Anda di halaman 1dari 12

KODIFIKASI HUKUM ISLAM di INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah

“Study Fiqh”

Dosen Pengampu

Ashwab Mahasin

Disusun Oleh:

Toha Hasan Anwar (210317136)

FAKULTAS TARBIAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO

2017
Kata Pengantar

Bismillahhirahmanirrahim

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis mendapat kekuatan untuk
menyelesaikan Makalah ini. Juga berkat segala Rahmat dan Karunia-Nya
walaupun dengan susah payah akhirnya tersusun jugalah makalah yang berjudul
KODIFIKASI HUKUM ISLAM di INDONESIA.

Dengan mengucap Syukur kehadira Allah SWT, atas segala limpahan


Rahmat, Taufik, Hidayah dan Inayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini. Dengan hadirnya makalah ini diharapkan dapat memberikan sedikit
Informasi bagi para pembaca khususnya Mahasiswa program Studi PAI.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Study Fiqh.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi isi atau penyampaiannya untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I Pendahuluan

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

BAB II Pembahasan

1. Pengertian Kodifikasi

2. Kodifikasi Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia

3. Latar Belakang Hukum Kodifikasi Hukum Islam di Indonesia

4. Gagasan Dasar kodifikasi Hukum Islam

BAB III Penutup

1. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak periode awal perkembangan Islam, perilaku kehidupan


muslimin dalam keseluruhan aspeknya telah diaur oleh hukum Islam.
Aturan-aturan ini pada esensinya adalah religius dan terjalin inherent
secara religius, oleh karena itu dalam pembinaan dan pengembangan
hukum Islam selalu diupayakan berdasarkan Al-Qur’an sebagai wahyu
Illahi yang terakhir diturunkan kepada manusia, yang aplikasinya sebagian
besar telah diterangkan operasionalnya oleh Rasulullah. Al-Qur’an pada
mulanya diwahyukan sebagai respon terhadap situasi masyarakat yang saat
itu tumbuh dan berkembang lebih luas lagi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian kodifikasi hukum Islam?

2. Apa Kodifikasi Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia?

3. Apa Latar Belakang Kodifikasi Hukum Islam di Indonesia?

4. Apa Gagasan Dasar Kodifikasi Hukum Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kodifikasi

Dalam kajian hukum kita hanya mengenal istilah “kodifikasi” yaitu


pembukuan satu jenis hukum tertentu secara lengkap dan sitematis dalam satu
bentuk hukum. Sebagaimana halnya dengan kodifikasi yang istilahnya diambil
dari bahasa yang sama.1 Dalam Bahasa Latin, code atau codex berarti “a
systematically arranged and comprehensive collection of law. yang berarti
himpunan peraturan hukum secara lengkap yang disusun secara sistimatik. Maka
kodifikasi (codification, codificatie,) berarti perbuatan atau pekerjaan
mengkodifikasikan atau menghimpun hukum atau peraturan ke dalam suatu kitab
hukum secara sistematik (to systematize and arrange (laws and regulations) into
a code).

Fockema Andreas mengartikan bahwa codificatie adalah: “Het


samensellen en invoeren van systimatisch ingerichte wetboeken (codices) voor
rechtsgebieden van enige omvang. (menyusun dan membawa masuk secara teratur
dan sistimatik ke dalam kitab undang-undang dalam bidang hukum dengan ruang
lingkup yang luas).

M.J. Koenen dan J.B. Drewes mengartikan codificatie sebagai vereniging


van verschillende voorschriften tot een wet; het opstellen van een wetboek
(menyatukan berbagai peraturan ke dalam suatu undang-undang; menyusun kitab
undang-undang).

Henry Campbell Black mengartikan bahwa:codification adalah the process


of collecting aand arranging systematically, usually by subject, the laws of a state
or country, or the rules and regulations covering a particular area or subject of
law or practice.... The product may be called a code, revised code or revised
statute (proses mengumpulkan dan menyusun secara sistematik hukum-hukum

1
Abrurrahman.1992. kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Akamedika Perssindo.
negara atau peraturan dan regulasi yang mencakup bidang tertentu atau subyek
(isi) hukum atau praktik, yang biasanya menurut subyek (isi)nya.

Dari berbagai kutipan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kodifikasi


adalah proses menghimpun dan menyusun secara sistimatik berbagai hukum,
regulasi atau peraturan di bidang tertentu yang ditetapkan oleh negara. Produk
dari kegiatan kodifikasi dapat berupa kitab undang-undang (wet, code) atau buku
hukum yang disebut dengan Kompilasi. Dan menurut perspektif hukum islam,
kompilasi diartikan sebagai rangkuman dari berbagai pendapat hukum yang
diambil dari berbagai kitab yang ditulis oleh para ulama fiqh yang biasa
dipergunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama untuk diolah dan
dikembangkan serta dihimpun kedalam satu himpunan. Himpunan tersebut inilah
yang dinamakan kompilasi.

Jadi Kodifikasi Hukum Islam adalah pembukuan suatu jenis hukum Islam
tertentu secara lengkap dan sitematis dalam satu buku Islam.

B. Kodifikasi pembaharuan Hukum Islam di Indonesia

Bagian kedua dari Hukum Islam di Indonesia dilakukan secara


Institusional. Pembaharuan dengan model ini dimaksudkan untuk membawa
hukum islam turut memberi andil dalam Legislasi di Indonesia. Sebagai Negara
dengan mayoritas penduduk beragama Islam, menjadi kewajaran jika hukum yang
berlaku di dalamnya bersumber dari ajaran Agama Islam. Melalui cara ini, Hukum
Islam di pranata konkret yang dibangunnya diharapkan mampu lebih real dan
memiliki daya ikat hukum, sehingga keberadaannya menjadi efektif. Pada posisi
ini lantas lahir UU tentang perkawinan maupun Kompilasi Hukum Islam (KHI)
untuk kajian dalam tesis ini, contoh “formalisasi” hukum islam yang disorot
adalah KHI. Lahirnya undang-undang atau apapun bentuknya dalam kaitan upaya
formalisasi hukum Islam dalam wilayah peraturan Negara. Sesungguhnya
merupakan bagian dari pembaharuan. Menurut N.J. Coulson, sebagaimana dikutip
Nasrun Rusli, upaya pembaharuan hukum Islam dapat dilihat dalam berbagai
indikator dan bentuk, yaitu :
1. Adanya kodifikasi hukum Islam menjadi bagian perundang-undangan
Negara, dimana sejumlah hukum secara formal menjadi bagian secara
integral dari perundang-undangan yang karenanya memiliki kekuatan
hukum mengikat.

2. Munculnya kembali prinsip takhayur, diman kaum muslim bebas


memilih pendapat para Imam Mazhab untuk dipegangnya dalam
kehidupan beragama secara indifidual.

3. Munculnya upaya untuk mengantisipasi perkembangan peristiwa


hukum yang baru dengan mencari alternatif-alternatif hukum dengan
menggunakan prinsip-prinsip metodologis hukum islam kyang lues
dan fleksibel.

4. Timbulnya upaya perubahan hukum dari yang lama kepada yang baru
sesuai dengan perkembangan masyarakat yang bersifat dinamis.

Upaya kodifikasi Hukum Islam dalam format KHI maupun aturan


normatif Negara lainnya, jika merujuk pada pendapat diatas, merupakan bagian
dari upaya pembaharuan hukum Islam. Sedangkan upaya yang lain, merupakan
suatu upaya yang sifatnya indifidual dan menjadu cikal bakal pemabaharuan
sekala institusional ini, sebgaimana telah diuraikan.

Kelahiran KHI sendiri, menurut Bustanul Arifin, melalui empat jakur yang
semuanya dipakai dalam rangka mencari format hukum yang paling ideal dan
realistis. Ke empatnya adalah :

1. Jalur kitab-kitab fiqih. Ini dilakukan dengan cara menginfentarisir


kitab-kitab fiqih yang mu’tabar di didunia Islam, terlebih di Indonesia
untuk kemudian diadakan kajian yang mendalam dalam rangka
mencari format hukum yang ideal.

2. Jalur wawancara dengan Ulama ini dilakukan dengan mewawancarai


para tokoh Islam yang dipandang memiliki kapabilitas memadai dalam
bidang fiqih Islam, dan dilakukan secara merata di sepuluh wilayah
daerah di Indonesia.
3. Jalur yurisprudensi (peradilan). Ini dilakukan dengan menginfentarisir
putusan-putusan pengadilan yang telah ada dan dianggap relevan
dengan kondisi kekinian, hasil putusan ini menjadi satu bahabn yang
dipertimbangkan untuk masuk kedalam KHI.

4. Jalur Study Banding. Ini dilakukan dengan melakukan lawatan ke


berbagai Negara Islam, dan melakukan Study perbandingan mengenai
pemahaman terhadap Islam sekaligus bentuk aplikasinya dalam
kehidupan bernegaraa dan bermasyarakat.

C. Latar Belakang Kodifikasi Hukum Islam di Indonesia

Ketika Indonesia belum memiliki hukum positif yang dirumuskan sebagai


landasan rujukan mutlak pengadilan Agama terhadap suatu masalah, dalam
prakteknya Indonesia sebelumnya menggunakan kitab para ulama sebagai
rujukannya, hal ini tertuang pada surat edaran Biro peradilan Agama No. B/1/735
tanggal Februari 1958 yang merupakan tindak lanjut dari peraturan pemerintah
no. 45 tahun 1957 tentang pembentukan Pengadilan Agama/ Mahkamah
Syari’iyah . dalam surat edaran tersebut dijelaskan bahwa untuk mendapatkan
suatu kesatuan hukum yang memeriksa dan memutus perkara maka para hakim
Pengadilan Agama dianjurkan agar mempergunakan pedoman kitab-kitab
diantaranya adalah Al Bajuri, tuhfah, targhibul musytaq, syamsuri lil faraidl,
mughnil muhtaj. Namun pada realitanya menggunakan kitab-kitab sebagai dasar
keputusan peradilan agama menurut Bustanul Arifin akan membuka peluang bagi
terjadinya pembangkangan atau keluhan , ketika pihak yang kalah perkara
mempertanyakan pemakaian kitab /pendapat yang memang tidak
menguntungkanya itu, seraya menunjuk kitab/pendapat yang menawarkan
penyelesaian yang berbeda. Bahkan sering terjadi para hakim berselisih sesama
mereka tentang pemilihan kitab rujukan.

Sedangkan menurut Yahya Harahap dalam makalahnya yang disajikan


pada Diskusi Ilmiah Forum Pengkajian Islam IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 26 juni 1986 dan baru dipublikasikan tahun 1988 menyatakan bahwa
“ putusan Pengadilan harus berdasarkan hukum, orang tidak boleh diadili
berdasarkan buku atau pendapat ahli atau ulama manapun”. Dan ia memberikan
penilaian bahwa praktik penerapan hukum yang semata-mata berdasarkan
penemuan dan pengambilan hukum dari sumber kitab-kitab, benar-benar tidak
bisa dipertahankan. Praktek sperti ini menurutnya mengarah kepada penegakan
hukum menurut selera dan persepsi hakim. Dari penjelasan diatas bisa kita tarik
kesimpulan bahwa menggunakan kitab-kitab para ulama sebagai dasar keputusan
peradilan masih memiliki beberapa kelemahan.2

Alasan lain yang melatar belakangi kodifikasi hukum islam di Indonesia


menurut Hasan Basri adalah sering adanya keputusan peradilan Agama yang
saling berbeda / tidak seragam padahal kasusnya sama. Bahkan dapat dijadikan
alat politik untuk memukul orang lain yang dianggap tidak sepaham . dan
menurutnya ini mengindikasikan bahwa masalah fiqh yang semestinya membawa
rahmat malah menjadi sebab perpecahan. Dengan demikian yang kita rasakan
bukan rahmat akan tetapi laknat, hal ini menurut pendapatnya adalah karena umat
islam salah paham dalam mendudukkan fiqh disamping belum adanya kompilasi
hukum islam tersebut.

Sedangkan menurut Masrani Basran pada muktamar Muhammadiyah


disolo tanggal 9 Desember 1985 mengemukakan beberapa hal yang melatar
belakangi diadakanya kodifikasi hukum islam ini adalah sebagai berikut :

1. Ketidak jelasan persepsi tentang syari’ah dan fiqh. Dapat dikatakan


pula sebagai “kekacauan Persepsi” tentang arti dan ruang lingkup
pengertian syari’ah Islam, kadang-kadang disamakan syari’ah Islam
dengan Fiqh, bahkan adakalanya dalam penetapan persepsi dianggap
sama pula dengan al’din.

2. Ketidak seragaman dalam menentukan apa-apa yang disebut hukum


islam
3. Ketidak jelasan bagaimana melaksanakan syari’ah
Semua alasan - alasan yang dikemukakan diatas, ini lebih mengacu kepada
kekhawatiran para hakim agung dan ketua MUI Hasan Basri pada masa itu, bahwa

2
Ibid, 15-16
jika tidak adanya wujud hukum islam secara konkrit dan positif di Negara kita ini.
dikhawatirkan akan terjadi kesimpangsiuran putusan masalah-masalah hukum
islam di Idonesia, .maka dari itu perlu adanya kodifikasi hukum islam yang
seragam yang dapat dijadikan pedoman dan hukum positif di Indonesia. Yang
harus ditaati oleh warga Negara Indonesia yang beragama Islam.3

D. Gagasan Dasar Kodifikasi Hukum Islam

Busthanul Arifin (Pencetus Kodifikasi Hukum Islam) mengemukakan


pendapat berikut :

a. Untuk dapat berlakunya Hukum Islam di Indonesia harus ada antara


lain hukum yang jelas dan dapat dilaksanakan baik oleh para aparat
penegak hukum maupun oleh masyarakat.

b. Presepsi yang tidak seragam tentang syariah akan dan sesudah


menyebabkan hal-hal.

c. Ketidak seragaman dalam menentukan apa-apa yang disebut hukum


Islam.

d. Tidak dapat menjelaskan bagaimana menjalankan syariat itu.

e. Akibat kepanjangannya tidak dapat menggunakan jalan dan alat yang


telah tersediakan UUD 45 dan perundang-undangan lainnya.

f. Didalam sejarah Islam pernah dua kali di tiga Negara, hukum Islam
diberlakukan sebagai perundang-undangan Negara.4

BAB III
3
Abdul Ghafur, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia (yogyakarta: pestaka
pelajar,20020, 56

4
Zainudin Ali, Hukum Islam (Jakarta: Sinar Gratika Offset, 2006)
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pengertian “kodifikasi” yaitu pembukuan satu jenis hukum tertentu secara


lengkap dan sitematis dalam satu bentuk hukum. Sebagaimana halnya
dengan kodifikasi yang istilahnya diambil dari bahasa yang sama.

2. Pembaharuan dengan model ini dimaksudkan untuk membawa hukum


islam turut memberi andil dalam Legislasi di Indonesia. Sebagai Negara
dengan mayoritas penduduk beragama Islam, menjadi kewajaran jika
hukum yang berlaku di dalamnya bersumber dari ajaran Agama Islam.

3. upaya pembaharuan hukum Islam dapat dilihat dalam berbagai indikator


dan bentuk, yaitu :

a. Adanya kodifikasi hukum Islam menjadi bagian perundang-undangan


Negara.

b. Munculnya kembali prinsip takhayur.

c. Munculnya upaya untuk mengantisipasi perkembangan peristiwa


hukum yang baru.

d. Timbulnya upaya perubahan hukum.

4. Gagasan yang di ambil adalah gagasan yang dikemukakan oleh Bushtanul


Arifin.

DAFTAR PUSTAKA
Abrurrahman.1992. kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Akamedika
Perssindo.

Ibid, 15-16

Abdul Ghafur, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia (yogyakarta:


pestaka pelajar,20020, 56

Zainudin Ali, Hukum Islam (Jakarta: Sinar Gratika Offset, 2006)

Anda mungkin juga menyukai