EPISTEMOLOGI MUHAMMAD
‘ABED AL-JABIRI
Kelompok 9 :
Ahmad Taufik 2111160111
TOPIK PEMBAHASAN
EPISTEMOLOGI
Ahmadtaufik
PENGERTIAN Secara etimologi, epistimologi berasal dari bahasa Yunani, episteme
EPISTEMOLOGI yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran,
dan ilmu.
Secara harpiah, epistemology berarti “studi atau teori tentang ilmu
pengetahuan (the study of or theory of knowledge). Namun dalam
diskursus filsafat, epistimologi merupakan cabang dari filsafat yang
membahas tentang asal usul, struktur, metode, dan kebenaran
pengetahuan
BIOGRAFI 'ABID AL-JABIRI
• Muhammad Abed al-Jabiri lahir di Figiug (Feji), bagian tenggara Maroko pada tahun 1936
• Muhammad Abed al-Jabiri mengenyam masa pendidikan yang bernuansa agama (Madrasah ad-
Diniyah) sebelum ia sekolah swasta yang nasionalis. Kemudian, al-Jabiri melanjutkan studinya
ke jenjang menengah yakni setingkat SMA di Casablanca. Barulah setelah Maroko merdeka, ia
mendapatkan gelar diploma tingkat Arab dalam bidang ilmu pengetahuan.
• Muhammad Abed al-Jabiri melanjutkan studi pada Universitas Damaskus di Syiriā dalam bidang
filsafat. kemudian kembali lagi ke negerinya untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Adab di
Universitas Muhammad V Rabat Maroko dalam bidang filsafat yang lagi mencapai puncak
kejayaan dalam sektor kualitas pendidikan dan keilmuannya. Akhirnya ia mencapai gelar
doktoralnya dalam bidang filsafat pada tahun 1970
Ahmadtaufik
KARYA KARYA M. 'ABID AL-JABIRI
Ahmadtaufik
Pembacaan terhadap wacana tradisi dalam pemikiran Arab-Islam ada tiga pembacaan
yang berbeda.
• Pertama adalah pembacaan fundamentalisme, konsepsi ini memandang sejarah
sebagai sebuah momen yang dilebarkan kepada masa kini.
• Kedua, pembacaan liberal, lebih kepada pembacaan gaya Eropa yang menjadi
acuan dan konsepnya dalam tradisi Yang mana persepsi masyarakat Arab yang
liberal tentang tradisi Islam-Arab berasal dari masa sekarang, yaitu Barat.
• ketiga, pembacaan marxisme, adalah rencana untuk melakukan revolusi dan
rencana untuk memulihkan tradisi supaya bisa mendorong terjadinya revolusi dan
menjadi fondasi bagi tradisi
Ahmadtaufik
Fokus kritik al-Jabiri terhadap nalar Arab hanya berkenaan dengan nalar bayani dan
nalar ‘irfani. Untuk nalar burhani, dia menjadikannya sebagai nalar yang harus
dikembangkan oleh kaum muslim saat ini
• Pertama, Nalar ‘Irfani, mengenai nalar ini, al-Jabiri dengan tegas menyatakan
penolakannya.
• Kedua, Nalar Bayani : nalar ini adalah nalar yang berkaitan dengan kaidah dan
prinsip-prinsip kebahasaan, seperti nahwu, sarf, balaghah, manthiq dan lain-lain.
Nalar ini bermula dari proses perumusan kalam (percakapan, bahasa) orang Arab
yang ditunjukkan untuk membakukan sistem relasi-relasi diantara unsur-unsurnya
menjadi satu kaidah yang sistematis
Ahmadtaufik
THANK’S
KUPU-KUPU DIATAS AWAN
PEMBAHASANNYA NGALIH KAWAN