujud yang berada diluar zat, tafsir tentang qudrat dan penjelasan
bahwa Allah tidak dapat dilemahkan oleh segala sesuatu, pembahasan mengenai
sifat al-hayat, kelangsungan sifat yang utama, sifat zat dan sifat perbuatan bagi
Allah (apakah sifat merupakan tambahan atas zat atau bukan), dan masalah
lainnya yang jumlahnya lebih dari dua ratus pokok masalah.

 Model Al-Amidiy

Beliau telah menulis buku yang berjudul Ghoyah Almaram Fi Ilmu Kalam. Di
dalam buku tersebut diketahui bahwa Al-Amidiy meneliti Ilmu Kalam
mengunakan metode dari bahasan tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat
nafsianya, sifat yang jaiz bagi Allah, pembahasan tentang keesaan Allah SWT,
perbuatan yang bersifat wajib, al-wujud, dan tentang tidak ada penciptaan selain
Allah.

 Model Al-Bazdawi

Beliau telah menulis buku yang berjudul Ushul Al-Din. Dari buku tersebut
diketahui bahwa Al-Amidiy melakukan penelitian Ilmu Kalam melalui perbedaan
pendapat para ulama mengenai mempelajari ilmu kalam dalam mengerjakan dan
menyusunnya, perbedaan pendapat mengenai sebab-sebab seorang hamba
mengetahui macam-macam ilmu pengetahuan, tentang Allah sebagai pencipta
alam semesta, tentang kehidupan diakhirat.

Penelitian Lanjutan

4
Penelitian lanjutan merupakan pengembangan dari penelitian pemula, yang
bersifat mendeskripsikan tentang adanya kajian ilmu berdasarkan bahan-bahan
rujukan yang dihasilkan oleh penelitian model pertama.

 Model Abu Zahrah

Abu Zahrah melakukan penelitian terhadap berbagai aliran dalam bidang politik
dan teologi yang dituangkan dalam karyanya yang berjudul Tarikh al-Mazahib al-
Islamiyah fi al-Siyasah wa al-‘Aqaid. Permasalahan teologi atau ilmu kalam yang
diangkat dalam penelitiannya ini yaitu sekitar masalah objek-objek yang dijadikan
pangkal pertentangan oleh berbagai aliran dalam bidang politik yang berdampak
pada masalah teologi.

 Model Ali Mushthafa Al-Ghurabi

Beliau memusatkan penelitian nya pada permasalahan Ilmu Kalam di kalangan


masyarakat Islam. Hasil penelitiannya itu ia tuangkan dalam karyanya yang
berjudul Tarikh al-Firaq al-Islamiyah wa Nasy’atu ilmu al-Kalam ‘ind al-
Muslimin. Yang diungkapkan beliau antara lain sejarah pertumbuhan ilmu kalam,
keadaan akidah pada zaman Nabi Muhammad, zaman Khulafaur Rasyidin, dan
zaman Bani Umayah dengan berbagai permasalahan teologi yang muncul pada
zaman tersebut.

 Model Harun Nasution

Harun Nasution dikenal sebagi guru besar Filsafat dan Teologi, yang banyak
mencurahkan perhatiannya pada penelitian di bidang pemikiran teologi Islam
(Ilmu Kalam). Salah satu hasil penelitiannya dituangkan dalam buku Fi Ilm al-
Kalam (Teologi Islam). Dalam buku tersebut dikemukan tentang sejarah
timbulnya persoalan-persoalan teologi dalam Islam, tentang berbagai aliran dalam
teologi Islam lengkap dengan tokoh-tokoh dan pemikirannya.

5
Kemudian beliau melakukan analisa dan perbandingan terhadap masalah akal dan
wahyu, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan, perbuatan-
perbuatan Tuhan, sifat-sifat Tuhan, dan konsep iman.

2.3 Model Penelitian Filsafat Islam


a) Pengertian Ilmu Filsafat

Ilmu Filsafat Islam terdiri dari gabungan kata Filsafat dan Islam, kata
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philo dan sophos atau sopia. Philo berarti
Cinta dan Sophos atau Sopia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Dengan
demikian secara bahasa filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau
kebenaran. Selanjutnya kata Islam berasal dari bahasa Arab, Aslam, yuslimu,
islaman, yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan
sentosa.

Lalu apa itu Ilmu Filsafat Islam? Menurut Musa Asy’ari mengatakan
bahwa filsafat islam merupakan pemikiran yang terus berkembang dan berubah,
serta sebagai kegiatan yang bercorak islami.

b) Ciri-ciri Filsafat Islam, antara lain :


 Dari segi sifat dan motifnya, filsafat Islam berdasar dalam ajaran Islam
yang bersumber berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.
 Dari segi ruang lingkup pembahasannya, filsafat islam meliputi
pembahasan bidang kosmologi, metafisika, kehidupan global juga akhirat,
ilmu pengetahuan dan budaya, dan sebagainya, kecuali perkara zat Tuhan.
 Dari segi kehadirannya, filsafat Islam sejalan menggunakan perkembangan
ajaran Islam itu sendiri.
 Dari segi pengembangannya, filsafat pada arti materi pemikiran
filsafatnya, bukan kajian sejarahnya, tersaji sang orang-orang Islam.
 Dilihat berdasarkan segi kedudukannya, filsafat Islam sejajar
menggunakan bidang studi keislaman lainnya misalnya ilmu kalam,
tasawuf, sejarah kebudayaan islam dan juga pendidikan Islam.

6
c) Sejarah Ilmu Filsafat Islam
Perkembangan filsafat Islam tentunya tidak terlepas dari sejarah
asal mula kemunculan ilmu filsafat itu sendiri. Dalam sejarah filsafat,
Yunani merupakan negara yang mrnjadi titik awal munculnya ilmu
filsafat. Pemikiran para filsuf dibawa ke dunia Islam melalui filsafat
Yunani yang ditemukan oleh para pemikir Islam di Syria, Mesir,
Mesopotamia, dan Persia. Filsafat Yunani memasuki wilayah perluasan
dari Alexander pada abad ke-4 SM, yang dalam Bahasa Arab disebut
dengan Iskandar Zulkarnain . Alexander menaklukkan negara itu dengan
mengembangkan kebijakan politik untuk mengekspresikan budaya Yunani
dan Persia. Dampak dari kebijakan tersebut yakni meciptakan pusat-pusat
kebudayaan Yunani di timur, antara lain Alexandria di Mesir, Jundishapur
di Mesopotamia, dan Bacha di Persia. Selama pemerintahan
Abbasiyah, pengaruh budaya Yunani di dunia Islam menjadi lebih
signifikan. Orang-orang yang menduduki pemerintahan pusat juga
merupakan bangsa Persia yang berurusan dengan budaya Yunani.
Kekhalifahan Abbasiyah pada awalnya hanya tertarik pada bidang
pengobatan Yunani saja, melalui pengobatannya. Kemudian setelah itu
mereka juga tertarik dengan ilmu-ilmu lain, termasuk filsafat. Filsafat
Islam berkembang dalam beberapa tahap. Singkatnya, Tahap awal adalah
terjemahan dari bagian yang menarik dari filsafat Yunani ke dalam Bahasa
Arab. Tahap selanjutnya adalah penerjemahan buku-buku Yunani ke
dalam Bahasa Arab, yang berkembang pada masa Khalifah Almakmun
(813833 M). Perkembangan ini ditandai dengan berdirinya sebuah
lembaga penerjemahan bernama Baitul Hikmat di bawah arahan Hunayn
ibn Ishak. Pada tahap terakhir, muncul filosof besar seperti Kindy,
Farraby, Ghazalie, Ibn Maskawai, Ibn Baja, Ibn to Fail, dan juga Averroes.
Namun, dalam sejarah peradaban Islam, munculnya pemikiran-
pemikiran filosofis di dunia Islam merupakan tanda perkembangan ilmu
pengetahuan di masyarakat Islam sejak kedatangan Islam. Agama
menjawab beberapa pertanyaan tentang metafisika, dewa, jiwa, dan

7
manusia. Dan pengetahuan tentangnya berkembang dengan
menggabungkan kebenaran dan alasan wahyu. Mulai sekarang, para
filosof Arab di atas telah muncul.

d) Model Penelitian Filsafat Islam


A. Model Penelitian Filsafat Islam Berdasarkan Caranya
 Peneltian historis Faktual
1. Model Penelitian historis faktual mengenai tokoh
Subyek ilmu materialnya adalah gagasan filsuf tentang
karya, topik karya, atau gagasan zaman atau kelompok filsuf
zaman (mazhab). Yang bisa ditelaah adalah pandangan filosof
tentang Tuhan, manusia, alam, dan sebagainya.
2. Model Penelitian historis faktual mengenai naskah buku.
. Subyek penelitian materialnya adalah salah satu teks atau buku
filosofis klasik atau kontemporer tentang perkembangan pemikiran
para filsuf pada masanya.
3. Model Penelitian historis faktual mengenai teks naskah
Subyek penelitian materialnya adalah salah satu teks atau
buku filsafat klasik yang ditampilkan sesuai dengan teks literalnya.
Teks yang perlu dipertimbangkan sedekat mungkin dengan penulis
aslinya.
Tiga model penelitian pertama-tama mengumpulkan
literatur tentang setiap topik. Bahan dapat ditemukan tidak hanya
dalam buku-buku umum (seperti sejarah filsafat), tetapi juga dalam
buku-buku pelajaran (seperti filsafat manusia). Kajian dilakukan
sesuai dengan gagasan seorang tokoh (filsuf) dari sebuah buku
yang digunakan melalui unsur-unsur pemikiran bersama.

 Penelitian Konsep Sejarah


Subjek penelitian materialnya, seperti kebebasan, adalah ide atau
konsep yang muncul kembali dalam filsafat selama berabad-abad. Kami

8
memahami bagaimana konsep ini terkait dengan sifat manusia dan
pemikiran keseluruhan dalam hal ontologi, teori nilai, dan sebagainya.

9
 Studi banding atau Pennelitian Komparasi
Perbandingan pandangan dua atau lebih filsuf tentang pandangan
sekolah, masalah disiplin (etika, dll), dan kontradiksi antara keduanya
untuk menemukan jalan keluar. Penelitian ini secara khusus mencari
persamaan dan perbedaan.

 Penelitian Lapangan
Penelitian dilakukan dalam kelompok atau wilayah, kelompok
etnis, negara, atau negara bagian. Jelajahi pandangan dasar di balik
fenomena penting seperti struktur sosial dan kebiasaan ritual. Peneliti
mengumpulkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sosiolog dan
antropolog. Hasil penelitian menjadi bahan baku bagi peneliti untuk secara
umum mencerminkan peneliti sesuai dengan keahliannya dengan
menggunakan unsur-unsur metodologis.

 Penelitian Sistematik Reflektif


Membahas salah satu masalah yang paling sentral dalam kehidupan
manusia, seperti hubungan agama. Dalam penelitian ini, peneliti
memberikan pertimbangan pribadi tentang hakikat realitas yang
dialaminya secara pribadi. Metode yang digunakan bukanlah metode yang
umum digunakan, dan setiap metode dikembangkan oleh karakter seperti
metode kritis (oleh Socrates dan Plato). Namun masih menggunakan
gagasan umum dan penerapannya disesuaikan dengan kajian sistematika
refleksif.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

iv

Anda mungkin juga menyukai