Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FALSAFAH KH. AHMAD DAHLAN

OLEH : KELOMPOK 2

1. Dian Asri Rahayu A22020171


2. Muh Khoerul Anwar A22020190
3. Mike Nurul N A22020189
4. NungkyKusumastuti A22020192
5. Putri Cahyaning W A22020206
6. Susanto Rakhman A22020224
7. SilvinaRatri A A22020217
8. Tropica Herman A22020230

MAHASISWA B16 KELAS PURWOREJO

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam
Kemuhammadiyahan 3

Judul Makalah : Falsafah KH. Ahmad Dahlan

Nama Mahasiswa : Kelompok 2

1. Dian Asri Rahayu A22020171


2. Muh Khoerul Anwar A22020190
3. Mike Nurul N A22020189
4. NungkyKusumastuti A22020192
5. Putri Cahyaning W A22020206
6. Susanto Rakhman A22020224
7. SilvinaRatri A A22020217
8. Tropica Herman A22020230

Kelas : B16 KELAS PURWOREJO

Dosen Pembimbing : Puji Handoko, S.Ag, M.Pd

Mengetahui,

Puji Handoko, S.Ag, M.Pd

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas berkah rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi junjungan
kita Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarga yang senantiasa berada
dijalan-Nya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
AIK3 yang berjudul Falsafah KH. Ahmad Dahlan.Kami sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini.
Saran dan Kritik selalu kami harapkan dari semua pihak untuk menyempurkan
makalah yang kami susun. Semoga bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan
umat muslim pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Kutoarjo, 27 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Profil KH. Ahmad Dahlan................................................................ 3

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan.........................................................6


C. Perjuangan KH. Ahmad Dahlan........................................................9

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ...............................................................................11
B. SARAN ..........................................................................................11

DAFTAR ISI ..............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi bangsa indonesia nama Kiai Haji Ahmad Dahlan bukan merupakan
nama yang asing. Mereka mengenal beliau dalam hubungan dengan kegiatannya
selama hayatnya. Anak sekolah tingkat sekolah dasar, menengah, sampai
mahasiswa di perguruan tinggi niscaya tidak akan susah menjawabnya apabila
ditanyakan tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Mereka mengenal nama Kiai Haji Ahmad Dahlan dari buku plajaran
sejarah dan ilmu pengetahuan sosial. juga dari buku pendidikan dan agama,
lebih-lebih pada topik tentang kebangkitan Islam diIndonesia. Dibanyak kota di
tanah air terdapat jalan yang mengunakan nama KH Ahmad Dahlan.
Perjuangan KH Ahmad Dahlan tidak dapt dipisahkan dari perserikatan
Muhamadiyah yang sudah tersebar di pelosok tanah air. Kurun waktu dimana
KH Ahmad Dahlan hidup dan berjuang merupakan episode sejarah yang sungguh
besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan sejarah bangsa
Indonesia.
Sejarah kesuksesan KH. Ahmad Dahlan dalam menitik karier perjuangan
sehingga namanya harum dimana-mana,telah menarik perhatian untuk lebih
mengenal lebih jauh KH. Ahmad Dahlan khususnya dalam latar belakang
kehidupan, pemikiran dan perjuangan beliau.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, maka kami merumuskan sebuah
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Profil KH. Ahmad Dahlan
2. Bagaimana pemikiran KH. Ahmad Dahlan
3. Bagaimana perjuangan KH. Ahmad Dahlan

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan KH. Ahmad Dahlan
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran KH. Ahamad Dahlan tentang Islam dan
umatnya
3. Untuk mengetahui perjuangan KH. Ahmad Dahlan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil KH. Ahmad Dahlan


Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868 Miladiyah
(Iskandar, 2011) dengan nama Muhammad Darwis, anak dari seorang Kyai
Haji Abubakar bin Kyai Sulaiman, khatib di masjid sulthan kota itu. Ibunya
adalah Siti Aminah Binti Kyai Haji Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta.
Dalam sumber lain Muhammad Darwis dilahirkan pada tahun 1869 (Soeja,
1993).
Muhammad Darwis adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara dari KH.
Abu Bakar.(Ahmad Dahlan, 1994). Adapun saudara Muhammad Darwis
menurut urutannya adalah:
(1) Nyai Chatib Arum,
(2) Nyai Muhsinah (Nyai Nur),
(3) Nyai H.Sholeh,
(4) M. Darwis (K.H.A.Dahlan)
(5) Nyai Abdurrahman,
(6) Nyai H.Muhammad Fekih (Ibu H.Ahmad Badawi),dan
(7) Muhammad Basir.(Junus Salam, 2009)
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq,
Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana
Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan,
Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH Muhammad
Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan, 1994).
Melihat garis keturunan Muhammad Darwis yang rata-rata adalah seorang
kyai, dimana disana juga terdapat nama Maulana Ibrahim, dapat dikatakan
bahwa Darwis lahir dalam satu lingkungan keislaman yang kukuh, mengingat

3
4

peranan Maulana Ibrahim sebagai salah satu wali songo sangat besar dalam
islamisasi di Pulau Jawa.
Semasa Kecil, ia selalu belajar agama dan bahasa Arab, akan tetapi suasana
dikampungnya yang sangat anti terhadap penjajah tidak mengharuskannya
sekolah disekolah penjajah. Darwis atau Dahlan kecil memang sejak dini telah
sarat akan nilai-nilai keagamaan. Pendidikan agama diperolehnya secara selektif
dan berusaha merenungi bahkan mengamalkannya.
Dimasyarakat Kauman khususnya ada pendapat umum bahwa barangsiapa
yang memasuki sekolah Gubernemen dianggap kafir atau kristen. Oleh karena itu
ketika menginjak usia sekolah Muhammad Darwis (Ahmad Kecil) tidak
disekolahkan melainkan diasuh dan dididik mengaji Al Quran dan dasar-dasar
ilmu agama Islam oleh ayahnya sendiri dirumah.(Jarnawi, 1988).
Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad
Darwis dibesarkan, dengan demikian merupakan lingkungan keagamaan yang
sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan Hidup Muhammad
Darwis dikemudian hari. Kauman secara populer kemudian menjadi nama dari
setiap daerah yang berdekatan letaknya dengan masjid. Dan Kauman yang
letaknya dekat dengan masjid ini dilihat oleh Pijper sebagai penjelmaan dari
keinginan untuk dekat kepada sesuatu “yang suci”, sebab masjid tidak
dipandang sebagai bangunan biasa, akan tetapi gedung yang memberi suasana
suci.
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, dalam
kesempatan itu seorang gurunya bernama Sayyid Bakri Syatha memberikan
nama baru kepada Muhammad Darwis, yaitu Ahmad Dahlan.(Weinata, 1995)
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun.
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru
5

dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.(Deliar, 1996)
Sebagaimana umumnya anak-anak kyai, KH. Ahmad Dahlan belajar ilmu-
ilmu agama dan bahasa arab. Dengan bekal bahasa arab dan ilmu-ilmu agama
yang diperolehnya di Yogyakarta itu. Keinginannya yang dalam untuk
memajukan Islam, membuat Ahmad Dahlan aktif mencari ilmu diberbagai
jamiah dan organisasi. Seperti di jamiah Khoir (kumpulan keturunan Arab), Budi
Utomo, dan Serikat Islam.(TPA, 1990).
Di bumi Mekah inilah ia memperdalam ilmu-ilmu keislamannya seperti
ilmu qiraat, fiqih, tasawuf, ilmu mantiq, ilmu falaq, aqidah dan tafsir. Pada
periode ini KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibn Taimiyah.(Herry, 2006)
Setelah pulang dari Mekkah, kemudian Dahlan menikah dengan Siti
Walidah, putri KH. Muhammad Fadil, kepala penghulu kesultanan
Yogyakarta..(Soenjak, 1989). Disamping itu, Dahlan juga pernah pula beristrikan
dengan Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum,
adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari
perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang
bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman
Yogyakarta.
Siti Walidah ini merupakan sepupunya sendiri, yang kelak dikenal dengan
Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari
perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan memiliki enam orang
anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti
Zaharah.
Terlihat bahwa KH. Ahmad Dahlan beristrikan lebih dari satu, tentu ini
menimbulkan tanda tanya. Namun pada kenyataannya, pada masa KH. Ahmad
Dahlan hidup, banyak para lelaki yang beristrikan lebih dari satu dan hal ini
6

bukan merupakan suatu kejanggalan, tetapi hal yang lumrah sering terjadi. Kini
konteks dan cara pikirnya berbeda, sehingga poligami dapat menjadi kontroversi
di sebahagian kalangan kaum muslim. Bahkan di kecamatan Tanggulangin,
kabupaten Siduarjo, Jawa Timur ada sebuah jalan yang bernama Jalan Wayoh
yang berarti Jalan Poligami. Jalan ini sebelumnya bernama Jalan KH. Ahmad
Dahlan yang kemudian di ubah oleh warga menjadi Jalan Wayoh.

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan


Merasa prihatin terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang
masih mencampur-baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan
ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad
Dahlan untuk melakukan pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya
Muhammadiyah. Selain faktor lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran
pembaruan dari para gurunya di Timur Tengah.(Syamsul, 2011)
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.(Ramayulis, 2010)
1. Pemikiran Pendidikan Islam
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh
munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang
amat sederhana, sampi dengan tahap-tahap yang sudah terhitung modern dan
lengkap. Lembaga pendidikan islam telah memainkan fungsi dan perannya
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya.(Samsul, 2008)
Sebagai kegiatan yang menekankan pada proses sebenarnya
memberikan sinyal bahwa persoalan-persoalan pendidikan Islam adalah
sebagai persoalan ijtihadiyah, yang banyak memberi peran kepada umat Islam
untuk mencermati dan mengkritisi. Masalah pendidikan adalah masalah
7

duniawi, ajaran Islam hanya memeberikan dasar dan garis-garis pokoknya,


sedangkan detailnya diserahkan kepada akal sehat, modus bagaimana yang
baik dan yang benar.(Machfudz, 1986)
Oleh karena itu KH. Ahmad Dahlan merasa perlu untuk memberikan
pemikiran pendidikan Islam yang diperolehnya di Mekah sekembalinya ia ke
tanah air. Ia memulainya dengan dakwah dan ajaran-ajaran Islam melalui
khutbah. Bahkan ia dipercaya sebagai kahtib tetap di Masjid Agung.
Bahkan atas dorongan Budi Utomo, KH. Ahmad Dahlan berhasil
mendirikan sekolah di Yogyakarta pada tahun 1911. Sekolah yang
didirikannya ini menggunakan sistem modern, dengan memadukan pelajaran
agama dan pelajaran umum dalam satu paket. Tempat belajarnya
menggunakan kelas , tidak surau, murid pria dan perempuan tidak lagi
dipisah.
Bagi KH. Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan
dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikan. Betapapun
bagusnya suatu program, jika tidak diprakikan, tidak akan mencapai tujuan
bersama. Karena itu, KH. Ahmad Dahlan tak terlalu banyak mengelaborasi
ayat-ayat al-Qur’an, tapi ia lebih banyak mempraktikkan dalam amal yang
nyata. Al-Qur’an surah 96 ayat 1 yang memberi arti pentingnya membaca,
diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Dengan
pendidikan, buta huruf diberantas. Maka, setalah mendapat masukkan dan
dukungan dari berbagai pihak, pada 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah.
Berdirinya Muhammadiyah di Minangkabau tahun 1925 membuat
sekolah-sekolah agama semakin banyak jumlahnya. Bahkan, Muhammadiyah
memiliki paling banyak sekolah-sekolah agama di antara organisasi-organisasi
sosial keagamaan yang mempunyai sekolah agama. Muhammadiyah tercatat
memiliki jumlah sekolah sebanyak 122 sekolah dengan jumlah murid
sebanyak 5.835 orang.(Azyumardi, 1999)
8

2. Pemikiran Sosial Keislaman


Sosial keislaman yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan diawali
dengan mengajar di Kweek School (sekolah raja) di Yogyakarta, dan
Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren, sebuah sekolah untuk
pegawai pribumi di Magelang. Ia juga menjadi khatib tetap di masjid Agung.
Pamornya segera terlihat karena kepiawaiannya berdakwah, berwawasan luas,
dan jujur. Itu sebabnya pihak keraton Yogyakarta memberinya gelar Khatib
Amin.
KH. Ahmad Dahlan terus menerus memikirkan lingkungan yang
dinilainya masih perlu banyak perbaikan di sana-sini. Salah satunya dalah
tentang arah kiblat di masjid-masjid Yogyakarta, termasuk pula masjid
keraton. Hal itu karena masjid keraton yang menjadi barometer, maka arah
kiblat di masjid ini yang pertama kali dilakukan perubahan arah kiblatnya.
Tetapi KH. Ahmad Dahlan tidak mau mengubahnya secara dadakan. Ia
lebih menekankan adanya dialog untuk meyakinkan sasaran dakwahnya, atau
orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Pada 1898 ia mengundang para
ulama dari Yogyakarta dan sekitarnya untuk mendiskusikan masalah arah
kiblat shalat. Di sini terjadi pro dan kontra, namun akhir dialog tersebut tidak
membuahkan kesepakatan.
Kemudian KH. Ahmad Dahlan membawa masalah ini ke Kepala
Penghulu Keraton yang waktu itu dijabat oleh KH. Muhammad Chalil
Kamaludiningrat, tapi pak penghulu tidak juga memberi restu. Sementara dari
hari demi hari , sesuai dengan ilmu yang diyakini kebenarannya bahwa arah
kiblat salah, KH. Ahmad Dahlan semakin gelisah. Ia merasa, sebagai orang
yang tahu, sudah semestinya arah kiblat dibetulkan.
Itulah yang mendorong KH. Ahmad Dahlan pada suatu malam secara
diam-diam bersama beberapa para pengikutnya, meluruskan kiblat dengan
memberi garis putih di shaf masjid tersebut. Tentu saja tindakan ini
9

merupakan pelanggaran besar, ganjarannya, KH. Ahmad Dahlan


diberhentikan sebagai khatib di Masjid Agung Yogyakarta.

C. Perjuangan KH. Ahmad Dahlan


Perjuangan KH. Ahmad Dahlan Sepulang belajar dari Mekah, Ahmad
Dahlan menjadi staf pengajar agama di kampungnya, Kauman. Ia juga mengajar
di sekolah negeri, seperti Kweek School (Sekolah Raja) di Jetis (Yogyakarta) dan
Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), sekolah pendidikan
untuk pegawai pribumi di Megelang.
Profesi Ahmad Dahlan selain mengajar ia juga bertabligh dan berdagang.
Ia berdakwah dari suatu tempat ke tempat lain. Ia juga seorang pedagang yang
pernah berniga di Jakarta dan Surabaya, bahkan sampai ke Medan. Ia juga tetap
menambah ilmu dengan mendatangi ulama. Mula-mula ia menjabat sebagai
pegawai mesjid Sultan, kemudian ia mengajar di pesantrennya sendiri. Ilmu dan
ketokohannya menjadikan pesantrennya dikunjungi oleh pelajar-pelajar dari
berbagai.(Shalahudin, 2003)
Dalam Buku KH. AR Facruddin (ketua Muhammadiyah 1968) berjudul
menuju Muhammadiyah menyatakan bahwa yang dikerjakan Ahmad Dahlan
sepanjang kepemimpinannya adalah sebagai berikut:
1. Meluruskan Tauhid, pengesaan terhadap Allah Swt. Meluruskan keberadaan
Allah sebagai Sang Khalik. Hubungan Allah dan Manusia tanpa perantara
apapun.
2. Meluruskan cara beribadah kepada Allah Swt.
3. Mengembangkan akhlaq karimah, etika sosial dan tata hubungan sosial sesuai
tuntunan Islam.(Abdul Munir, 1990)
Jika diperhatikan secara garis besar Ahmad Dahlan adalah ciri muslim
fundamentalis (Abuddin, 2001) yakni dengan mengembalikan semuanya kepada
sumber utama Islam yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Tetapi disisi lain
pemikirannya mengenai pengembangan etika sosial dan tata hubungan sosial
10

sesuai dengan tuntunan Islamitu sendiri membawa pribadi Ahmad Dahlan


menjadi muslim modernis.
Perjuangan dan pembaharuan Ahmad Dahlan meliputi lima hal. Pertama,
pembetulan arah kiblat, yang biasanya menghadap arah barat diubah menjadi
arah barat laut sesuai dengan perhitungan ilmu falaq. Kedua, penghitungan 1
Syawal atau hari raya Idhul Fitri. Masyarakat sering menggunakan sistem
ABOGE, yaitu sistem perhitungan Jawa. Setelah itu Dahlan mengubahnya
berdasarkan perhitungan ilmu hisab dan disetujui oleh Sultan. Ketiga, penolakan
sagala praktek bid’ah dan khurafat. Keempat, mensintesiskan pendidikan Islam
dengan pendidikan Barat yang sesuai jiwa Islam. Kelima, peka terhadap
kehidupan masyarakat sebagaimana digariskan dalam surat Al Maun 1-
7.(Weinata Sairin, 1995).
Segala bentuk perjuangan KH. Ahmad Dahlan telah membuahkan hasil
yang nyata walaupun selalu mendapatkan tekanan, tantangan dan rintangan yang
berat, namun hal tersebut tidak mengurangi untuk patah semangat. Kesabaran
dan keuletan KH. Ahmad Dahlan terus berusaha mengatasinya tanpa
memperhatikan betapa beratnya rintangan dan tantangan. Halangan justru
menjadi pupuk yang menyuburkan perkembangan Muhammadiyah.
KH. Ahmad Dahlan sendiri memiliki tekad dan semangat yang tak kunjung
padam. Untuk menjaga agar tak gentar menghadapi tantangan, diantaranya beliau
menulis hadis Nabi di tembok rumahnya yang artinya: “Niscaya orang yang
berpegang pada sunnahku ketika umatku telah rusak, ibarat seseorang
menggenggam bara api”. Dan dibawahnya diberi catatan komentar sebagai
berikut : “Karena tidak ada yang mendukung untuk menyutujuinya”. Begitulah
kekerasan dan keyakinan dalam berjuang menegakkan dan menyiarkan agama
Islam, sehingga pada akhirnya berhasil menanamkan jiwa dan amalan agama
yang bersih dan lurus sebagaimana yang ditentukan oleh al-Quran dan As-
Sunnah.(Musthafa, 2002)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
kesimpulan, yakni sebagai berikut
1. KH. Ahmad Dahlan lahir 1 agustus 1868 pada masa penjajahan kolonial
Belanda. Beliau memiliki garis keturuna rata-rata Kiyai dimana ada juga
Maulana Ibrahim (walisongo)..
2. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan itu
disebabkan bentuk keprihatinannya terhadapa masyarakat yang penuh
dengan penyimpangan,selain itu juga dipengaruhi oleh pemikiran
pembaharuan dari gurunya di timur Tengah. Ada dua pokok pemikiran
mendasar KH. Ahmad Dahlan yaitu pemikiran pendidikan dan sosial ke
Islaman masyarakat pada saat itu
3. Usaha Perjuangan KH. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan tidak
semudah membalikkan kedua telapak tangan. Beliau harus bersentuhan
dengan berbagai tantangan dan rintangan baik dari kalangan para Kiyai
maupun dari kalangan pemerintah. Waktu langgar/ seraunya dibongkar
beliau sudah putus asa untuk melakukan perjuangan di tengah-tengah
masyarakatnya hingga ingin meninggalkan kampung halamannya, namun
atas hiburan dan semangat dari kakanya (Kiyai dan Nyai Haji Soleh), beliau
tidak jadi meninggalkan kauman.
A. Saran
Berbagai sajian materi tentang KH. Ahmad Dahlan ini maka adapun saran
yang ingin disampaikan :
1. Hendaknya kita sebagai generasi pelanjut Risalah Islam dalam
Muhammadiyah untuk meneladani perjuangan KH. Ahmad Dahlan

11
12

2. Hendaknya Pemikiran-pemikiran KH. Ahmad Dahlan terus dikembangkan


dan direalisasikan dalam bentuk kerja nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi , 1999. PENDIDIKAN ISLAM “Tradisi dan Modernisasi Menuju


Milenium Baru”,Jakarta; Logos Wacana Ilmu

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press

Ahmad Dahlan, 1994. ” dalam Ensiklopedia Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedia


Islam. Cet.III; Jakarta: Ictiar Baruii Van Hove

Herry Mohammad, dkk, , 2006. TOKOH-TOKOH ISLAM yang Berpengaruh ABAD


20,Jakarta; Gem Insani Press

Hadikusumo, Jarnawi. 1988. Dari Jamaluddin Al Afghani Sampai KH. Ahmad


Dahlan,Yogyakarta; Persatuan

Iskandar, Salman. 2011.55 Tokoh Muslim IndonesiaMelihat paling berpengaruh,


Cet.1 ; Solo ; Tinta Medina

Ibawi, Machfudz, 1986. Modus Dialog di Perguruan Tinggi Islam, Surabaya; Bina
Ilmu

JunusSalam,GerakanPembaharuanMuhammadiyah,Tangerang:Al-WasatPublising
House

Mulkan,Abdul Munir, 1990.Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah


dalam Perspektif Perubahan Sosial.Cet.I; Jakarta: Bumi Aksara

Musthafa kemal Pasha dan Ahmad Adaby Darba, , 2002. Muhammadiyah sebagai
Gerakan Islam,Cet. II. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam

Nata, Abuddin, 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia (Cet I: PT. Raja
Grafindo Persada

13
14

Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah


Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta; Kencana

Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:


Penerbit Pustaka LP3ES

Qomar,Mujamil . Epistimologi Pendidikan ISLAM dari Metode Rasional hingga


Metode Kritik. Jakarta; Erlangga

Ramayulis. 2010.Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam, Jakarta:Quantum Teaching

Soedja, Muhammad,1993.Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, Jakarta:

Rhineka Cipta

Sairin,Weinata.1995. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

Shihab, Alwi, 1998. Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap


PenetrasiMisi Kristen di Indonesia, Bandung : Mizan

Soenjak,1989.Muhammadiyah dan Pendirinya,Yogyakarta; PP Muhammadiyah


Majelis Pustaka

Syamsul kurniawan-Erwin Mahrus,2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,


Jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, 2003. Seratus Tokoh Islam yang Paling
Berpengaruh di Indonesia, Jakarta; Intimedia Ciptanusantara

Sairin, Weinata , 1995. Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, (Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

TPA dan Kemuhammadiyahan, 1990. Muhammadiyah Sejarah, Pemikiran dan Amal


Usaha, Yogyakarta : UMM

Anda mungkin juga menyukai